You are on page 1of 12

KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

Restorasi Penghidupan Pesisir


www.rcl.or.id

inisiatif mengembangkan usaha dari sekolah lapang bangkit setelah hampir bubar berdayakan perempuan: produksi teh kalli-kalli

#4

Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir

DAFTAR ISI
BERITA UTAMA

3 4

DARI REDAKSI

Akhirnya Ibu-Ibu Punya Aktivitas

LINTAS PESISIR

Bangkit Setelah Hampir Bubar

Belajar dari Kegagalan dan Pelatihan Hemat dan sehat melalui pemanfaatan lahan pekarangan Gender; Bagaimana membagi Peran

PROFIL TOKOH
Muhammad Jufri Kepala Desa Cikoang

8 9 10
www.rcl.or.id

SPECIAL EVENT LENSA RCL

KabarPesisir
Restorasi Penghidupan Pesisir

ejumlah aksi yang dilakukan baik itu oleh perorangan, kelompok, lembaga/organisasi dan pemerintah dalam memperingati hari pangan sedunia pada tgl 16 oktober 2012, sekedar merefleksikan kepedulian mereka akan ketersediaan pangan Indonesia. Aksi ini sebenarnya sebagai bentuk apresiasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan peningkatan, penyempurnaan dan pengembangan seluruh aspek dalam penyelenggaraan ketahanan pangan nasional. Provinsi Sulawesi Selatan memegang peran strategis sebagai salah satu provinsi penyangga lumbung pangan Indonesia. Produksi hasil pertanian dan perikanan menjadi kekuatan Sulsel dalam memberikan kontribusi kepada pemerintah Indonesia dalam ketahanan pangan nasional Dalam memperkuat basis ketahanan pangan lokal, Restoring Coastal Livelihood project yang dilaksanakan oleh Oxfam bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia melalui kementerian sosial membangun ketersediaan pangan khususnya di 4 kabupaten wilayah pesisir sulawesi selatan dalam upaya pengembangan usaha mikro dan berbasis pada sumber daya lokal. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengkoordinasikan, memperluas dan mengeksplorasi sumber daya lokal sebagai penyangga ekonomi keluarga, serta menjaring aspirasi dan partisipasi masyarakat baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam project Restorasi Penghidupan Pesisir di Sulawesi Selatan. Peringatan hari pangan sedunia menjadi agenda tahunan yang mendorong pelaku ekonomi dan pemerintah untuk dapat berkolaborasi dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pangan Nasional. Selain itu juga pengembangan pangan lokal juga perlu dipercepat khususnya dalam mendukung Desa mandiri pangan (mapan) yang dicanangkan oleh pemerintah daerah. Dibutuhkan kerjasama lintas sektor antara Pemerintah, akademisi, pihak swasta, LSM dan masyarakat sehingga dapat tercapainya ketahanan pangan nasional yang mandiri dan kreatif. n

Redaksi: Pelindung Agus Budiarto Penanggung Jawab Boedi Sardjana Julianto Pemimpin Redaksi Alauddin Latief Kontributor RCL Team Asri Abdullah Layout Grafis Riesvan Anwar OXFAM Jl. Ketilang No. 10 Makassar - 90125 Telp. 0411 858468 Fax 0411 873180 email pengaduan: makassar@oxfam.org.uk www.rcl.or.id

Canadian International Development Agency

Kabar Pesisir merupakan wahana penyebaran informasi kegiatan restorasi penghidupan pesisir yang diterbitkan oleh Oxfam Area Indonesia Timur, Makassar. Pendanaan kegiatan RCL Oxfam sepenuhnya mendapat dukungan CIDA (Canadian International Development Agency). Dalam pelaksanaan program Restoring Coastal Livelihood, Oxfam bekerjasama dengan mitra lokal MAP dan YKL. Kabar Pesisir diterbitkan 2 bulan sekali untuk memberikan informasi seputar program RCL di Sulawesi Selatan. Kabar Pesisir ditujukan untuk masyarakat, Pemerintah Daerah, Lembaga Mitra, Media, dan seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam Restorasi Penghidupan Masyarakat Pesisir.

