You are on page 1of 38

REPUBLIKA.CO.ID,CIPAYUNG -- DKI Jakarta adalah salah satu kota dengan tingkat polusi paling tinggi di Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kerusakan di berbagai aspek lingkungan. Seperti udara, diakibatkan oleh melonjaknya volume kendaraan bermotor yang menyebabkan tingkat polusi udara di DKI Jakarta semakin meningkat. Karena asap dari kendaraan bermotor tersebut mengandung unsur senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maupun kondisi lingkungan.Selain asap kendaraan, asap rokok juga tidak kalah buruknya dari asap kendaraan karena mengandung unsur unsur senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Polusi air juga melanda DKI Jakarta, air yang merupakan sumber kehidupan semua makhluk hidup juga mengalami pencemaran di ibukota. Di DKI Jakarta, volume air bersih sudah semakin menurun, hal ini disebabkan oleh sampah-sampah yang dibuang ke sungai. Kebanyakan dari sampah yang dibuang tersebut

adalah sampah jenis plastik dan styrofoam yang sulit untuk dicerna oleh alam. Polusi udara yang melanda ibu kota juga menimbulkan banyak masalah sosial bagi warganya.Contohnya masalah kesehatan, polusi udara yang buruk dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan, asma, bahkan kanker paru-paru.Karena kesehatan yang menurun, maka biaya pengobatan pun akan meningkat. Oleh sebab itu,partisipasi dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam memperbaiki lingkungan juga perlu digalakkan. Pada dasarnya banyak warga Jakarta yang telah memahami masalah ini. Mereka berinisiatif untuk ikut memperbaikinya. Mereka mengadakan bike to work, bike to school, dan CFD (Car Free Day) sebagai bentuk partisipasi untuk mengurangi tingkat polusi di Jakarta. Akan lebih baik jika kegiatan ini didukung oleh pemerintah juga lebih di tingkatkan dengan kegiatan tanam seribu pohon, serta memperluas area lingkungan hijau di DKI Jakarta. LintasCafe - Jakarta adalah kota dengan

tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Masih dalam skala global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004 Kondisi udara yang tidak bersih dan cuaca yang berubah-ubah seperti kota Jakarta merupakan salah satu pemicu ISPA, Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi ISPA masih cukup tinggi yaitu sebesar 25,50% dari penduduk Indonesia dan di Jakarta. Di tahun 2010, ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat di masyarakat. Untukpenularannya, ISPA dapat menular melalui percikan air ludah, bersin, udara pernafasan yang mengandung virus atau bakteri yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Faktor utama penyakit ISPA selain dari daya tahan tubuh juga

karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan lingkungannya antara lain mencuci tangan karena tangan adalah sumber bakteri yang masuk ke dalam tubuh serta menggunakan masker pelindung. Pekerja kantoran adalah masyarakat yang cukup rentan terkena penyakit ini. Menurut pengamatan, dari mulai berangkat ke kantor dengan angkutan massal, lingkungan kantor yang tertutup, interaksi yang tinggi dengan bebagai orang serta faktor stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, adalah hal-hal yang membuat mereka sangat rentan untuk tertular ataupun menularkan ke orang lain. Begitu banyak virus atau bakteri yang dapat menempel, berpindah dan ditambah lagi dengan situasi ketika ada orang yang sedang batuk, bersin, ataupun gejala lainnya yang tidak disadari oleh orang sekitar, mampu mengakibatkan penularan yang tidak dapat dihindarkan. Apalagi jika selanjutnya secara tidak sengaja menularkan pada orang lain di sekitarnya bahkan kepada orang orang yang mereka sayangi, seperti orang tua, istri,

suami bahkan anak anak. Pada anak-anak atau orang tua dimana kondisi daya tahan tubuhnya lemah atau belum berkembang sempurna, penyakit ISPA dapat menyebabkan komplikasi seperti peradangan pada telinga tengah, sinusitis, atau turun ke bawah menjadi infeksi pita suara, bronchitis, bahkan bronkopneumonia. Pada anak, menurut data Riskesdas tahun 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare pada anak balita.

Kampanye masker Meskipun penggunaan masker adalah langkah awal pencegahan penyakit ISPA, namun tak semua orang mengerti akan besarnya manfaat yang didapat melalui penggunaan masker pelindung. Bahkan beberapa enggan menggunakannya karena alasan risih, pengap, sesak nafas dan tidak terbiasa. Untuk mengedukasi masyarakat perkotaan akan besarnya manfaat penggunaan masker pelindung bagi kesehatan diri, sejak tahun 2010 lalu, PT. Combiphar memperlihatkan komitmen serius untuk memberikan kontribusi terhadap

kesehatan masyarakat dengan mencanangkan sebuah kampanye kesadaran sosial yang bertajuk Kampanye Masker OBH Combi Peduli. Di tahun 2012 ini, dalam rangka 40 Tahun OBH Combi hadir di Indonesia, Kampanye Masker OBH Combi Peduli dilaksanakan secara serentak di beberapa lokasi yang potensial terkena dampak penyakit ISPA ini. Seperti dipaparkan oleh pihak PT Combiphar Sejak tiga tahun lalu kami mencanangkan kampanye kepedulian terhadap masyarakat bertajuk OBH Combi Peduli agar terjadi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan diri sendiri dan juga orang lain di sekitarnya serta lingkungan. Promosi kegiatan masker OBH Combi Peduli kali ini juga memanfaatkan medium sosial media sebagai medium untuk menyampaikan pesan ini secara lebih cepat dan luas. Tim OBH Combi ingin mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dengan menunjukan dukungan mereka terhadap program ini. Hanya dengan cara mengirimkan foto mereka yang sedang menggunakan masker ke

