You are on page 1of 53

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn.

T DENGAN DIAGNOSA HERNIA SKROTALIS DEXTRA 1 Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia scortalis merupakan hernia ingunialis lateralis yang mencapai scortum. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1

gambar 1. Anatomi hernia

Klasifikasi

Beberapa tipe hernia adalah: a) Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan hernia inguinalis direk yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach. b) Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral dalam kanalis femoral. 1

c) Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal gagal menutup setelah lahir. d) Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah insisi operasi sebelumnya.

gambar2. Tipe Hernia Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam: a) Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b) Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. c) Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut yang mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi. d) Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga vaskularisasi terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai dari bendungan sampai terjadi nekrosis.

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat (acquired) : 1. Kongenital Kanalis inguinalis normal pada fetus : Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapa masuk melalui kanal. Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital. 2. Acquired / didapat Disebabkan oleh : Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

Gambar 2. Dinding abdomen

Gambar 3. Dinding Abdomen

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus. Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.alis yang

2 Etiologi Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut. Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.

3 Patofisiologi Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

4 Tanda dan gejala Tanda dan gejala hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 5 Pengkajian A. Pre Operasi Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus.

a. b. -

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Benjolan daerah skrotum Riwayat timbulnya benjolan Pola nutrisi metabolik Mual, muntah Anoreksia 8

c. d. e. f. g. -

Distensi abdomen Diit rendah serat Demam Pola eliminasi Konstipasi Sering mengejan Kebiasaan BAB/BAK Pola aktivitas dan latihan Kebiasaan mengangkat beban berat Pekerjaan klien Pola kognitif dan sensori Nyeri Pola reproduksi dan seksual Hipertrofi prostat pada pria Pola mekanisme koping Cemas karena operasi Cemas akan penyakit

B. Post Operasi a. b. c. d. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Keluhan nyeri pada insisi luka. Keadaan balutan: ada rembesan Pola nutrisi metabolik. Keadaan bising usus. Mual, muntah. Pemberian diit lunak/saring. Demam. Pola eliminasi Keluhan BAK dengan pemasangan kateter. Konstipasi, retensi. Pola aktivitas dan latihan 9

e. -

Tirah baring Penggunaan suspensoar (celana penyokong) Pola persepsi dan kognitif Nyeri pada luka operasi. Pusing.

6 Pemeriksaan Penunjang Test Diagnostik Serum elektrolit meningkat. Leukosit : >10.000 18.000 /mm3 Foto sinar X di daerah hernia.

7 Diagnosa Keperawatan yang Timbul A. Pre Operasi a. b. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti operasi. c. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah. d. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang jelas dan tepat

B. Post Operasi a. b. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anaestetik selama pembedahan abdomen bawah. c. kesiapan meningkatkan ilmu pengetahuan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

10

8 Intervensi Keperawatan A. Pre Operasi DP.1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan. Tujuan : Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik. Rencana tindakan: a. Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.

R/ Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurasan nyeri. b. Observasi TTV (TD, N, S). R/ Mengkaji tanda-tanda syok. c. Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.

R/ Mengurangi ketegangan abdomen. d. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya. R/ Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri. e. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: nafas dalam.

R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen. f. Anjurkan untuk tidak mengejan.

R/ Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen. g. Kolaborasi dengan medik. R/ Menentukan pemberian terapi selanjutnya.

DP.2. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti operasi. Tujuan : - Kecemasan berkurang Ekspresi wajah klien tampak rileks. Klien dapat bekerjasama dalam tindakan medik yang diberikan.

Rencana tindakan: a. Kaji tingkat kecemasan pasien.

R/ Mengetahui sejauh mana kecemasannya. b. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya. R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien. c. Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien. 11

R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri. d. Berikan informasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan diberikan. R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien. e. Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.

R/ Membantu mengurangi kecemasan. f. Beri penyuluhan tentang prosedur pre-operasi dan post operasi.

R/ Mengurangi kecemasan klien.

DP.3. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Rencana tindakan: a. Kaji intake output.

R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan. b. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering. R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah. c. Sajikan makanan yang hangat.

R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual muntah. d. Timbang berat badan tiap hari. R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak. e. K/P kolaborasi dengan ahli gizi.

R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.

DP.4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang jelas dan tepat. Tujuan : Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.

Berpartisipasi dalam pengobatan.

Rencana tindakan: a. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.

R/ Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat pengetahuan. b. Jelaskan proses penyakit. 12

R/ Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya serangannyeri. c. Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri. Rasional Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan. d. Kaji pasien untuk mengidentifikasikan sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan

jalan keluar untuk menghindarinya. R/ Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri. e. Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik yang benar

dalam mengangkat beban berat dan menggunakan celana penyokong. B. Post Operasi DP.1. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi. Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang. Rencana tindakan: a. Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik nyeri.

