You are on page 1of 7

Kategori: Teori Dasar Fotografi

PENGERTIAN RINGKAS TENTANG TEKNIK KREATIF EXPOSURE


Oleh: Donny Kurniawan
Kamera yang saya gunakan: Nikon D100 Digital SLR Camera

Aduh. Exposure tuh apa an sih? Kok kayaknya exposurenya terlalu gelap yah? Apa gak terlalu OE
(Over exposed) tuh poto? Duh, seharusnya exposure saya harusnya gimana sih?
Tenang saudara saudari sekalian. Saya meluangkan waktu saya dengan menulis artikel ini
bukannya saya sok pinter ato gimana tapi ingin rasanya saya berbagi pengetahuan dan
pengalaman saya sama yang butuh aja deh biar ngerti apa sih itu kreatif EXPOSURE?

Semoga sehabis baca artikel ini, kalian akan mendapatkan sesuatu yang baru dan dapat di
implementasikan di teknik fotografi kalian. Setelah membaca artikel ini saya berharap anda
bisa:

• Mengerti apa itu Aperture, Shutter Speed dan ISO


• Mengerti apa itu Aperture Priority, Shutter Priority, Manual Aperture and Shutter dan
kapan paling efektif untuk memakainya.
• Mengerti apa itu Panning teknik dan bagaimana sih biar bisa panning?
• Mengerti tentang Depth of Field dan bagaimana Aperture bertanggung jawab atas ini.
• Mengerti tentang Shutter Speed tentang pembekuan gerakan, menghasilkan efek arus
(flowing effect)
• Mengerti tentang kompensasi ISO sensitifiti dari film
• Mengerti apa itu Bracketing dan efeknya terhadap exposure yang benar dan/atau
sempurna

Dalam artikel ini saya asumsikan bahwa camera anda setidaknya bisa di setting ke Manual,
lebih baik lagi jika kamera anda adalah Digital atau Analog SLR Camera. Kamera yang saya
gunakan adalah Nikon Digital SLR Camera D100 tetapi secara garis besar, maksud arti garis
besar artikel ini bisa di implementasikan di fotografi secara general. Memang setiap fotografer
mempunyai definisi dan style tersendiri dalam approachnya terhadap fotografi. Artikel ini tidak
menyalahkan dan saya tidak membenarkan diri saya sendiri dalam topik exposure secara
general. Selamat membaca.

PERFECT EXPOSURE

Ok. Kalau kalian bertanya "Seharusnya exposure saya gimana sih?" yah gampang sih jawabnya,
"Exposure anda harus bener!" ya kan? Nah, exposure itu bisa di golongkan kepada 3 nama yang
saling erat hubungannya, mereka adalah:

1. Aperture = bukaan diafragma lensa biasanya dalam ukuran f/2.8, f/5.6 dan
seterusnya�
2. Shutter Speed = bukaan berapa lama film menerima cahaya sewaktu diafragma di buka;
dalam ukuran 2s, 1/250s ,1/500s, dan seterusnya (s = seconds, detik)
3. ISO, Speed of the film = internasional standard untuk sensitifnya film. contoh: ISO 400
lebih sensitif daripada ISO 200, ISO 200 lebih sensitif daripada ISO 100, dan seterusnya.
Ya ampun apaan sih nih kamera kok ada Manual, Aperture Priority, Shutter Priority, Automatic?
kan lebih asik automatic dong?

"Ok, bukannya kalo saya set aja ke P�(Automatic atau Program Mode) terus kan tinggal saya
jepret aja kan semuanya sudah di atur otomatis, nah terus ngapain harus ngerti 3 bahasa aneh
di atas coba?". Nah kalo anda sudah puas sama�P ( Automatic atau Program Mode) exposure
setting camera anda, ya ngapain di terusin baca artikel ini? saya yakin dengan pengertian yang
mendalam dan tentunya experiment antara 3 nama di atas, anda pasti lebih mendapatkan
exposure yang lebih baik atau lebih banyak kesempatan anda akan mendapatkan exposure yang
sempurna. Bukankah lebih baik untuk mempelajari Manual?

