You are on page 1of 61

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KANKER PENIS

OLEH PUTU WIRA PRAMANA (0902105069)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2012 KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Kanker Penis adalah keganasan pada penis (Anurogo, 2008). Kanker Penis adalah kanker yang sangat ganas pada alat reproduksi pria, dan kalau tidak segera ditangani bisa memicu kanker pada organ tubuh yang lain dan dapat menyebabkan amputasi pada penis (Bin Muhsin, 2011). Kanker penis adalah kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan penis (Asrul Sani, 2010). Kanker penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau permukaan dalam prepusium (Tri Kurnianto, 2008).

Page 2

Gambar 1. Kanker Penis 2. Epidemiologi Angka kejadian keganasan pada penis tidak terlalu besar, di Amerika sekitar 1-2 di antara 100.000 pria. Kanker penis terjadi pada pria yang berusia lebih dari 60 tahun dan mewakili sekitar 0,5% malignansi pada pria di Amerika Serikat. Meskipun demikian, di beberapa negara, insidennya berkisar 10%. Kanker penis jarang terjadi pada pria yang disirkumsisi. Jenis paling sering adalah jenis squamous cell carcinoma, kemudian jenis lain adalah melanoma. Salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya hal ini adalah sirkumsisi (sunat). Pria yang sudah menjalani sunat terutama pada saat bayi atau anakanak, kemungkinan mengalami kanker penis berkurang sedangkan sunat pada usia dewasa tidak signifikan dalam mengurangi kemungkinan terjadinya kanker. Suatu penelitian melaporkan bahwa 22% pasien berusia kurang dari 40 tahun, dan hanya 7% yang berusia kurang dari 30 tahun. Jika kanker (carcinoma in situ atau CIS) terjadi di glans penis, disebut erythroplasia of Queyrat. Namun jika terjadi di "follicle-bearing skin of the shaft" disebut Bowen disease. Angka kematian penderita karena kanker penis mencapai 22,4%. Sebanyak 15-50% pasien kanker penis menunda periksa ke dokter selama lebih dari 1 tahun. Sebagian besar kanker penis merupakan "squamous cell carcinomas". Tumor penis dapat ditemukan dimana saja di penis, namun terbanyak ditemukan di glans penis (48%) dan preputium (21%). Insiden: Rendah pada orang yang disirkumsisi.
Page 3

Rendah : Israel (0,1 %), Puertorico (5 5,7 %). Tinggi : China (22 %), Birma (15 %), Vietnam selatan (12%), Thailand (7 %). Tampak pada kulit penis sebagai pertumbuhan massa mirip kutil, tidak nyeri atau sebagai ulkus.

Lokasi: Distal Glans (48 %) Preputium (21 %) Sulcus Coronarius (6 %) Shaft (< 2 %).

(Dito Anurogo, 2008)

3. Etiologi Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker penis. Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju, yang terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui. Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah di bawah kulit depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes genitalis memiliki resiko tinggi menderita kanker penis. Beberapa hal diketahui menjadi faktor resiko penyakit ini, diantaranya : a. Usia tua. Usia tua insiden meningkat (85 tahun : 9,2 %). b. Pria yang tak menjalani sunat. Sirkumsisi dilakukan untuk membantu mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). c. Kebersihan daerah kemaluan yang tak terjaga. Pria yang menghindari personal hygiene tubuh akan meningkatkan risiko terkena kanker. d. Infeksi Human Papilloma Virus, biasanya tertular melalui hubungan intim bebas e. Penggunaan produk tembakau.

Page 4

Laki-laki yang kebiasaan mengunyah tembakau dan produk-produk terkait berada pada risiko lebih tinggi terkena kanker. f. Kondisi fimosis atau tertutupnya saluran pembuangan akibat lubang pada kulit bagian depan yang menutup sehingga sulit buang air kecil. g. Ca serviks pada pasangan seksualnya. Peranan infeksi virus terus dipelajari. Kanker penis (penile cancer) berhubungan dengan keberadaan infeksi virus herpes dan human papilloma virus (HPV). Human papilloma viruses (HPV) tipe 16 dan 18 telah ditemukan pada sepertiga pria yang menderita kanker penis. Apakah virus ini menyebabkan kanker ataukah hanya berperan sebagai saprophytes, belum ditetapkan. Penile intraepithelial neoplasia dipertimbangkan sebagai precursor, tetapi hanya 5-15% dari lesi ini yang berkembang menjadi invasive squamous cell carcinoma. Belum ada bukti nyata bahwa smegma merupakan karsinogen (zat penyebab kanker), meskipun hal ini telah dipercaya secara luas. (Dito Anurogo, 2008).

4. Patofisiologi Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau kepala penis. Kanker penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur, exophytic, massa endofit datar dan ulserasi. Sel kanker berangsur-angsur tumbuh secara lateral di sepanjang permukaan penis dan bisa menutupi seluruh kelenjar serta preputium sebelum menyerang corpora dan keseluruhan batang penis. Semakin luas lesi, semakin besar kemungkinan invasi lokal dan metastasis nodal. Kanker penis mungkin papilari dan exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker penis ini tidak diobati secara dini makan dapat terjadi autoamputasi. Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi lesi ulseratif cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5 tahun. Ukuran kanker yang lebih besar dari 5 cm dan melibatkan lebih dari 75% dari poros tersebut berasosiasi dengan prevalensi tinggi metastasis nodal dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi hubungan yang konsisten antara ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup belum diidentifikasi.

Page 5

Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar getah bening maka sel kanker dapat menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening inguinalis. Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase jauh dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru, atau otak. Karsinoma penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada pasien yang tidak diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).

Gambar 2. Tahap-tahap terjadinya kanker 5. Klasifikasi Pada kanker penis, biasa digunakan sistem klasifikasi Jackson dan TNM sebagai berikut: a. Klasifikasi Jackson: Stage I (A): tumor terbatas pada glans, prepusium, atau keduanya. Stage II (B): tumor mencapai batang penis. Stage III (C): tumor bermetastase ke inguinal. Stage IV (D): tumor menginvasi struktur di sekitarnya, metastase ke inguinal, atau metastase jauh. b. Menurut TNM (tumor, nodus, metastase): TX T0 : tumor tidak dapat dikaji. : tumor tidak jelas.
Page 6

Tis Ta T1 T2 T3 T4 N N0 N1 N2 N3

: ada CIS (Carsinoma In Situ). : ada carsinoma verrucos yang tidak infasif. : tumor infasif ke jaringan sub epitel. : tumor infasif ke corpora spongiosum atau cavernosum. : tumor infasif ke uretra atau prostat. : tumor infasif ke struktur yang berdekatan. : Kelenjar Limfe : Tidak terdapat metatase ke kelenjar limfe regional. : Metatase didalam kelenjar limfe inguinal superfasial. : Metatase multiple / bilateral di kelenjar limfe inguinal superfasial. : Metatase di kelenjar inguinal profunda/didalam pelvis (unilateral atau

belateral). M Mx M0 M1 : Metastasis jauh : Metastasis jauh tidak dapat diperiksa : Tidak ada metastasis jauh : Terdapat metastasis jauh

