You are on page 1of 110

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu setiap proses pendidikan akan berusaha mengembangkan potensi individu sebagai sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah pola pikir masayarakat. Karena keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam semata, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan masa depan. Hal ini sejalan dengan amanat UndangUndang Dasar RI 1945, pasal 31 ayat.............. agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, serta meningkatkan ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga pendidikan sebagai upaya membangun sumber daya manusia tidak hanya memperhatikan aspek intelektualitas (IQ) saja, tetapi harus seimbang dengan pembangunan aspek emosi (EQ) dan aspek spiritual (SQ). Aspek moral, ahlak mulia, dan kehidupan beragama juga harus menjadi perhatian dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah dalam rangka membentuk pola pikir dan pola tindak peserta didik yang mengarah pada hal-hal yang terpuji. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 20003 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004, digambarkan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, adanya tuntutan dari masyarakat agar dapat mempertahankan dan mengembangkan hasil

pembangunan pendidikan yang telah ada. Kedua, tantangan globalisasi yang menuntut dunia pendidikan untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia yang kompeten dan berdaya saing yang tinggi. Ketiga, diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, transparan, dan mendorong partisipasi masyarakat. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab mutu pendidikan rendah. Faktor pertama, pengelolaan pendidikan nasional dilakukan secara birokratiksentralisti, dimana pusat sangat dominan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, sedangkan daerah dan sekolah lebih berfungsi sebagai pelaksana kebijakan pusat, dengan kata lain sekolah tidak memiliki otonomi secara penuh. Faktor kedua, kebijakan pendidikan yang menggunakan pendekatan input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekwen. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku pelajaran, dan perbaikan sarana prasarana pendidikan dipenuhi mutu pendidikan akan meningkat. Faktor ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Pasal 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Juga Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang wajib di berikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Sebagaimana disebutkan dalam Bab V pasal 12, UU RI No. 20 Tahun 2003, peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama. Juga peraturan pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 pasal 3, tentang pendidikan agama dan keagamaan, disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama yang dikelola oleh Menteri Agama. Moralitas yang terjadi di kalangan para pelajar kita dewasa ini merupakan salah satu masalah pendidikan yang harus mendapatkan perhatian semua pihak. Berbagai perubahan yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan para pelajar mulai dari tatanan pergaulan, gaya hidup, bahkan hingga pandangan-pandangan pola berpikir yang mendasar tentang standar perilaku merupakan konsekwensi dari perkembangan atau arus globalisasi informasi lintas geografi dan budaya, yang mau tidak mau menimbulkan dampak tersendiri yang tidak selalu positif bagi kehidupan remaja dan para pelajar. Padahal pada sisi yang sangat pokok, mereka diharapkan mampu memelihara dan melestarikan budaya, cara pandang, dan aspek-aspek moralitas luhur bangsa. Realita di lapangan, kita sering kali kecewa ketika berbicara mengenai perkembangan siswa dalam mengamalkan ajaran agama yang mereka terima

dalam kelas dan menjadi bagian dari kurikulum pendidikan mereka. Padahal agama inilah yang seharusnya menjadi basic dan landasan segala tingkah laku kehidupan mereka. Tetapi kenyataannya bahwa mengamalkan terhadap pelajaran agama dikalangan pelajar belum sepenuhnya memuaskan itu, sesungguhnya merupakan fenomina yang juga terjadi pada bidang-bidang pelajaran lainnya. Dalam hal ini, siswa agaknya masih belum bisa menemukan sebuah tuntutan atau pedoman untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat dikelas. Akibatnya, tidak saja aspek moralitas yang kemudian bermasalah, tetapi juga aspek pengembangan sumberdaya manusia mereka, yang seharusnya mampu mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya melalui pengetahuan yang mereka dapatkan. Dari uraian diatas dapat dipetakan menjadi dua masalah, yaitu masalah moralitas dan masalah pengembangan sumber daya manusia. Masalah pertama penyelesaiannya dengan memperbaiki kurikulum agama yang diberikan kepada para siswa baik dari segi materi, metodologi pembelajaran maupun kualifikasi tenaga pengajar yang akan menanganinya. Masalah kedua, harus digalakkan pendidikan-pendidikan kejuruan atau pengembangan aspekaspek praktis-aplikatif bagi sekolah. Lebih dari itu, kegiatan pendidikan yang dikembangkan harus memberikan peluang terhadap para siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif, sehingga tidak lagi menjadi sekedar wahana transfer ilmu dari guru kepada murid. Pendidikan harus menjadi wahana diskusi, dialog, dan media untuk mengembangkan kreativitas siswa sesuai dengan ilmu pengetahuan yang mereka timba. Maka perlu dikembangkan proses pembelajaran dan pengajaran kontekstual, dimana orientasinya adalah

bagaimana siswa benar-benar mampu memahami materi pelajaran yang diterima sekaligus bisa mendialogkannya dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Dalam buku pedoman kegiatan ekstrakurikuler yang dikeluarkan oleh Depag RI dinyatakan bahwa :sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia, pada dasarnya pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, meliputi : (1) aspek spiritual, berkaitan dengan pembentukan integritas siswa dimana ia dituntut untuk menjadi sosok yang mempunyai keyakinan yang teguh, (2) aspek perilaku, berkaitan dengan moralitas siswa baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial yang siap berperan bagi kehidupan di lingkungan sekitarnya, (3) aspek ilmu pengetahuan dan intelektual, berkaitan dengan kemampuan teoritis siswa sebagai manusia yang mampu membaca berbagai macam persoalan dari sudut pandang ilmiah dan analisis tajam sehingga mampu memberi pemecahan (problem solving) yang bisa dilakukan secara sistematis, (4) aspek ketrampilan , berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya sehingga membentuk skill yang diharapkan memberi makna tersendiri bagi kehidupannya baik di saat sekarang maupun yang akan datang (Depag RI, 2004:3-4), . Nanang Fatah (2008:5) pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Maka sejalan dengan semakin pesatnya perkembangan saat ini , tuntutan akan ketersediaan sumberdaya manusia yang mandiri semakin tinggi. Dengan demikian, kualitas yang memadai dari out-

put merupakan suatu yang harus dihasilkan oleh sekolah sebagai satuan pendidikan yang tujuan dasarnya adalah menyiapkan manusia-manusia berkualitas baik secara intelektual, integritas, maupun perannya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu sekolah harus membekali dirinya dengan kurikulum yang memadai. Dalam dunia pendidikan dikenal dengan adanya dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Yang pertama, merupakan kegiatan pokok pendidikan dimana didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara siswa dan guru untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh siswa. Kegiatan kurikuler berarti serangkaian proses dalam rangka menyelenggarakan kurikulum pendidikan yang sedang diberlakukan atau di jalankan sebagai input pendidikan. Yang kedua, Yaitu kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang sedang dijalankan, termasuk yang berhubungan dengan bagaimana penerapan sesungguhnya dari ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh para siswa sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup mereka ataupun lingkungan sekitarnya. Karena sifatnya mengembangkan, maka kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilakukan secara terbuka dan lebih memerlukan inisiatif siswa sendiri dalam pelaksanaannya (Depag RI, 2004:5). Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa memiliki kebebasan penuh dalam memilih dan memilah bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai dengan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya sejalan dengan cita-cita pendidikan yang sedang

ditekuninya. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa berarti melatih diri untuk menemukan jati dirinya yang sesungguhnya dan belajar secara lebih dalam bagaimana mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkannya dikelas. Desi Anwar (2003:133), ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa Namun demikian, meskipun dalam prakteknya lebih banyak melibatkan inisiatif dalam peran siswa, kegiatan ekstrakurikuler harus mendapatkan perhatian dari seluruh pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan pendidikan, tidak saja manajemen sekolah ataupun masyarakat dilingkungan tempat sekolah berada tetapi juga pemerintah yang dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator pendidikan dalam hal-hal tertentu, terutama berkaitan dengan aspek pendalaman spiritual dan moral siswa, kegiatan ekstrakurikuler harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga terjadi proses dan conselling (bimbingan dan pembinaan) dalam kegiatan-kegiatan di kembangkan oleh siswa. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional agar keluaran sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu. Seperti pemerintah melontarkan gagasan tentang manajemen pendidikan yang berbasis sekolah yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Sejalan dengan

gagasan desentralisasi pengelolaan pendidikan, maka fungsi-fungsi pengelolaan sekolah perlu diberdayakan secara maksimal agar dapat berjalan secara efektif untuk menghasilkan mutu lulusan yang diharapkan oleh masyarakat dan bangsa. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, salah satu sekolah yang menerapkan program kegiatan Ekstrakurikuler PAI adalah SMP Negeri Pujer Bondowoso. Hasil studi awal yang telah kami lakukan, pemilihan SMP Negeri Pujer sebagai lokasi penelitian adalah : (1) SMP Negeri Pujer adalah sekolah pinggiran, (2) SMP Negeri Pujer merupakan lembaga pendidikan yang secara umum berkarakter organisasi sekolah yang mengembangkan budaya Islam, (3) SMP Negeri Pujer merupakan lembaga pendidikan yang berada di lingkungam masyarakat yang fanatik agama. Bila kita lihat dari letak geografisnya SMP Negeri Pujer terletak sekitar 20 km dari kota dimana kesemua muridnya berasal dari desa-desa di sekitar Kecamatan Pujer. Walaupun berada di daerah pinggiran, SMP Negeri Pujer ternyata cukup punya nama dan mampu bersaing dengan sekolah lain yang setingkat. Ini terbukti dengan semakin banyaknya jumlah murid/pendaftar yang masuk ke sekolah dalam setiap tahun. Sehingga konsekwensi dari kondisi tersebut SMP Negeri Pujer mengalami kesulitan dalam sarana prasaran terutama dalam penyediaan lokal. Namun berkat usaha gigih yang terus di lakukan oleh Kepala Sekolah dan semua dewan guru kaitannya dengan pemerintah dalam permasalahan tersebut, akhirnya SMP Negeri Pujer mampu menyediakan fasilitas dan menampung seluruh siswanya.

Hal lain yang cukup membanggakan dari SMP Negeri Pujer ini adalah adanya pengakuan pemerintah sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) terhitung mulai bulan juli 2009. Pengakuan sebagai sekolah berstandar nasional menunjukkan bahwa SMP Negeri Pujer meraih suatu prestasi yang diakui pemerintah dengan standar kualitas yang ditetapkan. Walaupun berada jauh di luar pusat kota, tidak menutup kemungkinan dengan perkembangan zaman dengan segala kecanggihan di dunia iptek yang sangat pesat, imbas negatifpun merambat ke daerah pinggiran termasuk di SMP Negeri 1 Pujer. Untuk mengantisipsi hal-hal yang tidak di inginkan dari budaya negatif ini maka sekolah mengambil langkah dengan cara menerapkan ekstrakurikuler yang islami yaitu ekstrakurikuler PAI sebagai wujud dalam pemenuhan tuntutan dan kondisi masyarakat sekitar. Hal diatas sesuai dengan Visi SMP Negeri Pujer, seperti yang dikutip dari buku Kurikulum SMP Negeri Pujer yaitu: Kreatif dan berprestasi berdasarkan Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disamping sesuai dengan Visi sekolah , hal diatas sesuai pula dengan Misi Sekolah yaitu : 1. Melaksanakan pengembangan kurikulum sekolah.

2. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata di linhgkungan sekolah. 3. Mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berprestasi baik bidang akademik maupun non akademik. 4. Melaksanakan pengembangan SDM, khususnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 5. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berahlaq mulia, dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

10

6. Mewujudkan sikap, budi pekerti, yang luhur didasari iman dan takwa. 7. Memberdayakan dan mengembangkan sarana prasarana sekolah dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan PBM. 8. Meningkatkan partisipasi dan peranan orang tua, Komite Sekolah dan masyarakat, dan 9. Mewujudkan sistem manajemen partisipatif, efektif dan demokratis serta akuntabel. Oleh karena itu, sangat menarik untuk diketahui lebih jauh tentang berbagai inovasi yang dilakukan oleh Guru Agama SMP Negeri Pujer, khususnya tentang pengembangan kegiatan Ekstra Kurikuler PAI yang berlaku di sekolah, sesuai dengan pengembangan ciri khas yang merupakan identitas sekolah. B. Fokus Penelitian Fokus utama penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perencanaan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ? 2. Bagaimana pengorganisasian Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ? 3. Bagaimana pelaksanaan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ? 4. Bagaimana pengawasan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ?

C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin mengkaji hal hal berikut : 1. Untuk menemukan dan mendiskripsikan perencanaan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ?

11

2. Untuk menemukan dan mendiskripsikan pengorganisasian Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ?

3. Untuk menemukan dan mendiskripsikan pelaksanaan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ? 4. Untuk menemukan dan mendiskripsikan pengawasan Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer ? D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui implementasi manajemen ekstra kurikuler PAI 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam mengelola dan mengatur manajemen ekstra kurikuler PAI bagi sekolah. b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam upaya

mengimplementasikan manajemen ekstra kurikuler PAI di SMPN Pujer Bondowoso c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi kementrian

pendidikan nasional dan kementrian agama dalam menentukan

12

kebijakan-kebijakan

yang

berhubungan

dengan

implementasi

manajemen Ekstra kurikuler PAI. E. Penjelasan Istilah Untuk menyamakan persepsi dan peneliti menghindari adanya

perbedaan pemahaman terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi istilah sebagai berikut: 1. Manajemen dalam penelitian ini adalah proses pemberdayaan sumber daya baik sumber daya manusia atau non SDM untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Ekstrakurikuler adalah kegiatan membimbing dan mengembangkan potensi serta bakat siswa yang dilakukan diluar jam pembelajaran efektif. 3. Manajemen ekstrakurikuler adalah aktivitas pemberdayaan berupa membimbing, mengembangkan potensi dan bakat siswa yang dilakukan diluar jam pembelajaran efektif.
4. Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 5. Manajemen ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah aktivitas

pemberdayaan membimbing, mengembangkan potensi dan bakat siswa yang dilakukan diluar jam pembelajaran efektif yang berupa bimbingan

13

jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

F. Penelitian terdahulu Arikunto (1993: 33) masalah pendidikan sekarang bukan seluruhnya baru, tetapi masalah lama yang muncul kembali dalam keunikan yang lain. Karya-karya tesis yang membahas tentang prestasi atau mutu pendidikan sudah banyak dilakukan, terutama yang berkaitan dengan pola

kepemimpinan kepala sekolah atau kepala madrasah. Akan tetapi yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler penulis belum menemukannya (sebatas pengetahuan penulis), maka penulis mencoba meneliti, mengapa dan ada apa dengan kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri. Maka dari itu, dalam bagian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu untuk mengetahui focus masalah dari beberapa penelitian, yang selanjutnya akan dijadikan perbandingan dengan focus masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini, antara lain. 1. Judul: Manajemen Pengembangan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam. (Studi kasus di SMP Negeri 5 Kota Pasuruan). Fokus penelitian ini adalah manajemen pengembangan kinerja guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 5 Kota Pasuruan. 2. Judul: Manajemen Pengembangan Kompetensi Guru dalam

Meningkatkan Prestasi Peserta Didik (Studi Kasus di SD Negeri Petung II Pasrepan Pasuruan)

14

Fokus penelitian ini adalah manajemen pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan prestasi peserta didik di SD

Negeri Petung II Pasrepan Pasuruan. 3. Judul: Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafiiyah Putri. Fokus penelitian ini adalah Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafiiyah Putri. 4. Judul : Strategi Manajemen Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler (Studi Kasus di MTs. Negeri Bondowoso II) Fokus penelitian ini adalah manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler MTs. Negeri Bondowoso II Sedangkan fokus dalam penelitian yang penulis lakukan adalah Manajemen ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri Pujer. Dalam kajian ini ada empat focus yang menjadi spesifikasi dalam penelitian penulis, yaitu:

penyusunan (perencanaan) program Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer, pengorganisasian program Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer, pelaksanaan program Ekstra Kurikuler PAI di SMP Negeri Pujer, pengawasan program Ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri Pujer, serta yang menjadi latar penelitian adalah kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri Pujer.