Nah sekarang coba liat di viewfinder (itu lho kotak kecil yang anda lihat di camera untuk
motret) di sana pasti ada semace gini nih: +'''''0'''''''- ya kan? Nah jika anda memutar control dial
di camera anda, tanda panah akan bergeser sesuai dengan yang anda hendaki, jika anda mutar
ke kanan, panahnya ke kanan, kalo ke kiri ya panahnya ke kiri. Biasanya kalau ke kiri valuenya
semakin besar atao ke positif kalo ke kiri valuenya semakin kecil dan ke arah negatif.

Aperture priority (biasanya A atau Av)

Dalam mode ini, anda secara manual memilih lens aperture dan camera anda yang secara
otomatis akan memilih shutter speed. Coba set camera anda ke Aperture Priority, nah di
Aperture priority, anda ngatur Aperturenya secara manual, dan camera anda akan mengatur
Shutter Speed secara otomatis untuk memberikan exposure yang kamera anda pikir "PERFECT".

Saya�memilih penggunaan Aperture Priority ini bila keadaan:

. Cahaya sekeliling sangat minimal. Contoh: dalam event medical conference atau dalam event
pesta wisuda adik saya, saya memilih setting kamera saya ke A, karena saya ingin kamera saya
yang memilih shutter secepat mungkin untuk mendapatkan exposure yang sempurna dan
dengan setting Aperture yang saya hendaki.

. Saya menginginkan maksimum depth-of-field dan objectnya tuh tidak bergerak. Contoh:
dalam poto saya di bawah Golden Gate di San Francisco, saya memilih Aperture sekecil itu
untuk memaksimumkan Depth of Field (akan di bahas di bawah ini)

Shutter Priority (biasanya S)

Di dalam mode ini, anda memilih shutter speed secara manual dan meter kamera anda akan
memilih aperture secara otomatis. Sama dengan Aperture Priority tetapi kali ini yang anda
prioritaskan, dalam kata lain yang anda bisa ngatur itu yah shutter speednya, camera anda
akan mengatur Aperture secara automatis yang di pikir kamera anda exposurenya "PERFECT".
Karena menurut saya, hanya dengan Shutter Priority ini lah kita bisa:

a. FREEZE MOTION = pembekuan gerakan yang terekam di film, dan


b. IMPLYING MOTION = untuk menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek
gerakan

Saya memaksimalkan penggunaan Shutter Priority ini dalam:

. Panning teknik. Panning adalah teknik perekaman object yang bergerak sehingga
menghasilkan effect gerakan dan bisa terlihat jika object yang terfokus adalah object yang
sedang moving atau bergerak.

Contoh Panning:

Ok, ada 3 rahasia untuk mendapatkan hasil panning yang memuaskan:

Rahasia #1: Anda harus PARALEL dengan object yang bergerak itu. Dari contoh di bawah ini,
saya dengar "nguing2" dari kejauhan terus saya siapkan kamera saya dan saya melihat mobil
pemadam kebakaran dari arah kiri saya, saya tunggu sampai mobilnya tuh persis di depan saya,
dan saya langsung pencet shutter dan badan saya ngikutin arahnya mobilnya melaju setelah
memencet shutternya.

Rahasia #2: Pilihlah Shutter Speed yang paling cocok untuk objek yang bergerak itu. Biasanya
saya pilih Shutter 1/20 atau 1/30 untuk panning teknik saya. Dalam contoh saya di bawah ini,
saya memakai Shutter 1/20

Rahasia #3: Jangan pakai tripod. Pakailah badan anda sebagai tumpuan yang mengayun dari
kiri ke kanan atau sebaliknya searah dengan object yang akan di potret.

Manual Exposure (biasanya M)

Nah Manual Exposure ini lah yang memungkinkan kita mengatur sendiri panah2 tadi yang sudah
saya jelaskan di atas untuk mendapatkan exposure yang KITA hendaki "PERFECT EXPOSURE"
sekali lagi, bukan kamera kita yang mikir perfect tapi kita sendiri. Karena di Manual inilah kita
bisa mengatur Aperture dan Shutter Speed secara manual.

"Nah terus apa hubungannya di antara tiga bahasa aneh dan jelek di atas itu, apa sih
tadi Aperture, Shutter Speed dan ISO, huh?" Ok. Nih saya jelasin yah.

