You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Limbah cair tahu mengandung bahan organik yang tinggi, bila dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas air dan tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah tersebut dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba yang menguntungkan atau merugikan. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Produk tahu di Indonesia umumnya dihasilkan oleh industri skala besar atau kecil. Industri ini menghasilkan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya yaitu untuk proses sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan dan penyaringan. Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut bila dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air biologis air maupun tanah tersebut. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh limbah tahu tersebut terhadap diversitas mikroorganisme tanah. dan tanah termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Tahu Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air, limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya. 2.2. Karakteristik Limbah Tahu Karakteristik Pramudyanto, 1991) : Karakteristik Fisik Temperatur : temperatur air limbah pabrik tahu biasanya lebih tinggi dari temperatur normal. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan tahu selalu pada temperatur panas baik pada saat penggumpalan atau pada saat penyaringan yaitu pada suhu 60800C. Pencucian yang mempergunakan air dingin selama proses berjalan tidak mampu menurunkan suhu limbah tahu. Limbah panas yang dikeluarkan adalah sisa air susu tahu yang tidak menggumpal menjadi tahu, biasanya berwarna kuning muda dan apabila diperam dalam satu hari akan berasa asam. limbah cair tahu antara lain (Nurhasan dan

Warna : warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi yang mengalami penguraian hayati dan kimia akan berubah warna. Hal ini merupakan proses yang merugikan, karena adanya proses dimana kadar oksigen di dalam air buangan menjadi nol maka air buangan berubah menjadi warna hitam dan busuk. Bau : bau air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh mikroba alam. Bau sungai atau saluran menyengat apabila disaluran tersebut sudah berubah anaerob. Bau tersebut adalah terpecahnya penyusun dari protein dan karbohidrat sehingga timbul bau busuk dari gas H2S. Kekeruhan : padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah pabrik tahu menyebabkan air keruh. Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat organik atau zat-zat yang tersuspensi dari tahu atau kedelai yang tercecer atau zat organik terlarut yang sudah terpecah sehingga air limbah berubah seperti emulsi keruh. Karakteristik Kimia Protein : senyawa protein terbentuk oleh rantai amino acids. Semua protein mengandung carbon dan nitrogen yang tinggi yang banyak dalam air limbah pada proses-proses yang berhubungan dengan bahan-bahan makanan tersebut. Tingginya protein dalam air limbah dapat menimbulkan bau merangsang akibat proses dekomposisi. Karbohidrat : karbohidrat termasuk gula dan selulosa, yang semuanya terdapat dalam air limbah. BOD : padatan yang terdapat dalam air buangan terdiri dari zat organik dan zat anorganik. Zat organik tersebut misalkan protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Protein dan karbohidrat biasanya lebih mudah terpecah secara proses hayati menjadi amoniak, sulfida dan asam-asam lainnya. Sedangkan lemak lebih stabil terhadap pengrusakan hayati, namun apabila ada asam mineral dapat menguraikan asam lemak menjadi glicerol. Pada limbah tahu adanya lemak ditandai banyak zat-zat terapung berbentuk skum. Untuk mengetahui berapa besarnya jumlah zat organik yang terlarut dalam air limbah tahu dapat diketahui dengan melihat besarnya angka BOD (Biochemical Oxygen
3

Demand). Besarnya angka BOD biasanya lebih rendah dari COD, yaitu 2 sampai 3 kali lebih rendah dari besarnya COD.

COD : parameter ini dalam air buangan menunjukkan juga zat organik terutama zat organik non biodegradasi, selain itu zat dapat dioksidasi oleh bahan kimia K2Cr2O7 dalam asam misalnya SO3 (sulfit), NO2 (nitrit) kadar tinggi dan zat-zat reduktor lainnya. Besarnya angka COD biasanya lebih besar dari BOD (2 sampai 3 kali besarnya BOD). Malina dan Pohland (1992) dalam Damanhuri et al.(1997) menyatakan bahwa nilai COD limbah cair tahu di atas 7.000 mg/L. Jadi, nilai COD limbah cair tahu berkisar antara 7.000 100.000 mg/L.