In partnership with:

KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

berita UTAMA

inisiatif mengembangkan usaha dari sekolah lapang


Ibu Sadi, 42 tahun, tak pernah membayangkan dirinya mempunyai kesibukan membuat kue bersama Ibu-ibu di Dusun Kalukua, Kabupaten Pangkep. Sebelumnya, Ibu Sadi dan sebagian besar ibu-ibu di daerahnya hanya mengurus rumah tangga dan menonton TV. setelah mengikuti aktifitas kelompok perempuan BERKAH yang berdiri Oktober tahun 2011, Ibu-ibu bahkan tak punya waktu lagi untuk nonton TV.

orang. Menurut Sadi, sebelumnya, ibu-ibu di desa ini tak banyak yang memiliki aktivitas rutin selain mengurus rumah tangga. Namun demikian perubahan terasa sejak mengikuti sekolah lapang program (Restoring Coastal Livelihood), kemudian mereka berinisiatif membentuk usaha mandiri kelompok dalammengembangkan kelompok yang mereka beri nama Berkah. Kelompok yang dipimpin oleh Sadi ini memproduksi kue, seperti snack kacang (kacang sembunyi), kripik bawang, doi-doi (makanan khas Pangkep), dan tenteng. Dua produknya memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan produk yang ada di pasaran. Kripik bawang dan snack kacang dibuat dari bahan rumput laut. Rasanya lebih gurih dibandingkan yang ada di kios-kios, ujar Sadi. Bahan baku rumput laut diperoleh dari aktivitas ibu-ibu di desanya yang sebagian besar berprofesi sebagai pengikat rumput laut. Kehadiran kelompok BERKAH memberikan jalan untuk pemasaran rumput laut selain ke pedagang pengumpul. Semua produk hasil olahan ibu-ibu kelompok BERKAH sudah mempunyai kemasan yang dilabel dengan logo kelompok. Namun demikian sertifikasi produksi sementara dalam pengurusan untuk terdaftar di dinas kesehatan. Hanya saja, Sadi mengaku belum ada tertera diproduknya tulisan halal. Tak tahu mau urus dimana, ungkapnya menahan tawa. Menurut Ibu Sadi, Makanan hasil olahan Kelompok BERKAH telah menjangkau beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, diantaranya Pare-pare, Maros, Enrekang, dan Kota Makassar.

elompok BERKAH merupakan salah satu kelompok perempuan yang mengikuti kegiatan sekolah lapang di Kabupaten Barru, Desa Tamangapa, Dusun Kalukua. Saat ini jumlah anggotanya sudah mencapai 12

Bahkan sudah ada yang ke Kalimantan. Biasanya, pemuda atau warga yang ingin merantau keluar Sulawesi, memesan dalam jumlah banyak untuk dibawa sebagai oleh-oleh khas. Selain itu, sejumlah kios-kios juga telah memasarkannya. Kata Sadi, untuk yang dekat-dekat, anggotanya yang langsung mengantar. Kalau yang jauh, agen kadang datang mengambil. Proses produksinya pun memiliki standar kerja/menajemen produksi yang telah disepakati bersama oleh anggota kelompok. Mulai dari aturan jam kerja hingga pembagian peran. Aturan ini dibuat agar anggota terbiasa disiplin, dan menghargai anggota yang serius, katanya. kelompok Berkah telah mampu memproduksi 6 12 kilogram/hari. Keuntungannya bisa mencapai Rp 200 300 ribu per anggota setiap bulan, ungkap Sadi. Dalam kegiatan produksi, kelompok ini menggunakan rumah Sadi sebagai tempat produksi. Alat produksinya pun beragam seperti panci, timbangan, wajan, kompor gas, alat press, blender, dan penggiling. Alat-alat produksi, menurut Sadi, sebagian besar adalah bantuan OXFAM melalui mitranya MAP. Tapi, saat ini, kelompok ini sudah mampu mandiri. Melalui kelompoknya, Sadi dan beberapa anggotanya juga mengaku bisa mengenal yang namanya pelatihan, dan merasakan tinggal di hotel. Seumur-umur, saya baru injak yang namanya hotel berkat pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh kelompok, ungkapnya sambil tertawa. n

Berkat sekolah lapang, kami bisa produksi makanan olahan.


Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir

lintas pesisir
TAKALAR

bangkit setelah
Pemimpin adalah orang yang mau mengangkat batu kerikil satu-persatu untuk memindahkan gunung, pemimpin adalah orang yang harus menghargai proses untuk mencapai kesuksesan yang besar. Pemimpin ibarat nahkoda dalam ditengah samudera untuk sampai kepada tujuan. Pemimpin harus kuat dan berjiwa besar, namun apakah pemimpin yang ideal adalah kaum lelaki? adalah kedisiplinan. Saya mulai dari pertemuan-pertemuan yang digelar tiga kali seminggu. Semua harus menghargai waktu dengan menghadiri pertemuan tepat waktu, kata Salawati yang akrab disapa Daeng (Dg.) Sugi. atas permintaan dari kelompok Baji Minasa, saya didaulat untuk menjadi ketua kelompok pada awal Mei 2012, menggantikan ketua terdahulu ujarnya. Kelompok Bajiminasa yang merupakan salah satu binaan OXFAM kerjasama dengan lembaga mitra MAP dan YKL melalui Program RCL. Baji minasa memproduksi keripik pisang dalam jumlah besar dan dipasarkan kesejumlah kios-kios di Takalar. Bahkan kelompok ini telah melibatkan masyarakat di luar kelompoknya sebagai pengantar kripik. Dg. Sugi mengungkapkan, melalui sekolah Lapang, mereka mendapatkan pemahaman mengidentifikasi potensi lokal yang mereka miliki. Salah satunya adalah pengolahan pisang yang banyak terdapat di Tanakeke. Kami berterima kasih kepada OXFAM melalui pelatihan, pendampingan, dan bantuan beberapa alat produksi, ujarnya. Kelompok Bajimanasa memproduksi kripik pisang 2.400 bungkus perminggu. Aktivitas produksi dimulai jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Semuanya dikerjakan di sekretariat kelompok Bajiminasa, bertempat di pulau Tanakeke, Dusun Kampung Bugis, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kripik pisang dijual perbungkus di kios-kios dan pasar dengan harga Rp 400. Keuntungannya digunakan untuk proses

hampir bubar
produksi lagi, dan dibagi ke anggota kelompok, ujar perempuan kelahiran Patalassang, 1981 ini. Mengenai pemasaran produk, kelompok Bajiminasa memiliki dua anggota yang disebut peluncur. Peluncur yang akan mengantarkan kripik ke kios-kios termasuk ke kota Takalar melalui jalur laut. Tak jarang Ombak besar menemani perjalanan meraka selama 1 jam. Hingga saat ini, sudah ada 56 kios yang menjadi langganan tempat penjualan kripik. Syukur alhamdulillah, setiap harinya pelanggan dan pemesan terus bertambah, kata Dg. Sugi. Sejak menjadi ketua kelompok, Dg. Sugi, terus berusaha memberikan semangat kepada seluruh anggotanya untuk terus beraktivitas dan mengembangkan produksi kripik pisang. Dg. Sugi menjadi inspirasi bagi anggota kelompoknya untuk terus maju dan berkembang. Selain menjadi ketua kelompok Bajiminasa, Dg. Sugi mempunyai tanggung jawab sebagai Ketua Forum Komunitas Perempuan Tanakeke yang membawahi lima desa. Diantaranya Desa Maccini Baji, Sompotana, Balangdatu, dan Mattiro Baji. Setiap desa memiliki lima anggota. Kelompok Bajiminasa dan Dg. Sugi merupakan salah satu fakta sosial dimana kelompok perempuan tidak lagi dipandang sebagai kelompok yang tertinggal, tapi kelompok perempuan yang mampu mandiri secara ekonomi.
n