R/ Menentukan tindakan selanjutnya. b. Observasi tanda-tanda vital. R/ Peningkatan tanda vital merupakan indikator adanya nyeri. c. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman < semi fowler>

R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah karena posisi terlentang. d. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam. R/ Mengurangi rasa nyeri. e. Dorong klien untuk ambulasi dini.

R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ. f. Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti tidak mengangkat beban berat, tidak mengejan. R/ mencegah komplikasi selama proses penyembuhan. g. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik. R/ Mengurangi nyeri. 13

DP.2. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area operasi. Tujuan : Penyembuhan luka tanpa komplikasi. Rencana tindakan: a. Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.

R/ Batuk dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal dan stressing pada insisi. b. Observasi tanda-tanda vital. R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien. c. Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.

R/ Supaya tidak terjadi konstipasi. d. Periksa scrotum, catat tanda edema dan hematoma. R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post operasi. e. Gunakan celana penyokong (suspensoar).

R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema serta memperkuat dinding abdomen.

DP.3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up. Tujuan : Klien mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi tidak terjadi. Rencana tindakan: a. Hindari mengangkat beban berat, mengejan.

R/ mencegah komplikasi setelah operasi. b. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta minum 2-3 liter. R/ Mencegah konstipasi dan mencegah hiperperistaltik usus. c. Lakukan follow up secara teratur.

R/ mengetahui perkembangan status kesehatan klien. d. Anjurkan menggunakan celana penyokong. R/ Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali lagi bila tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.

14

Perencanaan Pulang a. Tidak boleh mengangkat beban berat selama kurang lebih 6-8 minggu setelah operasi agar tidak kambuh lagi dan mencegah komplikasi lebih lanjut. b. Diit tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan serta banyak minum air putih 2-3 liter /hari untuk menghindari konstipasi atau mengejan dan hiperperistaltik usus. c. Anjurkan menggunakan celana penyokong (suspensoar) untuk menyokong daerah skrotum dan memperkuat dinding otot abdomen. d. Melakukan aktivitas secara bertahap seperti dari bed rest, miring kiri dan kanan, duduk di tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur atau berpegangan, dan jalan. e. Anjurkan untuk menjaga balutan tetap bersih dan kering untuk mencegah terjadinya infeksi. f. Kontrol sesuai jadwal dan minum obat secara teratur sesuai dosis supaya dapat mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan mempercepat proses

penyembuhan.

DP.4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Tujuan : - Tidak ada tanda-tanda infeksi. Proses penyembuhan luka tepat waktu.

Rencana tindakan: a. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.

Rasional : Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis. b. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema. Rasional : Deteksi dini terjadinya proses infeksi. c. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.

Rasional : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi ansietas. d. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik. Rasional : Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DENGAN HERNIA SCROTALIS DEXTRA BANGSAL BEDAH PRABUKRESNA RSUD KOTA SEMARANG A. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian Ruang Cara Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur No. Register Alamat Pekerjaan : Tn. T : 76 Tahun : 247812 : Mangunsari : Petani : 27 Maret 2013, Pukul 16.00 WIB. : Prabu Kresna (Bangsal Bedah) : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

Pendidikan Terakhir : SD Status Perkawinan : Menikah Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis dextra

Tanggal masuk RS : 23 Maret 2013 Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2013 2. Identitas Penanggung Jawab Klien Nama Umur Alamat : Ny. S : 47 Tahun : Mangunsari

16

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMA Hubungan dg klien : Anak Suku Bahasa : Jawa : Jawa, Indonesia

No telp yang bisa dihubungi : 3. Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri pada bagian scortum, scortum sebelah kanan membesar, sebesar sekempalan tangan, mengecil pada saat tidur, membesar pada saat berdiri, nyeri timbul pada klien kecapekan bekerja diladang. 4. Riwayat Penyakit Sekarang Klien dirawat dengan keluhan scortum sebelah kanan membesar 5. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan pada tahun 2001 klien pernah melakukan operasi hernia scortalis bagian kiri.

6.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak memliki riwayat penyakit keluarga, didalam keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit serupa seperti klien.

17

7.

Genogram

tn. T

tinggal serumah

Keterangan : : laki-laki : perempuan : laki-laki meninggal : perempuan meninggal

8.

