You are on page 1of 3

BELLS PALSY

Darto Saharso

BATASAN Kelumpuhan pada N Fasialis perifer yang bersifat mendadak dan unilateral. PATOFISIOLOGI Patofisiologinya belum jelas, tapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada N Fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter N Fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan N Fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen meatal. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Etiologinya sebagian besar idiopatik, tetapi beberapa penelitian mendukung adanya infeksi sebagai penyebab Bells Palsy terutama HSV. Pada Bells Palsy harus dipertimbangkan kemungkinan adanya faktor-faktor lain penyebab kelumpuhan N Fasialis antara lain : Aneurisme vertebral, arteri basilaris atau arteri karotis Meningitis karsinomatous Trauma fasialis Meningitis leukemia Operasi telinga bagian tengah Trauma perinatal Tumor pada glandula parotis Osteomielitis pada basis kranii

GEJALA KLINIS Nyeri dibelakang telinga Gangguan sensoris pada daerah yang terkena Biasanya didahului oleh URI dan atau infeksi virus lainnya Drooling Gangguan pengecapan Gangguan pendengaran Pengeluaran air mata berlebihan

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya

214

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik : Kelumpuhan N Fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi yang harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan N Fasialis. Pada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi diatas nukleus fasialis di Pons, maka lesinya bersifat UMN. Pada kelainan tersebut, sepertiga atas N Fasialis normal, sedangkan duapertiga dibawahnya mengalami paralisis. Pemeriksaan N Canialis lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium : Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells Palsy. Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bells palsy. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, skleloris multipel dan AIDS pada CNS. Pemeriksaan elektrofisiologi : Pemeriksaan Elektrofisiologi untuk mengetahui fungsi N Fasialis jarang dilakukan. DIAGNOSIS BANDING Tumor jinak skull Aneurisma serebral Meningioma Sklerosis multipel

PENATALAKSANAAN Pada keadaan darurat terapi yang dianjurkan adalah farmakologis : 1. Steroid : Prednisone 1 mg/KgBB/hari PO selama 7 hari Masih kontroversi, beberapa penelitian menunjukkan adanya keuntungan tapi di lain pihak mengatakan tidak ada gunanya. 2. Antivirius : Acyclovir 20 mg/KgBB/hari PO Dapat dipertimbangakan karena beberapa peneliti menyatakan virus sebagai penyebab Bells Palsy. 3. Perawatan mata : untuk menghindari terjadinya kekeringan kornea dan trauma benda asing, maka diberikan air mata buatan, salep mata selama tidur dan kacamata untuk menghindari sinar matahari dan benda asing.

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya

215

Bila kondisi penderita sudah stabil, penanganan rehabilitasi medis dapat segera diberikan. KOMPLIKASI Sebagian Bells Palsy akan membaik tanpa deformitas, tetapi penderita dapat mengalami sekuele berupa : 1. Regenerasi motorik tidak lengkap. Dengan tanda epifora, inkompeten oral dan obstruksi nasal. 2. Regenerasi sensorik tidak lengkap. Dengan tanda disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (kehilangan pengecapan), disesthesia (kehilangan sensasi atas stimulasi). PROGNOSIS 1. Pemulihan lengkap tanpa gejala sisa 2. Pemulihan tidak lengkap pada fungsi motorik, tetapi tidak ada defek pada kosmetik 3. Kecacatan menetap yang nyata DAFTAR PUSTAKA 1. Adam RD, Victor M, eds. : part 5: Disease of the spinal cord, peripheral nerve, and muscle. In : Principles of Neurology, 5th ed. New York : Mc Graw Hill; 1993 : 1175-7. 2. English JB, Stommel EW, Bernat JL: Recurrent Bell Palsy, Neurology, 1996 August; 47 (2) : 407-16. 3. Morrow MJ: Bell palsy and Herpes Zoster Otikus. Curr Treat Option Neurol, 2000 September; 2 (5) : 407-16. 4. Victor M, Martin J: Disorders of the cranial nerves. wmj 2000; 173 : 266-6. 5. Williamson IG, Whelan TR: The clinical problems of bell palsy : Is treatment with steroid effective? Br J Gen Pract, 1996 December; 46 (413) 743-7. 6. Ucapan terima kasih kepada : dr. Erny, Sp.A atas bantuan dalam penyusunan pedoman diagnosis & terapi, Neurologi anak.

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya

216

You might also like