You are on page 1of 8

Fisiologi Lapar LAPAR Lapar berarti membutuhkan makanan.

Kelaparan adalah suatu kondisi dimana tubuh masih membutuhkan makan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca. Menurut sejarah, berbagai teori tentang rasa lapar dibicarakan berdasarkan komponen biologi. Cannon dan Washburn mengemukakan teori kontraksi perut yang menyatakan bahwa rasa lapar diketahui dengan adanya kontraksi perut.Dalam percobaan balon yang sangat terkenal, Washburn melatih dirinya sendiri untuk menelan sebuah balon yang dihubungkan dengan suatu pipa, lantas balon tersebut dipompakan ke dalam perutnya. Ketika balon telah menggembung, dia tidak merasa lapar.Teori ini terbantahkan dengan adanya kenyataan bahwa orang yang lambungnya telah diangkat, ternyata masaih merasa lapar. Kemudian, muncul teori gula darah yang menyatakan bahwa manusia merasa lapar ketika tingkat gula dalam darah menjadi rendah.Bash melakukan percobaan mentranfusi darah dari anjing kenyang ke anjing lapar.Transfusi itu menyebabkan kontraksi lambung anjing lapar berhenti, sehingga hal ini mendukung teori gula darah. Namun, LeMagnen mengemukakan bahwa tingkat gula darah dalam darah tidaklah berubah banyak dalam keadaan normal.Adapun teori insulin menyatakan bahwa rasa lapar terjadi pada saat tingkat insulin dalam tubuh tiba-tiba naik. Namun, teori seperti ini sepertinya menunjukkan bahwa kita harus makan untuk meningkatkan tingkat insulin tubuh agar merasa lapar. Lain lagi teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium adanya kenaikan tingkat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam lemak inilah yang memicu rasa lapar.Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu

badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim hujan/dingin. Lapar disebabkan oleh : 1. KONTRAKSI LAPAR Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam atau lebih. Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung. Ketika kontraksi sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius selama 2-3 menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah. Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari berikutnya. 2. KEINGINAN ATAU KEBIASAAN Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar. Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga memperngaruhi rasa lapar. Banyak orang makan berdasarkan pengetahuan tentang makanan yang baik bagi mereka. Contohnya, makanan yang rendah lemak, kalori, gula, dan garam dikatakan baik. Akhirnya, manusia belajar untuk mengubah kesukaannya dan hanya ingin memakan makanan yang baik.

Seperti orang normal yang biasa makan 3 kali sehari bila kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar pada waktunya makan walaupun sudah cukup cadangan zat gizi dalam jaringan-jaringannya. 3. BEBERAPA RANGSANGAN FISIOLOGIS JANGKA PENDEK Ini terutama yang berhubungandengan saluran pencernaan yang dapat mengubah keinginan seseorang akan makan selama beberapa jam pada saat itu. 4. KURANGNYA GLUKOSA DALAM DARAH Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah. Makanan yang kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam lambung. KELAPARAN Kelaparan adalah suatu kondisi dimana tubuh masih membutuhkan makan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca. Penurunan cadangan makanan dalam jaringan tubuh selama kelaparan. Walaupun jaringan lebih menyukai menggunakan karbohidrat untuk energi dibandingkan lemak dan protein, jumlah karbohidrat cadangan tubuh hanya beberapa ratus gram ( terutama glikogen dalam hati dan otot) dan ia dapat menyuplai energi yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh mungkin selama setengah hari. Oleh karena itu, kecuali untuk beberapa jam pertama kelaparan,efek utama adalah pengurangan progresif jaringan lemak pada permulaan kemudian pada protein jaringan. Karena lemak merupakan sumber utama