Pemeriksaan Fisik 1) Kesadaran : Composmentis 2) Tanda-tanda vital Tanggal/jam TD (mmHg) HR: Frekuensi RR: Frekuensi Suhu (oC) 27/03/2013 120/80 80 x/menit 20x/menit 37C

18

3) Kepala dan leher Yang Dikaji Bentuk Rambut Mata Mesochepal Bersih, rambut uban, lesi tidak ada, rambut jarang Simetris, sklera tidak ikterik, isokor Fungsi pendengaan baik, bentuk simetris kanan kiri, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan Tidak ada sekret gigi jarang,gigi hitam mukosa lembab, lidah bersih, bibir hitam Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe Keterangan

Telinga

Hidung

Mulut

Leher

4) Jantung Tanggal Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi IC tak tampak IC teraba di SIC V, tidak kuat angkat Kesan tidak melebar BJ I-II murni, tidak ada bising, tidak ada gallop 27/03/2013

5) Paru-paru 19

Tanggal

27/03/2013 Dada simestris, tidak ada pembesaran paru, ekspansi dada sama Teraba taktil fremitus, nyeri tekan tidak teraba Suara resonan Suara nafas bronkovesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

Inspeksi

Palpasi Perkusi

Auskultasi

6) Abdomen Tanggal 27/03/2013 Datar, tidak terdapat lesi dan terlihat bersih Inspeksi

Auskultasi

Bising usus 6 x/menit Tidak ada pembesaran hati atau organ-organ

Palpasi

dalam abdomen, nyeri tekan tidak teraba, masa tidak teraba

Perkusi

Timpani

7) Ekstremitas Ekstremitas atas Tgl 27/03/ 2013 Kanan (Terpasang infus RL 20 tpm) Kesemutan Edema Baal Nyeri Kiri Edema

Kesemutan

Baal

Nyeri

20

Ekstremitas bawah Tgl Kesemutan 27/03/ 2013 Kanan Edema Baal Kiri Edema

Nyeri

Kesemutan

Baal

Nyeri

Ket: + : dirasakan - : tidak dirasakan 8) Genetalia Rambut pubis Lesi Kemerahan Perdarahan : penyebaran merata : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Pembesaran : terdapar pembesaran scortum sebelah kanan

9) Sistem persarafan Tgl pemeriksaan Status mental


27/03/2013

Tingkat kesadaran GCS Gaya Bicara

Composmentis 15 Jelas

Fungsi intelektual

Orientasi waktu Orientasi orang Orientasi tempat

Baik Baik Baik

21

Daya pikir

Spontan, alamiah, masuk akal

Ya Tidak Tidak

Kesulitan berfikir Halusinasi

Status emosional

Alamiah & datar Pemarah Cemas Apatis

Ya Tidak Tidak Tidak

Mata kiri

Pergerakan mata ke atas dan kebawah

Keterangan : + : ada - : tidak ada

10) Pemeriksaan sistem motorik Tanggal/jam Kekuatan otot Ekstremitas atas 27/03/2013 5/5 22

Ekstremitas bawah Keseimbangan Tangan kanan Tangan kiri dan koordinasi Keterangan : + : ya - : tidak

5/5 + +

11) Pemeriksaan refleks Tanggal/jam Refleks bisep Refleks trisep Refleks patella Refleks achilles Keterangan : + : ya - : tidak 12) Pemeriksaan sensorik Tanggal/jam Sensasi taktil Sensasi suhu dan nyeri Vibrasi dan propriosepsi Integrasi sensasi Keterangan : + : ya - : tidak 23 27/03/2013 + + + + 27/03/2013 +/+ +/+ +/+ +/+

13) Sistem integumen Tanggal /jam 27/03/20 13 Warna kulit Sianosis (-) Kemerahan terutama pada dada (-) Keterangan : + : ya - : tidak Turgor Mukosa bibir Lembab Capilarry reffil < 2 Detik Kelainan

Elastis

9. Pengkajian Fungsional 1) Oksigenasi Sebelum Sakit : klien mengatakan tidak mengalami batuk, sesak nafas, dan bernafas seperti biasanya tanpa alat bantu Saat sakit : klien tidak mengeluhkan sesak nafas, tidak terpasang alat bantu 2) Nutrisi dan Cairan Nutrisi Sebelum sakit : klien makan 2- 4 kali sehari, dalam porsi yang besar, klien makan nasi, ayam, sayur-sayuran dan buah Saat sakit : makanan yang diberikan dari rumah sakit selalu habis. Cairan Sebelum sakit : minum 1500 ml/hari Saat sakit : Minum: 1000 ml/hari air mineral. 24

3) Eliminasi Sebelum Sakit : klien mengaku BAB 2 kali sehari, BAK 5-7 kali sehari, BAB warna lunak, kuning. Urin keluar sekitar 250cc. warna kuning Saat sakit : klien mengaku semenjak masuk kerumah BAB lancar 1 kali sehari, BAK 3-7 kali sehari. Urin keluar sekitar 200-500cc. berwarna kuning tidak berbau obat 4) Termoregulasi Sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasakan dirinya demam, apabila dirinya demam, dia memilih untuk melanjutkan aktifitasnya. Saat sakit : klien mengatakan tidak merasakan demam. 5) Aktivitas dan Latihan Penilaian aktivitas sebelum sakit : 0 1 2 3 4

Macam ADL Makan/minum Mandi Berpakaian BAK/BAB Transfer dari TT Berjalan

0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat: 4: semua dengan bantuan.