www.facebook.com/berbagitenang dan mengajak rekan rekan mereka untuk memberikan tag like, team OBH Combi akan menyumbangkan masker sebanyak tag like kepada orangorang yang selama ini rentan terhadap gangguan ISPA karena lingkungan kerjanya seperti polisi lalu lintas, pekerja bangunan, dinas parkir, dan dinas kebersihan. Program, ini akan berlangsung hingga akhir Agustus 2012. Membiasakan pemakaian masker dilihat PT. Combiphar sebagai kampanye sederhana tapi sangat positif untuk selalu mengingatkan masyarakat agar lebih peduli terhadap sekitar. Dengan memakai masker, seseorang dapat mengurangi risiko penularan penyakit ISPA. Pada salah satu penelitian yang dimuat di British Medical Journal tahun 2009 menyebutkan bahwa dari 6 orang yang mempergunakan masker, maka dapat mencegah 1 kejadian terjadinya ISPA. Kampanye Masker OBH Combi Peduli merupakan bagian dari tanda terima kasih PT. Combiphar kepada masyarakat. Tahun ini OBH Combi genap

berumur 40 Tahun dan telah membawa ketenangan baik secara fisik maupun emosional kepada keluarga Indonesia dengan produknya yang efektif dalam meredakan batuk. Tentunya dibutuhkan partisipasi lebih banyak pihak dalam meningkatkan kesadaran untuk peduli terhadap kesehatan orang-orang di sekitar kita.

PT. Combiphar sendiri adalah salah perusahaan farmasi lokal yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai produsen obat batuk OBH Combi. PT. Combiphar sudah berada di Indonesia sejak 1971, di motori oleh Dr. Biantoro Wanandi, yang pernah menjabat sebagai wakil Indonesia untuk WHO. Saat ini merupakan perusahaan yang dipercaya oleh sejumlah perusahaan asing maupun lokal untuk memasarkan dan memproduksi produk-produk mereka. Total merek yang di pasarkan oleh PT. Combiphar sekitar 200 merek, termasuk obat bebas, produk perawat kesehatan maupun obat resep. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menganut gaya

hidup sehat, Combiphar ke depan akan mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk menyediakan produk-produk yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama kalangan usia produktif Para petugas dari KLH, BLH, kepolisian, Dishub, mahasiswa, dan dealer mobil melakukan pengujian emisi gas buang pada kendaraan yang melintas di Jalan Martadinata, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (1/8/2012). Jika didapati kendaraan yang melebihi ambang batas normal maka petugas akan memberi teguran dan mewajibkan pengendara melakukan perawatan. (TRIBUN MANADO/RIZKY ADRIANSYAH)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan berupaya menurunkan emisi gas buang atau polusi di Indonesia. Menteri Perhubungan EE Mangindaan menargetkan penurunan gas buang emisi mencapai 26 persen pada 2020. "Akan menurunkan gas emisi hanya 25 persen sampai 2020, jadi ada batas waktu," ujar EE Mangindaan, Kamis (7/3/2013).

Salah satu cara yang akan dilakukan Kementerian Perhubungan dengan cara proyek percontohan transportasi Indonesia. Dengan proyek tersebut, pemerintah menggandeng Jerman untuk mengembangkan teknologi transportasi yang ramah lingkungan. Untuk sementara, Indonesia akan menerapkan proyek tersebut di tiga kota yakni Manado, Medan, dan Batam. Ketiga kota besar itu dipilih karena memiliki volume kendaraan yang tinggi dan bisa disesuaikan dengan teknologi yang ramah lingkungan. "Proyek ini merupakan pilot proyek sustainable percontohan tiga negara, Columbia, Afrika Selatan dan Indonesia. Batam, Manado jadi contoh," ungkap EE Mangindaan. Dari data Kementerian Perhubungan, transportasi di Indonesia menghasilkan emisi sebesar 60 Juta Ton CO2 equivalent (MtCO2eq) pada 2005 atau sebesar 26 persen dari emisi yang dihasilkan oleh sektor energi. Kontributor terbesar dari emisi transportasi ini adalah sektor transportasi darat sebesar 89 persen, disusul oleh transportasi laut

sebesar 6 persen, transportasi udara 4 persen, dan kereta api sebesar 1 persen. Polusi Udara di Jakarta Oleh : Troeno Marayoga | 04-Mar-2010, 22:16:33 WIB KabarIndonesia - Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampai-sampai sebagian warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya. Munculnya julukan tersebut tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di bawah ini bisa memberikan gambaran tentang parahnya polusi udara di Jakarta. Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai

ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan dengan polusi. Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menyumbang andil sebesar 70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan data Komisi Kepolisian

Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan dan luas wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat.

Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk menyerap polusi. Berdasarkan perhitungan para ahli, luas RTH kota idealnya adalah minimal 30 persen dari luas seluruh wilayah kota. Perhitungan ini telah diadopsi dalam Pasal 29 UU Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sayangnya, dengan segala permasalahannya, Jakarta tampaknya belum dapat memenuhi luas ideal RTH kota dalam waktu dekat. Hingga tahun 2009, RTH Jakarta hanya 9 persen, sedangkan rencana RTH Jakarta pada tahun 2000-2010 hanya ditetapkan sebesar 13,94 persen. Ketidakmampuan Jakarta untuk memenuhi luas ideal RTH kota tentu akan berimbas pada memburuknya kadar polusi. Buruknya kadar polusi udara di Jakarta menimbulkan banyak masalah sosial bagi penduduknya. Masalah utamanya tentu saja adalah masalah kesehatan. Menurut data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 46 persen penyakit di Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara, di mana penyakit-penyakit umumnya adalah infeksi saluran pernapasan, asma, dan kanker paru-paru. Selain penyakit-penyakit itu, polusi juga berpotensi mengakibatkan perubahan fisiologis pada manusia seperti: melemahkan fungsi paru-paru dan memengaruhi tekanan darah. Dampak lanjutan dari menurunnya kualitas