Stadium: Stadium 0 Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV Metastasis: 1) Ekstensi Langsung Lesi distal, umumnya ke korpus penis. Fasia Buck di penis dapat berfungsi sebagai rintangan sementara sehingga urethra dan buli-buli jara terlibat. : Tis - N0 - M0 : T1 - N0 - M0 : T2,T3 - N0 - M0 : T4 N1 - M0 : Tiap T - Tiap N - M1

Page 7

2) Limfogen Lesi kulit, preputium ke lnn Inguinalis superfisialis. Lesi glans, corpus ke lnn inguinalis profundus, iliaca externa, pelvic. Dapat terjadi penyebaran silang (bilateral), akibat limfe menyilang garis tengah. 3) Hematogen Terjadi pada stadium lanjut. (Mellyssa Hutabarat, 2010)

6. Manifestasi klinis Gejalanya berupa: a. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi. b. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka pada penis dengan sebab yang tidak jelas. c. Lesi yang sulit sembuh, disertai subtle induration pada kulit, pertumbuhan kecil di kulit (a small excrescence), papula, pustula, tumbuhnya kutil atau veruka (a warty growth), atau pertumbuhan exophytic. d. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya. e. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases. Kondisi ini menandakan bahwa stadium kanker sudah dalam taraf lanjut. f. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut). g. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic cancer) dapat mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan (weight loss), kelelahan (fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat berdarah. h. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded) preputium dan menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis. (Dito Anurogo, 2008)

Page 8

Gambar 3. Kanker penis

Kategori lesi pada penis: a. Lesi yang jinak (benign lesions) Misalnya: pearly penile papules, hirsute papillomas, dan coronal papillae. b. Lesi yang berpotensi menjadi ganas (premalignant) Ini berhubungan dengan Leukoplakia dan squamous cell carcinoma. Contoh yang paling umum adalah balanitis xerotica obliterans. c. Lesi yang ganas (malignant neoplasm atau malignant carcinoma) Ini termasuk variants dari squamous cell carcinoma seperti: carcinoma in situ (CIS), erythroplasia of Queyrat, dan Bowen disease. (Dito Anurogo, 2008) 7. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : Tampak adanya bengkak pada penis Tampak adanya perubahan warna pada penis Tampak adanya kutil pada kulit penis Tampak adanya lesi pada penis Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases. Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap. Klien tampak meringis akibat nyeri
Page 9

Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan lemah. Klien tampak pucat. Adanya massa pada daerah inguinal. Nyeri tekan pada daerah inguinal

b. Palpasi :

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Pemeriksaan Laboratorium: a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor (tumor markers) pada kanker penis. b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga. c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan hypoalbuminemia. d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan penyebaran (absence of metastases). Prosedur diagnostik: a. Biopsi Tes diagnostik yang paling penting adalah biopsi. Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tes-tes lain juga dapat mengindikasikan kanker yang ada, tetapi hanya biopsi yang dapat membuat diagnosis pasti. Biopsi kelenjar getah bening sentinel adalah jenis lain dari biopsi. Hal ini penting untuk mengetahui apakah sel-sel kanker telah menyebar ke daerah lain di luar penis. Dalam teknik ini, dokter menghapus satu atau beberapa kelenjar getah bening sentinel-node pertama ke dalam sistem getah bening yang mengalir dekat dengan nodul untuk memeriksa sel-sel kanker. Dalam kasus kanker penis, kelenjar getah bening sentinel terletak tepat di bawah kulit di pangkal paha. Jika sel kanker yang terdeteksi, itu berarti bahwa penyakit ini mungkin

Page 10

telah menyebar ke kelenjar getah bening lain di wilayah ini atau di luar melalui pembuluh darah dan getah bening. b. Imaging Modalitas Direkomendasikan untuk: Mengetahui staging dari penyakit Untuk menentukan tindak lanjut pasien Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker

c. USG USG dilakukan untuk: Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis. Penilaian terhadap kelenjar getah bening. Mendeteksi adanya metastase

d. CT SCAN CT SCAN dilakukan untuk: Penilaian kelenjar getah bening Limited utilitas di lesi primer

e. MRI Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas. f. Tomography Emisi Positron (PET) scan. PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif, menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa dokter akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran kanker penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk menggunakan ini. Hal ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker paru-paru skuamosa dan kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman yang pada akhirnya dapat menjadi alat yang lebih standar dalam mendiagnosis kanker penis.
Page 11

(Dito Anurogo, 2008) 9. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada penis tampak luka yang menyerupai jerawat atau kutil. Untuk menyingkirkan faktor lain, kemungkinan dokter juga melakukan USG atau MRI. Pemeriksaan pasti mengetahui adanya kanker dengan biopsi. Diagnosis dilakukan dengan: a. Anamnesis. b. Pemeriksaan fisik. c. Pemeriksaan penunjang 1) Laboratorium. Darah : lengkap, LFT, BUN-Creatinin. Urine lengkap.

2) Radiologi Foto thorax. CT scan : Thorax, abdomen dan pelvic.

3) Biopsi (invasif) (Akatsuki, 2010) 10. Penatalaksanaan Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan beratnya tumor, antara lain: a. Terapi Medikamentosa Neoplasma intraepitel seperti Bowen disease atau erythroplasia of Queyrat dapat diterapi dengan topical 5-fluorouracil. b. Pembedahan Pembedahan yang paling sering dilakukan untuk pengobatankanker penis adalah :
Page 12

1) Eksisi local Dilakukan jika kanker masih terbatas pada penis dan masih kecil. 2) Microsurgery Adalah pembedahan pada tumor penis dengan mikroskop untuk menghilangkan jaringan tumor dan mempertahankan jaringan yang sehat sekecil mungkin. 3) Bedah laser Merupakan pembedahan dengan menggunakan sinar laser untuk membakar atau memotong sinar laser. Bedah laser (Laser surgery) digunakan pada pasien dengan lesi jinak (benign) dan ganas (malignant) yang ada di permukaan (superficial). Terapi ini telah diterapkan pada kasus-kasus local and limited invasive disease. Empat tipe laser yang digunakan dalam bedah laser, yaitu: carbon dioxide, argon, dan potassium-titanyl phosphate (KTP) lasers. 4) Sirkumsisi Sirkumsisi adalah memotong ujung kulit penis yang terkena kanker. Pada pasien dengan tumor yang berukuran kecil yang terbatas pada preputium, cukup dengan khitan (sirkumsisi).

Gambar 4. Sirkumsisi 5) Penektomi Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi merupakan pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra yang baru di daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok jika kanker meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal shaft).
Page 13

Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan dengan mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%. Jika surgical resection baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak memberikan kebebasan yang cukup (adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah dipertimbangkan. Jika sebagian sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup bagi pasien untuk kencing sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan perineal urethrostomy.

Gambar 5. Post Operasi Penektomi 6) Mohs micrographic surgery (MMS) Teknik bedah lainnya adalah Mohs micrographic surgery (MMS), yang dapat dipakai (applicable) untuk pasien dengan noninvasive disease. c. Kemoterapi Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan tumor. Obatobatan yang paling banyak digunakan antara lain: cisplatin, bleomycin, methotrexate, dan fluorouracil. d. Terapi Radiasi/Radioterapi Radioterapi perupakan pengobatan pelengkap dari pembedahan yang bertujuan mengurangi Macamnya: 1. External beam radiation therapy 2. Brachytherapy Indikasi terapi radiasi: 1. Pria muda dengan kanker pada glans atau coronal sulcus dengan ukuran kecil (<3 cm), superficial, lesi exophytic, atau noninvasive.
Page 14

resiko

kekambuhan/rekurensi.