Penilaian aktivitas saat sakit : 0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat: 4: semua dengan bantuan. Macam ADL Makan/minum Mandi 0 1 2 3 4

25

Berpakaian BAK/BAB Transfer dari TT Berjalan Mobilisasi

Sebelum sakit : klien dapat melakukannya Saat sakit : Tgl 27/03/2013 Keterangan : + : ya - : tidak 6) Higiene Tgl 27/03/2013 Mandi + Gosok gigi + Keramas Duduk + Berdiri + Jalan +

Keterangan :

+ : ya - : tidak

7) Kebutuhan Istirahat dan Tidur Saat sakit : klien mengaku tidur 6-7 jam sehari, tidur pukul 22.00-05.00 Sebelum sakit : klien mengaku tidak ada masalah dengan tidurnya, tidur 6-7 jam sehari

8) Persepsi dan Sensori

26

Penglihatan: kurang terlalu jelas apabila melihat jarak jauh; Menggunakan kacamata: tidak. Pendengaran: kurang baik ; Pakai alat bantu dengar: tidak. Penciuman: baik Pengecapan: baik Perabaan: baik

9) Komunikasi Dan Mental Berbicara lancar dan jelas. Bahasa yang digunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Keadaan emosi baik, memori baik.

10) Psikososial Stress dan Koping Sebelum dirawat Klien mengatakan tidak mudah stres Selama dirawat Klien mengatakan cemas, karena klien harus dioperasi sedangkan usia klien sudah lanjut usia.

konsep diri

Saat dirawat di rumah sakit. Harga diri Ideal diri Identitas diri : tidak terganggu. : tidak terganggu. : tidak terganggu.

Gambaran diri : tidak terganggu Peran : tidak terganggu

11) Seksualitas klien mempunyai 6 anak, 5 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, istri klien masih ada. 27

12) Rekreasi Sebelum sakit : klien mengaku rekreasinya dirumah adalah bekerja diladang, menonton telivesi Saat klien : klien mengaku hibuarannya hanya dengan mengobrol dan bercanda dengan pasien maupun dengan keluarga pasien yang sekamar dengan klien

13) Spiritual Sebelum dirawat: klien rajin melakukan shalat 5 waktu dan selalu berdzikir. Saat sakit : klien tidak melakukan shalat 5 waktu

14) Kebutuhan belajar Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah mengalami hernia scrotalis, klien mengaku mengetahui tanda dan gejala dari hernia ini.

28

29

10. Pemeriksaan Penunjang 1) Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Maret 2013 Pemeriksaan GDS Nilai 88 Satuan mg/dL Kimia Klinik H Dapat terjadi pada luka atau penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, pielonefritis, penyumbatan saluran kemih 15,0 43,0 (oleh batu ginjal atau tumor),aliran darah keginjal rendah yang disebabkan oleh dehidrasi atau gagal jantung, terdapat mengkonsumsi obat-obatan, diet tinggi protein, penyakit Addison, kerusakan jaringan, perdarahan disaluran pencernaan Kreatinin SGOT SGPT Natrium O,8 16 12 144,0 gr/dl Mg/dl 0,6 0,9 <31 < 31 134,0147,0 L Kalium 3,4 3,5- 5,20 Penurunan nilai kalium, muntah/diare, penyalahgunaan laksatif, dehidrasi, malnutrisi/kelaparan, diet keras, stress, trauma, perlukaan da pembedahan (pada fungsi ginjal), penghisapan gaster, diabetek asiodosis, luka bakar, 30 N N N N Nilai Normal 70-115 Interpretasi N Rasional

Ureum

54,0

gr/dL

hiperaldosteronisme, kebanyakan makan permen, alkalosis metabolik Calsium HbsAg 1,10 Negative 1,12-1,32 Negatif L N L Hemoglobin 10,0 gr% 14,0-18,0 Biasanya disebabkan oleh masalah-masalah klinis (anemia, kanker, penyait, penyakit ginjal, pemeberian cairan infuse berlebihan, penyakit hodgkin) L Kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarkoma, myeloma, multiple, gagal ginjal kronik, Hematokrit 32,90 % 42-52 sorosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vitamin B dan C, kehamilan, SLE, arthritis rematoid, ulkus peptikum, gagal sumsum tulang Leukosit Trombosit 6,3 242 ribu/mmk ribu/mmk 4,8-10,8 150-400 N N Dapt disebabkan karena dehidrasi akut