F. Sistematika Pembahasan Agar dapat dipahami secara mudah dan sistematis alur pembahasannya, maka dalam penelitian ini dibagi menjadi: satu bab pendahuluan, empat bab

15

utama dan satu bab penutup. Adapun gambaran dari masing-masing bab dan bahasan utama tersebut adalah sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, Identifikasi dan pembatasan masalah, Permusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, dan sistematika pembahasan. Hal ini penting karena untuk mengawali suatu pembahasan diperlukan arah yang jelas dan kerangka berpikir yang sistematis dalam menjawab rumusan masalah yang ada. Unsurunsur ini diuraikan terlebih dahulu untuk mengetahui kegelisahan akademik yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini. Di samping juga, dijelaskan urgensi penelitian yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran terutama bagi pemandu dan pelaksana kegiatan Ekstrakurikuler di lembaga pendidikan, dan kerangka teori sebagai kerangka berpikir dalam menganalisa permasalahan, sehingga semua hambatan dan permasalahan yang ada dapat teratasi dengan baik. Pada Bab kedua berisi tentang kajian tentang Manajemen dan teori kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer serta kegiatan Ekstrakurikuler PAI sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan yang didasari pendapat para ahli dan juga nass Al Quran dan Al Hadits. Hal ini penting dijadikan dasar agar dapat menjadi spirit dalam pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler PAI di lembaga pendidikan. Bab ketiga yang berisi tentang, Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Tekhnik Pengumpulan Data, Analisa Data, serta Pengecekan Keabsahan Data

16

Pada Bab keempat, memaparkan tentang paparan data dan temuan penelitian kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri Pujer. Paparan data tersebut kemudian dibahas dalam Bab kelima, yakni tentang pembahasan hasil penelitian dan temuan-temuan yang ada di lapangan, khususnya mengenai kegiatan ekstrakurikuler PAI dan dari pembahasan hasil penelitian dan temuan, kemuadian disimpulkan dalam Bab keenam, dan sekaligus disampaikan saran-saran untuk perbaikan ke depan terhadap pengembangan kegiatan Ekstrakurikuler PAI pada khususnya dan kemajuan pendidikan yang ada di SMP Negeri 1 Pujer Bondowoso pada umumnya.

17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR MANAJEMEN. 1. Pengertian. Nanang Fatah (2000:1) Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan propesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan profesional dituntun oleh suatu kode etik. Made Pidarta (2004:3) manajemen yaitu proses mengorganisasikan dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan. Ibrahim Bafadal ((2003:39) mendefinisikan manajemen sebagai proses kerja dengan dan melalui ( mendayagunakan ) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien, pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Gorton (1976) yang menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugastugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Mujamil Qomar (2007:10) yaitu suatu proses pengelolaan dengan cara menyiasati sumber-sumber dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

18

Sudarwan Danim (2006:32) Scanlan dan Key mendefinisikan manajemen sebagai proses pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas, maupun sumber daya tehnikal lain untuk mencapai aneka tujuan khusus yang ditetapkan. Oemar Hamalik (2006:16) manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Sudjana S (2004:16) pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen menurut Desi Anwar dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah" Penggunaan sumber daya manusia secara efektif untuk mencapai sasaran ( 2001: 274 ). Sedangkan definisi mengenai manajemen yang dikutip oleh Drs. Sutopo, MPA dalam buku Administrasi Manajemen dan Organisasi dari George R. Terry: Management is getting thing through other people (manajemen adalah melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain)". Sedangkan menurut Howard M. Carlisle : " Management is the process by which the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently achieve objective (Manajemen adalah proses pengintegrasian,

pengkoordinasian dan atau pemanfaatan elemen - elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien)" . Definisi tersebut kelihatannya belum lengkap ,karena manajemen sebagai penggerak dalam

19

administrasi adalah untuk

mencapai tujuan. Sedangkan definisi yang

banyak digunakan adalah Manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan - kegiatan dan kerjasama dengan orang lain (2003 : 23-24). Manajemen yang berkenaan dengan pemberdayaan sekolah

merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Pemberdayaan adalah

memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah. Oleh Karena itu diperlukan suatu perubahan kebijakan di bidang manajemen pendidikan dengan prinsip memberikan kewenangan

mengelola dan mengambil keputusan sesuai tuntutan dan kebutuhan sekolah. Sifat khusus yang utama manajemen adalah integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang di kembangkan oleh banyak disiplin ilmu.Tiap organisasi memerlukan pengembilan keputusan, pengkoordinasian aktivitas, penanganan manusia, pembagian tugas dan kewenangan, evaluasi prestasi yang mengarah kepada sasaran kelompok yang kesemuanya ini sebagai aktivitas manajemen. Menurut Albert Lepawsky manajemen adalah tenaga, kekuatan yang memimpin, memberi petunjuk, dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Syaiful Sagala, 2009:50). Manajemen pada dasarnya sudah ada sejak adanya pembagian kerja, tugas, tanggungjawab dan kerja sama formal dari sekelompok orang

20

untuk mencapai tujuan. Tegasnya, manajemen sudah ada sejak adanya pemimpin/pengatur dan bawahan yang diatur untuk mencapai tujuan bersama, walaupun masalahnya masih sangat sederhana. Jika diperhatikan, Allah SWT merupakan Dzat yang Maha Pencipta sekaligus Maha Pengatur makhluk-Nya dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan individu maupun bermasyarakat serta bernegara. Oleh karena Allah SWT merupakan Dzat yang Maha Pengatur, maka Islam telah mengajarkan kepada manusia untuk mengatur (memanage) segala urusannya baik urusan kecil dan terutama urusan yang besar demi terhindarnya dari berbagai hambatan. Hal tersebut dicontohkan dalam beberapa jenis ibadah, seperti halnya ibadah sholat yang lengkap dengan syarat dan rukunnya serta ibadah-ibadah yang lain. Hal itu dapat dibayangkan jika ibadah sholat tidak disertai syarat dan rukunnya, maka akan terjadi ketidak-teraturan gerakan sholat sehingga terjadi perbedaan gerakan sholat antara yang satu dengan yang lain yang akhirnya mengurangi proses kekhusyukan dalam sholat, serta memicu rusaknya persatuan ummat Islam hanya karena perbedaan dalam ibadah. Dengan demikian dapat dijadikan i'tibar bahwa pengaturan (manajemen) dalam segala kegiatan harus diwujudkan demi tercapainya kemudahan dalam mencapai tujuan, sebagaimana firman Allah Swt.

( 58 : )

....

Artinya : sesungghunya Allah menyuruh kalian untuk melaksanakan amanat kepada ahlinya, dan jika kalian menghukumi diantara

21

sebagian manusia hendaknya dihukumi secara adil (QS: AnNisa: 58) Dari beberapa defenisi di atas, dapat kita pahami bahwa manajemen memegang peranan yang sangat penting dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Dengan manajemen manusia bisa mengatur segala sesuatunya baik yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dari hal-hal yang akan dilakukan. Manajemen merupakan suatu kegiatan atau serangkaian tindakan atau proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kerjasama yang telah ditetapkan. Diperlukan adanya kerjasama yang .efektif, dengan berbagai tindakan yang saling berkaitan Dari beberapa definisi di atas ada dua segi yang penting dalam sebuah manajemen yaitu menggerakkan sekelompok orang yang berarti mendorong memimpin, menjuruskan dan menertibkan orang agar melakukan perbuatan- perbuatan yang menuju kearah tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam kerjasama itu. Selanjutnya segi yang lain adalah mengarahkan segala fasilitas yang berarti menghimpun; mengatur; memelihara dan mengendalikan alat, benda, uang, ruang, waktu, dan metode kerja, serta peralatan lainnya yang diperlukan untuk .menyelesaikan pekerjaan - pekerjaan dalam usaha kerjasama itu Teori mengenai pengertian manajemen dapat digunakan untuk .membahas manajemen dalam ekstrakurikuler PAI di SMP Negeri 1 Pujer

22

2. Prinsip - Prinsip Manajemen Adapun prinsip - prinsip manajemen secara sistematis menurut Henri Fayol yang merupakan bapak Administrasi dan sekaligus sebagai bapak manajemen modern adalah sebagai berikut : 1. 2. Division of works (Pembagian Kerja) Parity of authority and responsibility (Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab). 3. 4. Descipline ( Disiplin ). Subordination of individual (Mendahulukan individual). 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Unity of command (Kesatuan Perintah). Unity of direction (Kesatuan arah). Remuneration of personnel (Penggajian pegawai). Order (Keteraturan). Equity (Keadilan) Stability of staff (stabilitas staff). Centralization and decentralization (Sentralisasi dan desentralisasi). Scalar chain (mata rantai secara bertingkat). Initiative (inisiatif). Esprit de corps (Kesetiakawanan diantara teman-teman) . kepentingan interest to the common good umum dari pada kepentingan

23

3. Proses Manajemen. Proses adalah serangkaian aliran kegiatan atau peristiwa yang saling berhubungan yang bergerak menuju tercapainya tujuan. Proses manajemen adalah proses pelaksanaan fungsi-funsi manajemen yang dulakukan oleh seorang manajer. Oleh sebab itu untuk mempermudah proses manajemen, Howard M. Carlisle menggambarkan proses manajemen sebagai berikut : a. Kepemimpinan (Leadership) Manajer adalah seorang yang melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Selain melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, seorang manajer diharapkan memiliki kemampuan untuk memimpin. Kepemimpinan (Leadership) adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain dalam kelompok agar bertindak untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan seorang pemimpin atau leader adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya agar mereka mau mengikuti bimbingan dan pengarahan untuk mencapai tujuan kelompok. b. Komunikasi ( Communication ) Komunikasi adalah suatu proses penyam,paian informasi dari seseorang kepada orang lain. Sebagai suatu proses, komunikasi baru dikatakan lengkap apabila informasi (pesan) yang disampaikan oleh pengirim dapat dimengerti secara tepat oleh penerima melalui adanya umpan balik.

24

4. Pendekatan - pendekatan dalam manajemen Suatu tujuan jika ingin dicapai, maka perlu adanya pendekatan yang harus dilakukan. Dalam hal ini ada 9 pendekatan yang dilakukan dalam proses manajemen, yaitu : 1. Pendekatan empiris atau kasus 2.Mengkaji pengalaman melalui kasus-kasus dan mengidentifikasikan keberhasilan- keberhasilan dan kegagalan - kegagalannya. 3.Pendekatan perilaku antar pribadi. 4.Memfokuskan perilaku antar pribadi hubungan antar manusia, kepemimpinan dan motivasi. Kesemuanya ini didasarkan pada psikologi individu. 5.Pendekatan perilaku kelompok Menekankan kepada perilaku manusia/orang didalam kelompokkelompok. Didasarkan pada sosiologi dan psikologi social. Mulai dengan mengkaji pola-pola perilaku kelompok. Pengkajian kelompok-kelompok secara lebih luas sering disebut sebagai "perilaku organisasi (Organization behavior)" 6.Pendekatan Teori Keputusan. 7.Menfokuskan pada pembuatan keputusan-keputusan, baik pembuatan keputusan perorangan maupun kelompok, serta proses pengambilan keputusan. 8.Pendekatan Opersional.

25

9.Mengkaji secara bersama konsep - konsep, prisip-prinsip, tehniktehnik dan pengetahuan dari bidang-bidang lain, serta pendekatanpendekatan manajerial. 10.Pendekatan peranan-peranan manajerial: 11.Peranan antar pribadi 12.Peranan yang berkaitan dengan informasi 13.Peranan dalam pengambilan keputusan. 14.Pendekatan Matematika atau " Management Science" 15.Kegiatan dipandang sebagai proses-proses, konsep-konsep, symbolsimbol dan model-model matematika. 16. Pendekatan Contingency atau situasional 17.Praktek manajemen tergantung pada lingkungan. 18.Pendekatan Sistem B. KONSEP EKSTRAKURIKULER 1. Pengertian Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Menurut Desy Anwar adalah Kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa". Sedangkan menurut buku Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum dan madrasah, Kegiatan Ekstrakurikuler adalah "Kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk

26

membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan kegiatan yang wajib maupun pilihan". (Depag RI:2004:14). Menurut SK Dirjen Dikdasmen No.226/C/Kep/O/1992 : Kegiatan Ekstraurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Menurut SK

Mendikbud No. 060/U/1993, No. 061/U/1993 dan No. 080/U/1993 : Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselengarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan Ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Melihat beberapa rumusan diatas, meskipun ada perbedaan rumusan, akan tetapi makna yang terkandung di dalamnya adalah sama, yang menekankan bahwa kegiatan Ekstrakurikuler mengacu pada mata pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum dalam rangka pengayaan dan perbaikan, serta dalam usaha pembinaan manusia atau upaya pemantapan pembentukan kepribadian para siswa. 2. Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Dengan melihat pengertian dan tujuan diatas, maka Kegiatan Ekstrakurikuler mempunyai peranan sebagai berikut :

27

2.1. Jalur Pembinaan Siswa Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai jalur pembinaan kesiswaan, mempunyai peranan utama sebagai berikut : a. Untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam arti memperkaya, mempertajam serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan

program kurikulum yang ada. b. Untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai-nilai kepribadian para siswa. Kegiatan semacam ini dapat diusahakan melalui PHBN, Baris Berbaris, kegiatan yang berkaitan dengan Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Latihan-latihan Kepemimpinan dan sebagainya. c. Disamping berorientasi kepada mata pelajaran yang diprogramkan dan usaha pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa, banyak kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lain yang diarahkan untuk membina serta meningkatkan bakat, minat dan keterampilan. Hasil yang diharapkan kegiatan ini tidak lain adalah untuk memacu anak kearah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif. a. Pembelajaran Ekstrakurikuler berperan untuk mencover dan memberikan nuansa lain dalam proses pendidikan di tingkat intrakurikuler. 2.2. Pencegahan (preventive) bagi siswa

28

Moralitas di kalangan para pelajar kita dewasa ini merupakan salah satu masalah pendidikan yang harus mendapat perhatian semua pihak. perubahan yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan para pelajar kita mulai dari tata pergaulan, gaya hidup, bahkan hingga pandangan pandangan yang mendasar tentang standar perilaku merupakan

konsekwensi dari perkembangan yang terjadi dalam skala global ummat manusia di dunia ini Remaja menurut Abdul Djabbar Lukman adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun sampai dengan 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO). Sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 1524 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 1024 tahun.

Masa remaja ini adalah masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada pada tahap-tahap kehidupan yang selanjutnya, maka jika kurang adanya pembinaan dan pengawasan baik dari orang tua dan guru, maka akan terjadi penyimpangan perilaku atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Sebagai upaya untuk mencegah kenakalan remaja seperti yang terjadi akhir akhir ini, maka perlu adanya upaya peningkatan sumberdaya manusia (Human resources). Pada dasarnya pendidikan di madrasah maupun sekolah bertujuan untuk mengembangkan aspek aspek

29

kemanusiaan

peserta didik secara utuh, meliputi: aspek kedalaman

spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan intelektual dan aspek keterampilan. Sedangkan menurut dr. Lydia Harlina, S.K.M. Dan dr. Satya Joewana, Sp.K.J. Pendidikan pencegahan adalah sangat penting sebagai upaya jangka panjang, untuk membina generasi muda. Pendidikan pencegahan adalah pendidikan yang ditujukan kepada individu atau sekelompok masyarakat, umumnya anak dan remaja yang mempunyai resiko tinggi. Sebagai bekal sekaligus sandaran masa depan yang lebih baik, maka anak remaja tepat sekali apabila memiliki bekal keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat masing - masing. Seperti yang dinyatakan oleh Drs. Sudarsono, S.H. dalam bukunya "Kenakalan remaja" bahwa keterampilan sebagai salah satu upaya pengayaan kreativitas anak agar dalam proses resosialisasi dapat berjalan dengan normal. Normalitas resosialisasi akan banyak dipengaruhi oleh kondisi obyektif dan subyektif, faktor ekonomis dan keluangan waktu turut menentukan keberhasilan normalitas tersebut. (Sudarsono, 1995 : 16 ). Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif yang meliputi pembinaan nalar seperti kecerdasan, kepandaian dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati seperti pengembangan rasa , kalbu dan rohani dan aspek psikomotorik yaitu pembinaan jasmani seperti kesehatan badan dan keterampilan. (Asrorun Ni'am

Sholeh,2006:78).

30

Pendidikan keterampilan sebagai pengisi waktu luang seorang pemuda atau remaja, sangatlah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, seperti belajar memanah. Hal ini diceritakan oleh Salamah bin Akwa' ra.: bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. bersua dengan sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang berlomba memanah, maka beliau bersabda : . .

. . . . .

Artinya : Memanahlah kalian, hai keturunan Ismail, karena sesungguhnya bapak moyang kalian dahulu (Ibrahim As) adalah seorang pemanah. (HR. Bukhari).(Jamal abdur Rahman, 2000 : 248). Pendidikan perlu dilakukan untuk membentuk kepribadian anak, seperti Firman Allah dalam Al qur'an S. At -Tahrim ayat 6 :


Artinya : Hai orang - orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Depag RI:1990:951). Hadits Nabi Saw. :

: .

31

. . .
.

..

