You are on page 1of 29

REFERAT Transient Tachypnea of the Newborn

Disusun Oleh : YENI ELVIANA 07310301

Pembimbing : dr. Oscar, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RSU CAMATHA SAHIDYA BATAM 2013

BAB I TINJAUAN PUSTAKA Transient Tachypnea of the Newborn 1.1 Definisi Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.1 Bayi yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi sesar sebab mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka. Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar. Kesempatan ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.1 Gejala klinis yang sering ditemukan pada bayi dengan TTN antara lain: -takipnea (>60 kali/menit).1 -retraksi pada dada.1 -sianosis.1 -merintih.1 -terlihat nafas cuping hidung.1 1.2 Anatomi dan fisiologi Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.2

Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang

membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun
2

janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Awal adanya nafas Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi :

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.2

Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.2

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.2

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas.2

Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.

Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.2

Fungsi pernafasan dalam kaitannya fungsi kardiovaskuler Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

1.3 Patofisiologi Penyakit pernapasan akut tidak infeksius berkembang pada sekitar 1% dari semua bayi baru lahir dan menyebabkan masuk ke unit perawatan kritis. Takipnea transient pada bayi baru lahir adalah akibat dari sebuah keterlambatan dalam pembersihan cairan paru janin. Dahulu, masalah pernapasan dianggap masalah kekurangan surfaktan relatif tetapi sekarang dicirikan oleh beban udara-cairan sekunder terhadap ketidakmampuan untuk menyerap cairan paru janin. Percobaan in vivo telah menunjukkan bahwa epitel paru-paru mengeluarkan Cl- dan cairan selama kehamilan tetapi mengembangkan kemampuan untuk menyerap kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir, paru-paru matur menyebabkan pengaktifan sekresi dari Cl- (cairan) menjadi penyerapan aktif Na + (cairan) dalam respon terhadap beredarnya katekolamin, baru-baru ini, bukti menunjukkan glukokortikoid berperan dalam pengaktifan ini. Perubahan dalam tegangan oksigen menambah kapasitas traspor epitel terhadap Na + dan meningkatkan ekspresi gen untuk epitel Na + channel (ENaC). Ketidakmampuan paru-paru janin imatur untuk beralih dari sekresi cairan hasil penyerapan cairan, sebagian besar, dari immaturitas dalam ekspresi ENaC, yang dapat diatur oleh glukokortikoid. Glukokortikoid mempengaruhi reabsorpsi Na + paru-paru kemungkinan besar melalui saluran EnaC pada akhir usia kehamilan janin.
4

Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan postnatal memiliki surfaktan yang dan sistem epitel yang matur. Takipnea transient pada bayi baru lahir terjadi pada bayi baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan kurang berkembangnya epitel pernapasan transportasi Na +, sedangkan Sindrom Gawat Nafas neonatus terjadi pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na + transportasi immatur. Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan kurangnya lonjakan katekolamin yang tepat, yang menyebabkan pelepasan yang rendah dari counter-regulatory hormones pada saat persalinan. Hal ini membuat cairan tertahan di alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas. 1.4 Faktor Risiko

Lahir Seksio cesarean. Makrosomia. Partus lama. Maternal asma dan merokok. Negative amniotic fluid phosphatidylglycerol. Birth asphyxia. Cairan overload terhadap ibu, terutama pemberian infuse oksitosin. Delayed clamping terhadap umbilikus. Waktu optimal adalah 45 detik. Fetal polycythemia. Ibu dengan diabetes.

1.5 Manifestasi Klinik Tanda dari TTN adalah dengan melihat adanya tanda distress pernafasan, yaitu takipnu, nafas cuping hidung, mendengkur, retraksi dinding dada, dan sianosis pada kasus ekstrim
5

Takipnu ini bersifat sementara dimana penyembuhan biasa terjadi dalam 48-72 jam setelah kelahiran. 1.6 Diagnosis Pemeriksaan Laboratorium o Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. o Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia.
o

Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.