2) Hasil pemeriksaan X foto thorax COR : CPR> 50 % apeks Bergeser kelateralocaudal Pulmo : corak tanpa broncovaskuler normal tak tampak bercak 31

diafragma dan sinus costophernicus kanan kiri normal kesan : Terapi Jenis Terapi IV : 2 x 1 Injeksi Intravena Dosis Rute Indikasi dan Cara Kontraindikasi Kerja Indikasi Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti : Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggoroka n. Infeksi pada telinga. Penderita riwayat hipersensitif dengan Gangguan pencernaan; hipersensitivitas; rasa saluran reaksi melakukan skin test Observasi indikasi Efek Samping Peran Perawat kardiomegali pulmo : tak tampak kelainan

Cefotaxim gr

obat kepada pasien

terhadap antibiotik superinfeksi, cephalosporin. Penderita yang berat.

sakit/nyeri pada tempat flebitis

ginjal penyuntikan,

(radang pembuluh balik), leukopenia yang bersifat sementara, neutropenia. eosinofilia,

32

Infeksi kulit dan jaringan lunak. nfeksi tulang dan sendi. Infeksi genitalia, termasuk gonore nonkomplikata. Infeksi abdominal.

33

B. ANALISA DATA a NO Pre Op Hemoraphy TANGGAL & JAM 1 27 Maret 2013 16.00 DS : Klien mengaku cemas,khawatir terhadap Anisietas operasi (00146) Tindakan medik, hemoraphy DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI

yang akan dijalankannya besok, klien cemas, karena usia klien yang sudah tua dan harus melakukan operasi hernia scrotalis dextra DO:2. 27 maret 2013 DS : klien mengaku sebelumnya Difesiensi sudah pengetahuan Kurang pajanan

mengalami hernia scrotalis sebelah (00126) kanan, setelah dilakukan operasi klien pulang kerumah langsung melakukan aktivitas biasanya, klien mengaku ingin diberikan obat saja untuk menghilangkan hernia nya itu DO : 34 sebagai petani, seperti

b NO

Post operasi TANGGAL & JAM DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI

1.

28

maret DS : klien mengaku nyeri pada bagian perut Nyeri akut sebelah kanan bekas operasi, nyeri terasa (00132) panas, dan tidak hilang-hliang DO : terdapat bekas operasi pada abdomen sabelah kanan

Insisi bedah hemorapy

2013 17.00

2.

28 2013 17.00

Maret DS : DO : terdapat bekas operasi hemoraphy

Resiko Infeksi

Bekas luka insisi post op hernioraphy

3.

28 2013 17.00

Maret DS : klien mengaku tidak

Difesiensi mengetahui pengetahuan

Kurang follow up

bagaimana caranya merawat luka post operasi hernia DO : -

35

C. RENCANA KEPERAWATAN NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Operasi Anisietas TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan INTERVENSI

tindakan Mandiri: 1. bina hubungan saling percaya 2. kaji dan dokumentasikan pasien tingkat

keperawatan dalam 1x24 jam

berhubungan dengan Diharapkan pasien akan: tindakan hemorapy medic 1 Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator sendiri 2 Menunjukkan aniesietas berkurang tidak mulai dengan pasien

kecemasan, termasuk reaksi fisik 3. ajarkan teknink menenangkan diri diri pada pasien 4. berikan dukungan emosi kepada klien

mengeluhkan

cemas lagi 3 Menunjukkan tanda-

tanda vital normal

36

Difesiensi pengetahuan

Setelah

dilakukan

tindakan Mandiri

selama 1x24 jam , diharapkan 1. bina hubungan saling percaya akan mengetahui 2. cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa

berhubungan dengan pasien kurang pajanan (00126)

tentang proses penyakit hernia pasien memahami penangannnya yang dianjurkan dan dengan 1. menjelaskan tentang informasi yang relevan lainnya. 3. lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya (pengetahuan tentang hernia dan prosedur atau penanganan yang dianjurkan untuk penyakit 2. menyebutkan 2 dari 4 tanda hernia). dan gejala dari hernia 3. menjelaskan apa yang dapat menyebabkan hernia muncul lagi 4. menjelaskan tentang 4. sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan bebrapa pertanyaan dan mendiskusikan

definisi hernia

permasalahannya.

penanganan/prosedur hernia

37

Post operasi Nyeri akut

setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam 1

Mandiri Minta pasien untuk menilai nyeri atau

berhubungan dengan insisi hemorapy bedah

diharapkan pasien akan : 1. memperlihatkan

ketidaknyaman padka skala 0 sampai 10 (0 tidak ada nyeri 10 nyeri sanggat hebat) 2 Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis (terapi relaksasi) 3 Berikan penyebab informasi nyeri, tentang nyeri, nyeri seperti akan

pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (1= tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang, 4= sering, 5 selalu ) : a.mengenali awitan nyeri b. menggunakan tindakan pencegehan nyeri dengan cara tidak melakukan yang dapat 6 4 5