pH : pH dalam air limbah sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroorganisme dalam memecah bahan organik. Air limbah tahu cenderung asam (pH sekitar 4-6) dan pada keadaan asam ini terlepas zat- zat yang mudah menjadi gas. (Nurhasan, 1991). Karakteristik Biologis Beberapa mikroorganisme yang penting dalam air limbah tahu yaitu sebagai berikut : bakteri, jamur, dan protozoa. Bakteri tersebut berperan dalam proses dekomposisi atau stabilisasi bahan organik. Bakteri juga dapat bersifat patogen bagi kesehatan manusia. 2.3. Keragaman dan Peranan Mikroorganisme Tanah Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomycetes, fungi, protozoa, dan algae. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroorganisme tersebut. Sebagian besar mikroorganisme tanah memiliki peranan yang menguntungkan, yaitu berperan dalam dekomposisi limbah organik, siklus hara tanaman, fiksasi nitrogen, pelarut posfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara. Organisme tanah berperan penting dalam mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai sumber bahan organik tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam hal dekomposisi bahan
4

organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh. Organisme perombak bahan organik atau biodekomposer dapat diartikan sebagai organisme pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati) yaitu bakteri, fungi, dan aktinomycetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, dan juga terhadap pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Dan penambahan bahan organik terdapat pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman. Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah, karena bahan organik tanah mempengaruhi sifatsifat tanah melalui berbagai cara. Hasil perombakan bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan mineral tanah; distribusi bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison. Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang selanjutnya menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah. Mikroorganisme perombak bahan organik ini terdiri atas fungi dan bakteri. Pada kondisi aerob, mikroorganisme perombak bahan organik terdiri atas fungi, sedangkan pada kondisi anaerob sebagian besar perombak bahan organik adalah bakteri. Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik untuk semua jenis tanah.
5

Fungi toleran pada kondisi tanah yang asam, yang membuatnya penting pada tanahtanah hutan masam. Sisa-sisa pohon di hutan merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi fungi tertentu mempunyai peran dalam perombakan lignin. Nitrogen (N) harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium sp. Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, unsur hara P ini sedikit atau tidak tersedia bagi tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Disinilah peranan mikroba pelarut P, mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer dan perombak sekunder. Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan organik, seperti Colembolla, Acarina yang berfungsi meremah-remah bahan organik atau serasah menjadi berukuran lebih kecil. Cacing tanah memakan sisa-sisa remah tadi yang lalu dikeluarkan sebagai faeces setelah melalui pencernaan dalam tubuh cacing. Perombak sekunder ialah mikroorganisme perombak bahan organik seperti Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Adanya aktivitas fauna tanah, memudahkan mikroorganisme untuk memanfaatkan bahan organik, sehingga proses mineralisasi berjalan lebih cepat dan penyediaan hara bagi tanaman lebih baik. Menurut Eriksson et al. (1989), umumnya kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling signifikan, dapat segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi

senyawa organik sederhana yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan nutrien di sekitar tanaman. 2.4. Jenis Mikroorganisme Pada Tanah Tercemar Pada tanah tercemar oleh limbah cair tahu dicirikan dengan banyak terkandungnya padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya mikroorganisme atau kuman-kuman pada tanah. Jenis mikroorganisme yang biasa terdapat pada tanah-tanah tercemar adalah bakteri dan jamur.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gedung Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Pada hari Senin, 1 April 2013 pukul 08.00 WIB - selesai. 3.2. Alat dan Bahan Petridish (2 buah) Pipet Tabung reaksi (6 buah) Timbangan elektrik Label (2 buah) Spirtus Media PDA Aquades Tanah padi atau kacang merah (1 gram) 3.3. Cara Kerja Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan. Ambil tanah secukupnya pada tanaman padi atau kacang merah yang telah diberi perlakuan limbah cair tahu. Timbang tanah tersebut sebanyak 1 gram. Persiapkan tabung reaksi dan aquades, kemudian masukkan aquades sebanyak 9 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi menggunakan pipet. Masukkan tanah yang telah ditimbang (1 gram) ke dalam tabung reaksi pertama dan kocok hingga homogen.

Selanjutnya,

lakukan

pengenceran

hingga

10-6

secara

aseptik.

Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 ml larutan dari tabung pertama ke dalam tabung kedua (pengeceran 10-2). Kemudian ambil 1 ml larutan dari tabung reaksi kedua ke dalam tabung rekasi ketiga (pengenceran 10-3) dan seterusnya lakukan hal yang sama hingga pengenceran 10-6. Pipetkan secukupnya (sekitar 1 ml) dari pengeceran 10-6 ke dalam masing-masing petridish yang telah dipersiapkan. Petridish tersebut telah berisi media PDA. Beri label pada masing-masing petridish dan simpan pada tempat yang telah disediakan. Amati pertumbuhan koloni selama 2 sampai 3 hari, dimulai dari hari ke-3 setelah praktikum dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Tanah Kel 1 Kacang merah Jumlah Koloni Petridish 1 : 56 Petridish 2 : 38 Kel 2 Kacang merah Petridish 1 : 7 Jenis Mikroba Bakteri Bakteri Bakteri Morfologi Petridish 1 : bulat tidak beraturan, putih gading Petridish 2 : bulat tidak beraturan, putih gading Petridish 1 : bulat kecil, putih gading dan kuning, permukaan licin Petridish 2 : pada jamur terdapat hifa, karang tidak beraturan, putih gading Petridish 1 : bulat, putih gading, permukaan licin, tepi rata Petridish 2 : bulat dan tidak beraturan, putih gading dan transparan, permukaan licin, tepi rata