Pemeriksaan Radiologi o Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN:

Hiperexpansi paru, khas pada TTN. Garis prominen di perihiler. Pembesaran jantung ringan hingga sedang. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral. Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. Prominent pulmonary vascular markings.

1.7

Diagnosis Banding 1 Pneumonia/sepsis. Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat pada riwayat kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan demam. Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau
6

leukositosis dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin dapat positif bila neonates mengalami group B streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda infeksi seperti di atas, dianjurkan untuk memberikan antibiotic berspektrum luas. Pemberian antibiotic dapat dihentikan jika didapatkan hasil kultur yang negative dalam 3 hari. 2 HMD. Biasanya terjadi pada neonates yang premature atau dengan alasan lain akan tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui dengan jelas pola retikulogranular dengan gambaran atelektasis paru. 3 Aspirasi Mekonium. Biasanya dapat diketahui dari riwayat kehamilan dan persalinan berupa cairan ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal.

3.6

Penatalaksanaan Transient Tachypnea of the Newborn ini bersifat self limiting disease, sehingga

pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif. Prinsip pengobatannya adalah: Oksigenasi. Antibiotik. Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotic berspektrum luas hingga diagnosis sepsis atau pneumonia disingkirkan. Pemberian makanan. Jika pernafasan di atas 60 kali per menit, neonatus sebaiknya tidak diperi makan per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali per menit, pemberian makanan per oreal dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian makanan harus melalui NGT. Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena diindikasikan.

Cairan dan elektrolit. Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan dipertahankan normal.

3.7

Prognosis Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan dengan dieresis.

1.11 Kesimpulan Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Penegakan diagnosis terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu labor sederhana dan rontgen thoraks. Pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif. Prinsip pengobatannya adalah mempertahankan oksigenasi, pemberian antibiotic, memperhatikan cara pemberian makanan dalam hubungannya dengan risiko aspirasi, dan monitoring cairan dan elektrolit.

Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan dengan dieresis.

BAB II ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama MR Umur Jenis Kelamin Ayah/ Ibu Anak ke Suku Bangsa Alamat Tanggal Masuk Keluarga: Ibu Umur Pendidikan Pekerjaan Perkawinan ke Penghasilan : 34 tahun : D3 : PNS : 1 : Rp. 2.000.000,Ayah 38 tahun S1 PNS 1 Rp. 2.500.000.: Bayi Y. Y. : 759600 : 1 hari : Laki-laki : N. / Y. Y. : 3 dari 3 bersaudara : Indonesia : Kampung Jua : 20 Oktober 2011

10

ALLOANAMNESIS Keluhan Utama : sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang : NBBLC 2700 gram, panjang badan 47 cm Lahir Sectio Cesarea atas indikasi bekas section cesarean dan panggul sempit Apgar score 7/8 (partus luar) Ibu baik, ketuban jernih. Sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, kebiruan tidak ada Anak telah diberi susu formula sejak lahir karena ASI sedikit Muntah ada sejak 5 jam sebelum dirawat, frekuensi 2-3 kali, jumlah 1/4 1/2 sendok makan per kali muntah, isi susu yang telah diminum, tersedak tidak ada Buang air besar jumlah dan konsistensi biasa Riwayat ibu demam dan keputihan saat hamil tidak ada

Riwayat Kehamilan Sekarang: G3 P2 A0 H2 Pemeriksaan Antenatal: dokter ahli kebidanan, control teratur HPHT: Taksiran Partus: 20 Oktober 2011 Penyakit Selama Hamil: tidak ada Komplikasi Kehamilan: tidak ada Pemeriksaan terakhir waktu hamil: Tekanan darah 110/ 80 mmHg Kebiasaan Ibu Waktu Hamil: makanan kualitas dan kuantitas cukup, merokok dan obatobatan tidak ada.