energi, maka kecepatan pengurangannya kontinu tanpa jeda sampai sebagian besar cadangan lemak habis. Protein mengalami 3 fase pengurangan : 1. Pengurangan cepat Pengurangan cepat, yang timbul pertama kali disebabkan oleh perubahan protein menjadi glukosa dalam hati oleh proses glukoneogenesis. Glukosa yang dibentuk (sekitar 2/3 glukosa) digunakan untuk menyuplai energi ke otak, yang dalam keadaan normal hampir tidak menggunakan zat metabolik lain untuk energi kecuali glukosa. 2. Pengurangan sangat lambat Akan tetapi,setelah cadangan protein berkurang sebagian selama fase permulaan kelaparan,protein sisanya tidak demikian mudah dikeluarkan dari jaringan. Pada saat ini kecepatan glukoneogenesis turun 1/3 sampai 1/5 dari kecepatan sebelumnya, dan kecepatan penurunan protein menjadi sangat berkurang. Sedikitnya persediaan glukosa kemudian memulai serangkaian peristiwa yang menyebabkan ketosis, yang berarti sangat meningkatkan pembentukan benda keton. Untunglah benda keton seperti glukosa, dapat melalui sawar darah-otak dan dapat digunakan oleh sel otak untuk energi. Oleh karena itu, kira-kira 2/3 energi otak sekarang berasal dari benda keton tersebut, terutama beta-hidroksibutirat. Rangkaian ini paling tidak mengakibatkan pemeliharaan sebagian cadangan protein tubuh. 3. Pengurangan cepat sekali Akan tetapi, akhiranya datang saatnya cadangan lemak hampir seluruhnya berkurang, dan satu-satunya sumber energi yang tersisa adalah protein. Pada saat ini, cadangan protein sekali lagi memasuki stadium pengurangan cepat. Karena protein penting untuk mempertahankan fungsi sel, kematian biasanya

terjadi bilaprotein tubuh telah berkurang kira-kira separuh dari tingkat normalnya. KENYANG Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran lambung (gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar dan makan. Nukleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan hypothalamus lateral memberi tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita merasa kenyang kerena fungsi-fungsi nukleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada tingkat saluran pencernaan, Koopmans (1989) menyatakan bahwa rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur aktivitas makan dalam jangka pendek. Rasa lapar juga ditentukan secara kognitif. Dalam ruang antara dua batas tersebut, manusia mengatur seberapa banyak porsi makanan yang harus dimakannya. Jika seseorang mengatur batas kenyang kognitifnya terlalu rendah (seperti diet) daripada yang ditentukan secara biologis, tubuh akan berusaha mencari konpensasi asupan makanan untuk memenuhi batas biologis tersebut dengan cara memicu rasa lapar. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGATUR MASUKAN MAKANAN 1. Pengaturan gizi a. Persedian glukosa terhadap sel tubuh (teori glukostatik dari lapar dan pengaturan makan) Penurunan konsentrasi glukosa menimbulkan lapar yang mengakibatkan adanya teori glukosatik lapar dan pengaturan makan sebagai berikut : Bila kadar glukosa darah turun sampai rendah sehingga kitaakan otomatismenambah makana yang akhirnya mengembalikan glukosa kembali ke normal. Dua observasi yang menyokong teori glukostatik :