kesehatan masyarakat adalah meningkatnya biaya untuk pengobatan. Jika masyarakat sakit-sakitan, tentu saja akan ada beban sosial pada masyarakat yang akan memengaruhi GDP (Gross Domestic Product). Sebagai ilustrasi, biaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara pada tahun 1998 mencapai Rp 1,8 triliun. Apabila peningkatan kadar polusi tidak juga dicegah, biaya tersebut akan terus meningkat dan bisa mencapai Rp 4,3 triliun pada tahun 2015. Selain masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, polusi buruk juga memengaruhi estetika kota. Tentu tidak nyaman melihat suasana kota yang udaranya hampir terus-menerus dicemari kabut asap polusi dari kendaraan bermotor dan industri. Untuk menghilangkan citra negatif Jakarta sebagai kota polusi, sudah semestinya apabila masyarakat dan Pemerintah DKI Jakarta perlu menetapkan dan melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang tepat. Langkah-langkah yang tidak tepat atau tidak

sesuai dengan aspirasi masyarakat perlu diidentifikasi dan kemudian dihindari untuk mencegah resistansi (perlawanan) dari masyarakat agar upaya perbaikan yang ditempuh tidak menjadi kontraproduktif. Sebagai contoh, rencana pembatasan jumlah kendaraan bermotor untuk membantu mengurangi polusi dan kemacetan menuai protes dari para pelaku industri otomotif karena pembatasan tersebut dapat mengurangi produktivitas mereka dan berimbas pada kehidupan dan pekerjaan para tenaga kerja sektor otomotif. Sebagai alternatif solusi, Pemerintah perlu memperbaiki sektor transportasi dan fasilitas angkutan umum sehingga para pengguna kendaraan pribadi tidak akan segan-segan untuk beralih ke kendaraan umum. Dalam beberapa kasus (seperti pengoperasian busway), cara ini sudah menampakkan hasil yang lumayan. Pemerintah perlu menyadari bahwa membludaknya penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta disebabkan terutama oleh buruknya fasilitas angkutan umum yang mengakibatkan penumpang merasa tidak aman

dan nyaman menggunakannya. Pelaksanaan dan penegakan hukum memegang peran yang sangat krusial dalam mencegah laju polusi, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Fakta membuktikan bahwa ketidaktegasan dalam pelaksanaan hukum menyumbang andil signifikan dalam peningkatan polusi di Indonesia. Sebagai contoh, UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah memberlakukan kewajiban uji emisi kendaraan bermotor. Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) UU tersebut menyatakan, "Untuk mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan bermotor yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan. Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan/atau pengemudi kendaraan bermotor wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan yang diakibatkan oleh pengoperasian kendaraannya."

Orang yang melanggar ketentuan tersebut akan terkena sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 67 UU tersebut: "Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)." Dalam kenyataan, kita bisa melihat sendiri dengan sejelas-jelasnya banyak kendaraan bermotor di negara kita yang bebas berlalu lalang di jalan umum dengan mengeluarkan asap hitam pekat dan suara yang memekakkan telinga. Itulah salah satu contoh pahit penegakan hukum di Indonesia. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan polusi membutuhkan keterlibatan seluruh masyarakat. Pelaksanaan kebijakan apapun tentu tidak akan mendatangkan hasil maksimal apabila hanya mengandalkan peran Pemerintah. Sebagai contoh, aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk mencegah

polusi tidak akan banyak berarti tanpa kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan sinergi antara Pemerintah dan masyarakat dalam perbaikan lingkungan juga perlu digalakkan. Pada dasarnya, banyak warga Jakarta yang telah memahami persoalan kota mereka dan telah berinisiatif untuk ikut memperbaikinya. Gerakan "bike to work" (bersepeda ke tempat kerja) adalah salah satu contoh bentuk kepedulian warga Jakarta untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor. Kepedulian dan partisipasi warga perlu terus dijaga sebagai aset penting dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan. (*)

Penulis: Peserta Pelatihan Menulis Online HOKI (PMOH) Angkatan II, 2010 Sumber gambar: http://www.sinarharapan.co.id/feature/otomot if/2003/0828/oto01.jpg 1. Pencemaran AIR?

Dalam kehidupan sehari hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum,

memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi. Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air sehari hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli kandungan yang terdapat pada air tersebut. Dari salah satu dampak negative dari kemjuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi. Polusi adalah peristiwa masuknya zat, unsure, zat atau komponen lain yang

merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut polutan. Suatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi, debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsure atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan plastic, Minyak dan Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak, logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran hewan dan tempat

penyimpanan makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia.( Djambur, 1993) Sumber polusi air antara lain sampah masyarakat, limbah industri, limbah pertanian dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat merusak perairan yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan- bahan yang banyak membutuhakan oksigen untuk penguraiannya, bahan- bhan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan- bahan yang tidak sediment, bahanbahan yang mengandung radioaktif dan panas. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk. Pembuangan sampah organic maupun anorganik yang dibuang kesungai terus- menerus, selain menemari air, terutama di musim hujan akan mengakibatkan banjir. Air adalah unsure alam yang penting bagi mahluk hidup dengan sifat mengalir dan meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat akan mengakibatkan banjir. Polusi

air terjadi karena kurangnya rasa disiplian masyarakat, misalnya dalam kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan. Musibah banjir terbagi menjadi dua macam yaitu banjir banding ( besar) dan banjir genangan. Banjir bandeng terjadi akibat air meluap dari jaur- jalur aliran (sungai) dengan volume air yang besar Banjir genangan terjadi tergenangnya air hujan disuatu daerah yang saluran air dan daya seluranya terbatas. Bajir Besar yang diakibatkan oleh hujan yang lebat ditambah dengan naiknya air pasang yang disebabkan gerhana matahari/bulan. Banyak jenis kerang- kerangan yang mungin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai, atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.