berapa

lama

berlangsung dan antisipasi ketidaknyaman akibat prosedur Lakukan perubahan posisi, relaksasi Ganti linen tempat tidur apabila diperlukan Berikan perawatan yang tidak terburu-buru dengan sikap yang mendukung 7 berikan terapi distraksi untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyamannya dengan berinteraksi dengan pengunjung atau pasien yang lain menunjukkan

aktivitas

meningkatkan nyeri atau menggunakan distraksi c. melaporkan nyeri dapat dikendalikan 2. tidak terapi

ekspresi nyeri pada wajah

38

Resiko infeksi bekas luka post operasi

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam

Mandiri 1. pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, lesi kulit, suhu kulit)

hernioraphy

diharapakan factor resiko akan hilang dengan

dibuktikan 1. pasien memahami tentang infeksi, tentang cara

pengetahuan pengendalian menjelaskan bagaimana

2. amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan terhadap infeksi 3. instruksikan untuk menjaga hygiene

pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi 4. ganti balutan post operasi Kolaboratif 1. berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

mengendalikan infeksi 2. terbebas dari tanda dan gejala infeksi 3. menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat

39

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang follow up

Setelah

dilakukan

Mandiri 1. Hindari mengangkat beban berat, mengejan. 2. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta minum 2-3 liter. 3. Lakukan follow up secara teratur. 4. Anjurkan menggunakan celana penyokong.

tindakan selama 1x 24 jam diharapkan klien cara di rumah

mengetahui perawatan

sehingga komplikasi tidak terjadi dibuktikan dengan 1. klien menyebutkan 3 dari 6 yang rencana disarankan pada saat pulang

D. IMPLEMENTASI No Diagnosa DP 1 27 Maret 2013 17.00 1. Mengkaji dan mendokumentasikan DS : klien mengaku cemas, karena factor usia tingkat cemas klien lanjut dan harus operasi DO : muka klien terlihat cemas Hari tanggal Implementasi Respon TTD

DS : 2. Memberi dukungan emosi kepada klien - klien mengaku menerima saran dari dokter untuk operasi, dan pasrah 40

terhadap operasi yang akan dilakukan DO : 3. mengajarkan teknik menangkan diri kepada klien apabila cemas datang

DS : - klien mengatakan cemas agak

berkurang DO : cemas klien tampak berkurang

DP 2

27 maret 2013 17.00

1. mengkaji pengetahuan klien tentang DS : hernia - klien mengatakan hernia adalah turun bero, terjadi karena klien berat sering seperti

melakukan

aktivitas

macul, bersawah. DO : -

2. menjelaskan tentang proses penyakit DS : hernia, tanda dan gejala dan DO : klien tampak paham

penyebab terjadinya hernia DS : 3. mengkaji pengetahuan penanganan hernia klien cara - klien mengatakan cara penangannya hernia adalah dengan dipijet, obat, dan

41

operasi DO : -

4. menjelaskan

kepada

klien

cara DS : DO : klien tampak paham

penanganan hernia

5. memberikan kesempatan klien untuk DS : menanyakan beberapa pertanyaan - klien menanyakan apakah ada cara lain selain operasi untuk mengatasi hernia yang diderita DO : - klien tampak kooperatif

dan mendiskusikan permasalahannya

DP 1 Post Op 28 Maret 2013

28 maret 2013 17.00

1. mengkaji skala nyeri pasien

DS : klien mengaku bekas operasinya terasa nyeri dan panas, sampai dada. DO : klien terlihat menahan rasa nyeri, skala nyeri 4 -

2. menganjurkan nonfarmakologis

penggunaan (terapi

teknik DS : klien mengaku merasa lebih rileks

relaksasi) DO: skala nyeri 42

atau terapi distraksi

3. memberikan informasi tentang nyeri, DS : apabila prosedur akan melakukan sesuatu DO : klien tampak menahan rasa nyeri Skala nyeri 3

a. melakukan terapi injek cefotaxime DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat 1 gr/vial dimasukkan obat cefotaxime DO : klien terlihat menahan rasa nyeri Skala nyeri 3

POST OP DP 2

28 maret 2013 17.30

1. memantau tanda dan gejala DS : infeksi (misalnya suhu tubuh, DO : denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, lesi kulit, suhu kulit) 2. memberikan klien saran kepada menjaga dengan DS : klien mengatakan semenjak operasi badan belum dilap DO : - tidak terlihat adanya pus - suhu : 36,8 - luka terlihat bagus

untuk tubuh

kebersihan

badan dilap 2x sehari dan pakaian diganti 1x sehari 3. memberikan terapi antibiotic

43

IV cefotaxime 2x1 gr DP 3 28 maret 2013 18.00 1 memberikan informasi kepada klien DS : untuk menghindari mengangkat DO : klien tampak paham

beban berat dan mengejan 2 Menyarankan klien untuk diit tinggi DS : serat dan makan sayur-sayuran serta DO : klien tampak paham minum 2-3 liter. 3 mengkaji pasien secara teratur. DS : klien mengatakan tidak ada masalah dalam lukanya DO : 4 menganjurkan klien menggunakan DS : klien mengatakan tidak mau menggukan celana penyokong. celana penyokong DO : 5 memberikan penyuluhan pada saat DS : klien mengatakan bersedia dilakukan pasien pulang penyuluhan DO : klien tampak antusias

