You are on page 1of 12

Bab I Konsumsi dan Investasi

A. Fungsi Konsumsi
Menurut J.M. Keynes, tingkat konsumsi seseorang atau rumah tangga ditentukan oleh pendapatan. Namun ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi konsumsi. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Faktor objektif.
Faktor objektif adalah faktor yang secara umum diakui sebagai faktor yang memengaruhi konsumsi. Faktor objektif seperti : a. Harga Keynes mengatakan bahwa perubahan harga yang cukup besar akan menyebabkan perubahan daya beli masyarakat yang besar pula. Artinya, naik atau turunnya tingkat harga umum yang cukup besar akan mengubah pendapatan riil dan nilai riil uang yang cukup besar pula. b. Kebijakan fiskal Salah satu instrumen kebijakan fiskal, yaitu pajak memengaruhi besarnya pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. Semakin besar tarif pajak yang berlaku terhadap barang dan jasa, semain tinggi harga barang tersebut. Artinya, pendapatan riil masyarakat menurun sehingga konsumsi mereka pun menurun.

c. Suku bunga Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi biasanya akan ditabung atau diinvestasikan. Tabungan dianggap sama dengan investasi dalam teori ekonomi. Faktor yang menarik seseorang untuk menabung atau berinvestasi adalah suku bunga. Semakin besar suku bunga tabungan, semakin besar pula imbalan jasa yang diberikan bank. Jadi, besar dan kecilnya suku bunga akan memengaruhi keputusan konsumsi seseorang.

2. Faktor subjektif.
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari kondisi yang dialami oleh setiap orang. Artinya, setiap faktor subjektif tidak selalu mempunyai pengaruh yang sama pada setiap orang. Faktor subjektif seperti : a. Sikap hati-hati Dengan adanya sikap hati-hati seseorang bisa menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan di masa yang akan datang. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki sikap hati-hati yang hanya memuaskan keinginannya belaka. Jika ada kesulitan di masa yang akan datang, maka orang yang tidak mempunyai sikap hati-hati tersebut pasti akan berhutang kepada orang lain. b. Kekayaan (warisan) yang dimiliki Menurut Keynes, seseorang yang mempunyai kekayaan dari warisan atau tabungan akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki kekayaan dari warisan atau

tabungan akan lebih memilih untuk menyisihkan pendapatannya ke dalam tabungan. Tujuannya untuk memperoleh kekayaan yang lebih besar atau untuk persiapan di masa mendatang.

Menurut Keynes, hubungan konsumsi dengan pendapatan dituliskan dalam fungsi konsumsi berikut.
C = a + bY

Keterangan : a : besarnya tingkat konsumsi jika Y = 0 b : lereng garis (slope) konsumsi Y : tingkat pendapatan C : tingkat konsumsi

Cara mengetahui seberapa besar bagian pendapatan yang kita gunakan untuk konsumsi adalah dengan mengukur kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) dengan membandingkan besarnya konsumsi (C) dan pendapatan nasional (Y).
APC = C Y

Konsep Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah konsep yang mengukur perbandingan antara perubahan konsumsi (C) dan perubahan pendapatan nasional (Y).
MPC = C Y

B. Konsumsi sebagai Fungsi dari Disposable Income


Konsumsi berubah-ubah sesuai dengan perubahan disposable income. Disposable income diberi simbol Y dan konsumsi diberi simbol C.

C. Bentuk Fungsi Konsumsi


Ciri penting dari fungsi konsumsi adalah sebagai berikut. a. Terdapat tingkat impas (break even level) dari pendapatan, yaitu tingkat dimana seluruh disposable income rumah tangga digunakan untuk kegiatan konsumsi. b. Di bawah tingkat impas, konsumsi rumah tangga lebih besar daripada disposable income, sehingga rumah tangga melakukan pinjaman atau menggunakan tabungan sebelumnya. Kegiatan ini disebut dissaving. c. Di atas tingkat impas, sebagian dari disposable income digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sisanya ditabung. d. Setiap peningkatan disposable income akan menyebabkan kegiatan konsumsi meningkat. Tetapi, besarnya peningkatan konsumsi lebih rendah daripada peningkatan disposable income.

D. Fungsi Tabungan
Tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Jadi, besarnya pendapatan sangat memengaruhi besar kecilnya tabungan. Namun, masih ada faktorfaktor lain yang memengaruhi tabungan. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Kekayaan yang dimiliki


Jika seseorang tidak memiliki uang yang cukup banyak, seseorang tersebut pasti berusaha memenuhi kebutuhan di masa depan dengan uang yang ditabung sekarang.

2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga merupakan pendapatan yang diperoleh dari bank karena kita menabung di sana. Jadi, masyarakat akan lebih banyak menabung apabila tingkat bunga tinggi.

3. Sikap Berhemat atau Hati-hati


Orang yang memiliki sikap hemat atau berhati-hati akan cenderung memilih menabung daripada belanja atau konsumsi.

4. Keadaan Perekonomian
Semakin buruk keadaan perekonomian, masyarakat semakin berhati-hati dalam membelanjakan pendapatannya.

5. Distribusi Pendapatan
Semakin rata distribusi pendapatan, semakin banyak masyarakat yang menabung karena pendapatan mereka dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya. Berbeda dengan masyarakat yang tidak mendapat distribusi pendapatan yang merata. Pendapatan mereka sebagian besar digunakan untuk konsumsi. Jadi, porsi tabungan menjadi sangat kecil.