Pada

stadium

lanjut

kombinasi

pembedahan, kemoterapi dan radioterapi mungkin diperlukan.

2. Pasien menolak tindakan bedah atau datang dengan metastatic disease dan memerlukan terapi "palliative". Khitan/sunat (circumcision) direkomendasikan sebelumnya untuk memulai terapi radiasi untuk kanker yang melibatkan/menyertai preputium (kulup zakar). 3. Terapi radiasi memiliki kekurangan. Squamous cell carcinomas cenderung resistant, dan dosis untuk high tumor yaitu 0.6 Gy yang diperlukan untuk merawat tumor dapat menyebabkan urethral fistulae, strictures, penile necrosis, nyeri, dan edema. Jika kanker terinfeksi, maka efek terapi dapat berkurang, sedangkan risiko terjadinya komplikasi akan meningkat. Terapi radiasi dilakukan setelah pengangkatan tumor yang terlokalisir dan tumor yang belum menyebar. Efek samping dari terapi radiasi adalah nafsu makan berkurang, lelah, reaksi kulit (misalnya iritasi dan kemerahan), cedera atau luka bakar pada rektum, sistitis dan hematuria. Radiasi biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8 minggu. (Asrul, 2010). Penatalaksanaan berdasarkan stadium tumor: A. Tumor primer. 1) Sirkumsisi. Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di preputium. 2) Partial panectomy. Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor). 3) Total panectomy dengan oerineal urethrostomy. Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda. 4) Lymphadenectomy. Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih kontroversi. 5) Sentinel node biopsy (cabanas 1977). Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum pubicum pada pertemuan v. epigastrica superficial dan v. saphena. Bila kelenjar positif dilakukan Lymphadenectomy. B. Tumor lanjut dan metastasis. Bersifat paliatif. Untuk mengatasi nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.
Page 15

1) Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU. 2) Radiasi : Bila penderita menolak operasi. 6.000 rad selama 3 6 minggu. Dapat digunakan brakiterapi dengan Iridium 192 (Tri Kurnianto, 2008) 11. Pencegahan Khitan (circumcision) ditetapkan sebagai pencegah (prophylactic) yang efektif untuk kanker penis. Perlu diketahui, kanker penis ditemukan lebih sering ketika khitan/sunat ditunda hingga pubertas. Khitan saat dewasa hanya sedikit bahkan tidak memberikan proteksi dari kanker penis (Asrul, 2010). 12. Diagnosis banding a. Infeksi berat. b. Lues. c. Chancroid. d. Condyloma acuminata. (Dito Anurogo, 2008)

13. Komplikasi Sedikit komplikasi bedah yang dijumpai pada eksisi tumor primer, penectomy partial atau complete, misalnya: a. Infeksi b. Edema c. Striktua uretra jika urethral meatus yang baru harus dibuat. Komplikasi yang berhubungan dengan inguinal node dissections: a. Komplikasi dini (early complications) misalnya: infeksi luka (wound infection), seroma, skin flap necrosis, phlebitis, dan emboli paru-paru (pulmonary embolus) b. Komplikasi lanjutan (late complications) misalnya: lymphedema pada scrotum dan anggota gerak bagian bawah (kaki). Komplikasi terapi radiasi: Biasanya terlihat pada tumor yang berukuran lebih besar dari 4 cm. a. urethral strictures (pada 50% pasien)
Page 16

b. urethral fistula c. penile necrosis d. edema e. nyeri pada penis Pembedahan setelah terapi radiasi diperlukan pada 20-60% pasien. (Dito Anurogo, 2008) 14. Prognosis Keberhasilan pengobatan tergantung pada stadium, lokasi, dan besarnya kanker. Pengobatan untuk mengatasi kanker tergantung pada stadium kanker. Bila masih dalam stadium 1 maka terapinya pembedahan. Terdapat berbagai jenis teknik bedah hingga jika diperlukan dilakukan amputasi penis, hal ini tergantung kondisi tumor dan stadiumnya (Mellyssa Hutabarat, 2010). Jika terdeteksi secara dini, kanker penis dapat disembuhkan dengan prognosis positif. Pelajari cara untuk mendiagnosa kanker penis untuk memulai pengobatan dan untuk mencegah kanker dari menyebar. Jika kanker tidak diobati selama 2 tahun, dapat menyebabkan kematian. (Sylvia & Price, 2006)

Page 17

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN 1) Keadaan Umum Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. 2) Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan: 1. Tekanan darah: pada kanker yang telah lanjut, awitan nyeri yang timbul dapat meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg). 2. Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan (di atas 100x/menit pada orang dewasa, dan di atas 120x/menit pada anak kecil). 3. Respiratory rate: biasanya meningkat (di atas 20x/menit), perubahan RR dapat terjadi jika adanya metastase sel kanker yang mencapai paru-paru. 4. Suhu: biasanya normal (36-37,5C), dapat terjadi peningkatan suhu yang mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik. 3) Riwayat penyakit sebelumnya
Page 18

Ditanyakan sebelumnya apakah klien pernah menderita tumor atau keganasan lainnya. Ditanyakan apakah istrinya menderita Ca servix karena dapat menjadi risiko untuk meningkatkan kejadian ca penis. 4) Anamnesa dan observasi a. b. c. d. e. dirasakan. Takikardi. Akral dingin. Klien mengalami perdarahan akibat luka terbuka pada penis. Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis) Integritas ego Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi fisik. Menyangkal, menarik diri. Eliminasi Klien bisa mengalami gangguan eliminasi seperti nyeri berkemih dan kesulitan dalam berkemih. Makan/cairan Nafsu makan klien dapat normal atau berkurang terkait psikologis klien, dan perkembangan kanker. Berat badan klien menurun. Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).
Page 19

Aktivitas dan istirahat Klien mengatakan mengalami nyeri sehingga mengganggu aktivitasnya. Klien tampak meringis ketika menggerakkan tubuhnya (daerah perineal sampai ke paha). Klien mengatakan mengalami kelemahan dan/keletihan. Klien tampak lemah. Klien mengatakan apabila merasa nyeri istirahatnya menjadi sedikit terganggu. Klien mengatakan aktivitas di luar rumah berkurang karena klien merasa malu dengan penyakitnya. Sirkulasi Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat nyeri yang

f. g. P Q R S T h. i. j. k. Tidak adanya sesak

Sensori/neural Klien tidak mengalami gangguan neural, persepsi, maupun sensori. Nyeri/kenyamanan Klien mengatakan merasa nyeri: : nyeri terjadi akibat hyperplasia sel kanker yang mendesak dan mensensitisasi jaringan sekitar kanker. : klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. : klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah penis, menjalar ke lipatan paha. : klien mengatakan skala nyeri 1-10. : klien mengatakan nyeri berlangsung terus-menerus.

