You are on page 1of 16

Presentasi Kasus

Di bacakan Oleh: Dr. Donny Irawan Pembimbing: Dr. Heru Priyanto SpOG (K)

PENDAHULUAN Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia Mola hidatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial mola hidatidosa

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara negara barat. Dinegara negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan dinegara negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A siregar: 11 16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15%pasien dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus choriocarcinoma yang dilaporkan berasal dari mola parcial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi

LAPORAN KASUS
Seorang G1P0A0, 34 tahun, usia kehamilan 6 minggu datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir disertai keluar jaringan seperti gajih. Pasien sebelumnya mengeluh terlamabat haid 2 bulan. Saat tiba di VK Ponek, pasien mengeluh mengeluarkan darah kembali dan disertai adanya gelembung seperti buah anggur. Dari pemeriksaan fisi, tekanan darah:130/80 mmHg, nadi;80x/menit, rr:20 x/menit, suhu: 36,2oC. pemeriksaan abdomen didapatkan tinggi fundus uteri pertemgahan simpisis pusat. Inspekulo didapatkan portio livide, OUE terbuka, tampak gelembung mola keluar dari OUE. Pemeriksaan dalam didapatkan, portio lunak, OUE terbuka corpus uteri setinju dewasa

Pemeriksaan USG didapatkan vesika terisi cukup, tampak uterus ukuran 15x10x6 cm, tampak gambaran lessi inhomogen dengan gambaran honey comb appearance, disertai gambaran lessi hiperechoic (kesan massa amorf sisa konsepsi).

Diagnosis : abortus inkompletus dengan partial mole dan direncanakan untuk dilakukan kuretase.

Permasalahan pada kasus ini adalah: manajemen selanjutnya paska kuretase mola

Pembahasan:
Penegakan diagnosis mola hidatidosa pada kasus diatas adalah dari keluhan pasien berupa perdarahan jalan lahir, kemudian saat tiba di VK Ponek didapatkan adanya pengeluaran per vaginam berupa jaringan seperti gajih dan adanya gelembung-gelembung mola.

Selain itu, dari pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri yang lebih besar dari usia kehamilan 6 minggu, dan dari pemeriksaan USG didapatkan adanya gambaran Honey Comb Appearence

Manajemen pada pasien mola hidatidosa mencakup empat tahap


A. Perbaikan KU :transfusi, Antihipertensi/ konvulsi untuk terapi preeklamsia/ eklamsia, obat anti tiroid A. Evakuasi jaringan : - Kuretase Vakum (KV)

KURETASE VAKUM
- Langsung : - Bila gelembung mola sdh keluar dan KU stabil - Tidak langsung : - Bila gelembung mola belum keluar - Psng laminaria stift + tampon vagina - Infus dekstrosa + uterotonika (oksitosin)

Perhatian : Setelah kuretase vakum, dinding uterus dibersihkan dg kuret Untuk PA, diambil jaringan yg melekat pd dinding uterus Laporan harus mencakup : jumlah jaringan, darah, diameter gelembung dan ada tidaknya bagian janin.

C. Profilaksis

Tujuan : Mencegah terjadinya keganasan di uterus

Kemoterapi

- Methotrexate (MTX) 20 mg/hari im 5 hari Asam folat 10 mg 3x1/hari Cursil 35 mg 2x1 - Actinomycin D 1 flakon/ hari iv 5 hari

D. Follow-up Tujuan : - Melihat apakah proses involusi berjala normal - Menentukan adanya proses keganasan secara dini Durasi : 1 tahun Jadwal : Pada resiko rendah follow-up 2 minggu pascaevakuasi,pada resiko tinggi dimulai 2 minggu setelah khemoterapi/ profilaksis 3 bulan pertama 2 minggu sekali 3 bulan kedua 1 bulan sekali 6 bulan terakhir 2 bulan sekali

Hal hal yg perlu dicatat : A. Keluhan pasien B. Pemeriksaan ginekologis C. Kadar HCG Syarat : Tidak boleh hamil selama 1 tahun Kontrasepsi : kondom/pil kombinasi Akhir Follow-up : Hamil lg sebelum 1 tahun,setelah 1 tahun tidak ada keluhan baik klinik maupun laboratorium

KESIMPULAN
Meskipun mola hidatidosa merupakan suatu penyakit yang sifatnya jinak, namun memerlukan penaganan yang tubtas karena risiko bertranformasi kearah keganasan cukup tinggi Manajemen dari mola hidatidosa mencakup 4 tahap: nilai kegawatan dan atasi kegawatan tersebut, evakuasi jaringan mola, penanganan profilaksis dan follow up yang adekuat

Dalam masa follow up selama 1 tahun pasien tidak boleh hamil, dan hendaknya menggunakan kontrasepsi yang tidak menyebabkan perdarahan bercak: kondom dan pil kontrasepsi kombinasi

You might also like