You are on page 1of 5

Pemeriksaan Kebuntingan Pada Kuda A.

Pengertian Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran (Frandson 1992). Kebuntingan merupakan keadaan dimana anak sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina (Ilawati 2009). Menurut Salisbury dan Van Demark (1985), selama kebuntingan terjadi pertumbuhan dan perkembangan individu baru yang merupakan hasil dari perbanyakan, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Perubahan tersebut meliputi bertambahnya volume dan sirkulasi darah kelenjar uterus yang tumbuh membesar dan berkelok-kelok serta infiltrasi sel darah putih yang mempersiapkan saluran reproduksi betina untuk kebuntingan. B. Metode Deteksi Kebuntingan Pemeriksaan kebuntingan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan perkawinan dan mengetahui umur kebuntingan tersebut. Pemeriksaan kebuntingan dapat dilakukan dengan cara eksplarasi rectal dan ultrasonografi. Prosedur pemeriksaan keduanya adalah sebagai berikut. Eksplarasi Rektal Eksplarasi rectal adalah metode diagnose kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar, seperti kuda, kerbau, dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rectum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus, atau membrane fetus. Teknik yang dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan ini adalah akurat, dan hasilnya dapat langsung diketahui (Arthur et al. 1996). Ultrasonografi Ultrasonography merupakan suatu alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Penggunaan alat ini memerlukan operator yang terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul di monitor. Ada resiko kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan probe. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ini

dapat dilakukan pada usia kebuntingan 20-22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas 30 hari (Lestari 2006). Pemeriksaan kebutingan dengan palpasi rektal dapat dilakukan setelah 60 hari pasca perkawinan. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena betina bunting terkadang menunjukkan gejala berahi lagi dan apabila terjadi perkawinan dimungkinkan mengakibatkan keguguran. Hasil pemeriksaan negatif akan dilanjutkan sampai terjadi kebuntingan (Blakely & David 1992). Kebuntingan pada kuda betina rata-rata 315-350 hari. Pemeriksaan kebuntingan yang dilakukan di DENKAVKUD (Detasemen Kavaleri Berkuda) dilakukan dengan palpasi rektal sebanyak 5 ekor kuda dan hasil pemeriksaan kebuntingan dapat dilihat dibawah ini. Hasil Pemeriksaan Kebuntingan Di DENKAVKUD No. 1 2 3 4 5 Nama dan No. Kuda Dancing Girl JK. 63 Bunga Lavender P.00.07 Bunga Tungkeng P.90.03 Spring Angel JK. 83 Bunga Sakura P.96.05 Kandang K G N Bagian Peternakan Peternakan Peternakan Peternakan Peternakan Hasil 3 bulan 3 bulan Kosong 3 bulan 3 bulan

Dari hasil pemeriksaan diatas diketahui bahwa 4 ekor kuda betina di DENKAVKUD memiliki usia kebuntingan sekitar 3 bulan. Hal ini ditandai dengan cornua asimetris, adanya undulasi pada selaput fetus, dan fremitus dari arteri uterina media. Pada 1 ekor kuda betina tidak mengalami kebuntingan yang ditandai dengan cornua uteri simetris dan tidak tegang, sehingga dilakukan kembali perkawinan apabila terlihat adanya berahi. Daftar Pustaka Arthur GF, Noakes DE, Pearson H, dan Parkinson TM. 1996. Veterinary Reproduction and Obstetric. London: WB. Saunders. Blakely J, David HB. 1992. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr.

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr. Ilawati RW. 2009. Efektifitas penggunaan berbagai volume asam sulfat pekat (H2SO4) untuk menguji kandungan estrogen dalam urine sapi Brahman Cross bunting. [Skripsi]. Sijunjung: Sekolah Tinggi Peternakan. Lestari DL. 2006. Metode Deteksi Kebuntingan Pada Ternak Sapi. Bandung: Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Salisbury GW, Van Demark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr.

Kateterisasi Urine Pada Kuda Betina Kateterisasi urine pada kuda betina dilakukan di Denkavkud sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal tindakan bedah, terutama yang berkaitan dengan sistem urogenitalia. Kateter urine pada kuda betina lebih pendek daripada kateter dari kuda jantan serta biasanya terbuat dari bahan logam yang sedikit lentur atau berbentuk solid. Kateter urine ini akan diarahkan ke vesica urinaria melalui lubang ostium urethra externa dan saluran urethra. Ostium urethra externa ini terletak di dasar vulva sekitar 10-15 cm dari labia vulva, sehingga panjang kateter urine untuk kuda betina didesain berukuran antara 25-35 cm agar dapat masuk hingga ke dalam vesica urinaria (StatoSphere 2013). Begitu pula dengan kateter urine yang dimiliki oleh Denkavkud, berbentuk solid dan berukuran 25 cm serta berbahan dasar stanless steel. Setiap hendak digunakan kateter urine ini dibersihkan dengan cara dicuci dengan air dan disterilisasi dengan memberikan alkohol untuk mencegah terjadinya infeksi pada kuda yang hendak dikateter. Caranya, mula-mula hewan yang hendak dikateter di- restrain di dalam kandang jepit. Apabila perlu, terutama pada hewan yang sulit ditangani, dapat dilakukan restrain mekanis berupa pram pada mulut atau pemberian tranquilizer agar hewan menjadi lebih tenang. Selanjutnya, kateter yang sudah dibersihkan diberikan pelicin, berupa gliserin agar kateter licin serhingga tidak merusakan mukosa saluran genitourinaria pada kuda terserbut. Selanjutnya dengan menggunakan salah satu tangan yang masuk ke vulva, arahkan ujung kateter ke dalam ostium urethra externa yang berada di dasar vulva. Apabila kateter telah

masuk, maka selanjutnya urine akan keluar melalui kateter. Lihat Gambar 1 untuk melihat posisi lubang ostium urethra externa dan vesica urinaria. Salah satu indikasi dari kateterisasi urine pada kuda yakni untuk melakukan analisa terhadap sedimen yang terdapat pada vesica urinaria pada kasus cystitis sehingga sampel urine langsung didapatkan dari vesica urinaria. Sampel urine ini juga dapat dikultur. Pada beberapa kuda, terutama kuda yang berdarah panas, warm blood horses, pada saat kateterisasi urine perlu diberikan tranquilizer untuk restrain hewan (PetMD 2013). Kateterisasi urine juga dapat dilakukan pada kasus kolik. Kolik merupakan suatu kejadian rasa sakit yang diderita kuda pada daerah abdomen. Kolik palsu pada kuda dapat terjadi salah satunya karena adanya kelainan pada sistem urogenital. Indikasi lain dari kateterisasi urine pada kuda betina adalah pada saat terjadinya gangguan urinasi pada kasus metritis, vaginitis, dan akibat retensi plasenta, serta kontraksi pasca koitus (StatoSphere 2013).

Gambar 1 Kateterisasi urine pada kuda betina (StasoSphere 2013).


A. Vesica urinaria; B. Kateter; C. Ostium urethra externa; D. Vagina; E. Uterus; F. Rektum.

Daftar Pustaka

PetMD. 2013. Cystitis in horse. Terhubung berkala. http://www.petmd.com/horse/conditions/urinary/c_hr_cystitis#.UiiEqX_9U 14 [5 September 2013]. StasoSphere. 2013. Passing the cateter. Terhubung berkala. http://chestofbooks.com/animals/horses/Health-Disease-Treatment3/Passing-The-Catheter.html#.UiiDAH_9U15 [5 September 2013]

You might also like