Petridish 2 : 4

Bakteri (3) dan Jamur (1)

Kel 3

Kacang merah

Petridish 1 : 27

Bakteri

Petridish 2 : 62

Bakteri

10

Kel 4

Kacang merah

Petridish 1 : 18 (koloni 1 = 16 dan koloni 2 = 2)

Bakteri

Petridish 1 : Koloni 1 (bulat, putih gading, permukaan licin, tepi rata) Koloni 2 (menyerupai akar, putih gading) Petridish 2 : tidak tumbuh koloni Petridish 1 : bulat tidak beraturan, putih gading, berlendir dan tepi rata Petridish 2 : bulat beraturan, putih gading, berlendir dan tepi rata Petridish 1 : Koloni 1 (bulat, putih gading, permukaan licin) Koloni 2 (berwarna kuning) Petridish 2 : bulat, putih gading, permukaan licin Petridish 1 : bulat, putih gading, permukaan licin, tepi rata Petridish 2 : bulat, putih gading, permukaan licin, tepi rata Petridish 1 : bulat, putih gading dan bening, permukaan licin Petridish 2 : bulat, putih gading dan bening, permukaan licin

Petridish 2 : 0 Kel 5 Kacang merah Petridish 1 : 33

Bakteri

Petridish 2 : 13

Bakteri

Kel 6

Padi

Petridish 1 : 32

Bakteri (31) dan Jamur (1)

Petridish 2 : 14

Bakteri

Kel 7

Padi

Petridish 1 : 13

Bakteri

Petridish 2 : 16 Kel 8 Kacang merah Petridish 1 : 43

Bakteri Bakteri

Petridish 2 : 26

Bakteri

Keterangan : - Petridish 1 = pengenceran 10-4

11

- Petridish 2 = pengenceran 10-6 - Hasil pengamatan adalah data per kelompok dalam 1 kelas

Gambar : Pengamatan hari ke-2

Petridish 1 (10-4) Pengamatan hari ke-3 : Petridish 1 (10-4)

Petridish 2 (10-6)

Petridish 2 (10-6)

12

4.2.

Pembahasan Dari hasil pengamatan tiap kelompok menunjukkan bahwa jenis mikroba

tanah yang mendominasi pada tanah padi ataupun kacang merah adalah bakteri, sedangkan jamur hanya sedikit tumbuh pada tanah-tanah tersebut. Bakteri yang tumbuh umumnya memiliki morfologi seperti berwarna putih gading, permukaan licin dan berbentuk bulat. Limbah cair tahu tidak terlalu berpengaruh pada diversitas mikroba tanah karena dilihat dari hasil pengamatan bahwa yang tumbuh hanya 2 jenis mikroba yaitu bakteri dan jamur, serta umumnya morfologi dari mikroba tanah tersebut sama.

13

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Jenis mikroba tanah yang mendominasi pada tanah padi ataupun kacang merah adalah bakteri. Limbah cair tahu tidak terlalu berpengaruh pada diversitas mikroba tanah karena dilihat dari hasil pengamatan bahwa yang tumbuh hanya 2 jenis mikroba yaitu bakteri dan jamur, serta umumnya morfologi dari mikroba tanah tersebut sama.

14

DAFTAR PUSTAKA Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Anonim. 2012. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu. (diakses pada tanggal 12 April 2013 dari http://www.artikel.abajadun.com/2012/08/karakteristik-limbah-cairindustri-tahu.html) Harada, Dede. 2013. Pencemaran dan Penanganan Limbah Tahu. (diakses pada tanggal 12 April 2013 dari http://dedeharada.blogspot.com/2013/02/pencemaran-danpenanganan-limbah-tahu.html) Lestari, Retno. 2013. Makalah Pengolahan Air Limbah Tahu. (diakses pada tanggal 12 April 2013 dari http://retno-ani-lestari.blogspot.com/2013/02/makalahpengolahan-air-limbah-tahu.html) Nurdianara. 2011. Contoh Laporan Pencemaran Lingkungan di Sekitar Pabrik Tahu . (diakses pada tanggal 12 April 2013 dari http://nurdianara3.wordpress.com/2011/09/09/contoh-laporan-pencemaranlingkungan-disekitar-pabrik-tahu/) Putri. 2012. Pengertian Mikroorganisme. (diakses pada tanggal 12 April 2013 dari http://putridatabase.blogspot.com/2012/09/pengertian-mikroorganisme-dan.html) http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9014-2305100033-Chapter1.pdf (diakses pada tanggal 12 April 2013)

15

You might also like