11

Riwayat persalinan: ditolong oleh dokter di RS Bayangkara, seksio sesarea atas indikasi bekas seksio sesarea dan panggul sempit. Ketuban dipecahkan, kondisi jernih, jumlah lebih kurang 250ml. Saat lahir anak tidak langsung menangis, berat badan 2650 gram, panjang badan 47 cm Taksiran maturitas 39-40 minggu/ sesuai masa kehamilan Apgar score: anak lahir di luar Keadaan Bayi Saat Lahir: Lahir tanggal: 19 Oktober 2011 Jenis kelamin: laki-laki Kondisi saat lahir: hidup Pemeriksaan Fisik: Kesan Umum Keadaan Berat badan : hipoaktif : 2650 gram

Panjang badan : 47 cm Frekuensi jantung: 148 kali per menit Frekuensi nafas Sianosis Ikterus Suhu : 66 kali per menit

: tidak ada : tidak ada : 37,30 C

Kulit : teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis Kepala : bulat, simetris, normosepal, ubun-ubun besar 2x2 cm, ubun-ubun kecil 1,5x1,5 cm, jejas persalinan tidak ada Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, reflex cahaya +/+, ukuran pupil 2mm
12

Telinga : tidak ada kelainan Hidung : nafas cuping hidung ada Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada Leher : tidak ada kelainan Paru : Inspeksi : normochest, simetris, retraksi epigastrium ada Auskustasi : bronkhovesikuler, ronkhi basah tidak ada, wheezing tidak ada Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus cordis teraba linea mid clavicula sinistra RIC V Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada Abdomen: distensi tidak ada, Palpasi: supel, hepar teraba 1/4 -1/4 permukaan licin dan rata, pinggir tajam, lien tidak teraba Perkusi : timpani Auskultasi: bising usus positif normal Punggung: tidak ada kelainan Alat kelamin: tidak ada kelainan Anus: colok dubur tidak dilakukan Ekstremitas: akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis (patella) +/+, reflex patologis -/-

Diagnosis Kerja: Respiratory distress et causa suspect Transient Tachypnea of the Newborn
13

Diagnosis Banding: Hyaline Membrane Disease Aspirasi mekonium Sepsis/ pneumonia

Terapi: Oksigen 6L/ headbox IVFD D10% dengan total 70 cc/ kgBB/ hari 185,5cc/ 24 jam 7,72cc/jam 7 tetes/ menit (mikro) Anak sementara dipuasakan Ampicillin silbactam 2x135mg iv Gentamicin 1x13,5mg iv Konseling management laktasi kepada ibu

Rencana Tindakan: Foto thoraks telah dilakukan di IGD

Hasil Pemeriksaan Foto thoraks: Pulmo tampak infiltrate berbentuk radial dari hilus ke perifer, hiperaerasi positif Cor dalam batas normal Sinus dan diafragma baik Kesan: Transient Tachypnea of the Newborn
14

Prognosis: Bonam

Follow Up: Tanggal 21 2011 Temuan Oktober Subjektif : Demam tidak ada Tampak kuning sampai wajah Sesak nafas ada, sudah berkurang Anak dicobakan minum ASI Sianosis tidak ada Infuse terpasang cairan Dextrose 10%, lancar BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Sakit sedang, kurang aktif Kes : sadar HR : 144 x/menit RR : 64 x/menit T : 370 C Saturasi 90% Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik 8x3cc, toleransi dicoba jika dapat dengan tidak diberikan disendokkan, melalui NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 mg Observasi Terapi Oksigen 6L/ Headbox IVFD Dextrose 10% dengan 80cc/ kgBB/ hari 212cc/ 24jam 8,83cc / jam

15

Kulit: tampak kuning pada wajah Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi epigastrium minimal Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, tidak bau, tidak ada pus, hiperemis pada pinggir ukuran lebih kurang 0,5 cm Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Hemodinamik stabil, Ikterik

neonatorum grade I

22 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Tampak kuning sampai dada Sesak nafas ada, sudah berkurang Sianosis tidak ada Minum ASI per NGT toleransi baik Muntah tidak ada BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa

Oksigen 2L/menit (nasal) IVFD D10% total 90cc/

kgBB/ hari 9.93cc/ jam Aminosteril infant 6% dengan dosis 1,5gr/ kgBB/ hari 3,975gr/ hari 79,5 cc/ hari 3,31 cc/ jam ASI 8x3 cc per NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 mg

16

Objektif : KU : Sakit sedang, kurang aktif Kes : sadar HR : 144 x/menit RR : 54 x/menit T : 36.80 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Kulit: tampak kuning sampai dada Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi epigastrium minimal Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, tidak bau, tidak ada pus, tidak ada hiperemis Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan :Ikterik neonatorum grade II

23 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Tampak kuning sampai dada Sesak nafas ada, sudah berkurang

Oksigen 2L/menit (nasal) IVFD D10% total 100cc/

kgBB/ hari 11 cc/ jam Aminosteril infant 6% dengan dosis 2,5gr/ kgBB/
17

hari

Sianosis tidak ada Infuse terpasang cairan Dextrose 10%, lancer Minum ASI per NGT, residu tidak ada Muntah tidak ada BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Sakit sedang, kurang aktif Kes : sadar HR : 132 x/menit RR : 58 x/menit T : 36.80 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Kulit: tampak kuning sampai dada Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi epigastrium minimal Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, tidak bau, tidak ada pus, hiperemis pada pinggir ukuran lebih kurang 0,5 cm

6,625gr/ hari 132,5 cc/ hari 5,52 cc/ jam ASI 8x3 cc per NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 mg

18

Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan :Ikterik neonatorum grade II

24 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Tampak kuning sampai wajah Sesak nafas tidak ada Sianosis tidak ada Infuse terpasang cairan Dextrose 10%, lancar BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : cukup aktif Kes : sadar HR : 145 x/menit RR : 54 x/menit T : 36,80 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Kulit: tampak kuning pada wajah Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi epigastrium tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada

IVFD

D10%

total

100cc/

kgBB/ hari 11 cc/ jam Aminosteril infant 6% dengan dosis 2,5gr/ kgBB/ hari 6,625gr/ hari 132,5 cc/ hari 5,52 cc/ jam ASI 8x3 cc per NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 mg Coba ASI OD

19

Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Ikterik neonatorum grade I

25 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Tampak kuning sampai dada Sesak nafas tidak ada Sianosis tidak ada Infuse terpasang cairan Dextrose 10%, lancer BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar HR : 146 x/menit RR : 45 x/menit T : 37,40 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Kulit: tampak kuning sampai dada

IVFD

D10%

total

100cc/

kgBB/ hari 11 cc/ jam Aminosteril infant 6% dengan dosis 3gr/ kgBB/ hari 7,95gr/ hari 159 cc/ hari 6,62 cc/ jam ASI 8x3 cc per NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 m

20

Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Hemodinamik stabil Hasil kultur: Klebsiella sp Tidak diberikan antibiotika karena anak tidak tampak perburukan / ada perbaikan

26 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Sesak nafas tidak ada Kejang tidak ada Tampak kuning sampai dada Infuse terpasang cairan Dextrose 10%, lancer BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar

IVFD

D10%

total

100cc/

kgBB/ hari 11 cc/ jam Aminosteril infant 6% dengan dosis 3gr/ kgBB/ hari 7,95gr/ hari 159 cc/ hari 6,62 cc/ jam ASI 8x3 cc per NGT Ampicillin 2 x 132,5 mg Gentamicin 1 x 5,3 mg

21

HR : 128 x/menit RR : 38 x/menit T : 37,00 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Kulit: tampak kuning sampai dada Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Hemodinamik stabil Visite dr. Eni Yantri : Hasil kultur darah : Klebsiella Walaupun secara klinis anak mengalami Netrimisin 1 x 20 mg IV

perbaikan, berikan Netrimisin

27 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Sesak nafas tidak ada Muntah tidak ada