tulah fenomena yang sering terjadi, kita kesulitan keluar dari pandangan patriarki yang telah menjadi budaya sebagian masyarakat. Banyak fakta yang menunjukkan kelompok perempuan dalam pembangunan seringkali menjadi pihak yang tertinggal. Seperti dari segi pemberdayaan dan kepemimpinan. Padahal, keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari dua indikator yakni, akses pembangunan dapat dilakukan atau didapatkan oleh perempuan dan laki-laki, dan hasil pembangunan bisa diterima oleh perempuan dan laki-laki secara proporsional, berkeadilan dan berkelanjutan. Keberhasilan kelompok perempuan dalam memberdayakan diri merupakan indikator kesejahteraan. Olehnya itu, melalui indikator tersebut, saatnya perempuan menjadi kelompok terdidik, memiliki hak-hak kepemilikan serta bebas bekerja di luar rumah secara mandiri yang memiliki pendapatan sendiri. Dalam hal kepemimpinan, perempuan juga mampu mengorganisir kelompoknya sendiri. Seperti halnya kelompok Baji Minasa, mampu bergerak secara mandiri yang dipimpin oleh seorang guru benama Salawati. Salaswati bagi kelompoknya merupakan pemimpin yang memberikan harapan dan perubahan. Salah satu kunci keberhasilan dalam memimpin

KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

lintas pesisir
MAROS

Kelompok Bunga Melati, Kabupaten Maros kelompok mengajarkan saya cara membuatnya, dan akhirnya saya bisa membuatnya sendiri, ucap Hasmawati, anggota kelompok Bunga Melati. Hasmawati, 25 tahun, mengaku banyak mendapatkan manfaat ketika terlibat dalam kelompok Bunga Melati hingga saat ini. Salah satunya adalah mendapatMelati mampu menghasilkan telur asin sebanyak 50 butir. Keterampilan dan pengetahuan Hasmawati dalam mengembangkan kelompoknya bersama anggota lainnya tak luput dari pelatihan-pelatihan yang sering diikuti oleh anggota kelompok Bunga Melati. Kelompok yang berdomisili di Dusun

belajar dari kelompok

Berawal dari Kegiatan Kelompok, akhirnya saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam proses pembuatan telur asin.

ULU saya tidak tahu cara membuat telur asin. Tapi setelah bergabung menjadi anggota kelompok Bunga Melati, ibu-ibu anggota

kan keterampilan membuat telur asin. Ibu-ibu anggota kelompok mengajarkan saya dengan praktek langsung cara pembuatannya, ujarnya. Telur yang akan diproduksi menjadi telur asin dibeli oleh kelompok Bunga Melati diambil dari peternak bebek disekitar desa, namun demikian ada kalanya kami kekurangan bahan sehingga harus membeli dari pasar. Harga setiap telurnya dibeli fluktuatif tergantung pasar. Paling murah kami beli Rp 1300 per butir, dan paling mahal Rp 1700 per butir, katanya. Proses produksi, lanjut Hasmawati, sangat sederhana. Telur dibungkus dengan abu gosok, kemudian disimpan selama seminggu. Setelah disimpan dengan berbalut abu gosok, kemudian dibersihkan dan siap untuk dipasarkan. Setelah proses produksi, kami jual di pasar dan tetangga dengan harga Rp 2000 per butir. Jika di atas harga Rp 2000, maka jarang orang membelinya karena dinilai terlalu mahal. Keuntungannya disimpan untuk kepentingan kelompok, ucap Hasmawati. Dalam seminggu, kelompok Bunga

Parasangangberu, Desa Pajukukang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros ini sudah memproduksi telur sejak awal tahun 2012. Hasmawati mengaku sejak terlibat di kelompok ini, Ia telah mengikuti pelatihan sebanyak lima kali. Salah satunya yang di laksanakan OXFAM, yakni pelatihan analisis sosial dan perencanaan partisipatif Restoring Coastal Livelihood, Oktober di Malino Provinsi Sulawesi Selatan. Selain mendapatkan pelatihan dan dampingan dalam produksi, kelompok bunga Melati juga telah mendapatkan bantuan berupa blender, timbangan, dan kompor gas yang digunakan untuk produksi telur asin. Hasmawati mengakui bahwa meskipun keuntungan yang mereka peroleh relatif belum bisa menutupi seluruh kebutuhan keluarga, namun melalui kegiatan RCL, sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk peningkatan ekonomi keluarganya.
n

Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir

lintas pesisir

anyak yang tidak menyadari bahwa selain manfaat estetis dari sebuah rumah, pekarangan juga dapat menambah penghasilan keluarga. Salah satu metode yang digunakan dalam pemanfaatan lahan Pekarangan adalah menyulap pekarangan menjadi lahan produktif dengan tanaman pangan, buah-buahan, dan sayuran. Selain menutupi kebutuhan pangan keluarga, pemanfaatannya juga menciptakan kawasan yang ramah lingkungan, sehat dan hemat. Nurlina, 28 tahun, tak perlu bersusahsusah ke pasar jika hendak memasak sayur. Cukup beberapa langkah dari pintu rumahnya, Ia sudah berada di kebun yang dipenuhi berbagai tanaman sayuran. Letaknya di samping rumah dengan luas 10 x 5 meter. Pekarangan rumahnya berhasil disulap menjadi lahan sayuran organik yang didapatkan dari sekolah lapang ber-

PANGKEP

dapat terpenuhi, ungkap Nurlina. Ibu dua anak ini bergabung dengan Kelompok Talaswati awal tahun 2011. Hingga saat ini kelompoknya telah memiliki anggota aktif sebanyak 10 orang yang semuanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kelompok Talaswati dapat ditemui di Dusun Kasuarang, Desa Tamangapa Kecamatan Marang, Kabupaten Pangkep, 2 kilometer dari jalan Trans Sulawesi.

tuk keperluan kelompok ketika ada kegiatan. Bukan hanya memanfaatkan pekarangan dengan tanaman sayuran saja, kelompok Talaswati juga membuat pupuk organik. Bahan bakunya berasal dari kotoran sapi. Pupuk organik dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan. Keterampilan membuat pupuk organik didapatkan kelompok Talaswati dari pelatihan dan

Hemat dan sehat melalui pemanfaatan lahan pekarangan


sama kelompok Perempuan Talaswati. Menurut Nurlina, pemanfaatan pekarangan untuk berkebun sayuran didapatkan dari Sekolah Lapang Program Restoring Coastal Livelihood yang dilaksanakan oleh Oxfam bekerjasama dengan lembaga mitranya MAP (Mangrove Action Project). Ide ini muncul dari kelompok dalam sekolah lapang, kemudian saya buat sendiri memanfaatkan luasan pekarangan rumah yang ada, katanya. Tanaman sayur yang di tanam dipekarangan rumah Nurlina pun beragam, seperti kangkung cabut, terung, kacang panjang, sawi, lombok, dan tomat. Setiap pagi, Ibu dua anak ini menyiram tanamannya dan sesekali memetik beberapa sayur untuk dikonsumsi. pekarangan menjadi produktif dan kebutuhan sayur keluarga Selain bercocok tanam di pekarangan rumah, Kelompok Talaswati juga memiliki lahan Komunal (bersama) seluas 20x50 meter yang di manfaat untuk tanaman sayuran. Awalnya bibit tanaman kami beli dari pasar, namun melalui program RCL, kami juga mendapatkan bantuan pelatihan dan sekolah lapang agar pemanfaatan lahan lebih produktif dan bisa menghasilkan, kisah Nurlina. Hasilnya dikomsumsi sendiri oleh anggota kelompok dan sebagian dijual di pasar. kelompok Talaswati menjual hasil produksi sayurannya ke pagandeng (penjual keliling). Harganya tiap sayur, Lanjut Nurlina seperti kacang panjang dijual dengan harga Rp 800 per ikat. Dalam satu ikat isinya delapan batang. Hasilnya disimpan untuk keperluan pembelian benih dan un-

praktek langsung di lapangan, juga diajarkan cara membuat pestisida. Lahan yang dulunya tidak produktif, kini menjadi produktif. Apa yang dilakukan oleh Ibu Nurlina bersama kelompok Talaswati sebagai salah satu upaya pemenuhunan kebutuhan pangan keluarga, juga dapat membantu menjaga ketersediaan pangan pada masa krisis serta dapat dikembangkan menjadi usaha ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. n

KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

perempuan bicara;
ERAN perempuan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini tak boleh dipandang sebelah mata. Secara sosial, perempuan dalam banyak fakta memiliki peran strategis baik dalam rumah tangga maupun bermasyarakat. Saat ini sudah banyak perempuan menjadi kepala desa, lurah, camat, menteri, bahkan presiden. Siapa bilang perempuan hanya bisa kerja dirumah saja ? Bahkan kaum perempuan saat ini banyak yang mengambil peran sebagai pelaku perubahan sosial. Kini, perempuan dan laki-laki secara sosial memiliki hak yang sama. Bahkan kesamaan ini pernah diungkapkan, Presiden pertama RI, Ir. Soekarno: Perempuan dan laki-laki memiliki otak yang sama. Ketidakadilan terhadap perempuan disebabkan kesempatan yang tidak diberikan kepadanya. Hal ini dibuktikan oleh Kelompok Wanita Tani Mandiri dari Kabupaten Barru melalui kegiatan positif yang menghasilkan. Sebut saja Ibu Ratnawati (35), Koordinator Kelompok Wanita Tani (KWT) dari Kabupaten Barru, yang sehari-harinya bekerja sebagai Petani Tambak, yang bisa ia lakukan sebagai perempuan adalah melakukan tugas dan pekerjaan secara proporsional, tergantung kesepakatan, Bagaimana membagi peran perempuan

BARRU

lintas pesisir

Bagaimana membagi Peran


dengan laki-laki, segala pekerjaan dapat kita lakukan tidak semata menilai pada perbedaan jenis kelamin, melainkan tergantung pada skill dan kemampuan seseorang yang sesuai dengan proporsi dan tanggung jawab sosial, ucapnya sambil tertawa saat mengikuti pelatihan Analisis gender partisipatif oleh OXFAM di Malino beberapa waktu lalu. Didaerahnya, Kabupaten Barru, Ratnawati dikenal sebagai Koordinator Kelompok Tani Perempuan Mandiri yang mengumpulkan kelompok perempuan produktif yang ada di kabupaten Barru. Hingga saat ini tercatat 4 kelompok dari 4 dusun yang berbeda bergabung dengan KWT mandiri, diantaranya dusun Lampoko, Bawasalo, Wiringpulu, dan Pallae. Adapun beberapa macam produk yang telah di hasilkan oleh kelompok antara lain: pertanian organic, pupuk organic, serat beberapa produksi bahan makanan khas daerah. Untuk pengembangan usaha, KWT bekerja sama dengan kelompok pemuda local GAZIBU (Gabungan Pencinta Seni dan Budaya). Kelompok pemuda ini membantu KWT Mandiri dalam proses produksi pupuk organic sampai kepada pemasaran. Pupuk organik berbahan baku kotoran sapi, dikumpulkan oleh Gazibu yang kemudian diolah menjadi pupuk organic oleh KWT Mandiri. Setiap minggu KWT mampu memproduksi 300500 kilogram pupuk organic tergantung kepada material yang ada. Hasilnya kemudian dijual dengan harga Rp 1.000 per kilogram. Hasil dari penjualan dikurangi dengan biaya operasional produksi, digunakan untuk kesejahteraan anggota kelompok. Dari keuntungan yang diperoleh, angota kelompok di 4 dusun digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Yang terpenting, katanya, perempuan juga bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, namun untuk mendukung peningkatan kapasitas dari kelompok perempuan, sebaiknya perempuan tidak hanya diberikan pelatihana tentang gender saja, tapi lebih kepada peningkatan keterampilan (skill) dalam mendukung aktifitas mereka, sehingga mereka bisa bersaing dengan lelaki dan mandiri Perempuan juga bisa melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki, tergantung kepada akses dan kapasitas dari perempuan. Apa yang dilakukan oelh Ratna dalam mendukung kelompok perempuan bukan untuk bersaing dengan laki-laki dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, tetapi lebih memandang pada kerjasama dan dukungan kepada kaum lelaki agar bisa seiring sejalan.
n

Perlu dukungan dari semua pihak untuk memberikan kesempatan kepada perempuan menggali kreatifitas dan kemandirian .