6. Dana Pensiun
Semakin besar jumlah pensiun yang diterima, semakin kecil kecenderungan menabung karena tingkat konsumsinya jauh lebih besar. Seperti halnya konsumsi, Keynes juga merumuskan fungsi tabungan berikut.
S = a + (1 b )Y

Keterangan : -a : besarnya tingkat tabungan jika Y = 0 1 b : lereng garis (slope) tabungan Y : tingkat pendapatan S : tingkat tabungan

Apabila membandingkan tabungan dengan pendapatan, kita akan mengetahui besarnya kecenderungan menabung (average propensity to save = APS) keluarga. Dengan cara yang sama, kita juga dapat mengetahui APS dari Negara Indonesia dengan membandingkan tabungan masyarakat (S) dan pendapatan nasional (Y) pada tahun tertentu.
APS = S Y

Kita juga dapat mengukur besarnya marginal propensity to save (MPS), yaitu besarnya perubahan tabungan akibat adanya perubahan pendapatan. MPS diukur dengan membandingkan perubahan tabungan (S) dengan perubahan pendapatan nasional (Y).
MPS = S Y

E. Fungsi Investasi
Penjahit melakukan investasi dengan menambah mesin jahitnya. Sebuah perusahaan yang membangun pabrik baru juga dikatakan melakukan investasi atau penanaman modal. Investasi biasanya dilakukan perusahaan dengan uang yang diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan. Faktor-faktor yang memengaruhi investasi adalah :

1. Ramalan keuntungan investasi.


Semakin tinggi keuntungan investasi yang diramalkan di masa depan, semakin tinggi tingkat investasi suatu Negara.

2. Tingkat bunga.
Seperti tabungan, investasi pun akan dilakukan apabila tingkat bunga investasi yang diminta semakin rendah.

3. Ramalan kondisi perekonomian.


Kondisi ekonomi yang baik sangat diinginkan oleh investor atau perusahaan. Kondisi ekonomi yang baik tercapai ketika pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah, tingkat pengangguran rendah, dan nilai mata uang stabil. Jika kesemua indikator makro tersebut diramalkan akan tercapai, tingkat investasi akan tinggi.

4. Kemajuan teknologi.
Teknologi sangat menentukan tingkat investasi. Alasannya, kemajuan teknologi mampu meningkatkan produksi sehingga keuntungan yang diharapkan investor dapat tercapai.

5. Pendapatan nasional.
Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin besar investasi di Negara tersebut, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

6. Keuntungan yang diperoleh.


Tujuan utama dari investasi ialah keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi keuntungan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat investasi.

F. Keseimbangan Pendapatan Nasional


1. Pendekatan S = I (Saving-Investment Approach)
Keseimbangan pendapatan nasional terjadi saat S = I atau saat kurva S memotong kurva I. S, I S

Y 0 Y0 Y1 Y2

Titik E menunjukkan titik keseimbangan dengan pendapatan nasionalnya sebesar OY1. Pada saat OY0, besarnya tabungan lebih kecil daripada investasi (S<I). Sebaliknya pada saat OY2, tabungan lebih besar daripada investasi (S>I). a. Jika S < I, pendapatan nasional tidak seimbang sehingga timbul gejala ekspansi, yaitu kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan. b. c. Jika S = I, pendapatan nasional seimbang. Jika S > I, pendapatan nasional tidak seimbang sehingga timbul gejala kontraksi, yaitu kegiatan ekonomi mengalami pennurunan.

2. Pendekatan C + I (Consumption Plus Investment Approach)


Menurut pendekatan ini, keseimbangan pendapatan nasional terjadi saat pendapatan nasional (Y) sama dengan jumlah konsumsi dan investasi (C + I). Keseimbangan juga terjadi saat pendapatan nasional (Y) sama dengan pengeluaran agregat (agregat expenditure = AE).
Y = C +1

atau

Y = AE

BAB II Penutup

A. Kesimpulan
Kegiatan konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa yang dipakai langsung untuk memuaskan keinginan konsumen. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh faktor objektif (harga, kebijakan fiskal, suku bunga) dan faktor subjektif (sikap hati-hati dan kekayaan atau warisan yang dimiliki). Fungsi konsumsi : C = a + bY Average Propensity to consume (APC) adalah total konsumsi dibagi dengan disposable income. Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah perubahan konsumsi sebagai akibat perubahan disposable income. Tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Jadi, besarnya pendapatan sangat memengaruhi besar kecilnya tabungan. Tabungan juga dipengaruhi oleh kekayaan yang dimiliki, tingkat tabungan, sikap hemat, keadaan perekonomian, distribubsi pendapatan, dan dana pensiun. Fungsi tabungan : S = a + (1 b)Y . Investasi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan atau rumah tangga untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

10

Investasi sangat dipengaruhi oleh ramalan keuntungan, tingkat bunga, ramalan kondisi perekonomian, kemajuan teknologi, pendapatan nasional, dan keuntungan yang diperoleh.

Konsumsi, tabungan, dan investasi merupakan komponen yang membentuk keseimbangan pendapatan nasional. Pendekatan S = I dan C + I digunakan untuk mengukur keseimbangan pendapatan.

11

Daftar Pustaka

Sariono Endro, dkk. 2007. Manusia dan perilaku Ekonomi Pelajaran Ekonomi untuk SMA/MA. Jakarta : Ganeca. S. Alam. 2006. Ekonomi SMA untuk kelas X. Jakarta : Esis. S. Alam. 2004. Ekonomi SMA untuk kelas X. Jakarta : Esis. Anonymous. 2009. Faktor-faktor Fungsi Konsumsi. www.google.com. Anonymous. 2009. Faktor-faktor Fungsi Tabungan. www.google.com. Anonymous. 2009. Faktor-faktor Fungsi Investasi. www.google.com.

12

You might also like