Artinya : Dari Abu Rafie bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Kewajiban Orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan tulis baca , berenang, memanah dan tidak memberikan rizki kecuali yang halal. ( HR. Al Hakim dan baihaqi ) ( tt:1 ) Dengan demikian, maka pembinaan dan pengawasan terhadap tingkah laku anak adalah tanggung jawab bersama, sebagai pencegah terhadap tingkah laku yang menyimpang. 3. Prinsip Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran atau kelas. Kegiatan ini, sebaiknya juga dilakukan lintas kelas di mana setiap siswa berhak mengikuti kegiatan tersebut, meskipun untuk hal-hal tertentu yang berkaitan dengan aplikasi dan praktek materi pelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler yang di laksanakan harus diikuti secara tertib oleh mereka yang satu kelas dan satu tingkat. (Depag RI, 2004:17). Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler juga harus dikembangkan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutan-tuntutan local di mana Madrasah atau sekolah umum berada, sehingga melalui kegiatan yang diikutinya siswa mampu belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang berkembang di lingkungannya

32

dengan tetap tidak melupakan masalah masalah global yang tentu saja harus pula diketahui oleh siswa.

4. Materi dan Hasil yang diharapkan Materi dari kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap lembaga pendidikan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan sekolah masing masing.(DIKNAS, 2003:6). Adapun bentuk kegiatan Ekstrakurikuler yang ada di sekolah umum maupun madrasah menurut buku Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum dan Madrasah yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI adalah sebagai berikut :

a. Tilawah Tahsin Al - Qur'an Yang dimaksud adalah kegiatan atau program pelatihan baca AlQur'an dengan menekankan pada metode baca yang benar dan kefasihan bacaan, serta keindahan (kemerduan bacaan). Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : a. Terbentuknya kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an secara baik dan benar, sesuai dengan kaidah bacaanya. b. Siswa tertarik, akrab atau familiar, dan semangat dalam mendalami dan memahami Kitab Suci Al-Qur'an.

33

c. Menjaga dan melestarikan kandungan seni dan keindahan yang dibaca oleh Al-Qur'an. d. Tersalurnya potensi dan bakat yang dimiliki siswa dalam seni membaca Al-Qur'an sehingga mereka terlatih untuk memperbaiki seni olah vocal membaca Al-qur'an dengan menampilkan keindahan dan nilai nilai estetisnya sesuai dengan perkembangan seni baca Al-qur'an yang berkembang di dunia Islam.(Depag RI, 2004:27 ). b. Apresiasi Seni dan Budaya Islam. Yang adalah Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka melestarikan, memperkenalkan dan menghayati tradisi, budaya dan kesenian keagamaan yang ada dalam masyarakat Islam. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : a. Terciptanya rasa memiliki atau sense of belonging pada diri pada khasanah dan kebudayaan Islam. b. Menghayati seni, tradisi dan kebudayaan Islam dengan pemaknaan yang posistif dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. c. Hidupnya syi'ar Islam di lingkungan madrasah dan sekolah umum. siswa

c. Peringatan Hari - hari Besar Islam ( PHBI ). Yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari-hari besar Islam sebagaimana biasanya diselenggarakn oleh masyarakat Islam di seluruh dunia berkaitan dengan peristiwa - peristiwa besar bersejarah, seperti peringatan Maulid

34

Nabi Muhammad Saw, Peringatan Isra' Mi'raj, Peringatan 1 Muharram, dan lain sebagainya.(Depag RI, 2004:34 ). Hasil yang diharapkan adalah : a. Siswa dapat mengenang, merefleksikan, memaknai dan mengambil hikmah serta manfaat dari momentum sejarah berkaitan dengan hari besar yang diperingati dan kehidupan masa kini. b. Siswa dapat menghargai dan mempelajari sejarah masa dulu merupakan hal yang sangat baik, positif dan membantu kiat dalam menghadapi masa depan. c. Menjadikan sejarah sebagai laboratorium bagi upaya - upaya refleksi dan evaluasi diri. d. Terciptanya citra yang positif bahwa madrasah atau sekolah merupakan lembaga yang menjadi bagian dari Ummat Islam dalam rangka mengagungkan syi'ar Islam. (Depag RI, 2004:34-36). d. Pesantren Kilat / Pesantren Romadlon (Pesrom). Yang dimaksud adalah kegiatan yang diselenggarakan pada waktu bulan puasa yang berisi dengan dengan berbagai bentuk kegiatan keagamaan seperti buka bersama, pengkajian dan diskusi agama atau kitab-kitab tertentu, shalat tarawih, berjamaah, tadarrus Al-Qu'an dan pendalamannya, dan lain sebagainya.(Depag RI, 2004:4 1). Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : menghubungkan keterkaitannya dengan

35

a. Siswa mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang pentingnya menghidupkan hari-hari dalam malam-malam Ramadlan dengan kegiatan-kegiatan positif (ibadah). b. Meningkatnya Amal Ibadah Siswa dan Guru atau yang lainnya pada bulan Ramadlan yang arah mendorong pembentukan kepribadian siswa baik secara rohani maupun jasmani dengan melakukan penghayatan terhadap ibadah puasa dan amal-amal ibadah lainnya yang ia kerjakan. c. Meningkatnya syi'ar Islam baik untuk tujuan persuasive rekruitmen siswa dalam partisipasi kegiatan keagamaan maupun untuk tujuan pembangunan opini dan citra positif yang semarak dari bulan puasa. d. Terisinya waktu luang dengan lebih memakai dan meperdalam iman dan taqwa.( Depag RI, 2004:41- 43 ). e. Khotmul Qur'an. Menurut Kamus Arab - Indonesia "An-Nur" yang dikarang oleh Akhmad Sya'bi bahwa kata " Khotmul berasal dari Khotama -Yahtimu Khotman yang berarti menutup atau menamatkan.( Akhmad Sya'bi, 1997:51 ).Jadi yang dimaksud dengan Khotmul Qur'an adalah

menamatkan membaca Al - Qur'an 30 Juz dalam 1 hari dimulai pagi hari sampai selesei (kebiasaan yang terjadi ), baik dalam bentuk seminggu dua kali, seminggu sekali atapun sebulan sekali.

Hasil yang diharapkan adalah : a. Meningkatnya intensitas atau rutinitas ibadah siswa dalam membaca Al - Qur'an.

36

b. Meningkatnya kefasihan dan kelancaran siswa dalam membaca Al Qur'an sebagai kitab suci pedoman hidupnya sebagai seorang muslim. c. Dapat mendorong proses internalisasi ajaran dan nilai - nilai Al Qur'an ke dalam mental dan jiwa siswa, sehingga mereka tumbuh sebagai generasi Qur'ani. d. Dalam kegiatan seremonial, kegiatan khotmul Qur'an merupakan upaya penyemarakan syi'ar Islam di lingkungan madrasah, sekolah, ataupun masyarakat luas. ( Depag RI, 2004:46-47 ). 5. Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Pertama Proses pendidikan merupakan salah satu upaya tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku manusia yang melibatkan penggunaan hampir seluruh pengalaman hidup anak didik. Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal akan menempatkan diri sebagai sebuah sistem yang mempunyai mekanisme alokasi dan distribusi posisional yang mendapat kepercayaan masyarakat. Seperti diketahui bahwa kurikulum sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar, disusun dengan tujuan pokok untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.(Diknas, 2003:1). Disamping itu, kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran ( kurikulum ) untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM ) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam bisa

37

mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan kegiatan yang wajib maupun pilihan.(Depag RI:2004:14 ). PAI adalah mata pelajaran yang wajib diberikan disekolah dasar dan menengah sebagaimana disebutkan dalam BAB V pasal 12, UU RI No. 20 tahun 2003 bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama sesuai pula dengan PP RI No. 5 tahun 2007 pasal 3, tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan , setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama. Proses pembelajaran PAI disekolah harus diberikan melalui dua program, yaitu program intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Diberlakukannya kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena bertolak dari dua masalah, yaitu masalah moralitas dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Masalah Pertama yaitu masalah moralitas, tentu harus diselesaikan dengan memperbaiki kurikulum agama yang diberikan, metodologi pembelajaran, maupun kualifikasi tenaga pengajar yang akan menanganinya. Masalah Kedua yaitu masalah pengembangan Sumber Daya Manusia, harus digalakkan pendidikan kejuruan dan ataupun pengembangan aspek aspek praktis aplikatif bagi madrasah dan sekolah, yang selama ini agaknya kurang mendapatkan perhatian. Lebih dari itu, kegiatan pendidikan yang dikembangkan harus memberikan peluang terhadap para siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif, sehingga tidak lagi

38

menjadi wahana transfer ilmu dari guru kepada murid. (Depag RI: 2004:2- ).

C. TUJUAN EKSTRAKURIKULER Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler baik di Sekolah Umum maupun di Madrasah adalah agar siswa : 1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti : a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Berbudi pekerti luhur. c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. d. Sehat Jasmani dan rohani. e. Berkepribadiaan yang mantap dan mandiri. f. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan 2 Untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk

lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

dalam program

Sedangkan tujuan pembentukan Kepribadian sesuai dengan Alquran S. At-Tahrim Ayat 6 :

39

Artinya : Hai orang - orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan - Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

: .
Artinya : Dari Abu Rafie bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Kewajiban Orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan tulis baca,

Hadits Nabi Saw. :

berenang, memanah dan tidak memberikan rizki kecuali yang halal.(HR. Al Hakim dan baihaqi ) ( :tt:1). D. PERAN DAN FUNGSI EKSTRAKURIKULER Dengan melihat pengertian dan tujuan diatas, maka Kegiatan Ekstrakurikuler mempunyai peranan sebagai berikut :
[[

1. Jalur Pembinaan Siswa Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai jalur pembinaan kesiswaan, mempunyai peranan utama sebagai berikut : a. Untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam

arti memperkaya, mempertajam serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum yang ada.

40

b. Untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai - nilai kepribadian para siswa. Kegiatan semacam ini dapat diusahakan melalui PHBN, Baris Berbaris, kegiatan yang berkaitan dengan Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Latihan-latihan Kepemimpinan dan sebagainya. c. Disamping berorientasi kepada mata pelajaran yang diprogramkan dan usaha pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa, banyak kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lain yang diarahkan untuk membina serta meningkatkan bakat, minat dan keterampilan. Hasil yang diharapkan kegiatan ini tidak lain adalah untuk memacu anak kearah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif. d. Pembelajaran Ekstrakurikuler berperan untuk mencover dan memberikan nuansa lain dalam proses pendidikan di tingkat intrakurikuler. 2. Pencegahan (preventive) bagi siswa Moralitas di kalangan para pelajar kita dewasa ini merupakan salah satu masalah pendidikan yang harus mendapat perhatian semua pihak. perubahan yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan para pelajar kita mulai dari tata pergaulan , gaya hidup, bahkan hingga pandangan pandangan yang mendasar tentang standar perilaku merupakan

konsekwensi dari perkembangan yang terjadi dalam skala global ummat manusia di dunia ini Remaja menurut Abdul Djabbar Lukman adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada masa/usia antara anak-anak

41

dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun sampai dengan 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO). Sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 1524 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 1024 tahun. Masa remaja ini adalah masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada pada tahap-tahap kehidupan yang selanjutnya, maka jika kurang adanya pembinaan dan pengawasan baik dari orang tua dan guru, maka akan terjadi penyimpangan perilaku atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Sebagai upaya untuk mencegah kenakalan remaja seperti yang terjadi akhir akhir ini, maka perlu adanya upaya peningkatan sumberdaya manusia (Human resources). Pada dasarnya pendidikan di madrasah maupun sekolah bertujuan untuk mengembangkan aspek aspek

kemanusiaan

peserta didik secara utuh, meliputi: aspek kedalaman

spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan intelektual dan aspek keterampilan. Sedangkan menurut dr. Lydia Harlina, S.K.M. Dan dr. Satya Joewana, Sp.K.J. Pendidikan pencegahan adalah sangat penting sebagai upaya jangka panjang, untuk membina generasi muda. Pendidikan pencegahan adalah pendidikan yang ditujukan kepada individu atau sekelompok masyarakat, umumnya anak dan remaja yang mempunyai resiko tinggi.

42

Sebagai bekal sekaligus sandaran masa depan yang lebih baik, maka anak remaja tepat sekali apabila memiliki bekal keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat masing - masing. Seperti yang dinyatakan oleh Drs. Sudarsono, S.H. dalam bukunya "Kenakalan remaja" bahwa keterampilan sebagai salah satu upaya pengayaan kreativitas anak agar dalam proses resosialisasi dapat berjalan dengan normal. Normalitas resosialisasi akan banyak dipengaruhi oleh kondisi obyektif dan subyektif, faktor ekonomis dan keluangan waktu turut menentukan keberhasilan normalitas tersebut. (Sudarsono, 1995 : 167). Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif yang meliputi pembinaan nalar seperti kecerdasan, kepandaian dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati seperti pengembangan rasa , kalbu dan rohani dan aspek psikomotorik yaitu pembinaan jasmani seperti kesehatan badan dan keterampilan. (Asrorun Ni'am

Sholeh,2006:78). Pendidikan keterampilan sebagai pengisi waktu luang seorang pemuda atau remaja, sangatlah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, seperti belajar memanah. Hal ini diceritakan oleh Salamah bin Akwa' ra.: bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. bersua dengan sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang berlomba memanah, maka beliau bersabda : . .

. . . . .

Artinya : Memanahlah kalian, hai keturunan Ismail, karena sesungguhnya bapak moyang kalian dahulu (Ibrahim As.) adalah seorang pemanah. (HR. Bukhari).(Jamal abdur Rahman, 2000 : 248).

43

Pendidikan perlu dilakukan untuk membentuk kepribadian anak,n seperti Firman Allah dalam Al qur'an S. At -Tahrim ayat 6 :


Artinya : Hai orang - orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Depag RI:1990:95 ) Hadits Nabi Saw. :

: .

Artinya : Dari Abu Rafie bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Kewajiban Orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan tulis baca ,

berenang, memanah dan tidak memberikan rizki kecuali yang halal. ( HR. Al Hakim dan baihaqi) ( tt:1 ) Dengan demikian, maka pembinaan dan pengawasan terhadap tingkah laku anak adalah tanggung jawab bersama, sebagai pencegah terhadap tingkah laku yang menyimpang.

44

E. AKTIFITAS MANAJERIAL EKSTRAKURIKULER PAI Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah berbagai kegiatan yang dilakasnakan dalam rangka memeberikan jalan bagi siswa untuk dapat mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui kegiatan belajar di kelas serta untuk menndorong pembentukan pribadi siswa. (Depag RI : 2004 : 14). Menurut Morris (Sujana,2004:48) adalah rangkaian berbagai kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yyang lainnya, dan dilaksanakan oleh orang-orang, lembaga atau bagian-bagiannya, yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Pengertian di atas menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu berwujud kegiatan yang berurutan dan berhubungan sehingga satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainnya.Kegiatan-kegiatan itu harus dan dapat dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok yang tergabung dalam suatu organisasi. Dalam proses pelaksanaanya, manajemen mempunyai tugas -

tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas khusus itulah yang biasa disebut fungsi manajemen. Berikut ini uraian singkat fungsi manajemen : a. Perencanaan ( Planning ) Perencanaan adalah suatu proses untuk menetapkan apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan adalah serangkaian tindakan yag dilakukan sebelum usaha dimulai hingga proses usaha masih

45

berlangsung. Pada hakikatnya, perencanaan kegiatan Ekstrakurikuler PAI merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang menjadi dasar bagi aktifitas di saat yang akan datang. Dalam prosesnya diperlukan pemikiran tentang apa yang perlu dikerjakan dalam kegiatan Ekstrakurikuler PAI, bagaimana mengerjakan, dimana suatu kegiatan perlu dilakukan, serta siapa yang perlu bertanggung jawab atas pelaksanaannya. 1) Mengadakan survey terhadap lingkungan. 2) Menentukan obyek atau sasaran. 3) Meramalkan kondisi yang akan datang. 4) Menentukan sumber-sumber yang diperlukan. 5) Memeperbaiki dan menyesuaikan rencana karena adanya perubahanperubahan kondisi. Sedangkan menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Sekolah Menengah Pertama yang dikeluarkan O(leh Depag RI Tahap Persiapan ada 2 : 1. Mengenalkan cabang Ekstrakurikuler PAI beserta kegiatan-kegiatan kepada siswa 2. Koordinasi kegiatan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, kaprog, staf ahli dan guru serta pengurus masjid / majelis taklim /masyarakat/ mushalla. (2009 : 26) b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuannya, sumber-sumbernya dan lingkungannya.