~ ~
7

Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir

PROFIL TOKOH

berdayakan perempuan:
produksi teh kalli-kalli
nisiatif kelompok perempuan desa cikoang perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak. Produksi teh kalli-kalli, merupakan hasil kreatifitas kelompok perempuan dalam memanfaatkan sumberdaya lokal berupa daun mangrove. hasilnya bukan hanya membantu untuk meringankan ekonomi keluarga tapi juga melestarikan menu khas daerah pesisir Sulawesi Selatan yang sudah lama hilang. Hal ini diungkapkan oleh Dg Baso sewaktu tim RCL berkunjung kerumah beliau di Desa Cikoang Kabupaten Takalar. Beliau merupakan Kepala Desa terpilih yang sering mendorong kelompok perempuan untuk aktif dalam dalam produksi teh kalli-kalli. Dulunya ibu-ibu di desa ini tidak memiliki aktivitas selain kasur, dapur dan sumur. Sekarang alhamdulillah sudah ada, katanya tertawa. Untuk menjangkau Desa Cikoang, dibutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan dari kota Makassar. Tidak sulit untuk menemukan produk the kalli-kalli ini, apabila kita menelusuri daerah pesisir Kabupaten

Berikan dukungan penuh terhadap aktivitas kelompok perempuan.

Takalar. Produk ini merupakan binaan sekolah lapang dari Project Restorasi Penghidupan Pesisir dari Oxfam dengan mitranya MAP dan YKL. Kata Tuang Baso.

Tuang Baso mengungkapkan, sejak adanya Sekolah Lapang dari program Restoring Coastal Livelihood (RCL) OXFAM di Desa Cikoang yang telah berjalan kurang lebih setahun, ibu-ibu rumah tangga mulai menunjukkan kemajuannya mengembangkan kapasitas yang dimiliki melalui pertemuan dan pelatihan. Beberapa diantara mereka adalah yang memproduksi teh Kalli-Kalli, ungkap Tuang Baso. Teh Kalli-Kalli merupakan teh hijau yang berasal dari tanaman Acanthus tea. Tanaman ini banyak tumbuh di Desa Cikoang. Khususnya di pinggiran sungai dan pesisir. Teh hijau dikenal sebagai minuman yang baik bagi kesehatan. Diantaranya sebagai pencegah kanker, memperlancar aliran darah, sebagai antioksidan serta melindungi hati. Selain itu, juga dapat membantu mengendalikan diabetes dan meningkatkan sistem daya tahan tubuh, jelas Baso. Potensi pengembangan tanaman Acanthus tea menjadi teh Kalli-Kalli berkembang setelah beberapa ibu-ibu di Desa Cikoang mengikuti Sekolah Lapang untuk meningkatkan peran perempuan dengan memberi akses dan kendali terhadap sumberdaya produktif. Sehingga mendukung terciptanya penghidupan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan khususnya di kawasan pesisir. Kemajuan kelompok perempuan di Desa Cikoang tidak lepas dari dukungan Tuang Baso selaku Kepala Desa. Ia sering terlibat dalam pertemuan-pertemuan yang digelar pemerintah, LSM, dan organisasi/lembaga. Saya sangat mendukung setiap kegiatan yang digelar. Bahkan saya sampaikan kepada mereka (ibu-ibu rumah tangga) bahwa saya akan mendukung dan membantu. Tiap tahun ada dana di desa, bisa alokasikan untuk kelompok perempuan, ucapnya. Dukungan yang diberikan Tuang Baso di ungkapkan pula dalam berbagai pertemuan. Salah satunya saat pertemuan yang digelar untuk pem-

bentukan kelompok perempuan di Baruga Maudu, yang dihadiri oleh sekitar 50an ibu-ibu. Tuan Baso mengungkapkan rasa optimisnya dengan kegiatan OXFAM beserta mitranya MAP di desanya. Saya optimis desa ini bisa lebih maju. Potensi sumberdaya alam ada, tinggal bagaimana mengelolanya, ujarnya. Melalui pertemuan di desanya, Tuan Baso mengakui banyak informasi yang didapatkan masyarakat. Menurutnya, Masyarakat di desa ini sangat membutuhkan informasi. Dengan informasi banyak pengetahuan baru yang didapatkan sehingga pola pikir masyarakat, khususnya perempuan di desa ini bisa berubah. Hingga saat ini, Tuan Baso mengingatkan kepada kelompok perempuan di desanya untuk terus terlibat dalam berbagai kegiatan. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga bermanfaat bagi kemajuan desanya. n

KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

Muhammad Jufri, Kepala Desa Cikoang

special event

Stan Pameran Oxfam dalam Festival Forum Kawasan Timur Indonesia Merajut inspirasi persembahan dari timur untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Bakti tgl 24 - 25 September 2012 di Palu Sulawesi tengah.

