You are on page 1of 4

Tn. C berusia 60 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (memilih untuk mati. Tn.

C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.

Pemecahan masalah 1. Mengembangkan data dasar Orang yang terlibat Pasien Keluarga Perawat Dokter

2. Mengidentifikasi konflik A. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut a. Lakukan analisis terkait situasi/kasus yang terjadi Tn. C berusia 60 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien b. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi dari kasus atau situasi tersebut. 1. Tn. C berusia 60 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya namun ketika Tn.C henti jantung dilakukan resusitasi

2. keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien

3.

Membuat tindakan alternatif Sebagai tenaga medis tetap berusaha mengoptimalkan kelangsungan hidup dari pasien berdasarkan

4.

Menentukan siapa pengambilan keputusan yang tepat Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat pada kasus tuan C, yang dapat

membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien. 5. Mendefinisikan kewajiban perawat Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, dan teman terdekat,. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien Tuan C. 6. Membuat keputusan Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent). Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan

sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. Dalam Pasal 9, bab II Kode Etik Kedokteran Indonesia tentang Kewajiban Dokter kepada Pasien, disebutkan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Dengan demikian, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi. Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan nomor: 434/Men.Kes/SK/X/1983 juga telah disebutkan pada Pasal 10: Setiap Dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makhluk insani. Pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa, "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Bunyi pasal ini juga dikuatkan oleh pasal-pasal KUHP yang lain seperti Pasal 338, 340, 345, dan 359 Pasal 338 KUHP Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun. 1. Menurut Pasal 1 Angka 1 UU no. 39 tahun 1999 tentang HAM, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat. Salah satu dari isi HAM adalah menyangkut hak hidup. Konstitusi kita yakni UUD 1945 melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia

You might also like