Banyak akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya: 1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen 2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air 3. Pendangkalan dasar perairan 4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi 5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat 6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama predator 7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung 8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia. 2.Menggunakan Filter air yang berkualitas? Filter air adalah suatu alat yang berfungsi untuk menyaring dan menghilangkan kontaminan /bakteri /kuman/debu lumpur di dalam air dengan menggunakan penghalang atau media, baik secara proses fisika, kimia maupun biologi. Filter air dapat digunakan secara luas untuk irigasi, air minum, akuarium dan

kolam renang.filter air sangat bagus untuk daerah yg sering terkena banjir atau masa setelah banjir dimana masa pengeringan bakteri-bakteri dapat berkembang dengan pesat,membuat kita cepat terkena penyakit diare,malaria,muntahber, dll , pengunaan air bersih menjadi hal yg diperlukan, sebagai kelengkapan supplay air panas dan air dingin akan memberikan rasa aman pada pengunaan air baik di perumahan,salon,gedung,apartemen,hotel,mal,r umah sakit,pabrik,dll Air berkualitas baik dapat di peroleh dengan menambah filter air sebagai sarana penyaring air, memberikan filterasi produk berkualitas : seperti filter air 1. Filter Waterco, 2. pinguin, 3. dll Djambur. W. Sukarno. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah Menengan Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pusat perbukuan Ahya M Salman. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah Menengah Umum, Dekdibud, Jakarta Santiyono. 1994. Biologi 1 untuk sekolah Menengah Umum, penerbit Erlangga Wilayah yang mepunyai kualitas air paling jelek adalah Jakarta Utara. Tujuh dari delapan sumur yang dipantau di wilayah ini masuk kategori cemar berat dan sedang.

(Dikutip dari : Munir, Ahmad. "Wawancara Green Radio ke - 4". http://ahmadmunir.page.tl/, 30 Maret 2011)

Barangkali kutipan-kutipan di atas dapat menggambarkan betapa buruknya kualitas air di


Jakarta. Jangankan untuk diminum, mungkin untuk mandi atau keperluan sehari-hari lainnya, air di Jakarta tidak bisa dikategorikan layak untuk hal-hal tersebut. Betapa mirisnya hal ini, Jakarta sebagai ibu kota, sudah sepantasnya mampu memberikan kebutuhan yang sangat mendasar dan krusial bagi penduduknya. Air adalah salah satu komponen terpenting bagi tubuh manusia, hampir 70% tubuh manusia terdiri atas air, tanpa air, manusia hanya bisa bertahan selama 3-5 hari.

Glass of Water

Namun sayang, begitu pesatnya pembangunan di Jakarta dan didukung dengan adanya aktivitas industri - industri yang cukup padat menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup parah. Diperparah lagi karena adanya industri - industri di Jakarta yang tidak mengolah limbahnya secara benar, sehingga tidak heran, lingkungan tercemar, maka airsebagai salah satu unsurnya pun juga ikut tercemar. Saya memanglah bukan penduduk asli Jakarta, namun semenjak saya menetap di sini setahun yang lalu, saya rasa sudah tidak mungkin menemukan aliran sungai yang jernih, rata-rata aliran air yang ada, sudah menghitam, bahkan airyang dipasok PDAM di Jakarta pun patut dipertanyakan apakah layak untuk diminum, mengingat begitu tingginya tingkat pencemaran di Jakarta. Hal ini benar-benar berbeda di daerah asal saya, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Tanjungpinang adalah kota kecil yang merupakan ibu kota provinsi Kepulauan Riau. Di sini, air PDAM yang dipasok masih layak untuk diminum, penduduk cukup memasak air yang dipasok. Yah, memang rasanya tidak logis membandingkan kota kecil dengan kota besar, namun di sini saya hanya ingin menekankan bahwa pencemaran air di Jakarta sudah benarbenar parah. Air memang kebutuhan yang vital bagi manusia, namun sayang, pemerintah DKI Jakarta belum mampu memasok airbersih bagi seluruh penduduknya, dan hal ini menyebabkan banyak warga yang terpaksa menyedot air tanah demi kelangsungan hidup, walaupun sudah ada larangan dari pemerintah.

Sulitnya Mendapatkan Air Bersih

Alasan pemerintah melarang bukanlah karena mereka pelit, namun jika hal ini dilakukan maka hal ini akan menyebabkan turunnya ketinggian tanah, jika hal ini dilakukan berterusan, maka tidaklah tidak mungkin jika suatu saat Jakarta bisa tenggelam. Daratan Jakarta semakin turun sedangkan permukaan air laut semakin meninggi karena adanya global warming. Sekarang kembali ke kita sebagai penduduk dan warga negara Indonesia, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian sumber air minum di daerah masing-masing.

Untuk yang berdomisili di Jakarta maupun di daerah lain, ada dua hal mudah yang bisa kita lakukan untuk mencegah bertambah buruknya polusi terhadap sumber air daerah, yaitu : 1. Menggunakan air sehemat mungkin, gunakanlah hanya seperlunya, jangan boros, masih banyak di luar sana yang tidak bisa merasakan nikmatnya air bersih. Dan ketika musim hujan, penghematan air bisa dilakukan dengan memanfaatkan air hujan itu sendiri, tampung dan gunakanlah untuk hal-hal yang tidak memerlukan air bersih, misalnya untuk mencuci kendaraan. 2. Jangan buang sampah sembarangan, selain menyebabkan pencemaran, sampah-sampah tersebut juga bisa menyebabkan terhambatnya aliran air, sehingga bisa menyebabkan banjir. Sekarang, pemerintah provinsi DKI Jakarta juga sudah mulai tanggap terhadap hal ini, berbagai upaya sedang dikerahkan untuk membuat aliran sungai di Jakarta kembali jernih. Akhir-akhir ini terdengar kabar, bahwa peerintah akan mencoba menggunakan metode perusahaan dari Cina, yaitu menggunakan bakteri untuk membersihkan kotoran - kotoran yang ada di sungai. Bakteri tersebut memiliki kemampuan menghancurkan sampah-sampah padat dan menjadikan airsungai bening. Perusahaan ini pun sudah melakukan pemaparan di Sekretariat Negara untuk mempromosikan teknologi tersebut.
(Dikutip dari : Adisty, Lariza Oki. "Sampah Sungai Jakarta Akan Diurai dengan Bakteri".http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/03/22534434/Sampah.Sungai.Jakarta.Akan.Di urai.dengan.Bakteri, 3 November 2012)