Staf Oxfam memberikan penyematan Pin Oxfam Go Live kepada Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. Longky Djanggola saat mengunjungi stand Oxfam dalam Festival Forum Kawasan Timur Indonesia.

Lokakarya Nasional Mitra Bahari XVI tahun 2012 yang dirangkaiakan dengan Konferensi Nasional VIII Pengelolaan Sumber Daya Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil yang dilaksanakan pada tgl 22-24 Oktober di Lombok Mataram NTB.

Pengunjung Stand Mitra Bahari KMB Sulsel yang bertujuan mensosialisasikan program bersama mitra yang terdiri dari dari ACIAR (Australian Centre For International Agricultural Research), OXFAM, Mangrove Action Project.

RENCANA KEGIATAN
November : 1. Workshop Legal drafting bagi pemerintah desa dan Komunitas (YKL) 2. Lokakarya Kolaborasi membangun Desa Mandiri (Oxfam) 3. Monitoring Evaluation, Documantation and Reporting Workshop (Oxfam) 4. Workshop Power analisis dan Pelatihan Improving Produk (Oxfam) Desember : 1. Studi analisis CSR dan peluang pemasaran produk kelompok ekonomi di Sulsel (Oxfam) 2. Dialog Kebijakan tentang Advokasi dan Kebijakan tingkat Kabupaten (YKL) 3. Workshop Nasional RCL Suistanable Coastal Economic Growth

Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir

lensa rcl

Presentase dari peserta kegiatan Cross Visit Pertanian Organik Yogyakarta 11-15 September 2012

Kunjungan lapangan dalam Cross Visit pertanian organik, diikuti oleh kelompok perempuan, Pemda, Oxfam dan Mitra.

Narasumber dan terdiri dari Kepala Daerah dan SKPD terkait, Perusahaan swasta dan LSM dan Donor.

Semiloka Kolaborasi membangun Desa Mandiri di Kabupaten Pangkep, dilaksanakan di Pangkep, 18 - 21 Oktober 2012

Suasana Semiloka Kolaborasi Membangun Desa Mandiri

Peserta pelatihan Penjaminan Mutu Organik, 17 - 19 Oktober 2012 di Pare-pare Sulawesi Selatan.

Pelatihan Analisis Kebijakan dan Implementasi Program yang Responsif Gender, 09 - 12 Oktober 2012, di Malino

10 KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

lensa rcl

Diskusi kelompok bersama dengan pemerintah dan peserta dalam kegiatan Cross Visit Pertanian Organik di Yogyakarta

Persiapan pembukaan pemeran produk kelompok usaha perempuan pesisir 20 - 21 September 2012 di Kabupaten Takalar

Dekorasi stand dari kelompok usaha perempuan pesisir untuk menarik minat pengunjung.

Pengunjung stand mencicipi aneka produk dari kelompok binaan RCL, lakumi.....

Salah satu stand pameran yang menjual produk olahan kelompok binaan Sekolah Lapang RCL binaan Oxfam dan mitra YKL/MAP.

Pelatihan Analisis Sosial dan Perencanaan Partisipatif, 15 - 18 Oktober 2012 di Malino diikuti oleh kelompok binaan RCL

Peserta Pembelajaran dan Sharing Triwulan RCL Project dalam pengelolaan sumber daya pesisir, 8-9 Agt 2012 di Makassar

Edisi 4 | Oktober - November 2012

KabarPesisir 11

oxfam go live
1 oktober 2012

12 KabarPesisir

Edisi 4 | Oktober - November 2012

A FUTURE WITHOUT POVERTY. WE CAN MAKE IT.

You might also like