You are on page 1of 2

1. Apa yang kalian ketahui tentang hipnotis? 2. Menurut kalian, bolehkah praktik hipnotis itu? Alasannya? 3.

Apakah gereja katolik mendukung hipnotis? Alasannya?

Apa sih hipnotis itu? Hipnotis adalah kondisi sementara dari pengalihan/ perubahan perhatian yang dapat diakibatkan kepada seseorang oleh orang lain dan di mana berbagai reaksi/ fenomena dapat timbul, baik secara spontan atau sebagai tanggapan atas perkataan atau stimulus lainnya. (New Catholic Encyclopedia, The Catholic University of America, vol VII, p. 304). Fenomena di sini terdiri dari perubahan dalam hal kesadaran dan ingatan, peningkatan kecenderungan untuk mendengarkan saran-saran dan penghasilan bermacam tanggapan dan ide yang tidak familiar bagi pasien. Mengingat fenomena akibat yang dapat terjadi, maka terdapat beberapa bahaya, jika hipnoterapi sebagai alat terapi ini dilakukan tidak dengan semestinya. Menurut prinsip- prinsip Katolik, hipnotisme sendiri tidak salah, sehingga penggunaannya di dalam kondisi-kondisi tertentu diijinkan. Untuk alasan-alasan yang genting, seperti untuk menyembuhkan seorang pemabuk atau seseorang dengan kelainan yang kompleks ingin bunuh diri, adalah sah untuk menerapkan hipnotism, asalkan dengan tindakan pencegahan bahwa hal itu diadakan dengan kehadiran seorang saksi yang dapat dipercaya, dengan seorang ahli hipnotis yang sungguh-sungguh kompeten dan jujur/ tulus. Ijin dari subyek/ pasien juga harus ada. Dari definisi tersebut, kita mengetahui bahwa ada 4 hal yang mendasari sahnya suatu proses hipnotis / hipnosis dilakukan menurut gereja katolik, yaitu : 1. Ada alasan yang genting misalnya, untuk menolong seseorang yang insomnia berat, pemabuk, kleptomania, penyakit kecanduan lainnya ataupun gejala-gejala histeria yang menyebabkan frigidita, dst. Jadi di sini, alasan entertainment bukanlah alasan yang tepat untuk praktek hipnotis. 2. Ada ijin dari subjek/pasien, karena ijin dari pasien di sini diperlukan karena pada dasarnya tidak seorangpun berhak menarik seseorang dari kemampuannya mengontrol keinginan dan akal budinya. 3. Ada tindakan pencegahan/precaution untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap subjek/pasiendan terapisnya antara lain dengan menghadirkan saksi yang dapat dipercaya. 4. Hipnosis/hipnotis dilakukan oleh ahli hipnoterapi yang kompeten, jujur/tulus. Jika yang menghipnotis tidak ahli, maka ia dapat mendatangkan efek negatif terhadap kondisi mental pasien. Dalam hal ini maka dokter ahli dapat mencegah efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan hipnotis. Gereja Katolik mengijinkan (tidak melarang) praktik hipnoterapi untuk dilakukan selama memenuhi 4 hal tersebut di atas. Dalam hal ini hipnoterapi yang diijinkan oleh Gereja Katolik tentunya hipnoterapi yang dilakukan atas dasar ilmu psikologi murni, atau dikenal sebagai

western hypnosis dengan menggunakan teknik terapi yang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran iman Katolik. Jadi kesimpulannya, Gereja Katolik tidak melarang hipnotis / hipnoterapi karena Gereja Katolik mendukung kesejahteraan manusia, sehingga segala bentuk ilmu pengetahuan dan kedokteran yang mendukung tercapainya kesejahteraan umat manusia (termasuk hipnoterapi), dapat diterima, selama tidak bertentangan dengan ajaran iman Katolik (tidak mengandalkan kuasa gelap/ sejenisnya).

Sumber: http://katolisitas.org/2469/hipnoterapi-bolehkah

You might also like