You are on page 1of 14

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masingmasing variabel yang diteliti di Kelurahan Pasar Minggu dua, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan responden yang berjumlah 70 perajin tempe. Tabel 1. Distribusi Frekuensi kejadian DAK dan karakteristik responden pada perajin tempe Karakteristik Kejadian dermatosis akibat kerja - Sakit - Tidak sakit Usia - <=40 tahun - > 40 tahun Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Tingkat pendidikan - Rendah - Sedang Masa kerja - > 5 tahun - <= 5 tahun Lama kerja - > 8 jam perhari - <= 8 jam perhari Alat pelindung diri - Kurang baik - Baik Air sisa buangan - Terpapar - Tidak terpapar Higiene perajin - Kurang - Baik Pengetahuan - Kurang - Baik Bagian kerja - Pencucian, perendaman, dan perebusan - Bukan pencucian, perendaman, dan perebusan Responden jumlah Persentase 14 56 44 26 43 27 34 36 42 28 32 38 42 28 39 31 25 45 43 27 34 36 20 80 62,9 37,1 61,4 38,6 48,6 51,4 60 40 45,7 54,3 60 40 55,7 44,3 35,7 64,3 61,4 38,6 48,6 51,4

5.1.1

Karakteristik Responden

5.1.1.1 Dermatosis Akibat Kerja (DAK) pada perajin tempe Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, diperoleh data tentang tentang Dermatosis Akibat Kerja (DAK) pada perajin tempe. DAK pada perajin tempe sebanyak 14 orang (20%) , tidak terkena DAK sebanyak 56 orang (80%) 5.1.1.2 Usia perajin tempe Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin tempe berusia kurang dari sama dengan 40 tahun sebanyak 44 orang (62,9%), perajin dengan usia lebih dari 40 tahun sebanyak 26 orang (37,1%).

5.1.1.3 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin laki-laki sebanyak 43 orang (61,4%), perajin perempuan sebanyak 27 orang (38,6%) 5.1.1.4 Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang berpendidikan rendah yaitu perajin yang tidak bersekolah, SD/tamat SD sebanyak 34 orang (48,6%), dan berpendidikan sedang yaitu SMP/tamat SMP sebanyak 36 orang (51,4%). 5.1.1.5 Masa kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 42 orang (60%) , dan perajin yang masa kerja kurang dari sama dengan 5 tahun sebanyak 28 orang (40%). 5.1.1.6 Lama kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang lama kerja lebih dari 8 jam perhari sebanyak 32 orang (45,7%), dan perajin yang masa kerja kurang dari sama dengan 8 jam perhari sebanyak 38 orang (54,3%). 5.1.1.7 Alat pelindung diri Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang tidak

memakai/memakai APD dengan kurang baik sebanyak 42 orang (60%), dan perajin yang memakai APD dengan baik sebanyak 28 orang (40%). 5.1.1.8 Air sisa buangan/limbah Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang terpapar air sisa buangan sebanyak 39 orang (55,7%) ,dan perajin yang tidak terpapar/ kadang-kadang terpapar sebanyak 31 orang (44,3%). 5.1.1.9 Higiene perorangan Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang kurang higienenya sebanyak 25 orang (35,7%) , dan perajin yang baik higienenya sebanyak 45 orang (64,3%). 5.1.1.10 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang pengetahuannya kurang mengenai DAK serta risiko-risiko yang dapat timbul dari pekerjaannya sebanyak 43 orang (61,4%) , dan perajin yang baik sebanyak 27 orang (38,6%). 5.1.1.11 Bagian kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 perajin tempe, perajin yang bekerja di bagian pencucian, perendaman, dan perebusan sebanyak 34 orang (48,6%) , dan perajin yang bekerja di bagian lain sebanyak 36 orang (51,4%).

5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Hubungan Usia Perajin dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara usia perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara usia perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 2 kejadian dermatosis Sakit tidak sakit Total

<=40 usia perajin > 40

10 (22,7%)

34 (77,3%)

44

4 (15,4%)

22 (84,6%)

26

Total

14

56

70

p = 0,458

0,451<OR<5,804

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan usia kurang dari 40 tahun yang menderita dermatosis 10 orang atau 22,7%, dan perajin yang usia lebih dari 40 tahun yang menderita dermatosis 4 orang atau 15,4%. Dengan nilai p = 0,458 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara usia perajin dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.2 Hubungan jenis kelamin dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara jenis kelamin perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara jenis kelamin perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 3 kejadian dermatosis Total