46

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani), yang berarti alat. Adanya suatu alat produksi saja belum menimbulkan organisasi, setelah diatur dan dikombinasikan dengan sumber-sumber ekonomi lainnya seperti manusia, bahan - bahan dan sebagainya timbullah keharusan untuk mengadakan kerja sama secara efisien dan efektif serta dapat hidup sebagaimana mestinya. Keadaan seperti ini dapat membentuk suatu organisasi. Organisasi adalah wadah dan proses kerja

sama sejumlah manusia yang terikat oleh hubungan formal dalam rangkaian hierarki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hierarki menunjukkan bahwa dalam organisasi selalu ada struktur yang melukiskan interaksi, kegiatan, peranan, dan sifat organisasi. Dalam organisasi, tujuan sangat penting dirumuskan secara spesifik karena segala aktivitas

.organisasi bermuara pada tujuan :Pengorganisasian ini meliputi kegiatan antara lain 1. Mengidentifikasi pekerjaan yang akan dilaksanakan. 2. Memambagi pekerjaan dalam tugas-tugas tertentu. 3. Mengelompokkan tugas tugas dalam jabatan yang diperlukan. 4. Menentukan jabatan jabatan yang diperlukan. 5. Menentukan pekerjaan yang harus dilaksanakan. 6. Mengatur personil,fasilitas fasilitas dan sumber lain. c. Pelaksanaan (Actuating) Penggerakan menyangkut tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu organisasi bisa berjalan sehingga semua yang terlibat dalam suatu

47

organisasi harus berupaya ke arah sasaran agar sesuai dengan perencanaan . manajerial : Sedangkan Tahap Tahap Pelaksanaan Ekstrajurikuler PAI adalah Menentukan Strategi Pembelajaran/Pelatihan Lomba. Strategi atau tehnik pelatihan yang penting ditekankan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PAI ini adalah Strategi interaktif (fun, fresh, focus). ((2009: 26 Membudayakan membaca sebagai suatu kebutuhan. Membaca merupakan pintu bagi terbukanya Ilmu. Ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama, beliau diperintahkan oleh malaikat Jibril untuk (membaca lewat kata IQRO(2009: 27 Mengatur Keseimbangan antaera Rohani, tubuh dan Pikiran. Manusia memiliki tiga unsur tersebut tanpa harus melebihkan unsur satu dengan yang lain. Aktifitas ibadah, seperti sholat berjamaah, dzikir, doa dan tilawah senantiasa dilakukan, olah tubuh (riyadlah) juga perlu diperhatikan, tidak memaksakan diri dalam beraktivitas dan banyak melakukan kegiatan-kegiatan variatif seperti mendendangkan (nasyid perlu dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan. (2009 : 28 .Mengembangkan daur Belajar dari pengalaman berstruktur Secara Ilmiah orang tak berhenti belajar, karena didorong oleh hasrat .(memenuhi kebutuhannya sendiri (2009 : 28 d. Pengawasan (Controlling) Pengendalian adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian untuk .4 .3 .2 .1

48

menjamin agar tujuan dapat dicapai seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Pengendalian meliputi kegiatan - kegiatan antara lain: 1. Monitoring (memantau) hasil hasil dan membandingkannya dengan standard. 2. Menentukan penyebab-penyebab penyimpangan. 3. Memperbaik penyimpangan - penyimpangan ". Dalam hal ini Pengawasan yang dilakukan terhadap Kegiatan : Ekstrakurikuler PAI dapat dilakukan oleh Guru : untuk menilai kemajuan siswa, iklim kerja, dan efektifitas Ekstrakurikuler PAI sebagai suatui sistem Kepala sekolah : untuk menilaij kinerja guru PAI dan seluruh pihak yang terkait dengan pembinaan kegiatan Ekstrakurikuler PAI Siswa : untuk menilai proses pembinaan kegiatan ekstrakurikuler PAI, iklim latihan, dan sistem kerja sama dengan siswa lain baik di .lingkungan internalsekolah maupun di luar sekolah Instansi Pemerintah : dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dan Departemenn Agama dan pimpinan Yayasan untuk sekolah swasta, untuk menilai kinerja kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Masyarakat : menilai kredibilitas dan manfaat bagi masyarakat terhadap keberadaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Orang tua : menilai dan merasakan perkembangan kepribadian anaknya setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler selama di sekolah .(2009 ; 55-56 .f .e .d .c .b .a

49

Pengawasan adalah kegiatan manajer atau pemimpin dalam mengupayakan agar pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang .telah ditetapkan dan tujuan yang telah ditentukan Sedangkan Pelaporan pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan sebagai bahan pertanggung jawaban terhadap setiap kegiatan yang .dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sesuai dengan rancangan yang diinginkan berdasarkan data dan fakta yang ada. Menurut Sugiyono

(2008:1)metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam bab ini akan dipaparkan sebagai berikut: (1) Pendekatan dan rancangan penelitian, (2) Lokasi penelitian, (3) Kehadiran peneliti, (4) Sumber data, (5) Tehnik pengumpulan data, (6) Analisis data, (7) Pengecekan keabsahan data, (8) Tahap-tahap penelitian.

50

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, artinya penelitian ini berusaha mengkaji/mendeskripsikan suatu gejala peristiwa dan kejadian saat sekarang dengan maksud memperolah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Karena penelitian kualitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiono,2008:13-14). Sedangkan menurut Moleong (2004:6), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainlain secara holistic dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konsep khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Lebih lanjut Moleong mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya kajian terhadap situasi yang sebenarnya telah terjadi, tanpa campur tangan peneliti. Pendekatan penelitian ini digunakan dalam meneliti manajemen ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer Bondowoso.. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 1 Pujer tepatnya berada di utara pasar Pujer, desa Manglin Kecamatan Pujer Bondowoso. Letak lembaga ini cukup strategis berada di jantung kota kecamatan. Lokasi ini diambil atas beberapa pertimbangan antara lain: Secara umum pilihan terhadap kegiatan ekstrakurikuler tersebut didasari atas hasil studi pendahuluan yang mengindikasikan bahwa SMPN 1 Pujer melaksanakan kegiatan

51

ekstrakurikuler PAI, juga prestasi yang telah diraihnya yaitu SMPN 1 Pujer di akui sebagai Sekolah Standar nasional. C. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti dilapangan sangat berarti dalam rangka mengumpulkan data dari sumber yang sudah ditetapkan, dalam arti secara langsung hadir di lokasi penelitian secara terus menerus untuk menggali dan mendapatkan data sebanyak-banyaknya, kemudian melalui proses analisa data dan pengecekan keabsahan data dihasilkan kesimpulan yang valid dan benar. Menurut Miftah A ( 2001:5) penelitian kualitatif lebih dipandang sebagai suatu pendekatan yang tidak berhenti pada dirinya sendiri. Sugiyono (2008:305), dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus dapat mempersiapkan diri seberapa jauh peneliti siap melaksanakan penelitian yang selanjutnya hadir kelapangan. Persiapan peneliti sebagai instrument harus mampu memahami metode penelitian kualitatif, menguasai bidang yang diteliti dan selalu siap memasuki obyek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan sifat unik dan realitas sosial dunia tingkah laku manusia itu sendiri. Keunikannya bersumber dari hakekat manusia sebagai makhluk psikis, sosial dan budaya yang mengaitkan makna dan interpretasi dalam bersikap dan bertingkah laku, makna dan interpretasi itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya (Lincoln dan Norman, 2007:33). Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang kegiatan ekstrakurikuler PAI, dalam hal ini kehadiran peneliti

52

sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti bertindak langsung sebagai perencana, pemberi tindakan, pengumpul data, menganalisis data dan sekaligus sebagai pelapor penelitian. Sebagaimana yang disampaikan Moleong (2004:168) bahwa peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Kehadiran dari peneliti sudah diketahui oleh semua pihak yang berkompeten mulai dari Kepala Sekolah sampai semua civitas akademika yang ada dalam Sekolah tersebut. D. Sumber Data Maqsun Arr (1991:11) Sumber data terdiri dari tiga bagian, yaitu: manusia (person), suasana (place), dan dokumen (paper), sedangkan data diperlukan yang betu-betul dapat dipercaya kebenaranya/keaslianya atau validitasnya. Menurut Imam suprayogo dalam penelitian kualitatif, menempatkan sumber data sebagai subyek yang memiliki kedudukan penting. Ketepatan memilih dan menetapkan jenis sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh (2001:163). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yakni lebih banyak bersifat kata-kata yang diperoleh dari hasil wawancara atau pengamatan berperan serta yang merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya kemudian dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio, termasuk pula pengambilan foto dan lain-lain. Demikian pula sumber data yang diperoleh dari sumber tertulis juga tidak diabaikan, baik berupa dokumen arsip, dokumen pribadi, serta majalah ilmiah sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Sebagaimana disampaikan Arikunto (1989:114) yang mengklasifikasikan sumber data menjadi tiga bagian, yaitu: sumber data berupa orang (person), sumber data berupa tempat atau benda

53

(place), dan sumber data berupa simbul atau paper yang cocok untuk penggunaan metode dokumen. Kemudian dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan antara lain: (1) Informan yang terdiri dari semua warga Sekolah (Kepala Sekolah, seksi-seksi urusan, dewan guru, karyawan serta siswa), (2) Arsip dan dokumen, (3) Tempat dan peristiwa/suasana yang terjadi di SMPN 1 Pujer. Adapun data yang digali dalam penelitian ini tentang manajemen ekstrakurikuler PAI kaitannya dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan di SMPN 1 Pujer Bondowoso. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Karena data merupakan bahan yang akan diolah atau dianalisa maka pengumpulan data harus memakai metode yang tepat dengan jenis data yang diambil untuk menyelesaikan masalah penelitian yang telah dirumuskan, agar hasil penelitian bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah, sebagaimana Sanapiah Faisal menyatakan pengumpulan data adalah kegiatan pengumpulan data dan analisis data yang berlangsung serempak (simultan) dan berbentuk siklus interaktif antar kegiatan koleksi data, reduksi data, pemaparan data dan penarikan kesimpulan (2001:3). Adapun tehnik pengumpulan data selama penelitian ini berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Wawancara mendalam (in depth interviewing)

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dan tak terstruktur yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan

54

diteliti. Wawancara terbuka artinya orang yang diwawancarai mengetahui dan menyadari tujuan wawancara. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang bersifat terbuka (moeleong,2004). Sedangkan wawancara tak terstruktur dapat diperoleh banyak kelebihan, antara lain dapat dilakukan lebih satu personal, sehingga dimungkinkan memperoleh informasi sebanyakbanyaknya baik yang bersifat rahasia maupun yang bersifat sensitive. Selain itu wawancara tak terstruktur juga dimungkinkan dapat dicatatnya semua respon efektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung. Informan utama diantaranya Kepala Sekolah, Kepala Seksi Urusan kesiswaan, guru agama, keuangan, dan lain-lain. Dalam proses wawancara langsung mengikuti situasi yang ada sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan. Sedangkan sasaran wawancara adalah melaksanakan wawancara perorangan yaitu proses tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan yang diwawancarai, dan ini dilakukan dengan mendatangi tempat yang menjadi sasaran wawancara secara langsung. Menurut A. Sonhaji (1994) wawancara mendalam mempunyai tujuan tertentu dalam usaha untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktifitas organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan dan kerisauan. Interview adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan pada waktu penelitian (Mardalis,1999:64). Sementara Moleong menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara ( interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviece) yang memberikan jawaban (2004:186).

55

Kemudian dari hasil wawancara tersebut, sesegara mungkin ditranskripkan dalam bentuk catatan/tulisan untuk menghindari sekecil mungkin kesalahan dalam mendeskripsikan, sehingga didapat data valid yang dapat dipertanggung jawabkan. 2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan membaca data yang telah diberikan oleh pihak Sekolah untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tehnik pengumpulan data dari dokumentasi ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena banyak hal yang didapatkan, seperti dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Seperti yang dikemukakan Moleong (2004:217) dokumen dalam banyak hal sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan data dan untuk meramalkan, untuk mengetahui latar belakang obyek penelitian, mengetahui sejarah masa lalu ataupun sekarang yang berupa dokumen, foto, gambar dan sebagainya. Dokumentasi resmi terbagi atas dokumentasi internal dan dokumentasi eksternal. Dokumentasi internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan kantor dan semacamnya. Dokumentasi eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa (2004:219). 3. Observasi

56

Observasi adalah suatu penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengadakan pengamatan langsung, sekaligus peneliti membaur terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan untuk melengkapi kedua tehnik diatas sebagai upaya untuk meng-cover dari data yang belum didapat atau tidak mungkin didapat dari kedua tehnik pengumpulan data diatas. Sebagaimana diungkapkan Moeleong, alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya yang memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data (2004:175). Adapun dalam observasi ini, dilakukan observasi langsung baik secara formal maupun informal. Observasi secara terbuka/formal diartikan bahwa observasi terikat oleh persyaratan tertentu. Observasi tertutup/informal dilakukan dengan tidak banyak ikatan (persyaratan). Sebagaimana Moleong membagi pengamatan menjadi dua, yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan terbuka adalah pengamatan yang diketahui oleh subyek dan subyek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi. Sedangkan pengamata tertutup adalah pengamat mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subyeknya (2004:176). F. Analisis Data Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif diskriptif. Analisa data ini dilakukan dengan cara membandingbandingkan ataupun menghubung-hubungkan antara satu informasi dengan informasi lainnya dan juga dilakukan secara berulang-ulang untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam penelitian. Sebagaimana yang dijelaskan

57

oleh Soegiyono, bahwa secara teoritis analisis pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang guna memecahkan masalah(2008:310). Mengikuti konsep yang diberikan Spradley. Miles dan Huberman, yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara teurs menerus pada setiap tahan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisa data, yaitu data reduction, data display dan conclution drawing/verification. Langkahlangkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Analisa data model Miles dan Huberman


A N A L IS IS D A T A MO D E L MIL E S& H U B E R MA N( 1 9 9 2 )

PE NGUMPUL AN D A T A

PE NY AJIAN D A T A R E D UK S I D A T A K E S IMPUL AN/ V E R IVIK AS I

Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi atau wawancara dan lainnya untuk meningatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir,1999:183). Sedangkan menurut Moleong,

58

analisis data adalah proses mengoperasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (2004:280). Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sebanyak mungkin sesuai dengan metode yang sudah ditentukan. Dan setelah data diperoleh dari semua sumber data, maka akan dilakukan validasi dengan me-rechek data yang satu dengan yang lain, baik melalui catatan lapangan, buku kepustakaan, konsultasi kepada pembimbing dan lainnya. Kemudian dilakukan reduksi data melalui proses pemilahan, penyederhanaan dan pengkategorian data yang dimaksud untuk memudahkan pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan kesimpulan. Secara umum penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan kedalam bentuk teks naratif. Setelah itu baru melaksanakan interpretasi dan analisa secara kritis dan objektif dengan pendekatan reflektif thinking sehingga pada akhirnya didapatkan konklusi yang valid dan benar. G. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian kualitatif dimana peneliti merupakan instrument utama, oleh karena itu uji keshahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) instrument peneliti tidak dilakukan dengan cara mengujicobakan intrumen, tetapi dilakukan dengan cara pengecekan kredibilitas dan pengauditan datanya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan sejauh mana suatu data penelitian yang diperoleh mengandung kebenaran dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini pengecekan kreadibilitas data dilakukan dengan menggunakan tehnik trianggulasi yang berarti membandingkan dan mengecek

59

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Perbandingan ini bisa dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, apa yang dikatakan informan didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, hasil wawancara dengan isi dokumen dan sebagainya. Ada empat jenis trianggulasi, yaitu teianggulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi teori dan trianggulasi penyidik (moeleong,2004:330). Dari keempat jenis tehnik trianggulasi diatas, penelitian ini mengguanakan pengecekan keabsahan temuan data dengan menggunakan tehnik trianggualasi sumber. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data atau informasi tertentu yang diperoleh dari informan kepada informan yang lainnya Untuk memperoleh informasi atau data tentang manajemen ekstrakurikuler PAI ditanyakan kepada sumber primer seperti Kepala Sekolah sebagai pemegang dan penentu kebijakan yang memanaj semua kegiatan di sekolah, Kepala Seksi Urusan kesiswaan yang bertanggung jawab dalam Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan guru agama. Kemudian dibandingkan dari sumber yang satu dengan lainnya. Tehnik lain yang digunakan untuk mengecek kredibilitas data penelitian ini adalah pengecekan anggota (member chek) dan disaksikan dengan teman sejawat. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukkan data atau informasi termasuk interpretasi penulis terhadap data atau sumber itu, yang telah ditulis dan transkrip wawancara atau catatan lapangan kepada informannya untuk dikomentari atau disetujui atau tidak disetujui, dan ditambahi informasi lain yang dianggap perlu. Kemudian komentar, reaksi dan atau tambahannya digunakan untuk merevisi catatan lapangan. Kemudian mengadakan diskusi teman sejawat

60

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal-hal yang didiskusikan berkaitan dengan data, temuan penelitian, langkah-langkah berikutnya dan laporan penelitian. Selanjutnya untuk menjamin tingkat kepercayaan keabsahan data, maka data yang telah diperoleh dianalisis, diinterpretasikan, dan disusun dalam bentuk laporan penelitian. Akan tetapi tidak cukup sampai disini saja, selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memberikan koreksi, audit dan sekaligus kritik dari hasil penelitian ini. H. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif berfungsi memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan (moeleong,2004:127). Secara garis besar, tahap-tahap yang akan dilalui dala penelitian ini meliputi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap laporan. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang dilakukan, yaitu: (1) perencanaan. Tahap ini agenda-agenda yang dilakukan adalah menyusun rancangan penelitian (menyusun rancangan awal proposal, memilih lokasi penelitian, konfirmasi awal/kesediaan sebagai lokasi penelitian, mengajukan surat permohonan penelitian, memilih dan menentukan

informan/sumber data, menyiapkan perlengkapan penelitian); (2) melaksanakan studi pendahuluan. Bagian ini ada dua studi pendahuluan yang dilakukan, yaitu studi pustaka dan lapangan. Kedua, tahap pelaksanaan. Tahap ini, yang akan ditempuh: (1) penelitian lapangan. Tahap ini untuk mengumpulkan data-data, tahap selanjutnya