Namun, kapan pastinya metode ini akan diterapkan masih belum dipastikan. Saat ini berbagai pihak seperti perusahaan-perusahaan besar juga telah meluncurkan produk yang bisa menjernihkan air, sehingga layak untuk diminum, salah satunya adalah Unilever yang meluncurkan produk "Pureit".
Pureit

Untuk melakukan penjernihan, Pureit sama sekali tidak memerlukan listrik atau gas, sehingga lebih ekonomis dan praktis. Selain itu produk ini bisa didapatkan dengan harga terjangkau dan kapasitas air yang bisa ditampung juga besar, yaitu 18 liter. Untuk menjernihkan air, Pureit melakukannya dalam 4 tahap, antara lain : 1. Saringan Serat Mikro - Menghilangkan semua kotoran yang terlihat 2. Filter Karbon Aktif - Menghilangkan pestisida dan parasit yang berbahaya 3. Prosesor Pembunuh Kuman - Menghilangkan bakteri dan virus berbahaya dalam air 4. Penjernih - Menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa yang alami

Namun perlu diingat, air yang dimasukkan ke dalam Pureit adalah air yang biasa direbus untuk diminum. Pureit memiliki Germkill Kitt (tahap 2,3,4 di atas adalah komponen dari Germkill Kitt), dan Pureit memiliki indikator yang dapat menunjukkan kapan Kitt tersebut harus ditukar, sehingga konsumen tidak perlu khawatir akan hal ini.

Air menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar baku mutu cukup sulit dirasakan masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacammacam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun dengan kuantitasnya. Salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah), penggunaan lahan hijau untuk perumahan dan mall, limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida), limbah rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran). Usaha-usaha yang dapat dilakukan menjaga air agar tetap bersih diantaranya : menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman, pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau ekosistem, pengawasan terhadap penggunaan jenisjenis pestisida dan zatzat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran, memperluas gerakan penghijauan, tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan, memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya, melakukan intensifikasi pertanian. Krisis air juga terjadi di hampir semua Pulau Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga maupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari kurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Pencemaran air, seperti di Teluk Jakarta yang berakibat bagi para petambak. Bukan hanya beberapa spesies ikan yang hilang, tetapi udang dan bandeng juga banyak yang mati. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta termasuk cukup parah. Sehingga indicator

pencemar seperti kerang hijau terlah berkembang secara pesat. Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung lama juga akan berakibat terjadinya pencemaran air. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti :
Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewa ge) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai Ciliwung, Citarum dan sungai Ciujung.

Sejumlah besar limbah dari sungai akan masuk ke laut. Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut muara. Bahan-bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang- kerangan yang mungkin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai. Minyak dapat mematikan burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk Minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.

Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah. Perubahan Fungsi Lahan Dan Pencemaran Tanah
Pergeseran fungsi lahan akibat industrialisasi, dengan merubah fungsi lahan pertanian telah menyebabkan luas daerah resapan air dibanyak daerah di Indonesia. Disamping merubah fungsi lahan kegiatan industri ini juga telah berdampak pada terjadinya pencemaran tanah dan badan air. Akibat pencemaran ini antara lain juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Kegaiatan lain yang berdampak pada ikutan kerusakan dan pencemaran tanah, sedimentasi, erosi serta kekeringan, adalah kegiatan pertambangan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining)meninggalkan lubanglubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi. Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.

Terjadinya Pencemaran Tanah


Tanah dikatagorikan subur apabila tanah mengandung cukup nutrisi bagi tanaman maupun mikro organisme, dan dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan. Tanah dapat rusak karena terjadinya pencemaran tanah. Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana materi fisik, kimia, maupun biologis masuk dan merubah alami lingkungan tanah. P encemaran dapat terjadi karena kegiatan rutin manusia maupun akibat keceroban, seperti kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan yang tercemar dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan armada pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Apabibila diklasifikasikan maka pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini, yaitu :

Pencemaran langsung : Pencemaran ini misalnya terjadi karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaleng, botol, dan lain-lainnya. Pencemaran melalui air : Air yang tercemar (mengandung bahan pencemar/polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah. Pencemaran melalui udara : Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga. Bahan-bahan kimia termasuk pestisida dan berbagai bentuk detergen disamping bermanfaat apabila dipergunakan secara berlebihan akan menimbulkan berbagai bentuk pencemaran terhadap lingkungan termasuk tanah. Beberapa jenis polutan tersebut menyebabkan jenis pencemaran yang relatif permanen karana bersifat sulit terurai di alam. 1. Pestisida dipergunakan sebagai pembasmi hama tanaman. 2. Insektisida dipergunakan sebagai chat pembasmi insekta atau serangga yang biasa mengganggu tanaman. 3. Herbisida dipergunakan sebagai obat pembasmi tanaman yang tidak diharapkan tumbuh. 4. Fungisida dipergunakan sebagai obat pembasmi jamur yang tidak di harapkan tumbuh . 5. Rodentisida dipergunakan sebagai obat pemusnah binatang pengerat seperti tikus. 6. Akarisida ( Mitesida ) dipergunakan sebagai pembunuh kutu. 7. Algisida dipergunakan sebagai pembunuh ganggang. 8. Avisida dipergunakan sebagai pembunuh burung. 9. Bakterisida dipergunakan sebagai pembunuh bakteri. 10. Larvisida dipergunakan sebagai pembunuh ulat. 11. Moleksisida dipergunakan sebagai pembunuh siput. 12. Nematisida dipergunakan sebagai pembunuh nematoda. 13. Ovisida dipergunakan sebagai perusak telur. 14. Pedukulisida dipergunakan sebagai pembunuh tuma. 15. Piscisida dipergunakan sebagai pembunuh ikan 16. Predisida dipergunakan sebagai pembunuh predator ( pemangsa ). 17. Silvisida dipergunakan sebagai pembunuh pahon atau pembersih pahon. 18. Termisida dipergunakan sebagai pembunuh rayap atau hewan yang suka melubangi kayu. 19. Atraktan dipergunakan sebagai penarik serangga melalui baunya. 20. Kemostrilan dipergunakan sebagai pensterilan serangga atau vertebrata. 21. Defoliant dipergunakan sebagai penggugur daun untuk memudahkan panen.