Klien tampak tidak nyaman (posisi melindungi bagian yang nyeri). Klien tampak berhati-hati saat menggerakkan bagian tubuh yang nyeri Klien tampak gelisah. Respirasi Tidak tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan. Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat. Keamanan Klien mengatakan cemas. Klien mengatakan merasa malu terhadap penyakitnya. Seksualitas Klien mengatakan mengalami masalah seksual dalam melakukan coitus karena penyakit yang dideritanya. Interaksi sosial Klien mengalami masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran dalam memenuhi kebutuhan biologis (seksualitas) dengan pasangannya.

5) Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : Tampak adanya bengkak pada penis Tampak adanya perubahan warna pada penis Tampak adanya kutil pada kulit penis
Page 20

Tampak adanya lesi pada penis Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases. Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap. Klien tampak meringis akibat nyeri Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan lemah. Adanya massa pada daerah inguinal.

b. Palpasi :

6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Pemeriksaan Laboratorium: a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor (tumor markers) pada kanker penis. b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga. c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan hypoalbuminemia. d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan penyebaran (absence of metastases). Prosedur diagnostik: a. Biopsi Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. b. Imaging Modalitas Direkomendasikan untuk: Mengetahui staging dari penyakit Untuk menentukan tindak lanjut pasien Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker

c. USG USG dilakukan untuk:


Page 21

Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis. Penilaian terhadap kelenjar getah bening. Mendeteksi adanya metastase

d. CT SCAN CT SCAN dilakukan untuk: Penilaian kelenjar getah bening Limited utilitas di lesi primer

e. MRI Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas. f. Tomography Emisi Positron (PET) scan PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif, menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN A. DIAGNOSA PRE-OPERASI 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah penis, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 1-10, klien tampak gelisah dan meringis kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang nyeri, TD klien meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit). 2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan).
Page 22

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme akibat kanker, ditandai dengan klien mengatakan mengalami penurunan BB >20%, kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL), terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperplasia sel kanker, ditandai dengan adanya luka terbuka yang menyerupai jerawat atau kutil pada penis. 5. PK : Perdarahan 6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan kondisi fisik akibat pertumbuhan sel kanker, ditandai dengan klien mengeluh lemah, klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, adanya ketidaksanggupan dalam menjaga level aktivitas fisik seperti biasa, meningkatnya kebutuhan beristirahat dan kekurangan energi. 7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, ditandai dengan klien tampak gelisah, klien mengungkapkan perasaan takut, khawatir, wajah tampak tegang, peningkatan tanda-tanda vital (TD klien meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit)). B. DIAGNOSA POST OPERASI 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan pembedahan), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah pembedahan, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan berkurang saat istirahat dengan skala nyeri 110, klien tampak gelisah dan meringis kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang nyeri, TD klien meningkat (>120/80 mmHg, nadi klien meningkat (>100 kali/menit). 2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh) akibat luka post operasi. 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, ditandai dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya karena penisnya sudah tidak utuh lagi. C. DIAGNOSA POST KEMOTERAPI

Page 23

1. Nausea berhubungan dengan terapi (kemoterapi) ditandai dengan klien mengeluh mual, terjadi penurunan nafsu makan, terjadi peningkatan saliva, klien tidak dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang disediakan. 2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek kemoterapi. 3. PK: Anemia 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh ditandai dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya, dimana rambutnya menjadi rontok.

Page 24

3. INTEVENSI KEPERAWATAN A. INTERVENSI PRE OPERASI 1. Nyeri Akut

Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama..x jam diharapkan nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil: NOC Label : a. Pain level (level nyeri): - Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak merintih ataupun menangis (skala 5 = none) - Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak tampak berkeringat dingin (skala 5 = none) - RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) (skala 5 = normal) - Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala 5 = normal) - Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (skala 5 = normal) b. Pain control (kontrol nyeri): - Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 = demonstrated) NIC Label :

Intervensi

a. Pain management (manajemen nyeri): 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri. Rasional: pengkajian berguna untuk mengidentifikasi nyeri yang dialami klien meliputi lokasi, karasteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri klien sehinggga dapat menentukan intervensi yang tepat. 2. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari ketidaknyamanan. Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat membantu mengetahui tingkat dan perkembangan nyeri klien. 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji pengalaman nyeri dan menyampaikan penerimaan terhadap respon klien terhadap nyeri. Rasional: membantu klien dalam menginterpretasikan nyerinya. 4. Kaji tanda-tanda vital klien. Rasional: peningakatan tekanan darah, respirasi rate, dan denyut nadi umumnya menandakan adanya peningkatan nyeri yang dirasakan. consistently 5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Rasional: membantu memodifikasi dan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan klien.
Pageprinsip-prinsip 26 6. Ajarkan manajemen nyeri non farmakologi, (mis:

teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll). Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien, serta

2. Resiko Infeksi Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x jam diharapkan tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : NOC Label : a. Infection Severity (Keparahan infeksi) Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None) Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi ( Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Intervensi NIC Label : a. Infection control (kontrol infeksi) 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien. Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari lingkungan dan orang lain. 2. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan dengan cara menutup dengan kasa streril. Rasional: Mengurangi paparan dari lingkungan. 3. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang benar. Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di tangan. 4. Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan. Rasional: Mencuci tangan menggunakan sabun lebih efektif untuk membunuh bakteri. 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Rasional: Mencegah infeksi nosokomial. 6. Terapkan Universal precaution.
Page 27

b. Risk Control (Kontrol resiko)

Rasional: Mencegah infeksi nosokomial. 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan. Rasional: untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba atau bakteri. 8. Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan cairan adekuat. Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun. 9. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi. Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien. 10. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi. Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga penangan lebih efisien. 11. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu. Rasional: untuk mempercepat perbaikan kondisi klien

b. Infection protection (proteksi terhadap infeksi) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Rasional: agar memudahkan pengambilan intervensi 2. Monitor hitung granulosit, WBC
Page 28

Rasional: sebagai monitor adanya reaksi infeksi. 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional: untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada klien, sehingga memudahkan pengambilan intervensi 4. Berikan perawatan kulit. Rasional: kulit merupakan pertahanan pertama dari bakteri. 5. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase Rasional: merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi. 6. Inspeksi kondisi luka Rasional: untuk mempermudah pengambilan intervensi selanjutnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan x jam diharapkan pemenuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil: NOC Label : a. Status nutrisi: Masukan nutrisi adekuat (skala 5 = No deviation from normal range) NIC Label : a. Terapi nutrisi: 1. Kaji status nutrisi klien Rasional: pengkajian penting untuk mengetahui status nutrisi klien dapat menentukan intervensi yang tepat.
Page 29

Intervensi

Masukan makanan dalam batas normal (skala 5 = No deviation from normal range)

2. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung kebutuhan kalori harian. Rasional: dengan mengetahui masukan makanan atau cairan dapat mengetahui apakah kebutuhan kalori harian sudah terpenuhi atau belum. 3. Tentukan Rasional: jenis makanan yang cocok klien dengan dengan tetap tetap mempertimbangkan aspek agama dan budaya klien. memenuhi kebutuhan nutrisi memperhatikan aspek agama dan budaya klien sehingga klien bersedia mengikuti diet yang ditentukan. 4. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai indikasi. Rasional: dapat membantu meningkatkan status nutrisi selain dari diet yang ditentukan. 5. Dorong klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi protein sesuai kebutuhan. Rasional: untuk membantu memenuhi kalori, dan protein sesuai kebutuhan. 6. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada klien/keluarga. Rasional: menjaga kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan. 7. Ajarkan orang tua klien tentang pengaturan diet sesuai kebutuhan.
Page 30

b. Status nutrisi : masukan nutrisi: Masukan kalori dalam batas normal (skala 5= Totally adequate) Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium (skala 5= Totally adequate) c. Status nutrisi : hitung biokimia Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl) (skala 5= No deviation from normal range)

Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan diet klien agar dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien. 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan klien. b. Penanganan berat badan: 1. Timbang berat badan klien secara teratur. Rasional: dengan memantau berat badan klien dengan teratur dapat mengetahui kenaikan ataupun penurunan status gizi. 2. Diskusikan dengan keluarga klien hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan. Rasional: membantu memilih alternative pemenuhan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan penyebab penurunan berat badan. 3. Pantau konsumsi kalori harian. Rasional: membantu mengetahui masukan kalori harian klien disesuaikan dengan kebutuhan kalori sesuai usia. 4. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit. Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang normal menunjukkan
Page 31

status nutrisi baik. Sajikan makanan dengan menarik. 5. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan temperatur makanan. Rasional: meningkatkan nafsu makan dengan intake dan kualitas yang maksimal. 6. Anjurkan penggunaan suplemen penambah nafsu makan. Rasional: dapat membantu meningkatkan nafsu makan klien sehingga dapat meningkatkan masukan nutrisi.

4. Kerusakan integritas kulit Tujuam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x jam jauh, dengan kriteria hasil : NOC Label : a. Tissue Integrity: Skin & mucous membran (integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa) Temperatur kulit (skala 5 = not compromised) Sensasi kulit (skala 5 = not compromised) Elastisitas kulit (skala 5 = not compromised) NIC Label : 1. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari. Rasional: mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat. 2. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab, dan tidak kusut. Rasional: keadaan yang lembab dapat meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya
Page 32

Intervensi

diharapkan integritas kulit klien tidak mengalami kerusakan lebih a. Skin care: Topical treatments (perawatan kulit: terapi topikal)

Hidrasi kulit (skala 5 = not compromised) Warna kulit (skala 5 = not compromised) Tekstur kulit (skala 5 = not compromised) Ketebalan kulit (skala 5 = not compromised) Bebas lesi jaringan (skala 5 = none) Kulit intak (tidak ada eritema dan nekrosis) (skala 5 = none)

lesi kulit akibat gesekan dengan linen. 3. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari. Rasional: untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta mencegah terjadinya infeksi sekunder.

5. PK : Perdarahan Tujuan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x ... jam, perawat dapat Mandiri: meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan 1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi. kriteria hasil: Nilai Hb dalam batas normal (12-16g/dL). Nilai Ht dalam batas normal (40-45%). Klien tidak mengalami episode perdarahan. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60100 x/menit, suhu: 36-37,5C, RR: 16-20 x/menit). Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan yang terjadi dan mempermudah menentukan intervensi selanjutnya. 2. Pantau hasil laboratorium berhubungan dengan tanda perdarahan. Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan sesuai dengan hasil laboratorium untuk mempermudah menentukan intervensi selanjutnya. 3. Lindungi pasien terhadap cedera dan terjatuh. Rasional: untuk menghindari terjadinya perdarahan.
Page 33

Intervensi

4. Hindari aktivitas yang membuat pasien mengejan, mengangkat atau membalik badan. Rasional: untuk menghindari terjadinya perdarahan. 5. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan. Rasional: untuk menghindari komplikasi perdarahan. Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian transfusi sesuai indikasi. Rasional: transfusi darah diperlukan jika untuk menghindari kehilangan darah berlebih akibat pendarahan.

6. Kelemahan Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x jam diharapkan kelemahan teratasi, dengan kriteria hasil : NOC Label : NIC Label : a. Energy management 1. Tentukan tingkat keterbatasan fisik klien, Tentukan persepsi klien
Page 34

Intervensi

a. Activity Tolerance Kesesuaian Saturasi oksigen dengan aktivitas (Not compromised = 5) Kesesuaian Denyut nadi dengan aktivitas (Not compromised = 5) Kesesuaian Respiratory rate dengan aktivitas (Not compromised = 5) Kesesuaian Sistolic blood presure dengan aktivitas (Not compromised=5) Kesesuaian Diastolic blood presure dengan aktivitas (Not compromised=5) Peningkatan kemampuan dalam melakukan ADL (Not compromised=5) b. Fatigue level Klien tidak mengalami kelemahan (none=5) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (not compromised=5) Klien Kualitas dapat melakukan klien aktivitas tidak kerja (not compromised=5) istirahat bermasalah compromised=5)

terhadap penyebab kelemahan, Tentukan penyebab kelemahan (seperti nyeri, medikasi, perawatan) Rasional : dengan menentukan persepsi penyebab dan tingkat keterbatasan fisik dapat membantu intervensi selanjutnya. 2. Monitor status nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energy yang adekuat. Rasional : status nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan energy sehingga mengatasi kelemahan. 3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan masukan makanan tinggi energi. Rasional : konsultasi ahli gizi dapat menentukan komposisi makanan yang sesuai untuk klien dan dapat memberikan energy yang adekuat. 4. Monitor respon kardiopulmonal terhadap aktivitas (seperti takikardi, disaritmia, dispnea, diaphoresis). Rasional : takikardi, disaritmia, dispnea, dan diaphoresis menunjukkan respon abnormal tubuh terhadap aktivitas terhadap kelemahan. 5. Monitor dan catat pola tidur klien dan durasi tidur. Rasional: tidur yang adekuat memungkinkan terjadi penyimpanan energi. (not 6. Monitor lokasi ketidaknyaman/nyeri selama pergerakan atau aktivitas. Rasional: mengetahui lokasi nyeri dapat membantu membatasi
Page 35

Keseimbangan diantara istirahat dan aktivitas klien tidak bermasalah (not compromised=5) Metabolisme tubuh (not compromised=5)

aktivitas di daerah tersebut. 7. Anjurkan tirah baring selama fase akut. Rasional: Selama fase akut diperlukan energy yang lebih banyak untuk melawan pertumbuhan penyakit. 8. Atur aktivitasi fisik (contoh kurangi aktifitas setelah makan). Rasional: untuk mengurangi kebutuhan oksigen. 9. Lakukan latihan ROM pasif atau aktif. Rasional: untuk menurunkan tekanan otot, mencegah atropi otot. 10. Bantu klien untuk membuat jadwal istirahat. Rasional: keseimbangan antara aktivitas dan istirahat membantu manajemen pengeluaran energy sehingga tidak terjadi kelemahan lebih lanjut. 11. Rencanakan aktivitas ketika klien memiliki cukup energy. Rasional: untuk meningkatkan toleransi klien terhadap aktivitas.