61

pengamanan data, membuat kategori-kategori, melaksanakan analisis dan penafsiran data. Untuk analisis dan penafsiran data dilakukan secara bersamaan; (2) menyusun laporan penelitian dan melaksanakan konsultasi bimbingan dengan dosen pembimbing; dan (3) pengecekan keabsahan data. Ketiga, tahap pelaporan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan revisi dan penyempurnaan penulisan tesis. Setelah penyempurnaan tulisan, langkah selanjutnya adalah pelaporan hasil penelitian, baru kemudian disimpulkan serta merekomendasikan hasil dari penelitian untuk pihak-pihak yang berkopenten dan berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

62

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang : (1) pemaparan data, (2) temuan penelitian yang diperoleh dari SMPN 1 Pujer. A. PAPARAN DATA Paparan data penelitian di SMPN 1 Pujer, diperoleh melalui wawancara apa yang dikatakan, diobservasi, dan studi dokumen. Selajutnya dengan fokus penelitian, maka paparan data di SMPN 1 Pujer dikelompokkan menjadi lima, yaitu : (1) Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (2) Pengorganisasian program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di

63

SMPN 1 Pujer (3) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (4) Pengawasan program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, 1. Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI a. Mengadakan survey terhadap lingkungan Kepala Seksi Urusan kesiswaan selaku penanggung jawab seluruh kegiatan siswa yang diadakan di luar jam pelajaran, mengadakan penjajagan terhadap siswa setiap tahun ajaran baru, untuk mengetahui bakat dan minat siswa terhadap kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan. Seluruh siswa diwajibkan memilih satu diantara beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan sesuai dengan bakat dan minat siswa, sehingga pada hari minggu pagi atau sore hari pada hari diluar hari minggu, sekolah kelihatan hidup dan ramai dengan kegiatan-kegiatan siswa. Kenyataan di lapangan, banyak siswa yang mempunyai bakat yang sudah dikembangkan di luar sekolah melalui kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan yang mereka ikuti, sehingga pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tinggal pengayaan saja. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi pihak lembaga yaitu SMP Negeri 1 Pujer. b. Menentukan obyek atau sasaran Obyek atau sasaran yang ditentukan adalah siswa kelas VII dan Kelas VIII, dan tidak mewajibkan kepada siswa kelas IX. Hal ini dilakukan agar supaya siswa kelas IX terfokus pada masalah belajar semata untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Nasional. Akan tetapi hal ini tidak tertutup bagi siswa kelas IX untuk mengikuti kegiatan tersebut, dengan harapan tidak mengganggu konsentrasi belajar mereka. Setelah obyek ditentukan, kemudian diadakan

64

pendataan melalui pendaftaran, kemudian dikelompokkan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing siswa, dan pada akhir tahun ajaran dilaporkan kepada kepala madrasah selaku penanggung jawab seluruh kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Pujer. c. Meramalkan kondisi yang akan datang Kegiatan Ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang akan terjadi di bulan-bulan yang akan datang, dengan mengacu kepada kegiatan-kegiatan terdahulu yang sudah dilaksanakan. Misalnya: disesuaikan dengan agenda kegiatan Agustus Kabupaten Bondowoso, Hari Pendidikan Nasional Kabupaten Bondowoso, atau kegiatan-kegiatan tahunan yang diadakan oleh lembaga lembaga tertentu yang berskala kabupaten ataupun propinsi yang memang sudah direncanakan untuk dilaksanakan setiap tahun ataupun dua tahun sekali. d. Menentukan sumber-sumber yang diperlukan Sumber-sumber atau Pembina yang diperlukan diutamakan dari intern SMP Negeri 1 Pujer, yaitu tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian di bidangnya, baik itu guru ataupun karyawan-karyawati yang mempunyai keahlian khusus, baru kalau memang secara intern tidak ada lagi yang mempunyai keahlian khusus yang diperlukan atau tidak ada yang bisa, maka akan diambilkan Pembina kegiatan ekstrakurikuler dari luar sekolah yang memang betul-betul ahli di bidangnya. e. Memperbaiki dan menyesuaikan rencana karena adanya perubahan kondisi Perencanaan yang sudah matang, dapat berubah sewaktu-waktu, melihat situasi dan kondisi yang akan terjadi di lapangan, sehingga tidak otoriter, seorang

65

Pembina ekstrakurikuler selaku pembimbing di lapangan dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat menyesuaikan diri dengan sebaik-baiknya. Langkah-langkah tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Khairul Anwar S.Pd. selaku Kepala Seksi Urusan Kesiswaan : Memang semua apa yang dilakukan di sekolah ini kaitannya dengan kegiatan Ekstrakurikuler disesuaikan dengan langkah-langkah manajemen yang sudah ada, agar supaya semua berjalan sesuai dengan kebutuhan dan jika ada kesalahan tidak terlalu melenceng dari apa yang sudah yang ditentukan Khairul Anwar S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Hal diatas didukung oleh Joko Sujono, S.Ag. Guru PAI SMPN 1 Pujer: Kegiatan Ekstrakurikuler yang diadakan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di SMPN 1 Pujer sehingga peserta didik yang mengikuti kegiatan di sekolah ini dapat semaksimal mungkin mengikuti sehingga dapat terlaksana dengan baik. Joko Sujono, S.Ag., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. 2. Pengorganisasian Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Dalam mengorganisir seluruh program kegiatan Ekstrakurikuler PAI agar dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan mekanisme atau strategi yang tepat seperti pembentukan susunan organisasi kesiswaan, dan menetapkan tugas masing-masing (staf kesiswaan). Program kegiatan Ekstrakurikuler ini tidak bisa dilaksanakan oleh perorangan (Urusan kesiswaan) melainkan membutuhkan para staf yang sesuai dengan tupoksinya. Dalam pengorganisasian program kegiatan Ekstrakurikuler PAI yang akan dilaksanakan oleh Urusan kesiswaan antara lain (a) Pembentukan Struktur Organisasi, (b) Pembagian Tugas (c) Mekanisme Kerja.

66

a. Pembentukan Struktur Organisasi Dalam pembentukan struktur organisasi Ekstrakurikuler dibutuhkan analisa kebutuhan siapa yang akan melaksanakan dan siapa memiliki kompetensi atau dedikasi terhadap lembaga pendidikan khususnya kesiswaan. Sebab apabila kegiatan program yang diamanahkan kepada seseorang yang kurang mumpuni atau kurang berkompeten terhadap program yang diterima maka program tersebut akan amburadul dalam pelaksanaan . Sebagaimana yang diungkapkan Khairul Anwar S.Pd. selaku Kepala Seksi Urusan Kesiswaan di lembaga ini sebagai berikut : "Bentuk pengorganisasian dalam program kegiatan Ekstrakurikuler ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan lainnya yaitu pengaturan perencanaan jumlah siswa, yaitu pembagian tugas yang dilakukan oleh seorang pengkoordinir disertai dengan penanggung jawabnya. Adapun pengkoordinir utama adalah Kepala Sekolah yang akan memberikan wewenang pengkoordiniran ini kepala Seksi Urusan kesiswaan". Khairul Anwar S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011.

Dari ungkapan tersebut terlihat jelas bahwasanya pembentukan, pertanggungjawaban dan pengkoordiniran Ekstrakurikuler PAI di lembaga ini, merupakan suatu indikasi akan adanya pengorganisasian dalam kegiatan tersebut. Meskipun sudah dapat dipastikan akan adanya pengorganisasian dalam kegiatan ini demi kelancaran Kegiatan Ekstrakurikuler pada umumnya dan Ekstrakurikuler PAI pada khususnya, namun belum dapat dijamin dengan pasti bahwasanya kegiatan tersebut akan menuai hasil yang diinginkan. Karena terkadang dalam pelaksanaan terdapat beberapa kendala baik dari internal maupun dari segi eksternalnya. Selain melakukan pengkoordiniran terhadap kegiatan ekstrakurikuler yang ada, seorang koordinator berhak pula untuk mengadakan pendekatan kepada

67

masyarakat untul memberikan dukungan terhadap sekolah dalam mengadakan kegiatan apapun khususnya kegiatan ekstrakurikuler PAI, terutama pendekatan tgerhadap tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar sekolah untuk meminimalisir kendala-kendala yang akan terjadi yang sifatnya eksternal. b. Pembagian Tugas Dalam pembagian tugas, seorang Kepala Sekolah memberikan tugas dan tanggungjawabnya kepada Kepala Seksi Urusan kesiswaan untuk membuat dan menganalisa kebutuhan siapa yang tepat dan siap bekerja. Adapun tugas dari waka kesiswaan yaitu mencarikan orang yang kompeten pada bidang masing-masing Adapun pembagian tugas di lembaga ini melalui beberapa cara, diantaranya adalah pemantauan guru melalui kompetensi dan keahlian yang dimiliki. sehingga dapat diketahui secara langsung guru yang tidak kompeten atau tidak memiliki keahlian (skill). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala seksi Urusan kesiswaan di lembaga ini yaitu Khairul Anwar S.Pd. sebagai berikut : "Dalam pembagian tugas saya sebagai waka kesiswaan tidak bekerja sendiri, tetapi tugas tersebut bekerjasama dengan staf yang sesuai dengan tupoksinya dan memiliki kapasitas dan keahlian yang sepadan. staf saya ada 10. Cantohnya ada yang guru PKN saya letakkan dibidang keimanan dan ketaqwaan, misalnya lagi Guru Olahraga saya letakkan di bidang VII yaitu kualitas Jasamani dan kesehatan. Dlll. Khairul Anwar S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Dalam pembagian tugas ini, tidak dilaksanakan dengan perorangan tetapi Urusan kesiswaan melaksanakan pemberdayaan terhadap staf yang ada. Sehingga program kegiatan dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerja sama dan saling mendukung antar sesama. sifat bekerjasama ini tercermin dalam tubuh

68

organisasi dengan berbagai komponen yang ada di sekolah, diantaranya adalah wali kelas, guru piket, tatib, BK, dan Urusan kesiswaan. Hal ini sebagaimana pernyataan yang didukung oleh Kepala Sekolah ini yaitu Bapak Hanis Pristiwanto, S.Pd. sebagai berikut : "Dalam pembentukan tugas saya menyerahkan kepada Urusan kesiswaan agar diisi oleh orang-orang tepat dan tidak salah sasaran. Sebab kegiatan siswa di sekolah sangat urgen sekali untuk ditangani oleh guru yang memiliki kompeten, dedikasi, dan loyalitas tinggi terhadap pendidikan. Dan sifat bekerja sama ditanamkan pada diri guru agar terjalin komunikasi yang baik antar sesama, sehingga program kesiswaan khususnya kegiatan Ekstrakurikuler PAI dapat terlaksana dengan baik. Hanis Pristiwanto, S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwasanya hasil dari sebuah kerjasama yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Namun menjadi sebuah pertanyaan jika suatu pembagian tugas ternyata masih ada saja guru yang melanggar meskipun sedikit. Pelanggaran tersebut diantaranya adalah faktor darurat (udzur syari) staf tidak ada saat kegiatan kesiswaan sehingga mewakilkan kepada staf kesiswaan yang bisa. Dengan demikian, maka dapat digaris bawahi bahwa setiap perencanaan dan pengorganisasian yang baik dalam berbagai kegiatan termasuk pembagian tugas ini memiliki harapan akan menuai hasil yang baik pula. Namun hal tersebut terkadang terhambat oleh beberapa kendala yang tak terduga baik dari internal maupun eksternal lembaga itu sendiri sehingga menjadikan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ditargetkan. c. Mekanisme Kerja Dalam proses kegiatan kesiswaan khususnya kegiatan ekstrakurikuler PAI, dibutuhkan mekanisme kerja agar kegiatan tersebut tidak saling benturan dengan

69

kegiatan yang lain. Sebab kegiatan ekstrakurikuler bisa jadi dalam sehari ada 3 kegiatan dari bidang lain-lain. Hanya saja lokasi tidak sama. Melainkan waktu bisa sama. Pengaturan tersebut tidak dilakukan oleh setiap kordinator bidang akan tetapi masih membutuhkan persetujuan dari Kepala Urusan kesiswaan. Proses tersebut untuk memperoleh persetujuan ada 3 (tiga) tahap: (1) Seluruh Kordinator Bidang dikumpulkan dalam agenda musyawarah RAB perbidang disesuaikan dengan kondisi keuangan, (2) Masing-masing bidang diperkenankan membuat proposal untuk mengajukan anggaran sesuai dengan programnya, (3) Masingmasing bidang melaksanakan program sesuai yang dicanangkan dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Adapun tiga tahap di atas sebagaimana telah dijelaskan oleh Bapak Hanis Pristiwanto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah di lembaga ini sebagai berikut: untuk mekanisme kerja di lingkup kesiswaan ada beberapa tahap yang harus dilalui, agar proses pelaksanaan kegiataan Ekstrakurikuler dapat terlaksana dengan lancar. Antara lain, Pertama, Seluruh Kordinator Bidang dikumpulkan dalam agenda musyawarah RAB perbidang disesuaikan dengan kondisi keuangan, Kedua, Masing-masing bidang diperkenankan membuat proposal untuk mengajukan anggaran sesuai dengan programnya, Ketiga, Masing-masing bidang melaksanakan program sesuai yang dicanangkan dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Hanis Pristiwanto, S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Adapun pengorganisasian dalam mekanisme kerja kesiswaan yang diungkapkan Kepala Sekolah di atas diperjelas lagi oleh Khairul Anwar, S.Pd. selaku Kepala Seksi Urusan kesiswaan di lembaga ini sebagai berikut : "Setiap kegiatan yang direncanakan oleh siswa itu harus mendapat persetujuan dari penggung jawab terlebih dahulu, dalam hal ini adalah pembinanya, sebab pembina memiliki otoritas penuh terhadap rencana kegiatan yang diusulkan oleh siswa. Kalo udah disetujui oleh pembinanya, siswa diperkenankan menghadap langsung ke saya dengan membawa proposal kegiataan. Khairul Anwar, S.Pd., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011.