22. Desican dipergunakan sebagai pengering daun atau bagian tanaman lainnya. 23. Desinfektan dipergunakan sebagai pembasmi mikro organisme 24. Repellan dipergunakan sebagai penolak atau penghalau hama. 25. Sterilan dipergunakan sebagai mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma. 26. Surpaktan dipergunakan sebagai untuk meratakan pestisida pada permukaan daun . 27. Stimulan dipergunakan sebagai zat yang dapat mendorong pertumbuhan tetapi mematikan terjadinya buah. 28. dan lain-lain Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah

Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya: Pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian. Pada Ekosistem Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-

kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama. Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah Terdapat beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, antara lain dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak menggunakannya. Cara ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama tanah mengakibatkan hasil produksi menurun. Cara yang dapat ditempuh antara lain pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, Memilih varietas tanaman yang tahan hama, menggunakan musuh alami untuk hama, menggunakan hormon serangga, pmandulan (sterilisasi), serta memanfaatkan daya tarik seks untuk serangga Penting untuk diperhatikan adalah prosedur penggunaan dan perlakuan terhadap penggunaan bahan kimia seperti pestisida dan bahan kimia lainnya. Karakteristik pestisida ini terbagi menurut struktur kimia dan komposisi materi penyusunnya, sehingga prosedur penyimpanan dan penggunaan harus disesuaiakan dengan prosedur. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, google, serta pakain kerja yang memadai penting dilakukan agar bahan tidak kontak langsung dengan tubuh dan lingkungan sehingga mencemari lingkungan. Sedangkan perlakukan yang harus diterapkan pada sampah hasil kegiatan, sebagaimana prinsip penanganan sampah lainnya harus selalu diperhatikan, misalnya dengan prinsip Reuse, Recycling, Reducing, dengan metode-metode sanitary landfill, dumping, grinding, composting, incineration, atau derngan metode pirolisis. (Dari berbagai sumber) inspeksi sanitasi

http://mipa.ucoz.com/index/dampak_polusi_tanah/0-30

MASYARAKAT wilayah perkotaan rentan terpapar polusi suara.Jangan menganggap remeh masalah ini sebab fakta berbicara polusi suara bukan hanya mengganggu indera pendengaran,namun juga menyebabkan risiko hipertensi hingga jantung. Tinggal di daerah perkotaan memang rentan terkena berbagai masalah. Yang paling umum adalah masalah polusi udara dan air.Namun bukan hanya permasalahan itu yang patut menjadi perhatian, polusi suara pun juga menyerang

kaum urban. Polusi suara ini disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, pesawat terbang, deru mesin pabrik, hingga suara radio yang berbunyi keras dan mengganggu indera pendengaran. Ciri polusi suara adalah suara bising yang teramat mengganggu sehingga cepat atau lambat akan memengaruhi kondisi kejiwaan manusia. Bukan hanya itu, jika dialami dalam kurun waktu yang panjang,imbasnya akan membuat kepekaan telinga berkurang. Padahal, manusia memiliki batas kemampuan mendengar suara mulai dari 20 hingga 20.000 hertz atau setara dengan rentang hingga 140 desibel (tingkat kebisingan). Lebih dari itu,akan terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organorgan lain dalam gendang telinga. Sementara ambang batas maksimum yang aman bagi manusia adalah 70 desibel. Nah, bisa di-bayangkan apa yang terjadi pada orang yang setiap hari mengalami polusi suara itu. Mereka yang b ekerja di atas batas tersebut,dalam jangka panjang pastilah akan mengalami gangguan pendengaran. Karenanya, disarankan untuk melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala sebagai upaya mencegah ketulian akibat kebisingan. Sebenarnya polusi suara bukan hanya mengganggu indera pendengaran semata. Akan tetapi, juga memicu hipertensi lantaran terpicu oleh emosi yang tidak stabil.Hasil studi epidemologis di Amerika Serikat menyebutkan, ketidakstabilan emosi akibat terpapar suara bising akan menyebabkan stres. Jika ditambah dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu lama, tekanan darah akan naik dan terjadilah hipertensi. Penelitian yang sama juga dilakukan pada 2003 oleh Robert Koch Institute di Jerman. Robert meneliti 1.700 penduduk Kota Berlin. Hasilnya, orang yang hidup di tengah kebisingan lalu lintas cenderung memiliki tekanan darah tinggi ketimbang mereka yang tinggal di lingkungan lebih tenang. Dr Heidemarie Wende yang mengepalai studi tersebut dari federal Environment Agency mengatakan, studi ini menunjukkan bahwa polusi suara meningkatkan tekanan darah dan karenanya memiliki dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), terpaan polusi suara bahkan berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung.Tak heran, masyarakat perkotaan memiliki risiko 46% terkena serangan jantung dibanding masyarakat yang hidup di daerah tenang. Faktanya,bukan hanya nun jauh di Jerman sana masyarakat terkena bahaya polusi suara. Masyarakat Indonesia pun disadari atau tidak juga mengalami bahaya kesehatan akibat polusi yang satu ini. Buktinya, Indonesia masuk dalam empat besar negara dengan kasus gangguan pendengaran terbanyak di Asia. Menurut Dr Damayanti Soetjipto, pendiri Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, 4,6% penderita gangguan pendengaran di Asia berasal dari Indonesia. Data WHO menyebutkan, pada 1998 terdapat sekitar 250 juta penderita gangguan pendengaran, 50% di antaranya berada di Asia.Para penderita gangguan pendengaran ini mudah terserang gangguan, seperti gampang marah dan stres,kata Damayanti. Lingkungan yang sehat,menurut Damayanti, memiliki tingkat kebisingan maksimal 70 desibel. Di atas angka itu, akan sangat berbahaya bagi tel inga.Kalau Anda terpapar kebisingan katakanlah sampai 90 desibel itu maksimal hanya boleh satu jam.Kalau tidak, bahaya bagi pendengaran, sambung Damayanti. Sayangnya, banyak kota besar di Indonesia memiliki tingkat kebisingan di atas angka aman tersebut. Ahli THT dari Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Dr Ronny Suwento bersama timnya pernah mengadakan penelitian tingkat kebisingan di 25 titik di jalan raya Jakarta. Hasilnya, ternyata di 25 titik itu, terutama perempatan Senen dan Tanjung Priok,memiliki tingkat kebisingan yang mencapai 80 desibel.Penelitian itu juga menemukan sekitar 10,7% pedagang asongan dan kaki lima, tukang parkir, serta polisi lalu lintas yang sering terpapar kebisingan di daerah- daerah itu, mengalami gangguan pendengaran. Awalnya ketika ditanya para responden mengaku tidak mengalami gangguan pendengaran.Namun setelah dilakukan tes dengan menggunakan soundproof,dan alat lain di lingkungan yang steril,mereka terbukti mengalami gangguan pendengaran. Ronny menjelaskan, gangguan pendengaran itu bersifat gradual. Orang sering kali tidak sadar bahwa mereka telah mengalami gangguan pendengaran. Maka itu, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan patokan berikut. Umumnya, gangguan itu terjadi pada frekuensi tinggi,sekitar 4.000 Hz.Orang baru sadar ada gangguan jika gangguan itu mulai masuk ke frekuensi 5002.000 Hz. Ini frekuensi yang sering didengar orang. Kerasnya kurang lebih seperti