1. APERTURE (Diafragma)

Aperture adalah bukaan lensa untuk mengatur berapa banyak cahaya yang masuk. Ukuran
aperture biasanya bisa di liat dengan f/ number. Semakin besar nomer f/ nya semakin kecil
bukaan lensanya. Dengan kata lain, semakin kecil nomer f/ nya, semakin GEDE bukaan
lensanya. CONTOH: f/2.8 bukaannya lensanya tuh lebih besar daripada f/11. Aperture ini lah
yang biasanya orang orang di kritik fotografer.net pada bilang "Wahhhh bagus bener DOFnya,
bagus bener pemandangannya!" Nah sekarang ngerti kan kalo Aperture ini adalah sang
komandan yang bertanggung jawab atas wilayah ketajaman di dalam satu foto. DOF,
kepanjangan dari Depth-of-Field, yaitu wilayah di sekeliling subject yang di rekam oleh camera
yang layak tampil tajam di hasil potonya.

Aperture1 (Semakin besar aperture kita, semakin sedikit wilayah ketajaman poto kita, shallow
depth-of-field):�

��

Nah di contoh ini, data photo saya adalah: 1/3200s f/3.5 at 200.0mm. Kalo anda perhatiin, tuh
di backgroundnya ga keliatan apa apa yah? Jelek yah poto ini? hmm mungkin aja saya cuman
mau lebih fokus ke kepala burungnya saja, jadi mungkin waktu motret ini saya ga peduli ama
background jadi ya saya pilih aja f/3.5 nah Aperture saya bisa di katakan "Big Aperture" kalo
lebih besar lagi adalah f/1.8.

Aperture2 (Semakin kecil aperture kita, semakin banyak wilayah ketajaman poto kita, bigger
depth-of-field):


Nah di contoh yang ini, data poto saya adalah: 1/2s f/22.0 at 12.0mm. Kalo sekali lagi anda
perhatiin deh, tuh dari depan dari kayu yang jelek itu sampe belakang gunung kan semuanya
fokus. Dengan ini, berani saya menyatakan "Small Aperture" kalo lebih small lagi ya f/32.
Ukuran Aperture dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8 -> f/11 -> f/16 -> f/22

Dari f/2 sampe ke f/2.8 di katakan Aperturenya turun 1 stop dalam kata laen -1. Dari f/4 turun
3 stop ke f/11. Di katakan turun adalah jumlah cahaya yang masuk melalui diafragma kan lebih
sedikit jadi oleh karena itu di katakan turun.

2. SHUTTER SPEED (Kecepatan penutup lensa)

Nah apa ini? Kalo tadi Aperture kan ngatur berapa banyak cahaya yang masuk kan? Nah kalo
Shutter Speed ini ngatur berapa lama cahaya itu masuk ke film. Contohnya: shutter speed 2s (2
detik) tentunya cahaya yang masuk lebih lama ya kan? kalo shutter speed 1/1000s ( 1/1000
detik lho) ya jelas aja cahaya yang masuk cuman sekilat aja. Gampang kan?

Shutter speed 1 (semakin lambat shutter speed, cahaya yang di peroleh film akan semakin
banyak)


Nah di contoh di atas, data saya adalah: 4s f/16.0 at 38.0mm . Wow, 4 detik! iya dong.. kalo ga
gitu kan ga bisa create kayak gini tuh liat airnya kayak kapas gitu halus dan seperti awan2 gitu
kan? Ini di karenakan cahaya yang masuk lebih lama oleh karena itu cahaya yang terekan di film
akan seolah-olah menghasilkan effect seperti water flowing (air yang mengalir)

Shutter speed 2 (semakin cepat shutter speed, cahaya yang di peroleh film akan semakin
sedikit, lebih untuk ke FREEZE MOTION, yakni untuk membekukan gerakan)


Nah di contoh di atas, kali ini partner saya akan marah kepada saya jika saya minta dia untuk
lompat sambil menendangkan kakinya di atas langit terus-terusan. Oleh karena itu saya pilih
fast shutter speed untuk membekukan gerakan teman saya yang jago kungfu ini.