70

Dari beberapa ungkapan tersebut terlihat jelas bahwasanya mekanisme kerja kegiatan ekstrakurikuler di lembaga ini didasarkan pada aturan yang telah menjadi mufakat antara Kepala Sekolah, kesiswaan beserta stafnya. 3. Pelaksanaan Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Untuk keberhasilan pelaksanaan program pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler tidak bisa dilepaskan dari fungsi manajemen pergerakan atau motivasi. Secara moral dan kelembagaan untuk melaksanakan program kegiatan dalam hal ini memiliki tugas dan tanggung jawab. Untuk mengakomodir, jalannya kegiatan Ekstrakurikuler. Dalam hal ini secara bersama-sama, terencana dan strategis, dapat mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler, sehingga keinginan untuk mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang baerkualitas tidak hanya menjadi idaman semata.

a. Motivasi Yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi ekstrakurikuler adalah masalah motivasi atau dorongan dari berbagai pihak yang ada di SMPN 1 Pujer terhadap siswa, terutama motivasi kepala sekolah. Ada bermacam-macam motivasi yang berkaitan erat antara satu dengan yang lain yang ada di SMPN 1 Pujer, antara lain : 1. Motivasi kepala sekolah kepada seluruh guru

Guru digugu lan ditiru adalah ungkapan yang sangat pas bagi seorang pendidik khususnya bagi seorang guru, karena segala tindak tanduk seorang guru akan

71

ditiru oleh para siswanya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di SMPN 1 Pujer, Kepala Sekolah mengikut sertakan mereka dalam pelatihanpelatihan ataupun penataran-penataran yang diadakan oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah baik di tingkat Nasional. Sedangkan kabupaten, provinsi ataupun tingkat

motivasi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada

seluruh guru adalah berupa: a. Pengakuan, yaitu berupa pengakuan dari orang lain atau kepala

sekolah misalnya; diperhatikan atau dihargai atau diorangkan. b. Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang cocok atau disenangi oleh

individu yang bersangkutan. Jika diperintahkan oleh atasan atau kepala sekolah, seorang guru akan merasa senang dan tidak merasa terpaksa. Suatu pekerjaan yang tidak cocok atau tidak disenangi akan menimbulkan rasa bosan atau menjengkelkan. c. Tanggung jawab, yaitu pemberian wewenang kepada seorang

guru melalui tugas tertentu yang dibebankan kepadanya yang diperintahkan langsung oleh kapala sekolah seperti : dijadikan sebagai Pembina OSIS, Pembina PMR, Pembina koperasi siswa dan lain sebagainya. d. Kenaikan pangkat, yaitu kesempatan seorang guru untuk

meningkat maju dalam karirnya, seperti kesempatan untuk naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi, menduduki jabatan yang lebih tinggi, kesempatan untuk memperoleh promosi. Sebaliknya jika tidak ada kesempatan untuk maju dalam karirnya seperti selalu gagal dalam kenaikan pangkat, tidak pernah dipromosikan oleh kepala sekolah dan bahkan ada yang ditangguhkan kepangkatannya maka kesemuanya itu akan menyebabkan ketidak harmonisan dalam bekerja antara

72

atasan dan bawahan dan menyebabkan kerja tidak seproduktif mungkin. Kesemuanya itu di SMPN 1 Pujer dapat dilaksanakan dengan baik. e. Gaji, yaitu segala penghasilan seseorang atau dalam dunia

pendidikan seorang guru yang berupa uang, misalnya gaji atau honorarium bulanan ataupun hasil dari honorarium yang lain atapun berupa bonus tahunan yang perlu diberikan. 2. Motivasi kepala sekolah kepada seluruh karyawan. Karyawan termasuk perangkat yang sangat penting dalam lembaga pendidikan yang bertugas mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan bidang administrasi. Karyawan Tata Usaha yang ada adalah tenaga yang cekatan di bidangnya masing masing. Guru dan Karyawan yang ada mampu melayani seluruh kepentingan civitas akademika SMPN 1 Pujer, baik itu kepentingan seluruh siswa yang ada, seluruh guru ataupun kepentingan karyawan itu sendiri, bahkan kepentingan yang berkaitan dengan masyarakat luaspun dapat terseleseikan dengan baik. Bagi karyawan yang berprestasi, kepala sekolah memberikan dorongan berupa pujian atau mereka diikutkan pelatihan-pelatihan ataupun penataran-penataran baik yang berskala kabupaten, propinsi atupun yang berskala nasional. Itu semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai keberhasilan, yaitu sebuah lembaga pendidikan yang dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain dan dapat diperhitungkan dalam percaturan dunia pendidikan di Indonesia demi untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa dan untuk kemajuan dunia pendidikan bangsa Indonesia pada umumnya. 3. Motivasi kepala sekolah kepada seluruh siswa.

73

Siswa adalah obyek utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam lembaga ini, seluruh kegiatan ekstrakurikuler mendapat perhatian dan dukungan penuh dari kepala sekolah dan seluruh komponen masyarakat civitas akademika SMPN 1 Pujer. Kegiatan Ekstrakurikuler ini memacu semangat belajar dan kreatifitas siswa dan sesuai pula dengan bakat dari masing-masing siswa. Hal tersebut akan menjadi lebih bermakna bagi siswa yang bersangkutan bila kesemuanya itu dapat membawa nama baik sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut betul-betul dapat menjadi penunjang kegiatan intrakurikuler siswa dan hal itu secara kasar sekolah akan terlihat ramai dan hidup baik itu pagi, siang maupun sore hari. Dari kegiatan ekstrakurikuler dan pelatihan tersebut telah menghasilkan berbagai macam kejuaraan dalam berbagai macam perlombaan. Kesemuanya itu dapat memberikan motivasi yang bagus kepada seluruh siswa, apalagi jika ada hadiah tabanas maka mereka diberi wewenang oleh pihak sekolah untuk mengambilnya, dan bagi seorang pembina/pelatih lomba bila anak didiknya memperoleh predikat juara I, lembaga akan memberikan bonus khusus kepadanya, dengan prosedur seorang kepala seksi urusan kesiswaan akan mengajukan segala sesuatunya kepada seorang bendahara dengan persetujuan terlebih dahulu dari seorang kepala sekolah. 4. Motivasi guru kepada seluruh siswa. Disamping beberapa motivasi kepala sekolah kepada guru dan karyawan, yang tak kalah penting adalah motivasi guru kepada seluruh siswa. Guru dalam keberadaannya setiap hari adalah sebagai pengajar dan pembimbing bagi seluruh siswa yang ada. Disamping itu keberadaan guru di SMPN 1 Pujer

74

disamping bertugas sebagai tersebut diatas mereka juga bertugas untuk mendo'akan seluruh siswa agar supaya mereka para siswa kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Pujian dan sanjungan seorang guru kepada siswa mempunyai arti yang sangat penting bagi kelangsungan belajar siswa. Hal tersebut dapat menyebabkan motivasi yang bagus. Begitu pula hal yang sebaliknya dapat mengakibatkan siswa patah semangat. Hal tersebut dapat dibarengi pula dengan sikap kebapakan bagi guru pria dan sifat keibuan bagi guru wanita, sehingga siswa merasa seorang guru bukanlah seorang malaikat yang dapat menyebabkan siswa takut kepada seorang guru. Personil-personil yang ada di SMPN 1 Pujer merupakan motivator yang sangat berarti bagi keberaadaan kegiatan ekstrakurikuler berkaitan pula dengan masalah prestasi siswa, paling tidak mereka akan mensuport atau menjadi suporter bila terjadi perlombaan yang memang memerlukan suporter yang sangat banyak.

4.

Pengawasan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Tugas manajer atau pimpinan yang berhubungan secara langsung dengan

pemantauan, pengamatan, pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan Kepala (Seksi Urusan Kesiswaan) khususnya dalam menangani kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya dalam pengawasan ditemukan situasi positif yang memungkinkan tercapainya tujuan dengan baik. Dan situasi negative yang menghambat tercapainya tujuan. Oleh karena itu, bimbingan atau nasihat dari pihak pimpinan kepada bawahannya. Untuk lebih meningkatkan hasil sangat

75

diperlukan, dan untuk menghilangkan semua hambatan dalam mencapai tujuan. Kegiatan pengawasan ada dua yaitu monitoring dan evaluasi a. Monitoring Kegiatan pemantauan merupakan aktifitas dari seorang pimpinan untuk mengamati, membina, membimbing dan mengarahkan apakah kegiatan ekstrakurikuler menemukan hambatan atau sebaliknya. Sebagaimana pernyataan Kepala Sekolah, Bapak Hanis Pristiwanto, S.Pd. saat diwawancarai sebagai berikut: betul memang saya selalu melakukan pemantauan terhadap seluruh kegiatan ekstrakurikuler, sebab dengan begitu saya bisa membimbing, mengarahkan. Hanis Pristiwanto, S.Pd, wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Tampaknya penuturan Kepala Sekolah di atas, secara tidak langsung dibenarkan pula oleh bapak Joko Sujono, S.Ag. selaku staf kesiswaan. Berikut penuturannya : Sepanjang yang kami diberi informasi oleh waka kesiswan memang betul, bahwa Kepala Sekolah selalu melakukan monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan kesiswaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler tidak lepas juga Kepala Sekolah memonitor dan mengawasi pelaksanaannya. Begitu pula pada bidang keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja sekolah, masalah monitoring waktunya sudah terjadwal, pak (Kepala Sekolah menjawab pertanyaan sela peneliti) tapi ia kadang-kadang diluar waktu yang ditentukan. Joko Sujono, S.Ag., wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Pelaksanaan monitoring/ pemantauan dilakukan didasarkan atas jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya, namun demikian ada kalanya monitoring juga dilakuakan diluar jadwal yang sudah ditentukan. b. Evaluasi

76

Selain sebagai pengontrol pelaksanaan program, maka Kepala Sekolah dalam pengawasan pelaksanaan program kegiatan kesiswaan, juga sebagai evaluator. Pelaksanaan pengawasan ini, dengan melakukan evaluasi pelaksanaan program kegiatan kesiswaan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program kegiatan kesiswaan. Hal ini seperti diungkapkan Kepala Sekolah Bapak Hanis Pristiwanto, S.Pd. berikut penuturannya: saya sebagai Kepala Sekolah setiap tahun membuat evaluasi pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dari evaluasi itu saya bisa mengetahui. Apakah program tersebut berhasil atau tidak,,? Hanis Pristiwanto, S.Pd, wawancara, Bondowoso, 17 Pebruari 2011. Pemaparan di atas bahwa Kepala Sekolah melakukan evaluasi pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler diatas merupakan bentuk manajerial kegiatan yang ada di SMPN 1 Pujer. B. TEMUAN PENELITIAN Temuan penelitian di SMPN 1 Pujer, diperoleh melalui wawancara apa yang dikatakan, diobservasi, dan studi dokumen. Selanjutnya sesuai dengan fokus penelitian, maka temuan penelitian di SMPN 1 Pujer dikelompokkan menjadi lima, yaitu : (1) Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (2) Pengorganisasian program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer (3) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (4) Pengawasan program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, 1. Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

77

Berdasarakan paparan data di atas, temuan penelitiana fokus satu tentang penyusunan program (perencanaan) kegiatan kesiswaan, diformulasikan sebagai berikut: Dalam penyusunan (perencanaan) program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI adalah : Pertama, program yang dilaksanakan tidak dengan serta merta, akan tetapi program tersebut diagendakan jauh hari sebelum program tersebut dilaksanakan dengan cara musyawarah renstra. Kedua, Program yang

direncanakan ada relevansi dengan analisa kebutuhan. Ketiga, Program yang direncanakan merupakan Dasar/Acuan dari program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Dalam penyusunan (perencanaan) program kegiatan untuk penyusunan RAB kegiatan Ekstrakurikuler didasarkan pada, Pertama Dana BOS Kedua, Swadana Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dilakukan oleh lembaga ini sudah cukup baik. Dalam merencanakan program, lembaga ini telah menentukan tujuan yang jelas serta prosedur pelaksanaan dan telah memilih beberapa alternatif metode untuk mempermudah pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Akan tetapi perencanaan dan pemilihan alternatif metode yang telah digunakan tersebut belum mampu mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Diantaranya dalam perencanaan jumlah siswa, dalam mewujudkan dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga, dalam menciptakan disiplin siswa, dan lain sebagainya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal.

78

Selanjutnya untuk memperjelas formulasi temuan penelitian fokus satu ini, dapat dilihat dalam gambar diagram alir 4.1 di bawah ini Gambar 4.1 formulasi temuan penelitian fokus I
program yang dilaksanakan tidak dengan serta merta, akan tetapi program tersebut diagendakan jauh hari sebelum program tersebut dilaksanakan dengan cara musyawarah renstra
Program yang direncanakan ada relevansi dengan analisa kebutuhan.

Membuat Program Kegiatan

Penyusunan (Perencanaan)P rogram Kegiatan ekstrakurikuler PAI

Program yang direncanakan merupakan Dasar/Acuan dari program yang akan dilaksanakan selanjutnya.

Mengadakan survey terhadap lingkungan Menentukan obyek atau sasaran Meramalkan kondisi yang akan datang Menentukan sumber-sumber yang diperlukan Memperbaiki dan menyesuaikan rencana karena adanya perubahan kondisi

Menyusun RAB

Dana BOS Dana Swadana

2. Pengorganisasian program kegiatan Ekstrakurikuler PAI Berdasarkan paparan data hasil wawancara tentang fokus ke dua di atas, maka dapat diformulasikan temuan penelitian sebagai berikut : Implementasi manajemen kegiatan ekstrakurikuler PAI dalam

pengorganisasian meliputi Pertama, pembentukan struktur organisasi didasarkan

79

pada bidang-bidang yang telah ditetapkan, Kedua, Pembagian Tugas disesuaikan dengan kapasitas dan keahlian masing-masing penanggung jawab bidang. Ketiga, mekanisme kegiatan ekstrakurikuler PAI didasarkan pada ketetapan yang telah mufakat antara Kepala Sekolah, Urusan kesiswaan, dan Guru PAI dan staf kesiswaan. Pengorganisasian dalam lembaga ini baik sekali, karena lembaga ini telah mengusahakan beberapa tindakan efektif serta telah melakukan kerjasama antar komponen yang ada di lembaga untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimal dalam tujuannya. Namun kepuasan yang maksimal ini belum mampu diraih karena beberapa faktor yang menghambat jalannya pencapaian tujuan tersebut. Selanjutnya untuk memperjelas formulasi temuan penelitian fokus dua ini, dapat dilihat dalam diagram alir 4.2 di bawah ini: Gambar 4.2: formulasi teuan penelitian fokus 2
Pertama, pembentukan struktur organisasi didasarkan pada bidang-bidang yang telah ditetapkan,

Pengorga nisasian Program kegiatan ekstrakur ikuler PAI

Langkah langkah Pengorgan isasian

Kedua, Pembagian Tugas disesuaikan dengan kapasitas dan keahlian masing-masing penanggung jawab bidang

Ketiga, mekanisme kinerja kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada ketetapan yang telah mufakat antara Kepala Sekolah, urusan kesiswaan, guru PAI dan staf kesiswaan.

3.

Pelaksanaan program kegiatan Ekstrakurikuler PAI Berdasakan paparan data di atas temuan fokus ke tiga penelitian ini dapat

diformulasikan sebagai berikut: (1) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh guru untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di lembaga tersebut, Kepala Sekolah mengikut sertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan ataupun penataran-

80

penataran yang diadakan oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah baik di tingkat kabupaten, provinsi ataupun tingkat Nasional. Sedangkan motivasi

yang diberikan oleh kepala sekolah kepada seluruh guru adalah berupa: Pengakuan, yaitu berupa pengakuan dari orang lain atau kepala sekolah misalnya; diperhatikan atau dihargai atau diorangkan., Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang cocok atau disenangi oleh individu yang bersangkutan. Jika diperintahkan oleh atasan atau kepala sekolah, seorang guru akan merasa senang dan tidak merasa terpaksa. Suatu pekerjaan yang tidak cocok atau tidak disenangi akan

menimbulkan rasa bosan atau menjengkelkan.,Tanggung jawab, yaitu pemberian wewenang kepada seorang guru melalui tugas tertentu yang dibebankan

kepadanya yang diperintahkan langsung oleh kapala sekolah seperti : dijadikan sebagai Pembina OSIS, Pembina PMR, Pembina koperasi siswa dan lain

sebagainya.,Kenaikan pangkat, yaitu kesempatan seorang guru untuk meningkat maju dalam karirnya, seperti kesempatan untuk naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi, menduduki jabatan yang lebih tinggi, kesempatan untuk memperoleh promosi. Sebaliknya jika tidak ada kesempatan untuk maju dalam karirnya seperti selalu gagal dalam kenaikan pangkat, tidak pernah dipromosikan oleh kepala sekolah dan bahkan ada yang ditangguhkan kepangkatannya maka kesemuanya itu akan menyebabkan ketidak harmonisan dalam bekerja antara atasan dan bawahan dan menyebabkan kerja tidak seproduktif mungkin. Kesemuanya itu di SMPN 1 Pujer dapat dilaksanakan dengan baik.,Gaji, yaitu segala penghasilan seseorang atau dalam dunia pendidikan seorang guru yang berupa uang, misalnya gaji atau honorarium bulanan ataupun hasil dari honorarium yang lain atapun berupa

bonus tahunan yang perlu diberikan. (2) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh

81

karyawan. Karyawan termasuk perangkat yang sangat penting dalam lembaga pendidikan yang bertugas mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan bidang administrasi. Karyawan Tata Usaha yang ada adalah tenaga yang cekatan di bidangnya masing masing.(3). Motivasi kepala sekolah kepada seluruh siswa. Siswa adalah obyek utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam lembaga ini, seluruh kegiatan ekstrakurikuler mendapat perhatian dan dukungan penuh dari kepala sekolah dan seluruh komponen masyarakat civitas akademika di lembaga tersebut. Kegiatan Ekstrakurikuler ini memacu semangat belajar dan kreatifitas siswa dan sesuai pula dengan bakat dari masing-masing siswa. Hal tersebut akan menjadi lebih bermakna bagi siswa yang bersangkutan bila kesemuanya itu dapat membawa nama baik bagi lembaga.(4). Motivasi guru kepada seluruh siswa.. Guru dalam keberadaannya setiap hari adalah sebagai pengajar dan pembimbing bagi seluruh siswa yang ada. Disamping itu keberadaan guru di lembaga tersebut disamping bertugas sebagai tersebut diatas mereka juga bertugas untuk mendo'akan seluruh siswa agar supaya mereka para siswa kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Pujian dan sanjungan seorang guru kepada siswa mempunyai arti yang sangat penting bagi kelangsungan belajar siswa. Hal tersebut dapat menyebabkan motivasi yang bagus. Begitu pula hal yang sebaliknya dapat mengakibatkan siswa patah semangat. Hal tersebut dapat dibarengi pula dengan sikap kebapakan bagi guru pria dan sifat keibuan bagi guru wanita, sehingga siswa merasa seorang guru bukanlah seorang malaikat yang dapat menyebabkan siswa takut kepada seorang guru. Selanjutnya formulasi temuan penelitian fokus ke tiga penelitian ini dapat dilihat dalam diagram alir 4.3 di bawah ini:

82

Gambar 4.3 formulasi temuan penelitian fokus 3 Motivasi Kepala sekolah terhadap semua guru

Pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler PAI

Motivasi

Motivasi Kepala sekolah terhadap karyawan

Motivasi Kepala sekolah terhadap seluruh siswa

Motivasi guru terhadap semua siswa

4.