7. Ansietas Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x jam diharapkan level ansietas klien berkurang, dengan kriteria hasil: NOC Label :
Page 36

Intervensi NIC Label : 1. Anxiety Reduction (pengurangan ansietas)

a. Level Ansietas Klien tidak gelisah (skala 5 = None) Klien tidak mengalami distress (skala 5 = None) Klien tidak panik (skala 5 = None) Klien tidak mengungkapkan ansietas (skala 5 = None) Klien tidak mengalami peningkatan tekanan darah (TD = 120/80 mmHg) (skala 5 = None) Klien tidak mengalami peningkatan denyut nadi (60-100 x/menit) (skala 5 = None) Klien tidak mengalami peningkatan RR (16-20 x/menit) (skala 5 = None)

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan dan menenteramkan hati. Rasional: pendekatan yang menenangkan dapat mengurangi

kecemasan klien. 2. Kaji mengenai pandangan klien tentang situasi stress. Rasional: untuk mengetahui tingkat kecemasan klien. 3. Sediakan informasi yang aktual mengenai diagnosa, terapi, dan prognosis. Rasional: pemberian informasi yang aktual dapat mengurangi kecemasan klien terhadap penyakitnya. 4. Temani klien untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi rasa takut. Rasional: dengan menemani klien, dapat memberikan rasa aman dan mengurangi kecemasan klien. 5. Dorong keluarga untuk selalu menemani klien. Rasional : dengan ditemani keluarga, klien akan merasa termotivasi
Page 37

menghadapi penyakitnya. 6. Dorong klien untuk dapat mengungkapkan perasaan, persepsi dan rasa takut secara verbal. Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien. 7. Identifikasi apabila level ansietas klien berubah. Rasional: untuk memberikan intervensi yang tepat. 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang dapat memunculkan kecemasan. Rasional: untuk membantu klien mengatasi kecemasan yang dialami secara mandiri 9. Kontrol stimuli secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien. Rasional: membantu klien untuk mengontrol faktor-faktor yang dapat menstimulasi kecemasannya. 10. Dukung mekanisme pertahanan yang diperlukan secara tepat.

Page 38

Rasional: mekanisme pertahanan diri yang tepat dapat membantu mengurangi kecemasan. 11. Instruksikan klien dalam penggunaan teknik relaksasi. Rasional: teknik relaksasi dapat membantu memberikan rasa nyaman kepada klien 12. Observasi tanda verbal dan nonverbal ansietas klien. Rasional: dengan mengobservasi tanda verbal dan nonverbal dapat mengetahui tingkat ansietas klien. 13. Berikan informasi yang memadai pada pasien tentang penatalaksanaa seperti operasi penektomi yang dilakukan, prosedur, akibat operasi, tujuan dan proses operasi. Rasional: informasi yang memadai dapat mengurangi kecemasan klien dan meningkatkan kesiapan klien dalam menghadapi operasi.

B.

INTERVENSI POST OPERASI


Page 39

1. Nyeri Akut Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama..x jam diharapkan nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil: NOC Label : a. Pain level (level nyeri): - Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak merintih ataupun menangis (skala 5 = none) - Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri (skala 5 = none) - Klien tidak tampak berkeringat dingin (skala 5 = none) - RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) (skala 5 = normal) - Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala 5 = normal) - Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (skala 5 = normal) b. Pain control (kontrol nyeri): - Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 = consistently demonstrated) - Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi (skala 5 = NIC Label : a. Pain management (manajemen nyeri): 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri. Rasional: pengkajian berguna untuk mengidentifikasi nyeri yang dialami klien meliputi lokasi, karasteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri klien sehinggga dapat menentukan intervensi yang tepat. 2. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari ketidaknyamanan. Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat membantu mengetahui tingkat dan perkembangan nyeri klien. 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji pengalaman nyeri dan menyampaikan penerimaan terhadap respon klien terhadap nyeri. Rasional: membantu klien dalam menginterpretasikan nyerinya. 4. Kaji tanda-tanda vital klien.
Page 40

Intervensi

consistently demonstrated) - Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 = demonstrated) consistently

Rasional: peningakatan tekanan darah, respirasi rate, dan denyut nadi umumnya menandakan adanya peningkatan nyeri yang dirasakan. 5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Rasional: membantu memodifikasi dan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan klien. 6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll). Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien, serta membantu klien untuk mengontrol nyerinya. 7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien.

2. Resiko Infeksi Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x jam diharapkan tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : NOC Label : NIC Label : a. Infection control (kontrol infeksi) 12. Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien.
Page 41

Intervensi

a. Infection Severity (Keparahan infeksi) Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None)

Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari lingkungan dan orang lain. 13. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan dengan cara menutup dengan kasa streril. Rasional: Mengurangi paparan dari lingkungan. 14. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang benar. Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di tangan. 15. Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan. Rasional: Mencuci tangan menggunakan sabun lebih efektif untuk membunuh bakteri. 16. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Rasional: Mencegah infeksi nosokomial. 17. Terapkan Universal precaution. Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.

b. Risk Control (Kontrol resiko) Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi ( Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan (Skala 5 = Consistenly demonstrated)

Page 42

18. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan. Rasional: untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba atau bakteri. 19. Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan cairan adekuat. Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun. 20. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi. Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien. 21. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi. Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga penangan lebih efisien. 22. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu. Rasional: untuk mempercepat perbaikan kondisi klien b. Infection protection (proteksi terhadap infeksi) 7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Rasional: agar memudahkan pengambilan intervensi 8. Monitor hitung granulosit, WBC
Page 43

Rasional: sebagai monitor adanya reaksi infeksi. 9. Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional: untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada klien, sehingga memudahkan pengambilan intervensi 10. Berikan perawatan kulit. Rasional: kulit merupakan pertahanan pertama dari bakteri. 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase Rasional: merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi. 12. Inspeksi kondisi luka Rasional: untuk mempermudah pengambilan intervensi selanjutnya 3. Gangguan citra tubuh Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ... jam, diharapkan klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : NOC Label : Klien mengatakan bisa menerima kondisi fisiknya (skala 5 = consistenly positive) NIC Label : a. Body Image Enhancement 1. Kaji harapan citra tubuh klien yang berdasarkan tahap perkembangan. Rasional: dengan mengetahui harapan klien mengenai citra tubuhnya dapat membantu kita menilai seberapa besar gangguan citra diri yang dialami klien.
Page 44

Intervensi

Klien mengungkapkan kesesuaian antara body reality, body ideal, dan body presentation (skala 5 = consistenly positive)

2. Bantu klien untuk mendiskusikan penyebab perubahan karena penyakitnya. Rasional: dengan mengetahui penyebab perubahan diri klien karena penyakitnya diharapkan klien dapat memahami proses penyakitnya dan bisa menerima kondisinya. 3. Monitor frekuensi pernyataan mengkritik diri. Rasional: dengan menghitung frekuensi klien dalam mengkritik dirinya dapat membantu mengevaluasi beratnya gangguan citra diri klien. 4. Identifikasi strategi koping yang digunakan klien dalam merespon perubahan penampilan. Rasional: untuk mengetahui koping klien terhadap perubahan kondisi fisiknya. 5. Bantu klien dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang dipersepsikan positif. Rasional: dengan mengetahui dan dapat menilai sisi positif dari tubuh klien diharapkan klien tidak malu lagi terhadap dirinya. 6. Fasilitasi kontak dengan individu yang memiliki perubahan pada citra tubuh yang sama dengan klien. Rasional: klien dapat saling berbagi dengan individu yang memiliki pengalaman yamg sama sehingga dapat membantu klien dalam
Page 45

mengatasi gangguan citra tubuhnya. 7. Identifikasi support groups/keluarga untuk klien. Rasional: support group/keluarga sangat penting untuk selalu mendukung klien dan meningkatkan citra tubuh klien.

