You are on page 1of 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jaminan sosial adalah salah satu program Negara yang berdasarkan Undang-undang jaminan sosial yang ditujukan untuk pencegahan dan reduksi kemiskinan. Karena itu dalam implementasi jaminan sosial diperlukan pembiayaan dari berbagai sumber, yaitu mulai dari tenaga-kerja, masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Jaminan sosial adalah pilar utama proteksi sosial bagi seluruh warga Negara terhadap peristiwa-peristiwa sosial ekonomi yang pada akhirnya dapat menimbulkan hilangnya sebagian atau keseluruhan penghasilan. Dalam artian yang lebih spesifik, peristiwa-peristiwa yang akan dihadapi masyarakat mencakup sakit/persalinan, kecelakaan-kerja, kematian prematur, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan hari tua atau pensiun. Kelima peristiwa tersebut merupakan risiko murni yang akan dialami cepat atau lambat oleh setiap tenaga kerja sedangkan jaminan sosial bagi masyarakat luas dalam artian di luar tenaga kerja meliputi sakit/persalinan, kematian prematur dan hari tua. Bagi setiap tenaga kerja yang mengalami peristiwa tersebut dapat kehilangan penghasilan untuk sementara bahkan kehilangan pekerjaan.

Untuk itu diperlukan keikut-sertaan seluruh tenaga kerja ke dalam program jaminan sosial yang bersifat wajib. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) yang berdasarkan UU No 3 Tahun 1992 telah berjalan dengan baik sejak tahun 1993 meskipun jangkauan kepesertaan belum maksimal, karena program tersebut belum menjangkau kepesertaan universal. Jaminan sosial sangat tergantung dari kondisi perekonomian negara terutama kemampuan negara dalam memperluas kesempatan kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan. Masalah penyelenggaraan Jamsostek tidak hanya terkait dengan terbatasnya jangkauan kepesertaan akan tetapi terkait dengan masalah status bentuk badan hukum badan penyelenggara yang masih dalam bentuk BUMN Persero. Untuk keperluan tata kelola penyelenggaraan jaminan sosial yang efektif bagi seluruh warga Negara diperlukan reformasi jaminan sosial melalui UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dengan berlakunya UU SJSN sejak tanggal 18 Oktober 2004, maka diperlukan perubahan bentuk badan hukum BPJS yang selama ini bentuk badan hukumnya mengacu pada UU No 19/2003 tentang BUMN dan UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu sebagai Persero Negara menjadi Bentuk Badan

Hukum Publik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang berdasarkan UU No 24/2011 tentang BPJS. Dalam UU tersebut hanya ada 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Hingga sekarang anggota masyarakat yang telah dijamin masih terbatas pada tenaga kerja yang masih aktif bekerja. Bagaimana perlindungan sosial bagi tenaga kerja sektor swasta yang telah pensiun? Bagaimana pula dengan jaminan kesehatan bagi tenaga kerja yang telah pensiun? Karena itu diperlukan perubahan yang mendasar dari mulai sistem bahwa program jaminan sosial didesain untuk proteksi manusia seumur hidup dari mulai lahir hingga meninggal dunia. Kemudian tidak hanya melakukan perubahan sistem akan tetapi perubahan bentuk badan hukum badan penyelenggara. Sistem dan bentuk badan hukum badan penyelenggara satu sama lain saling terkait yang tak dapat terpisahkan. UU SJSN mengatur kepesertaan wajib, program jaminan sosial, penerima bantuan iuran bagi penduduk miskin, BPJS dan dewan jaminan sosial (DJSN). SJSN bertujuan untuk memenuhi asas keadilan sesuai sembilan prinsip SJSN, yaitu kegotong-royongan, nirlaba, transparansi, pengelolaan yang konservatif, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan wajib, dana amanah dan hasil investasi dana yang digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta (Pasal 4 UU SJSN). Kemudian Pasal 5 (1) UU SJSN mengamanatkan bahwa BPJS dibentuk dengan Undang-undang. Dengan berlakunya UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mengatur tentang perubahan bentuk badan hukum sebagai badan hukum publik, tata-cara penyelenggaraan SJSN, pengelolaan dana peserta dan kewenangan BPJS yang dapat menindak secara hukum terhadap perusahaanperusahaan atau masyarakat yang tak mematuhi UU SJSN.

Mengapa program-program SJSN masih belum dilaksanakan? Karena dalam implementasi UU BPJS masih diperlukan tindak lanjut PP dan Perpres dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2013 sehingga pelaksanaan operasionalisasi SJSN dimulai per 1 Januari 2014 untuk perluasan kepesertaan universal jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Kemudian BPJS Ketenaga-kerjaan mulai beroperasi per 1 Juli 2015. Berdasarkan latar belakang ini lah kelompok kami, menganggap perlu dan penting untuk mengetahui lebih dalam tentang Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial karena dalam mengimplementasikan UU BPJS masih diperlukan tindak lanjut PP dan Perpres untuk pelaksanaannya yang merupakan turunan dari UU no. 24 Tahun 2011, sehingga kelompok khususnya dan mahasiswa lainnya menjadi lebih tahu, tentang turunan UU No. 24 tahun 2011.

1.2 TUJUAN UMUM Diketahui tentang isi dan turunan undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

1.3 TUJUAN KHUSUS 1. Mahasiswa mengetahui isi undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 2. Mahasiswa mengetahui turunan undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Turunan tersebut dapat berupa undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden yang berkaitan dengan UU No. 24 Tahun 2011.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ISI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

You might also like