Pengawasan program kegiatan Ekstrakurikuler PAI Berdasarkan paparan data di atas dapat diformulasikan temuan-temuan

penelitian fokus empat sebagai berikut: Pengawasan program kegiatan Ekstrakurikuler adalah Pertama, sebagai pengontrol dengan melakukan pemantauan (Monitoring) pelaksanaan program kegiatan kesiswaan. Bidang yang dimonitor kegiatan ekstra kurikuler, keuangan,

83

dan program yang lain. Waktu pelaksanaan monitoring terjadwal dan tidak terjadwal. Kedua, sebagai evaluator pelaksanaan program kegaiatan kesiswaan dengan tujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan terhadap program tersebut. Pengawasan kegiatan Ekstrakurikuler dalam lembaga ini sudah dilaksanakan dengan baik, namun belum bisa dikatakan optimal. Hal ini pada dasarnya penanggungjawab telah mengambil beberapa tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan serta telah mengatur berbagai faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan program. Akan tetapi tindakan korektif dan pengaturan beberapa faktor yang berpengaruh tersebut belum mampu menjamin atau membuat agar supaya semua pelaksanaan dan penyelenggaraan program tersebut berhasil sesuai dengan standar yang telah direncanakan, diputuskan dan dicita-citakan. Evaluasi yang dilakukan sekolah cukup baik sebab seluruh kegiatan yang dilaksanakan sekolah selalu diakhiri dengan evaluasi guna memperoleh masukan (input) untuk kegiatan berikutnya. Evaluasi tidak hanya dilakukan dalam kurun waktu yang lama akan tetapi setiap hari senin diadakan kegiatan pembinaan maupun evaluasi oleh Kepala Sekolah yang sekaligus ditindak lanjuti oleh Kepala Seksi Urusan Kesiswaan untuk mengevaluasi di lingkungan kegiatan kesiswaan Selanjutnya untuk memperjelas formulasi temuan penelitian fokus empat ini, dapat dilihat dalam gambar diagram alir 4.4 di bawah ini : Gambar 4.4 formulasi temuan peneltian fokus 4 Sebagai Pengontrol
Pengawasan Program Kegiatan Ekstra kurikuler PAI

Melakukan monitoring

Obyek Monitoring : Ekstrakurikuler Keuangan Waktu : Terjadwal Tidak terjadwal

Sebagai Evaluator

Melakukan aktifitas evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan kegagalan program kegiatan ekstrakurikuler

84

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN Dalam bab ini, diuraikan pembahasan tentang temuan penelitian yang diperoleh dari SMPN 1 Pujer. Adapun urutan dalam pembahasan disesuaikan dengan dengan fokus penelitian, yaitu: (1) Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (2) Pengorganisasian program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer (3) Pelaksanaan program

85

Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, (4) Pengawasan program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer, 1. Penyusunan (Perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer Secara teori perencanaan ( planning) adalah penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan. Sumbersumber perencanaan antara lain 1) kebijakan pucuk pimpinan, 2) hasil pengawasan, 3) kebutuhan masa depan, 4) penemuan-penemuan baru, prakarsa dari dalam, 5) prakarsa dari luar. Sedangkan pelaksanaan ( Actuating), mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai. Proses perencanaan kegiatan ekstrakurikuler bukan berarti hanya menentukan program yang akan dilaksanakan saja tanpa yang lain, akan tetapi masih ada kegiatan lain diantaranya menentukan tujuan program yang telah dibuat secara jelas, menentukan prosedur pelaksanaan program tersebut, serta memilih alternatif metode pelaksanaan dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Hasibuan (2001 : 2) tentang definisi perencanaan yaitu proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Hal tersebut sebagaimana proses perencanaan kegiatan ekstrakurikuler PAI yang telah dilaksanakan oleh SMPN 1 Pujer. Dalam hal ini penanggung jawab lembaga (kepala Sekolah) beserta staf telah berusaha untuk berfikir keras dalam rangka menentukan arah perkembangan lembaga khususnya dalam

86

kegiatan kesiswaan pada umumnya dan Kegiatan Ekstrakurikuler pada khususnya, jika tujuan tersebut sudah ditemukan dan diketahui dengan jelas, maka program berikutnya adalah menentukan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan lembaga serta beberapa alternatif kegiatan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Langkah berikutnya adalah menentukan metode pelaksanaan yang tepat serta beberapa alternatif metode lain jika metode pokok yang ditentukan tersebut belum mampu menunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan. Perencanaan yang dilaksanakan oleh Kesiswaan SMPN 1 Pujer tidak lepas dari beberapa elemen yang dilibatkan dalam musyawarah perencanaan strategis SMPN 1 Pujer yaitu Kepala sekolah dan urusan kesiswaan, staf-staf kesiswaan, ini mengindikasikan bahwa dalam merencakan program yang strategis ini dengan melibatkannya para pendamping siswa adalah wujud dari permusyawaratan dalam mencapai mufakat, sehingga apa yang diinginkan oleh sekolah dapat dipertanggungjwabkan bersama. Kesimpulan tersebut didasarkan atas formulasi pernyataan temuan penelitian fokus satu di SMPN 1 Pujer sebagai berikut: Dalam penyusunan (perencanaan) program kegiatan kesiswaan adalah : Pertama, program yang dilaksanakan tidak dengan serta merta, akan tetapi program tersebut diagendakan jauh hari sebelum program dilaksanakan dengan cara musyawarah renstra. Kedua, Program yang direncanakan ada relevansi dengan analisa kebutuhan. Ketiga, Program yang direncanakan merupakan Dasar/Acuan dari program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Dalam penyusunan (perencanaan) program kegiatan untuk penyusunan RAB kesiswaan didasarkan pada, Pertama Dana BOS Kedua, Dana Swadana Dengan demikian seluruh program kegiatan perencanaan tersebut harus selalu diupayakan oleh lembaga dalam merencanakan kegiatan sekolah khususnya

87

kesiswaan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Jika hal tersebut telah diupayakan dengan sungguh-sungguh maka sudah berarti lembaga telah mengurangi beban mental yang ada. Karena kesuksesan pada tahap perencanaan berarti telah berusaha sukses dalam kegiatan berikutnya. Pengurangan beban mental dalam kegiatan perencanaan tersebut sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Komaruddin (1993:3) bahwa perencanaan merupakan suatu proses untuk memandang ke depan dalam usaha memenuhi syarat kerja dan mengurangi usaha mental yang dibutuhkan, selama kegiatan tengah berlangsung. Didalam teori ini telah diungkapkan bahwasanya perencanaan berarti suatu "proses untuk memandang ke depan". Hal ini berarti bahwa dalam proses penentuan program kesiswaan serta pemilihan alternatif pelaksanaan dan prosedurnya, seorang kepala sekolah dan stafnya harus benar-benar mempertimbangkan arah dan prospek perkembangan siswa serta masa depannya (setelah lulus dari sekolah), sehingga kegiatan kesiswaan yang dilakukan oleh sekolah tidak hanya untuk memenuhi persyaratan sekolah saja akan tetapi jelas tujuan dan prospeknya. Demikian pula dalam perencanaan program, teori diatas berarti pula bahwa dalam menentukan program kegiatan kesiswaan serta pemilihan alternatif pelaksanaan dan prosedurnya, sekolah harus mempertimbangkan hal tersebut dengan kondisi masyarakat sekitar, sehingga program yang telah dilaksanakan di sekolah tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat. Karena pertentangan dengan kondisi masyarakat ini akan menimbulkan hal lain yang berpengaruh pula terhadap perkembangan sekolah. Dengan demikian dalam menentukan beberapa program kesiswaan serta pemilihan alternatif pelaksanaan dan prosedurnya, dibutuhkan kecerdasan dan

88

kecakapan dari seluruh pengelola pendidikan di lembaga tersebut khususnya kepala sekolah selaku manajer sekolah. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Harold Koontz dan Cyril O'Donnel (1993; 5) bahwa perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada. Sehingga dalam teori ini benar-benar ditekankan bahwasanya perencanaan program lembaga merupakan tugas pokok kepala lembaga selaku manajer yang tentunya dibantu oleh para staf dewan guru dan aparat sekolah yang ada. Jika seluruh komponen dalam perencanaan tersebut telah di penuhi oleh sekolah maka dapat dikatakan optimal, namun jika yang dipenuhi hanya sebagian saja dari beberapa komponen tersebut, maka proses perencanaan tersebut hanya bisa dikatakan baik namun belum optimal. Program kesiswaan yang diagendakan oleh kesiswaan SMPN 1 Pujer dalam satu tahun tetap mengalami stagnasi artinya tidak ada sebuah inovasi baru, sehingga para siswa berasumsi bahwa kegiatan kesiswaan yang selama ini dilaksanakan masih menjenuhkan. Suatu perencanaan yang optimal belum pasti menunjukkan hasil yang optimal pula karena banyak sekali faktor-faktor positif ataupun negatif yang berpengaruh terhadap beberapa program yang telah ditetapkan dalam perencanaan itu. Namun perencanaan yang optimal ini paling tidak sudah meringankan beban untuk menuju ke langkah berikutnya yaitu pengaturan program. Akan tetapi jika perencanaan saja belum optimal, apalagi langkah berikutnya. Maka gambaran kesuksesannya pun akan sulit dibayangkan.

89

Suatu hal yang harus diingat bahwasanya perencanaan merupakan suatu kegiatan memutuskan perkara pada awal kegiatan, sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Newman (1994;15) yang melukiskan istilah perencanaan tersebut sebagai pengambilan keputusan pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan merupakan langkah-langkah sebelum kegiatan dilakukan. Sehingga didalam memutuskan perkara awal ini memerlukan kehati-hatian demi kelancaran kegiatan berikutnya serta kelurusan arah perkembangan yang diinginkan. Jika hasil keputusan dalam langkah awal ini telah dijalankan secara optimal maka 80% telah tergambar kesuksesan pada kegiatan berikutnya. Namun jika sebaliknya maka hasilnya pun sebaliknya pula. Perencanaan yang strategis didasarkan pada analisa keuangan yang ada sebab apa yang diinginkan dari seluruh kegiatan itu tidak lepas dari keuangan, dalam dunia pendidikan. Dana (uang) memainkan peran dalam pendidikan dalam tiga area; pertama, ekonomi pendidikan dalam kaitannya dengan pengeluaran masyarakat secara keseluruhan; kedua, keuangan sekolah kaitannya dengan kebijakan sekolah untuk menerjemahkan uang terhadap layanan kepada peserta didik; dan ketiga, pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan (Mulyasa, 2009:195) Dari uraian di atas bahwa dalam hal pendanaan sangat strategis untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan dari perencanaan. Sebaik apapun yang tidak mendukung dalam hal pendanaan maka kegiatan tersebut akan terseok-seok. Dalam kegiatan kesiswaan, utamanya kegiatan ekstrakurikuler berkorelasi positif terhadap kualitas siswa. 2. Pengorganisasian Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI

90

Dalam mengatur beberapa program yang telah direncanakan dalam kegiatan kesiswaan urtamanya kegiatan Ekstrakurikuler, SMPN 1 Pujer telah menentukan pengaturan program kegiatan tersebut serta menentukan para pelaksanaanya sesuai dengan pembagian yang direncanakan sehingga sesuai dengan keahlian masing-masing. Menempatkan masing-masing individu sesuai dengan keahliannya ini sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan. Sebagaimana teori yang diungkapkan Hasibuan (2001 ; 3) bahwa pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan demikian seorang kepala sekolah atau penanggungjawab kesiswaan jika ingin menempatkan anggota pada bidang tertentu, maka harus terlebih dahulu mengetahui keahlian apa yang ada pada individu anggota tersebut, jika penunjukan pertama dalam penempatan ini sudah tidak sesuai maka hasil yang akan dicapai pun dapat dipastikan tidak sesuai pula dengan yang dicitacitakan. Penempatan sesuai dengan keahlian tersebut dengan tujuan untuk mencapai tujuan program yang telah di tetapkan. Selain penempatan anggota sesuai dengan keahlian masing-masing, demi kesuksesan lembaga dalam mencapai tujuan itu, maka lembaga harus mampu menentukan, mengelompokkan serta mengatur beberapa kegiatan dan aktivitas yang dibutuhkan guna mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini berarti seorang kepala lembaga atau penanggungjawab kesiswaan harus memiliki kecerdasan dan tanggap dalam

91

berbagai tugas yang ada. Sehingga dapat dipastikan bahwa segala aktivitas yang dilakukan oleh sekolah benar-benar mengarah kepada tujuan lembaga yang telah ditetapkan. Penempatan anggota sesuai dengan proporsinya sangat berpengaruh terhadap program yang direncanakan untuk dilaksanakan demi meraih kesusksesan, hal ini merupakan pengamalan dari hadits yang diriwayatkan oleh iamam Bukhari sebagai berikut.

) (
Artinya : Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten di bidangnya maka tunggulah saat kehancurannya. Menurut teori Hasibuan, kegiatan pengorganisasian yang ada, masih membutuhkan kegiatan penting yang harus dilaksanakan dalam mengatur pelaksanaan perencanaan program, yaitu menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitasaktivitas tersebut. Pendelegasian wewenang ini telah dilakukan oleh SMPN 1 Pujer demi tercapainya kemudahan dalam meraih tujuan. Jika wewenang tersebut belum didelegasikan kepada orang-orang yang berwenang maka seorang kepala sekolah akan merasa kesulitan untuk mengkoordinir segala kegiatan dan aktivitas yang ada. Dalam hal ini dbutuhkan ketegasan dari seorang kepala sekolah atau penanggung jawab sehingga memiliki keberanian untuk memberikan (mendelegasikan) beberapa aktivitas tersebut kepada bawahan. Keberanian dan ketegasan ini belum pasti dimiliki oleh setiap kepala sekolah (penanggung jawab).

92

Kesimpulan tersebut didasarkan atas formulasi pernyataan temuan penelitian fokus dua di SMPN 1 Pujer, sebagai berikut: Implementasi manajemen kesiswaan dalam pengorganisasian meliputi Pertama, pembentukan struktur organisasi didasarkan pada bidangbidang yang telah ditetapkan, Kedua, Pembagian Tugas disesuaikan dengan kapasitas dan keahlian masing-masing penanggung jawab bidang. Ketiga, mekanisme kinerja kesiswaan didasarkan pada ketetapan yang telah mufakat antara Kepala Sekolah, waka kesiswaan, dan staf kesiswaan. Hal ini bisa dilihat dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan baik oleh kepala sekolah (penanggung jawab) atau para staf yang ada. Jika seorang kepala sekolah (penanggung jawab sekolah tidak memiliki ketegasan (keberanian) dalam mendelegasikan wewenang yang ada, maka dapat dipastikan bahwa pengaturan pekerjaan dan aktivitas dalam sekolah tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun setelah diperhatikan, kepala SMPN 1 Pujer memiliki ketegasan dan keberanian dalam mendelegasikan tugas dan wewenang kepada para stafnya, sehingga para stafnya dengan rela dan ikhlas melaksanakan tugas dan wewenang tersebut. Jika keberanian dan ketegasan seorang kepala sekolah dalam mendelegasikan tugas dan wewenang kapada para anggota telah ada, maka dalam kegiatan pengorganisasian ini hendaknya kepala sekolah mampu mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif terhadap para staf yang ada, sehingga dalam melaksanakan beberapa aktivitas yang ada mereka merasakan kenyamanan dan kerelaan tanpa paksaan dari atasan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Terry (1998;210) dalam teorinya yaitu pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian

93

memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Hal ini sebagaimana yang terjadi di SMPN 1 Pujer Jember jika dilihat dari hubungan individu dalam sekolah, namun akan bertentangan jika dilihat dari hubungan antar unit kegiatan (ekstra) di sekolah. Keharmonisan hubungan antar unit di sekolah merupakan tindakan efektif yang harus diusahakan oleh sekolah, hal ini penting dilakukan dengan tujuan mempermudah sekolah dalam melakukan serta bekerjasama dalam segala aktivitas yang dibutuhkan demi kepuasan seluruh komponen yang ada dalam sekolah tersebut. Jika hal ini dilakukan maka akan tercipta kenyamanan dalam sekolah itu sendiri maupun dalam lingkungan sekolah. Hal ini dapat ditemukan di SMPN 1 Pujer, sehingga perkembangan sekolah tersebut kategori baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Jika lembaga telah mengusahakan hubungan yang efektif antar orangorang serta komponen yang ada dalam sekolah, maka akan mengalami kemudahan dalam bekerjasama serta menggerakkan komponen yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Penggerakan komponen ini sebagaimana diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (1996 ; 15) dalam teorinya tentang pengorganisasian yaitu keseluruhan proses mengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dari ketiga teori tersebut dapat dinilai bahwa jika lembaga belum optimal dalam penggunaannya, maka sudah dapat dipastikan bahwa hasilnya tidak akan memuaskan, namun jika sebaliknya maka akan menuai hasil yang maksimal juga. Dan jika telah dilaksanakan beberapa teori