C. INTERVENSI POST KEMOTERAPI 1. Nausea Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x jam diharapkan terjadi penurunan derajat mual dan muntah, dengan kriteria hasil: NOC Label : a. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah) Klien mengatakan tidak ada mual (skala 5 = none) Klien mengatakan tidak muntah (skala 5 = none) Tidak ada peningkatan sekresi saliva (skala 5 = none) Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil : 2. NIC Label : a. Nausea management (manajemen mual) 1. Dorong klien untuk mempelajari strategi untuk memanajemen mual Rasional: Dengan mendorong klien untuk mempelajari strategi manajemen mual, akan membantu klien untuk melakukan manajemen mual secara mandiri. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, factor frekuensi, presipitasi yang menyebabkan mual. Rasional: Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktorfaktor yang dapat menyebabkan atau meningkatkan mual muntah pada
Page 46

Intervensi

b. Appetite (nafsu makan)

Keinginan klien untuk makan meningkat (skala 5 = not compromised) Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis) (skala 5 = not compromised) Intake cairan adekuat (skala 5 = not compromised) 4. 3.

klien dan membantu dalam memberikan intervensi yang tepat. Kaji riwayat diet meliputi makanan yang tidak disukai, disukai, dan budaya makan. Rasional: Untuk mengetahui makanan yang dapat menurunkan dan meningkatkan nafsu makan klien selama tidak ada kontra indikasi. Kontrol menyebabkan mual. Rasional: Faktor-faktor seperti pemandangan dan bau yang tidak sedap saat makan dapat meningkatkan perasaan mual pada klien. 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi mual (relaksasi, guide imagery, distraksi). Rasional: Teknik manajemen mual nonfarmakologi dapat membantu mengurangi mual secara nonfarmakologi dan tanpa efek samping. 6. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk meringankan nausea. Rasional: Tidur dan istirahat dapat membantu klien lebih relaks sehingga mengurangi mual yang dirasakan. 7. Ajarkan untuk melakukan oral hygine untuk mendukung kenyaman dan mengurangi rasa mual. Rasional: Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan menimbulkan mual.
Page 47

lingkungan

sekitar

yang

8.

Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit. Rasional: Pemberian makan secara sedikit demi sedikit baik untuk mengurangi rasa penuh dan enek di perut.

9. kalori.

Pantau masukan nutrisi sesuai kebutuhan Rasional: Kebutuhan kalori perlu dipertimbangkan untuk tetap mempertahankan asupan nutrisi adekuat.

2. Risiko infeksi Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x jam diharapkan tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : NOC Label : c. Infection Severity (Keparahan infeksi) Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None) Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi Intervensi NIC Label : c. Infection control (kontrol infeksi) 23. Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien. Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari lingkungan dan orang lain. 24. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan dengan cara menutup dengan kasa streril. Rasional: Mengurangi paparan dari lingkungan. 25. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang benar.
Page 48

d. Risk Control (Kontrol resiko)

( Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly demonstrated) Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan (Skala 5 = Consistenly demonstrated)

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di tangan. 26. Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan. Rasional: Mencuci tangan menggunakan sabun lebih efektif untuk membunuh bakteri. 27. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Rasional: Mencegah infeksi nosokomial. 28. Terapkan Universal precaution. Rasional: Mencegah infeksi nosokomial. 29. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan. Rasional: untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba atau bakteri. 30. Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan cairan adekuat. Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun. 31. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi. Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien. 32. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi. Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga
Page 49

penangan lebih efisien. 33. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu. Rasional: untuk mempercepat perbaikan kondisi klien

d. Infection protection (proteksi terhadap infeksi) 13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Rasional: agar memudahkan pengambilan intervensi 14. Monitor hitung granulosit, WBC Rasional: sebagai monitor adanya reaksi infeksi. 15. Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional: untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada klien, sehingga memudahkan pengambilan intervensi 16. Berikan perawatan kulit. Rasional: kulit merupakan pertahanan pertama dari bakteri. 17. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase Rasional: merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi. 18. Inspeksi kondisi luka Rasional: untuk mempermudah pengambilan intervensi selanjutnya 3. PK : Anemia
Page 50

Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax jam, perawat dapat Mandiri: meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi, dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5C, RR: 16-20 x/menit). Konjungtiva berwarna merah muda. Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL). Mukosa bibir berwarna merah muda. Klien tidak mengalami lemas dan lesu. Rasional:

Intervensi

1. Pantau tanda dan gejala anemia yg terjadi. Rasional: memantau gejala anemia klien penting dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut. 2. Pantau tanda-tanda vital klien. perubahan tanda vital menunujukkan perubahan pada kondisi klien. besi dan vit B12. Rasional: konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam volat dapat menstimulasi pemebntukan Hemoglobin. 4. Minimalkan prosedur yg bisa menyebabkan perdarahan. Rasional: prosedur yang menyebabkan perdarahan dapat memperparah kondisi klien yang mengalami anemia. 3. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat

Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi. Rasional: transfusi darah diperlukan jika kondisi anemia klien buruk untuk menambah jumlah darah dalam tubuh

4. Gangguan citra tubuh Tujuan


Page 51

Intervensi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ... jam, diharapkan klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : NOC Label : Klien mengatakan bisa menerima kondisi fisiknya (skala 5 = consistenly positive) Klien mengungkapkan kesesuaian antara body reality, body ideal, dan body presentation (skala 5 = consistenly positive)

NIC Label : a. Body Image Enhancement 1. Kaji harapan citra tubuh klien yang berdasarkan tahap perkembangan. 2. Rasional: dengan mengetahui harapan klien mengenai citra tubuhnya dapat membantu kita menilai seberapa besar gangguan citra diri yang dialami klien. 3. Bantu klien untuk mendiskusikan penyebab perubahan karena penyakitnya. 4. Rasional: dengan mengetahui penyebab perubahan diri klien karena penyakitnya diharapkan klien dapat memahami proses penyakitnya dan bisa menerima kondisinya. 5. Monitor frekuensi pernyataan mengkritik diri. 6. Rasional: dengan menghitung frekuensi klien dalam mengkritik dirinya dapat membantu mengevaluasi beratnya gangguan citra diri klien. 7. Identifikasi strategi koping yang digunakan klien dalam merespon perubahan penampilan. 8. Rasional: untuk mengetahui koping klien terhadap perubahan
Page 52

kondisi fisiknya. 9. Bantu klien dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang dipersepsikan positif. 10. Rasional: dengan mengetahui dan dapat menilai sisi positif dari tubuh klien diharapkan klien tidak malu lagi terhadap dirinya. 11. Fasilitasi kontak dengan individu yang memiliki perubahan pada citra tubuh yang sama dengan klien. 12. Rasional: klien dapat saling berbagi dengan individu yang memiliki pengalaman yamg sama sehingga dapat membantu klien dalam mengatasi gangguan citra tubuhnya. 13. Identifikasi support groups/keluarga untuk klien.