percakapan sehari-hari. Jadi jika ada orang bicara, dia agak tidak mendengar dan baru sadar kalau terkena gangguan pendengaran, kata Ronny.Jika Anda selalu terpapar polusi suara, sebaiknya gunakan pelindung telinga atau ear plug ataupun flat attenuator yang biasa digunakan oleh teknisi musik saat menyiapkan konser. (sri noviarni)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com, Wednesday, 15 September 2010

Pajak Emisi Gas Buang


KORAN JAKARTA/REPIANTO

Kondisi ini tentu saja menggambarkan trade off yang sangat rumit mengingat sektor otomotif sering diklaim menjadi penyumbang utama memburuknya kualitas udara.
Dalam sebuah artikel di situs Hijau Indonesia, disebutkan adanya ketidaksadaran telah hidup di kota dengan tingkat polusi yang jauh melebihi standar internasional. Juga, selama ini, bangsa telah menghirup udara yang mengandung benda-benda partikulat yang sangat tinggi. Menurut WHO, banyak kota besar di dunia, termasuk Jakarta, yang memiliki tingkat polusi PM10 rata-rata per tahun yang jauh melebihi batas aman yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia itu. PM10 adalah benda-benda partikulat yang ukurannya kurang dari 10 mikron. Benda-benda partikulat ini hampir mustahil diamati dengan mata telanjang. Manusia hanya bisa melihat benda dengan berukuran sama atau di atas 40 mikron tanpa bantuan alat seperti mikroskop. Benda-benda partikulat inilah yang bertanggung jawab terhadap berbagai masalah kesehatan di masyarakat, seperti asma, bronkitis, kanker paruparu, perilaku kekerasan, dan menurunnya kecerdasan anak. Berdasar laporan WHO, dari lima kota di Indonesia yang diamati, hanya Pekanbaru yang memiliki standar polusi rata-rata per tahun di bawah standar WHO sebesar 20 mikrogram per meter kubik (20 Ug/m3). Dari data yang diambil WHO pada 2008, tingkat polusi PM10 Pekanbaru sebesar 11 mikrogram per meter kubik (11 ug/m3). Kota-kota besar lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan, memiliki tingkat polusi yang jauh di atas batas aman WHO. Standar polusi udara Jakarta, misalnya, yang dicatat WHO di tahun 2008 sudah mencapai 43 g/m3 atau 200 persen di atas standar aman WHO. Angka ini meningkat pada 2009 menjadi 68,5 g/m3 atau lebih dari 300 persen. Tahun 2010, angka ini diklaim turun walaupun masih 200 persen di atas standar WHO menjadi 48,5 g/m3. Sebagian karena efek diselenggarakannya program bebas kendaraan bermotor di Jakarta (Jakarta Car Free Day). Kota Surabaya, Bandung, dan Medan justru memiliki kualitas udara yang lebih parah dari Jakarta. Standar polusi PM10 di Kota Kembang mencapai rata-rata 51 g/m3 per tahun, sementara di Surabaya nilainya mencapai 69 g/m3, dan Medan mencapai 111 g/m3 per tahun. Angka-angka di atas memberi gambaran nyata betapa buruknya tingkat polusi udara di kotakota besar di Tanah Air. Kondisi ini tentu saja menggambarkan trade off yang sangat rumit mengingat sektor otomotif sering diklaim menjadi penyumbang utama memburuknya kualitas