Urutan Shutter Speed dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:

1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 ->1/125 ->1/250 ->1/500 ->1/1000 (dalam detik)

3. ISO, Speed of Film


Begini saja, anggap saja ISO ini adalah kumbang yang bekerja di dalam camera anda. Kalo di
camera saya saya set ke ISO 400 berarti saya mempunyai 400 kumbang yang bekerja, jika anda
set camera anda ke ISO 100 berarti anda cuman punya 100 kumbang untuk bekerja di dalam
kamera anda.

Nah ukuran ISO dalam perbedaan satu stop adalah:


100 ->200 ->400-> 800 ->1600

ISO 800 adalah 3 kali lebih sensitif daripada ISO 100 (lebih sensitif terhadap cahaya 3 stop),
tetapi hasil potonya mungkin agak grainy (seperti berpasir) Nah dalam hal ini lah yang harus
menjadi pertimbangan anda kapan harus kompensasi demikian.

Nah topik saya yang terakhir adalah tentang bracketing.

Bracketing.

What is bracketing? Bracketing adalah suatu teknik yang di manfaatkan oleh profesional untuk
mendapatkan exposure yang tepat di dalam kondisi cahaya yang menantang (menurut:
photoxels.com) dan biasanya yang motret meng-over expose +1 dan meng-under expose -1,
tergantung dari style fotografernya sendiri-sendiri. Seperti yang saya jelaskan di atas atas
banget yang tadi tentang Aperture Priority, Shutter, ataupun Manual Exposure priority, kamera
kan punya built-in light meter dan sensor di dalamnya yang ada tanda +''''0''''- tadi itu bila anda
tujukan tanda panahnya ke 0, kamera anda seperti mengatakan "Iya bos, ini menurut saya
perfect kok exposurenya!" Nah dalam bracketing, si fotografer yah boleh di katakan percaya
sama kameranya dan jepret di posisi panah menunjukan 0, PLUS si fotografer tadi, sengaja
menujukan panah ke arah +1 stop dan -1 stop untuk bracket exposure.

Contoh bracketing:

Si fotografer melihat mobil ferari di tengah jalan yang sangat terang sekali cuaca bagus banget
deh. Dia set camera barunya ke Aperture Priority dengan ukuran diafragma f/2.8 karena dia
maunya mobilnya yang terlihat tajam sedangkan backgroundnya blur (out of focus). Si
fotografer melihat dalam viewfinder dan menyetel panah sehingga sampe di 0 dan menemukan
bahwa shutter speednya harus 1/250.
Nah di sini si fotografer bracket exposure ini sehingga mempunyai 3 poto.

Poto 1 = fotografer di atas menjepretkan exposurenya f/2.8 shutter speed 1/250


Poto 2 = fotografer sengaja membuat shutter speed ke 1/125 <PLUS satu stop exposure> masih
tetep f/2.8
Poto 3 = fotografer sengaja membuat shutter speed ke 1/500 <MINUS satu stop exposure> masih
tetep f/2.8
Nah sekarang si fotografer tadi adalah orang terbahagia di dunia karena setiap kali dia
memotret sesuatu yang dia suka, dia akan mem-bracket exposurenya dan dia yakin di antara 3
poto tersebut pasti salah satunya adalah poto dengan perfect exposure.

Kalo saya sih kurang suka membracket tetapi saya menggunakan Zone System buat exposure
guide saya. Penggunaan Zone System tidak saya bahas di artikel saya ini karena akan menjauh
dari topik dan scope artikel saya tetapi banyak artikel di internet yang mengajarkan teknik
Zone System untuk creative exposure control technique.

----------------A PERFECT EXPOSURE IMAGE--------------------


Nah di sini saya data poto saya adalah: 15s f/22.0 at 12.0mm. Dengan Shutter Speed selama 15
detik akan menghasilkan efek keramaian di atas jembatan dengan lampu�yang seolah-
olah�bergerak.�Golden Gate ini, Dengan f/22 meyakinkan saya bahwa DOF akan sangat besar
dari ujung sampe ujung semuanya akan kelihatan tajam, dan dengan lensa 12mm Wide Angle
saya, meyakinkan saya akan mendapatkan ruang hasil foto yang lebar untuk komposisi saya.

You might also like