Page 53

4. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi/perencanaan yang telah dibuat.

5. EVALUASI A. EVALUASI PRE OPERASI No. 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah penis, klien mengatakan nyeri seperti ditusuktusuk, klien mengatakan nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 1-10, klien tampak gelisah dan meringis kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang nyeri, TD klien meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit). Evaluasi Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil: Subjektif: Klien tidak melaporkan adanya nyeri Klien melaporkan nyeri terkontrol Klien tidak merintih ataupun menangis Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri Klien tidak tampak berkeringat dingin RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis 2 Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan). Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi. Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : Subjektif: Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi Objektif: Tidak ada kemerahan Tidak terjadi hipertermia

Objektif:

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolism akibat kanker, ditandai dengan klien mengatakan mengalami penurunan BB >20%, kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL), terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan. 4 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperplasia sel kanker, ditandai dengan adanya luka terbuka yang menyerupai 5 jerawat atau kutil pada penis. PK: Perdarahan -

Tidak ada nyeri Tidak ada pembengkakan Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi. Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi. Tidak terjadi paparan saat tindakan

keperawatan. Pemenuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil: Subjektif: Objektif: normal Masukan kalori dalam batas normal Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat , vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium. Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl) Integritas kulit klien tidak memburuk, dengan kriteria hasil : lanjut. Perawat dapat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria hasil: Subjektif: Objektif: Nilai Hb dalam batas normal (12-16g/dL). Nilai Ht dalam batas normal (40-45%). Klien tidak mengalami episode perdarahan.
Page 55

Masukan nutrisi adekuat Masukan makanan dalam batas

Tidak terjadi kerukan kulit lebih

Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-

Kelemahan berhubungan dengan penurunan kondisi fisik akibat pertumbuhan sel kanker, ditandai dengan klien mengeluh lemah, klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, adanya ketidaksanggupan dalam menjaga level aktivitas fisik seperti biasa, meningkatnya kebutuhan beristirahat dan kekurangan energi.

37,5C, RR: 16-20 x/menit). Kelemahan teratasi, dengan kriteria hasil : Subjektif: Objektif: Kesesuaian saturasi oksigen dengan aktivitas Kesesuaian denyut nadi dengan aktivitas Kesesuaian respiratory rate dengan aktivitas Kesesuaian sistolic blood presure dengan aktivitas. Kesesuaian diastolic blood presure dengan aktivitas. Peningkatan kemampuan dalam melakukan ADL. Klien tidak mengalami kelemahan. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Klien dapat melakukan aktivitas kerja. Kualitas istirahat klien tidak bermasalah. Keseimbangan diantara istirahat dan aktivitas

Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, ditandai dengan klien tampak gelisah, klien mengungkapkan perasaan takut, khawatir, wajah tampak tegang, peningkatan tandatanda vital (TD klien meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit)).

klien tidak bermasalah. Level ansietas klien berkurang, dengan kriteria hasil: Subjektif: Klien tidak mengungkapkan ansietas. Klien tidak gelisah. Klien tidak mengalami distress. Klien tidak panik. Klien tidak mengalami peningkatan tekanan darah (TD = 120/80 mmHg) Klien tidak mengalami peningkatan denyut nadi (60-100 x/menit) Klien tidak mengalami peningkatan RR (16-20 x/menit)
Page 56

Objektif:

B. EVALUASI POST OPERASI No. 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan pembedahan), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah pembedahan, klien mengatakan nyeri seperti ditusuktusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan berkurang saat istirahat dengan skala nyeri 1-10, klien tampak gelisah dan meringis kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang nyeri, TD klien meningkat (>120/80 mmHg, nadi klien meningkat (>100 kali/menit). 2 Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh) akibat luka post operasi. Subjektif: Klien tidak melaporkan adanya nyeri Klien melaporkan nyeri terkontrol Klien tidak merintih ataupun menangis Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri Klien tidak tampak berkeringat dingin RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala 5 = normal) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi. Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : Subjektif: Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi Objektif: Tidak ada kemerahan Tidak terjadi hipertermia Tidak ada nyeri Tidak ada pembengkakan Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi.
Page 57

Evaluasi Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil:

Objektif:

Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, ditandai dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya karena penisnya sudah tidak utuh lagi.

- Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan. Klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : Subjektif: Klien mengatakan bisa menerima kondisi fisiknya Klien mengungkapkan kesesuaian antara body reality, body ideal, dan body presentation Objektif: Klien tampak tidak malu-malu untuk berinteraksi dengan orang lain.

C. EVALUASI POST KEMOTERAPI No. 1 Diagnosa Keperawatan Nausea berhubungan dengan terapi (kemoterapi) ditandai dengan klien mengeluh mual, terjadi penurunan nafsu makan, terjadi peningkatan saliva, klien tidak dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang disediakan. Evaluasi Terjadi penurunan derajat mual dan muntah, dengan kriteria hasil: Subjektif: Klien mengatakan tidak ada mual. Klien mengatakan tidak muntah. Klien mengatakan keinginannya untuk makan meningkat Objektif: Tidak ada peningkatan produksi saliva. Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis) 2 Risiko infeksi berhubungan dengan efek kemoterapi. - Intake cairan adekuat. Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : Subjektif: Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi Objektif:
Page 58

3 PK : Anemia

Tidak ada kemerahan Tidak terjadi hipertermia Tidak ada nyeri Tidak ada pembengkakan Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi. Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi. Tidak terjadi paparan saat tindakan

keperawatan. Perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi, dengan kriteria hasil: Subjektif: Objektif: TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5C, RR: 16-20 x/menit). muda. 16 g/dL). muda. Klien tidak mengalami lemas dan lesu. Klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : Subjektif: Klien mengatakan bisa menerima kondisi fisiknya. Klien mengungkapkan kesesuaian antara body reality, body ideal, dan body presentation. Objektif:
Page 59

Konjungtiva berwarna merah Hb klien dalam batas normal (12Mukosa bibir berwarna merah

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh ditandai dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya, dimana rambutnya menjadi rontok.

Klien tampak tidak malu-malu untuk berinteraksi dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA Akatsuki. 2010. Kanker Penis. http://akatsuki-ners.blogspot.com/ [Akses: 3 April 2011]

Page 60

Anurogo,

Dito.

2008.

Kanker

Penis.

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?

pil=3&dn=20080218175411. [Akses: 3 April 2011] Asrul. 2010. Kanker Penis. http://dokter-herbal.com/kanker-penis.html. [Akses: 3 April 2011] Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer. http://emedicine.medscape.com/article/446554overview#a0199 [Akses: 3 April 2011] Craft, Martha. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta: Digna Pustaka Hutabarat, Mellyssa. 2010. Kanker Penis. http://www.meillyssach.co.cc/2010/09/kankerpenis.html. [Akses: 3 April 2011] Kurnianto, April 2011] Muhsin, April 2011] Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Bin. 2011. Kanker Penis. 3 http://islamicherbalmedicine.blogspot.com/2011/03/kanker-penis.html. [Akses: Tri. 2008. Perawatan Ca Penis. 3 http://trikurnianto.multiply.com/photos/album/19/Perawatan_CA_penis. [Akses:

Page 61

You might also like