Sakit jenis kelamin laki-laki perempuan Total p = 0, 141 11 (25,6%) 3 (11,1%) 14 0, 690<OR<10,952

tidak sakit 32 (74,4%) 24 (88,9%) 56 43 27 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajing dengan jenis kelamin laki-laki yang menderita dermatosis 11 orang atau 25,6%, dan perajin dengan jenis kelamin perempuan yang menderita dermatosis 3 orang atau 11,1%. Dengan nilai p = 0,141 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan jenis kelamin perajin dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara tingkat pendidikan perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara tingkat pendidikan perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 4 kejadian dermatosis Total

sakit tingkat pendidikan Total p = 0, 000 rendah sedang 13 (38,2%) 1 (2,8%) 14 2,641<OR<177,762

tidak sakit 21 (61,8%) 35 (97,2%) 56 34 36 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan tingkat pendidikan rendah yang menderita dermatosis 13 orang atau 38,2%, dan perajin dengan pendidikan sedang yang menderita dermatosis 1 orang atau 2,8%. Dengan nilai p = 0,000 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.4 Hubungan masa kerja dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara masa kerja dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara masa kerja perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 5 kejadian dermatosis Total

sakit masa kerja Total p = 0, 714 >5 tahun <=5 tahun 9 (21,4%) 5 (17,9%) 14 0, 372<OR<4,232

tidak sakit 33 (78,6%) 23 (82,1%) 56 42 28 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan masa kerja lebih dari 5 tahun yang menderita dermatosis 9 orang atau 21,4%, dan perajin dengan masa kerja kurang dari 5 tahun yang menderita dermatosis 5 orang atau 17,9%. Dengan nilai p = 0,714 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.5 Hubungan lama kerja dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara lama kerja dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara lama kerja perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 6 kejadian dermatosis Total

sakit lama kerja Total p = 0, 006 1,527<OR<24,450 >8 jam <=8 jam 11 (34,4%) 3 (7,9%) 14

tidak sakit 21 (65,6%) 35 (92,1%) 56 32 38 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan lama kerja lebih dari 8 jam yang menderita dermatosis 11 orang atau dan perajin dengan lama kerja kurang dari 8 jam yang menderita dermatosis 3 orang atau dengan nilai p = 0,006 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara lama kerja dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.6 Hubungan alat pelindung diri dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara penggunaan APD dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara penggunaan APD dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 7 kejadian dermatosis sakit tidak sakit Total

Alat pelindung diri Total p = 0, 714

Kurang baik Baik

9 (21,4%) 5 (17,9%) 14

33 (78,6%) 23 (82,1%) 56

42 28 70

0, 372<OR<4,232

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin yang tidak menggunakan APD menderita dermatosis 9 orang atau 21,4% dan perajin yang menggunakan APD yang menderita dermatosis 5 orang atau 17,9% Dengan nilai p = 0,714 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.7 Hubungan terpapar air limbah dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara terpapar air limbah dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara terpapar air limbah perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 8 kejadian dermatosis sakit tidak sakit Total

air buangan

terpapar tidak terpapar

12 (30,8%) 2 (6,4%) 14 1,319<OR<31,478

27 (69,2%) 29 (93,6%) 56

39 31 70

Total p = 0.012

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin yang terpapar air buangan menderita dermatosis 12 orang atau 30,8% dan perajin yang tidak terpapar air buangan menderita dermatosis 2 orang atau 6,4% Dengan nilai p = 0,012 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pekerja yang terpapar air buangan dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.8 Hubungan higiene dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara higiene dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara hygine perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 9 kejadian dermatosis sakit tidak sakit Total

higiene perajin Total p = 0, 212

kurang baik

3 (12%) 11 (24,4%) 14 0, 106<OR<1,683

22 (88%) 34 (75,6%) 56

25 45 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan higiene kurang menderita dermatosis 3 orang atau 12% dan perajin dengan higiene baik menderita dermatosis 11 orang atau 24,4% Dengan nilai p = 0,212 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara higiene dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.9 Hubungan pengetahuan dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara pengetahuan dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara pengetahuan perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 10 kejadian dermatosis sakit Pengetahuan kurang 10 (23,3%) tidak sakit 33 (76,7%) 43 Total

baik Total p = 0, 390

4 (14,8%) 14 0, 486<OR<6,241

23 (85,2%) 56

27 70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin dengan pengetahuan yang kurang menderita dermatosis 10 orang atau 23,3% dan perajin dengan pengetahuan baik menderita dermatosis 4 orang atau 14,8% Dengan nilai p = 0,390 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

5.2.10 Hubungan bagian kerja dengan Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara bagian kerja dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Adapun secara lengkap deskripsi hubungan antara bagian kerja perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja distribusi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

TABEL 11 kejadian dermatosis sakit bagian kerja Pencucian, perendaman, dan perebusan 11(32,3%) tidak sakit 23(67,7%) 34 Total

Bukan pencucian, perendaman, dan perebusan Total p = 0, 012 1,319<OR<20,978

3(8,3%)

33(91,7%)

36

14

56

70

Hasil analisis dengan Chi-Square menunjukkan bahwa perajin di bagian pencucian, perendaman, dan perebusan menderita dermatosis 11 orang atau 32,3% dan perajin di bagian lain menderita dermatosis 3 orang atau 8,3% Dengan nilai p = 0,012 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara bagian kerja di pencucian, perendaman, dan perebusan dengan kejadian dermatosis akibat kerja.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Usia Pekerja dengan Kejadian Dermatosis Akibat Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh data tentang hubungan antara usia perajin dengan angka kejadian Dermatosis akibat kerja. Hasil penelitian kami dengan Chi-Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara usia perajin dengan kejadian dermatosis akibat kerja. Hasil ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh Adilah Afifah 31 juli 2012 Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada karyawan binatu di ungaran timur dan ungaran barat kabupaten semarang.

You might also like