Peningkatan kadar glukosa darah meningkatkan aktifitas listrik secara pada pusat kenyang di nuklei ventromedialis hipotalamus yang secara bersamaan menurunkan aktifitas listrik pada pusat makan dalam nuklei lateralis. Penyelidikan kimia menunjukan bahwa nukleus ventromedialis ( pusat kenyang) memekatkan glukosa. Oleh karena itu,diduga bahwa glukosa bekerja dengan meningkatkan derajat kekenyangan. b. Efek konsentrasi asam amino darah pada makanan. Peningkatan konsentrasi asam amino dalam darah juga mengurangi makan, dan penurunan menambah makan. c. Efek metabolik lemak pada makan- pengaturan jangka lama. Bila jaringan adiposa meningkat, kecepatan makanan berkurang oleh karena itu, pengaturan jangka lama untuk makan diatur oleh metabolik lemak. Hal ini disebut teori lipostatik. Yang menyokong teori ini adalah kenyataan bahwa konsentrasi rata-rata asam lemak bebas jangka lama dalam darah berbanding langsung dengan kuantitas jaringan adiposa dalam tubuh. Oleh karena itu asam lemak bebas bekerjad dengan cara sama seperti glukosa dan asama amino d. Ringkasan mengenai pengaturan jangka lama Bila cadangan zat gizi tubuh turun dibawah normal, hipotalamus akan aktif dan ada peningkatan rasa lapar. Sebaliknya, bila cadangan zat gizi berlebih, orang kehilangan sifat lapar (kenyang) 2. Pengaturan saluran pencernaan ( pengaturan jangka pendek, pengaturan nonmetabolik). Derajat lapar atau kenyang dapat dinaikan atau diturunkan oleh kebiasaan. Selain itu beberapa rangsangan fisiologis jangka pendek, terutama yang berhubungan dengan saluran pencernaan dapat mengubah keiinginan seseorang akan makan selama beberapa jam pada saat itu sebagai berikut : a. Pengisian saluran pencernaan. Bila saluran pencernaan teregang, khususnya lambung atau duodenum, isarat inhibisi menekan pusat makan sementara waktu, karena itu mengurang keinginan akan makanan. Efek ini mungkin terutama tergantung atas isarat

sensorik yang di transmisi melalui nervus vagus, tetapi sebagian dari efek ini masih menetap setelah nervus vagus dan simpatis traktus gastrointestinalis dipotong. Sehingga isyarat sensorik somatik dari abdomen yang teregang mungkin ikut juga berperan. Belakangan ini telah ditemukan bahwa umpan balik hormonal juga menekan makan, karena kolesistokinin yang terutama dikeluarkan dalam respon terhadap lemak yang memasuki duodenum, mempunyai efek kuat untuk meghabat makan selanjutnya. Jelas, mekanisme ini sangat penting dalam memberikan perasaan pada seseorang untuk berhenti waktu makan banyak. b. Pengukuran makanan oleh reseptor-reseptor kepala Bila seseorang dengan fistula esofagus makan dalam jumlah besar, walaupun makan ini segera terbuang kembali ke luar, derajat laparnya berkurang setelah makanan dalamjumlah mencukupi masuk melalui mulutnya. Efek ini terjadi walaupun ternyata saluran pencernaan tidak terisi. Oleh karena itu, diduga bahwa faktor kepala berhubungan dengan makan, seperti mengunyah, saliva, menelan, dan mengecap, mengukur makanan waktu melalui mulut, dan setelah jumlah tertentu lewat, pusat makan hipotalamus menjadi terhambat. 3. Manfaat mempunyai sistem pengaturan jangka-lama dan jangka-pendek untuk makan. Sistem pengaturan jangka-lama, khususnya mekanisme umpan-balik hipostatik, jelas membantu mempertahankan cadangan zat gizi yang konstan dalam jaringannya, mencegah cadangan ini terlalu rendah atau telalu tinggi Sebaliknya, rangsang pengaturan jangka-pendek membuat hanya makan bila saluran pencernaan bisa menerima makanan. Jadi, makanan lewat melalui saluran pencernaannya sangat kontinu sehingga pencernaan, absorpsi dan mekanisme penyimpanan semua dapat bekerja dalam keadaan siap bukan hanya bila membutuhkan makanan untuk energi. Tentu saja, mekanisme pencernaan, absorpsi dan penyimpanan dapat meningkatkan kecepatan aktifitasnya diatas normal hanya 4-5 kali, sedangkan kecepatan penggunaan zat gizi simpanan untuk energi kadang-kadang meningkat sampai 20 kali normal.

Maka, penting akan makan terjadi agak kontinu (tetapi pada kecepatan yang dapat ditampung saluran pencernaan ), yang pada dasarnya diatur oleh mekanisme pengaturan jangka-pendek. Akan tetapi, juga penting bahwa intesitas berirama kebiasaan makan setiap hari diatur naik atau turun oleh sistem pengaturan jangka-lama, yang terutama berdasarkan pada tingkat cadangan zat gizi dalam tubuh.

You might also like