DP 1

29 Maret 2013 21.00

1. mengkaji skala nyeri pasien

DS : klien mengaku bekas operasinya sakit, sakit mulai dari pangkal paha sampai dengan abdomen, untuk miring kanan dan kiri sakit DO : skala nyeri 4

44

2. mengajarkan terapi relaksasi, nafas DS : klien mengatakan nyeri berkurang dalam, apabila nyeri datang DO : skala nyeri 3

3. mengajarkan terapi distraksi kepada DS :klien mengatakan nyeri berkurang klien. dengan mengalihkan perhatian DO : skala nyeri 3 klien mengobrol dengan pengunjung yang lain pada saat nyeri datang DP 2 30 maret 2013 05.00 2 melakukan injeksi 1 observasi luka pasien DS : DO : luka terlihat bagus, tidak rembesan tidak ada pus IV DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat dimasukkan obat cefotaxime DO : klien terlihat menahan rasa nyeri Skala nyeri 2 DP 1 30 maret 2013 05.00 1. mengakaji skala nyeri DS : klien mengaku nyeri nya agak berkurang dibandingkan dengan kemarin DO : skala nyeri 3

cefotaxime 1gr/vial

45

2. mengajarkan teknik relaksasi dan DS : klien mengatakan nyeri berkurang distraksi kepada klien DO : skala nyeri 3

E. EVALUASI No. Tgl/Jam DX Pre Op 1 27 2013 17.00 maret S : cemas klien tampak berkurang klien mulai menerima tindakan operasi yang akan dilakukan, klien pasrah terhadap operasinya O: TD : 120/80 Nadi : 80x/menit RR : 20 x/menit A : masalah teratasi P : hentikan intervensi EVALUASI TTD

46

Pos 28 Maret t Op 1 2013 17.00

S: - Klien mengatakan masih nyeri pada bagian bekas operasi O: - klien tampak mengernyit kesakitan - skala nyeri : 5 A: - masalah belum teratasi P: - Lanjutkan Intervensi 1,2,3

2.

28 2013 17.30

maret

S:O: - tidak ada pus pada luka klien - luka klien tampak bagus - suhu : 36,8

47

A: - masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi - pantau luka klien - lakukan injeksi antibiotic cefotaxime 2xgr/vial 3. 28 2013 18.00 maret S : klien menyebutkan 3 dari 6 recana-rencana yang akan dilakukan pada saat pulang antara lain, tidak boleh mengangkat beban O : klien tampak paham akan materi yang ada, klien tampak antusias dan kooperatif A : masalah teratasi P : hentikan intervensi 1. 29 2013 21.00 Maret S : klien mengatakan nyeri panas, menjalar, buat miring kekanan maupun kekiri sakit O : klien tampak menahan rasa nyeri. Skala nyeri 5 A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi - kaji skala nyeri - observasi nyeri - lakukan terapi distraksi dan relaksasi 2. 29 Maret 2013 S:O: - tidak ada luka pus 48

- tidak remebesan A : masalah teratasi P : hentikan intervensi

3.

30 2013 05.00

maret S : klien mengatakan masih nyeri, nyeri menjalar, panas, dari pangkal paha sampai dengan bagian abdomen atas O : klien tampak lemah, klien tampak menahan rasa nyeri A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi

49

Analisa Jurnal Managing Pain In Older Persons Who Receive Home-Help For Their Daily Living. Perceptions By Older Persons And Care Providers

Nyeri adalah masalah umum yang sering terjadi pada orang tua, yang penanganany membutuhkan bantuan tenaga-tenaga professional. Didalam jurnal yang berjudul Managing pain in older persons who receive home-help for their daily living. Perceptions by older persons and care providers memmbandingkan kelompok beberapa metode yang sering dailakukan pada lansia, yaitu, metode farmakologi yang menggunakan obat, metode rest (istrahat ) atau terapi distraksi (pengalihan rasa nyeri). Apabila menggunakan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri, banyak dari lansia takut akan efek sampingnya terhadap kesehatan mereka, menghindari obat karena takut menjadi kecanduan, reaksi obat yang merugikan, dan persepsi bahwa pengobatan tidak efektif. Manajemen nyeri antara lain, TENS,yaitu pengalihan rasa sakit yang menggunakan impuls listrik, tetapi ini jarang ditemukan di lapangan, pijat, istirahat, kompres panas atau dingin. Pentingnya menggabugkan metode pengobatan dan manjemen rasa nyeri aktivitas fisik mengatasi rasa nyeri pada lansia. Beberapa jurnal membuktikan bahwa terapi aktivitas fisik mampu mengurangi rasa nyeri secara signifika pada lansia, ada pun terapi aktivitas fisik yang dilakukan adalah terapi bersepeda, terapi bekerja, terapi tai-chi dll. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan membandingkan sekelompok orang tua sakit terus-menerus dengan sekelompok penyedia perawatan profesional mengenai metode yang mereka gunakan / diberikan selama minggu sebelumnya dan bagaimana membantu mereka dianggap metode ini berada dalam menghilangkan rasa sakit. Penelitian ini dilakukan pada 60.000 lansia, Penelitian ini dilakukan di kota di Swedia selatan dengan sekitar 60 000 inhibitants antaranya 10% lebih dari 75 tahun. Penelitian ini melibatkan sampel orang 75 + sakit terus-menerus, yang menerima profesional membantu di rumah biasa atau dalam akomodasi khusus.Selain itu termasuk sampel perawatan profesional 50