ASI 8x3 cc per NGT / ASI OD Netrimisin 1 x 20 mg

22

ASI OD, menyusu kuat Tampak kuning sampai dada BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar HR : 132 x/menit RR : 46 x/menit T : 37,00 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik Kulit: tampak kuning sampai dada Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Hemodinamik stabil

23

28 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Sesak nafas tidak ada Muntah tidak ada Intake baik ASI OD, toleransi baik BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar HR : 132 x/menit RR : 46 x/menit T : 37,00 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Kulit: teraba hangat, tidak ikterik Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada

ASI 8x3 cc per NGT / ASI OD Netrimisin 1 x15 mg

24

Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Hemodinamik stabil

29 2011

Oktober Subjektif : Demam tidak ada Sesak nafas tidak ada Kuning pada wajah dan dada Anak menyusu kuat BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar HR : 128 x/menit RR : 40 x/menit T : 36,70 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Kulit: teraba hangat, ikterik pada wajah Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus

ASI OD Netrimisin 1 x15 mg

25

nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Ikterik Neonatorum Grade II

31 2011

November Subjektif : Demam tidak ada Kuning sampai leher Sesak nafas tidak ada Anak menyusu kuat BAB warna dan konsistensi biasa BAK jumlah dan warna biasa Objektif : KU : Cukup aktif Kes : sadar HR : 126 x/menit RR : 32 x/menit T : 36,780 C Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik Kulit: teraba hangat, ikterik sampai leher Mulut: reflex hisap positif normal Thoraks : retraksi tidak ada

ASI OD Netrimisin 1 x15 mg

26

Cor : irama teratur, bising tidak ada Pulmo : bronkhovesikuler. Ronkhi basah halus nyaring -/-, Wheezing -/Abd : distensi tidak ada, bising usus(+) normal, tali pusat hitam, kemerahan tidak ada Ekst : akral hangat, perfusi baik Kesan : Ikterik Neonatorum Grade II

BAB III DISKUSI

27

Telah dirawat seorang anak laki-laki usia 1 hari di kovis RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 20 Oktober 2011 dengan keluhan utama sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien didiagnosis kerja dengan respiratory distress ec suspek Transient Tachypnea of the Newborn. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien tidak ada demam, NBBLC 2650 gram, panjang badan 47 cm. Lahir Sectio Cesarea atas indikasi bekas section cesarean dan panggul sempit. Apgar score tidak diketahui (partus luar), tidak langsung menangis. Ibu baik, ketuban jernih. Sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, kebiruan tidak ada. Anak telah diberi susu formula sejak lahir karena ASI sedikit. Buang air kecil ada. Buang air besar jumlah dan konsistensi biasa Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, kurang aktif, nadi 148 kali per menit, nafas 66 kali/menit, suhu 37,3 0C. kulit teraba hangat, tidak pucat, tidak sianosis, tidak ikterik, nafas cuping hidung ada, pemeriksaan paru terdapat retraksi epigastrium, auskultasi bronkhovesikuler, tidak terdapat ronkhi basah halus, tidak terdapat wheezing. Pemeriksaan jantung dan abdomen dalam batas normal. Hasil laboratorium hemoglobin 13,3 gr/dl, leukosit 12.100/mm3, trombosit 253.000/mm3 Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Oksigen 6L/ headbox, IVFD D10% dengan total 70 cc/ kgBB/ hari 185,5cc/ 24 jam 7,72cc/jam 7 tetes/ menit (mikro), anak sementara dipuasakan, Ampicillin silbactam 2x135mg iv, Gentamicin 1x13,5mg iv, dan konseling management laktasi kepada ibu.

DAFTAR PUSTAKA

28

1. KN Siva Subramanian, MD et al. 2010. Transient Tachypnea of the Newborn. http://emedicine.medscape.com/article/976914-overview (diakses tanggal 25 Oktober 2011) 2. Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC. 3. Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto. 4. Tricia Lacy Gomella, MD et al. 2004. Neonatology: Management, Procedures, On-call Problems, Disease, and Drugs. 5th Edition. USA: Lange Medical Books/McGraw-Hill

29

You might also like