udara. Di sisi lain, sektor otomotif juga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dari sektor konsumsi masyarakat. Terlebih di tahun 2012, berdasarkan data Gaikindo, pasar mobil baru baru saja mencetak rekor penjualan mobil hingga 1 juta unit, tertinggi dalam sepanjang sejarah industri otomotif nasional. Selama 10 tahun terakhir, tren penjualan kendaraan bermotor khususnya mobil memang terus meningkat secara signifikan. Tahun 2003, penjualan mobil masih di kisaran 354 ribu, tahun 2011 menjadi 813 ribu. Sempat terjadi sedikit fluktuasi tahun 2006 dan 2009 seiring dengan badai krisis ekonomi dunia. Dari sisi domestik, fluktuasi tersebut berbarengan dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Pencapaian prestasi penjualan 1 juta unit mobil tentu patut mendapat apresiasi tersendiri mengingat beratnya tantangan dan hambatan yang mengadang di tahun 2012. Misalnya, mulai dari wacana kenaikan harga BBM bersubsidi, kenaikan uang muka kredit kendaraan, serta permasalahan buruh yang tak kunjung mereda. Keberhasilan tersebut sekaligus mengindikasikan 100 persen pulihnya daya beli masyarakat yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi. Menggeliatnya pasar otomotif memang memberi dampak signifi kan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Sayang, kenaikan laju sektor otomotif justru kurang direspons secara optimal oleh pemerintah. Penyediaan jalan, pengaturan perparkiran, serta transportasi publik belum memuaskan. Beberapa proyek transportasi umum memang tengah disiapkan meskipun masih terkendala baik birokrasi maupun teknis. Akibatnya, kualitas udara di beberapa kota-kota besar di Indonesia terus memburuk. Banyak kerugian yang ditimbulkan oleh terlepasnya berbagai zat beracun dalam kendaraan bermotor ke udara. Secara umum, dampak-dampak yang sering teridentifi kasi adalah munculnya gangguan hipertensi akibat tekanan kerja jantung yang berlebihan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Munculnya penyakit gangguan mata, penurunan kecerdasan, terganggunya perkembangan mental anak, penyakit aluran pernapasan, serta dalam jangka panjang munculnya bahaya kanker dan gangguan fungsi reproduksi pria. Secara teori, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan emisi gas buang melalui kebijakan fiskal dan nonfiskal. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengenakan mekanisme pajak kendaraan, pajak bahan bakar, serta insentif fiskal untuk kendaraan ramah lingkungan. Sedangkan strategi nonfiskal dapat ditempuh melalui pengetatan standar emisi gas buang, pembatasan lalu lintas, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan serta peningkatan kualitas bahan bakar. Pajak Hingga kini, pemerintah sudah menerapkan standar pengaturan emisi gas buang sebagai prasyarat di dalam perpanjangan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) setiap tahunnya. Bahkan persyaratan mengenai emisi gas buang sudah menjadi aturan tersendiri dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan. Dalam Pasal 64 paragraf 1 dikatakan bahwa emisi gas buang menjadi persyaratan laik jalan kendaraan bermotor. Pasal 65 juga menyebutkan bahwa emisi kendaraan bermotor harus

diukur berdasarkan kandungan polutan yang dikeluarkan kendaraan bermotor serta wajib tidak melebihi ambang batas. Berdasarkan besarnya dampak yang ditimbulkan pengelolaan emisi gas buang, perlu mengaji lebih dalam kemungkinan pengenaan pajak emisi gas buang setiap tahunnya, berbarengan dengan pengenaan PKB. Dengan pengenaan pajak emisi gas buang, nantinya tidak akan menghilangkan kewajiban pembayaran berbagai jenis PKB lainnya, namun ada sedikit penyesuaian di dalam sistem pemungutannya. Pajak emisi gas buang tersebut nanti mengadopsi mekanisme insentif dan disinsentif. Untuk kendaraan bermotor yang melebihi ambang batas emisi gas buang akan dikenakan tarif pajak progresif. Sebaliknya, untuk kendaraan bermotor yang mampu mengelola emisi gas buang di bawah ambang batas akan memperoleh keringanan tarif pajak. Pajak emisi gas buang tersebut akan dikenakan pemda dan dikelola provinsi, berbarengan dengan pengenaan PKB di dalam STNK pemilik kendaraan bermotor. Seyogianya pajak emisi gas buang kendaraan bermotor ini wajib di-ear marking, untuk dikembalikan lagi bagi pembangunan infrastruktur jalan, pemeliharaan jalan, infrastruktur transportasi umum, pengembangan bahan bakar alternatif, pengujian emisi serta upaya perbaikan kualitas udara yang tercemar. Pemda yang tidak menaati aturan penggunaan dapat dikenakan sanksi dan hukuman. Misalnya tidak mendapat alokasi dana untuk periode selanjutnya. Indonesia dapat mencontoh Australia yang sudah menerapkan mekanisme pajak emisi gas buang. Meskipun awalnya menuai banyak protes khususnya dari para oposisi dan industriawan, pajak itu akan dikenakan pada polusi yang dihasilkan korporasi. Sekitar 350 perusahaan "produsen" polusi utama harus membayar 23 dolar Australia atau setara 220 ribu rupiah untuk setiap ton karbon yang mereka hasilkan. Sebagai gambaran, Australia merupakan salah satu negara produsen polusi per kapita terparah di dunia. Dengan skema tersebut, Australia berharap tahun 2020, polusi karbon setidaknya berkurang 159 juta ton/tahun dibanding tidak diterapkan. Pengurangan polusi ini sama dengan melenyapkan sekitar 45 juta mobil dari jalanan. Rencananya, setelah tiga tahun berjalan, akan ada transisi dari pajak karbon ke skema perdagangan emisi berbasis pasar. Demi tujuan perbaikan bersama Jakarta, rumusan tadi tentu masih bisa diperdebatkan. Justru berbagai masukan yang konstruktif sangat dibutuhkan. Namun, semuanya harus bermuara pada satu tujuan bersama: menciptakan transportasi Jakarta yang bersahabat dan bermartabat.
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/114333

You might also like