penyedia layanan yang disediakan rumah-help, asuhan keperawatan, fisioterapi dan / atau terapi okupasi untuk orang tua. Kriteria inklusi adalah minimal 75 tahun, menerima profesional rumah bantuan, yang sakit selama lebih dari sekali seminggu selama minimal 3 bulan dan mampu berpartisipasi dalam sebuah wawancara. Penyedia layanan di daerah mengidentifikasi orang-orang yang bisa diwawancarai (n 313) dan memberikan mereka surat di mana mereka ditanya apakah mereka memenuhi kriteria durasi sakit dan bersedia untuk berpartisipasi lanjut. Kriteria inklusi adalah selama 3 bulan pengalaman merawat orang tua dengan nyeri persisten. Semua Perawat Terdaftar dan staf paramedis diundang sementara tambahan / Enrolled perawat dipilih secara acak. Dalam semua, 86 penyedia layanan diberi huruf awal. Setelah satu pengingat tujuh orang menyatakan kurangnya pengalaman, memberikan 79 responden yang memenuhi syarat. Lima puluh dua orang yang bersedia untuk berpartisipasi sementara tidak menyetujui atau jawaban.. Usia rata-rata peserta adalah 48 tahun. Semua data dianalisis dengan SPSS 10.1 software. Hasil membuktikan bahwa penggunaan obat nyeri masih ditemukan pada lansia, obatobatan seperti paracetamol, non-steriod anti-inflamasi obat (NSAID), kombinasi parasetamoldextropropoxyphen dextropropoxyphen dan opioid yang kuat. Sedikitnya digunakan adalah obat herbal.beberapa lansia menggunakan obat-obatan dengan resep dokter dan sebagian dibeli saja dengan bebas. Lansia menganggap pengalihan perhatian dan relaksasi sebagai metode yang paling membantu saat nyeri timbul. Berbicara mengenai rasa nyeri tidak cukup untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakannya. Untuk penelitian ini, sampel orang tua dengan nyeri persisten dan sampel dari penyedia layanan bekerja dengan orang yang lebih tua direkrut. Mayoritas lebih dari 80-tahun dan menerima bantuan dengan baik instrumental dan ADL pribadi dari para profesional. Rasa sakit itu sebagian besar berada dalam sistem musculo-skeletal dan mayoritas memiliki sejarah panjang nyeri. Pada intensitas nyeri rata-rata selama minggu sebelumnya adalah moderat. Penyedia layanan berasal dari profesi yang berbeda. Beberapa dari mereka bekerja di akomodasi khusus sementara yang lain bekerja di rumah orang tua biasa. Semua memiliki pengalaman panjang dari perawatan lansia. Temuan dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, 51

dengan obat yang diresepkan, gangguan dan sisanya menjadi metode manajemen yang paling sering digunakan nyeri di kalangan lansia. Didalam jurnal ini disebutkan bahwa terapi yang paling sering digunakan adalah terapi distraksi, rest, relaksasi, dan terapi aktivitas dan latihan sehari-hari. Dibandingkan dengan TENS, terapi pijat, atau terapi kompres. Didalam penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian obat-bat farmakalogi pada lansia, dianggap kurang mengurangi rasa nyeri dan mengurangi rasa stress yang mereka rasakan, tetapi bagi yang memberikan obatobatan rasa nyeri hal itu dianggap mempunyai manfaat bagi berkurangnya rasa nyeri itu sendiri. Adapun kekurangan didalam jurnal ini adalah responden lansia, yang kurang paham bagaimana untuk mengisi form, dan mendeskripsikan rasa nyeri yang dapat berubah-berubah, menjadi skala nyeri 3 dsb. Dan juga, melakukannya atau tidak. relawan yang memberikan tarapi rasa nyeri itu benar-benar

52

53

You might also like