94

yang ada itu, namun hasilnya kurang memuaskan, maka telah dapat dipastikan ada faktor-faktor eksternal yang membuat lembaga tersebut tidak mengalami hasil yang memuaskan. Sebagaimana yang terjadi di SMPN 1 Pujer, pada dasarnya lembaga ini telah melakukan beberapa tindakan yang menunjang keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dan kegiatan ekstrakurikuler PAI pada khususnya SMPN 1 Pujer, sebagaimana yang tercantum dalam ketiga teori diatas, namun lembaga ini belum menuai hasil yang optimal sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terjadi karena faktor eksternal lembaga, yaitu kecenderungan siswa dan wali murid untuk medukung dan memotivasi putra putri mereka terhadap kegiatan kesiswaan di SMPN 1 Pujer, dan bukan orientasi pada pengembangan bakat. Dengan demikian telah jelas bahwasanya jika sebuah sekolah telah memenuhi dan optimal dalam pelaksanaan ketiga aspek pokok dalam pengorganisasiannya, namun belum menuai hasil yang optimal pula, berarti ada faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap perkembangan sekolah. Dalam hal ini gerakan sekolah untuk memahamkan dan mencerdaskan masyarakat harus selalu dijalankan dan tidak ada kata putus asa karena jika masyarakat menyadari itu semua sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan berbondong-bondong untuk menyekolahkan putra-putrinya dengan penuh harap dan optimis. 3. Pelaksanaan Program Kegiatan Kesiswaan Pelaksanaan kegiatan kesiswaan di SMPN 1 Pujer sudah bisa dikatakan baik, karena dalam melaksanakan beberapa program yang direncanakan, lembaga ini selalu mengupayakan adanya pengarahan dari kepala sekolah sehingga segala hal yang menghambat pelaksanaannya akan segera diketahui serta dilakukan

95

koreksi dan pembenahan secara langsung tanpa menunggu datangnya waktu evaluasi. Hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Amin Widjaja Tunggal (1997 ; 47) yaitu pelaksanaan (actuating) merupakan pelaksanaan segala kegiatan yang telah direncanakan dengan mengupayakan pengarahan dari manajer sehingga pelaksanaan tugas tersebut sesuai rencana dalam organisasi itu. Hal ini dilakukan pula oleh SMPN 1 Pujer sehingga sekolah ini bisa dikatakan baik dalam usaha mengupayakan adanya pengarahan dari kepala dalam kegiatan kesiswaan Khususnya kegiatan ekstrakurikuler. Pelaksanaan kegiatan kesiswaan ataupun kegiatan ekstrakurikuler pada khususnya tanpa ada sebuah dukungan dan motivasi dari atasan pada bawahan tidak akan terlaksana. Sebagaimana yang pendapat Terry tentang Motivasi (1987) merupakan pendorong untuk melakukan pekerjaan. Dalam penerapan manajemen kesiswaan baik langsung maupun tidak langsung dapat menjadi semangat warga sekolah, untuk melakukan tugas sesuai tugas dan fungsinya masing-masing yang pada akhirnya dapat membantu tercapainya tujuan manajemen ekstrakurikuler yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PAI Keberhasilan memotivasi bawahan sangat dipengaruhi prilaku kepemimpinan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya. Secara empiris, pada dasarnya ada pemimpin yang menunjukkan prilakunya cenderung berorintasi pada tugas, sebaliknya ada juga yang berorientasi pada hubungan kemanusiaan, bahkan ada yang berorientasi pada tugas sekaligus berorientasi pada hubungan kemanusiaan. Disamping pengupayaan adanya pengarahan dari kepala sekolah, kepala sekolah telah menempatkan semua anggota sesuai dengan keahlian dan tugas serta

96

tanggung jawabnya masing-masing, sehingga mereka bisa bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Terry (1998 ; 211) dalam teorinya yang mengatakan bahwa pelaksanakan (actuating) adalah menempatkan semua anggota dari pada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. Dari teori ini telah jelas bahwasanya tujuan penempatan semua anggota dalam bagian dan tugasnya masing-masing adalah untuk mempermudah tercapainya tujuan kegiatan yang telah direncanakan. Disamping kegiatan tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan kesiswaan khususnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah hendaknya juga mengaktifkan setiap anggota sesuai rencana, sebagaimana dalam teori S. Prajudi Atmosudirdjo (1987 ; 25) yang mengatakan bahwa penggerakan pelaksanaan adalah pengaktifan dari pada orang-orang sesuai dengan rencana dan pola organisasi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini berarti jika lebih pro-aktif dalam kegiatan pelaksanaan serta penentuan prosedur pelaksanaan lebih cepat sehingga sekolah mampu bersaing dengan sekolah lain, maka hal ini lebih baik dan lebih optimal. Disamping itu sekolah ini selalu memberikan motifasi bekerja kepada bawahan sehingga mereka mau bekerja dengan senang hati dan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan Sondang P. Siagian (1996 ; 16) yang mengatakan bahwa penggerakan pelaksanaan adalah keseluruhan proses pemberian motifasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Dikatakan pula oleh

97

Arifin Abdurrahman (1999 ; 20) bahwa penggerakan pelaksanaan adalah kegiatan manajemen untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja. Dari kedua teori ini telah terlihat jelas bahwa SMPN 1 Pujer dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tupoksinya, sehingga orang-orang yang berada dalam lembaga ini benar-benar merasakan bahwa mereka seakan-akan bekerja dirumah sendiri tanpa harus ditunjukkan oleh atasan, mana yang harus dikerjakan, maka dengan senang hati mereka melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Meskipun demikian seorang kepala sekolah tetap harus mengarahkan karena pengarahan kepala sekolah menunjukkan kewawasan yang lebih jelas dan kefahaman kepala sekolah akan prospek dan tujuan pengadaan kegiatan tersebut secara tajam. Kesimpulan tersebut didasarkan atas formulasi pernyataan temuan penelitian fokus tiga di SMPN 1 Pujer. Pelaksanaan Kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan yaitu : (1) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh guru untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di lembaga tersebut. (2) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh karyawan. .(3). Motivasi kepala sekolah kepada seluruh siswa. .(4). Motivasi guru kepada seluruh siswa. 4. Pengawasan Program Kegiatan ekstrakurikuler PAI Pengawasan kegiatan kesiswaan nota bene kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dan pada khususnya ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti kepala lembaga ataupun staf telah melakukan tindakan korektif terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan serta telah mengatur berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan program. Hal ini sebagaimana teori yang telah diungkapkan oleh Terry (1998 ; 213) bahwasanya pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai, yaitu standar,

98

apa yang sedang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana, yaitu sesuai dengan standar. Pengawasan merupakan satu kesatuan dalam proses manajemen. Dengan kata lain, perencanaan, penorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pada hakikatnya adalah satu kesatuan tindakan. Keberhasilan suatu program implementasi manajemen kesiswaan tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan kepengawasan di sekolah. Menurut Terry (1997) pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan standart yang ditetapkan dalam rencana atau belum. Dari teori tersebut telah jelas bahwa pengawasan kegiatan dalam setiap keadaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai standar keberhasilan yang dicita-citakan. Pengawasan ini berarti pula meluruskan segala kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Karena sesuatu yang direncanakan merupakan keputusan yang harus dilaksanakan, yang mana keputusan tersebut sudah memiliki arah pengembangan dan tujuan yang jelas. Dengan demikian jika pelaksanaannya tidak diawasi maka dikhawatirkan ada kegiatan yang akan melenceng dari arah yang telah ditentukan. Sehingga hasil yang dicapai pun juga tidak sesuai dengan rencana. Didalam kegiatan pelaksanaan sudah pasti akan dijumpai beberapa faktor yang menghambat maupun yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Faktor yang mendukung harus selalu diupayakan keberadaannya karena hal tersebut menjadikan lancarnya kegiatan yang ada sehingga secepat mungkin menuai hasil yang diinginkan. Namun faktor penghambat pelaksanaan ini harus

99

selalu diupayakan untuk menghilangkannya, karena hal tersebut akan menghambat lancarnya kegiatan pelaksanaan serta memperlambat tercapainya standar keberhasilan sekolah. Dengan demikian sekolah hendaknya memiliki kemahiran dalam pengaturan beberapa faktor penghambat lancarnya kegiatan ekstrakurikuler, hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Earl P. Strong (1998, ; 134) yang mengatakan bahwa pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Pengaturan beberapa faktor penghambat tersebut antara lain dengan jalan mengidentifikasi akar masalah timbulnya faktor penghambat, kemudian memberikan solusi praktis serta memilih alternatif-alternatif lain untuk menggantikan faktor-faktor penghambat tersebut sehingga secara tidak langsung masyarakat tidak memberikan fokus perhatian kepada akar masalah dan faktor tersebut karena telah tergantikan oleh kondisi yang lebih baik dari itu. Ketrampilan dan kecerdasan dalam pengidentifikasian faktor penghambat secara cermat harus dimiliki oleh kepala sekolah terutama dan staf pada umumnya. Jika kecerdasan dan kelincahan dalam pengidentifikasian akar masalah serta penggantiannya dengan yang lebih baik ini dimiliki oleh kepala sekolah khususnya dan para staf umumnya, maka faktor penghambat tersebut akan teratasi dengan segera, serta pencapaian tujuan akan lebih cepat dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan bahkan lebih dari itu. Didalam menentukan aktivitas pengganti daripada faktor penghambat tersebut, seorang kepala sekolah beserta staf harus behati-hati dalam memilihnya. Karena aktivitas tersebut harus mampu menjamin lancarnya lembaga dalam

100

mencapai tujuan yang telah direncanakan, hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh S. Pradjudi Atmosudirdjo (1987 ; 30) yang merumuskan bahwasanya pengawasan adalah keseluruhan daripada aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan untuk menjamin atau membuat agar supaya semua pelaksanaan dan penyelenggaraan berlangsung serta berhasil sesuai dengan yang telah direncanakan, diputuskan dan diperintahkan. Berdasarkan teori tersebut jika lembaga tidak berhati-hati bahkan tidak menentukan aktivitas pengganti sebagai pengaturan faktor penghambat atau mungkin bahkan dibiarkan faktor penghambat tersebut menghadang pelaksanaan kegiatan kesiswaan, maka dapat dipastikan bahwa faktor penghambat tersebut akan bertambah bahkan tidak menutup kemungkinan akan mematikan sekolah dari kehidupannya. Seorang manajerial dalam mengevaluasi tidak boleh lepas dari tiga cara, (1)Evaluasi orang lain contohnya guru, (2) Evaluasi hasil, proses dan program sekolah, (3) Evaluasi of self (diri sendiri) (Gorton, 1976 : 61). Evaluasi pelaksanaan kegiatan kesiswaan di SMPN 1 Pujer telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti kepala lembaga yang bekerjasama dengan staf untuk melakukan evaluasi perencanaan, proses maupun hasil yang diperoleh. Sebab dengan diadakannya evaluasi menjadi bahan referensi untuk program kegiatan selanjutnya agar lebih baik dari sebelumnya. Hal ini sebagaimana teori yang telah diungkapkan oleh Gorton (1976 : 6) bahwasanya evaluasi adalah proses koreksi apa yang dicapai, yaitu standar, apa yang sedang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, mengoreksi pelaksanaan dan bila perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana, yaitu sesuai dengan standar. Dari teori tersebut telah jelas bahwa evaluasi kegiatan

101

dalam setiap keadaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai standar keberhasilan yang dicita-citakan. Evaluasi ini berarti pula meluruskan segala kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Karena sesuatu yang direncanakan merupakan keputusan yang harus dilaksanakan, yang mana keputusan tersebut sudah memiliki arah pengembangan dan tujuan yang jelas. Dengan demikian jika pelaksanaannya tidak diawasi maka dikhawatirkan ada kegiatan yang akan melenceng dari arah yang telah ditentukan. Sehingga hasil yang dicapai pun juga tidak sesuai dengan rencana. Didalam kegiatan pelaksanaan sudah pasti akan dijumpai beberapa faktor yang menghambat maupun yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Faktor yang mendukung harus selalu diupayakan keberadaannya karena hal tersebut menjadikan lancarnya kegiatan yang ada sehingga secepat mungkin menuai hasil yang diinginkan. Namun faktor penghambat pelaksanaan ini harus selalu diupayakan untuk menghilangkannya, karena hal tersebut akan menghambat lancarnya kegiatan pelaksanaan serta memperlambat tercapainya standar keberhasilan sekolah. Dengan demikian sekolah hendaknya memiliki kemahiran dalam pengaturan beberapa faktor penghambat lancarnya kegiatan ekstrakurikuler., utamanya kegiatan ekstrakurkuler PAI.. Pengaturan beberapa faktor penghambat tersebut antara lain dengan jalan mengidentifikasi akar masalah timbulnya faktor penghambat, kemudian memberikan solusi praktis serta memilih alternatif-alternatif lain untuk menggantikan faktor-faktor penghambat tersebut sehingga secara tidak langsung masyarakat tidak memberikan fokus perhatian kepada akar masalah dan faktor tersebut karena telah tergantikan oleh kondisi yang lebih baik dari itu.

102

Ketrampilan dan kecerdasan dalam pengidentifikasian faktor penghambat secara cermat harus dimiliki oleh kepala sekolah terutama dan staf pada umumnya. Jika kecerdasan dan kelincahan dalam pengidentifikasian akar masalah serta penggantiannya dengan yang lebih baik ini dimiliki oleh kepala sekolah khususnya dan para staf umumnya, maka faktor penghambat tersebut akan teratasi dengan segera, serta pencapaian tujuan akan lebih cepat dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan bahkan lebih dari itu. Didalam menentukan aktivitas pengganti daripada faktor penghambat tersebut, seorang kepala sekolah beserta staf harus behati-hati dalam memilihnya. Karena aktivitas tersebut harus mampu menjamin lancarnya lembaga dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, hal ini sebagaimana teori yang diungkapkan oleh S. Pradjudi Atmosudirdjo (1987 ; 60) yang merumuskan bahwasanya evaluasi adalah keseluruhan daripada aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan untuk menjamin atau membuat agar supaya semua pelaksanaan dan penyelenggaraan berlangsung serta berhasil sesuai dengan yang telah direncanakan, diputuskan dan diperintahkan. Berdasarkan teori tersebut jika lembaga tidak berhati-hati bahkan tidak menentukan aktivitas pengganti sebagai pengaturan faktor penghambat atau mungkin bahkan dibiarkan faktor penghambat tersebut menghadang pelaksanaan kegiatan kesiswaan, maka dapat dipastikan bahwa faktor penghambat tersebut akan bertambah bahkan tidak menutup kemungkinan akan mematikan sekolah dari kehidupannya. Kesimpulan di atas didasarkan pada formulasi penelitian fokus empat di SMPN 1 Pujer sebagaimana berikut. Pengawasan program kegiatan Ekstrakurikuler PAI adalah Pertama, sebagai pengontrol dengan melakukan pemantauan

103

(Monitoring) pelaksanaan program kegiatan kesisiwaan. Bidang yang dimonitor kegiatan ekstra kurikuler, keuangan, dan program yang lain. Waktu pelaksanaan monitoring terjadwal dan tidak terjadwal. Kedua, sebagai evaluator pelaksanaan program kegaiatan kesiswaan dengan tujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan terhadap program tersebut.

104

TABEL 6 MATRIK TEMUAN PENELITIAN EKSTRAKURIKULER DI SMPN 1 PUJER NO 1 1 FOKUS 2 Penyusunan (Perencanaan)Program Kegiatan ekstrakurikuler PAI SUB FOKUS 3 - Membuat Program
Kegiatan

TEMUAN PENELITIAN 4 - program yang dilaksanakan tidak dengan serta merta, akan tetapi program tersebut diagendakan jauh hari sebelum program tersebut dilaksanakan dengan cara musyawarah - Program yang direncanakan ada relevansi dengan analisa - Program yang direncanakan merupakan Dasar/Acuan dari program yang akan dilaksanakan selanjutnya. - Dana BOS - Dana Swadana - pembentukan struktur organisasi didasarkan pada bidang-bidang yang telah ditetapkan, - Pembagian Tugas disesuaikan dengan kapasitas dan keahlian masing-masing penanggung jawab bidang - mekanisme kinerja kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada ketetapan yang telah mufakat antara Kepala Sekolah, urusan kesiswaan, guru PAI dan staf kesiswaan. - Motivasi Kepala sekolah terhadap guru - Motivasi Kepala sekolah terhadap karyawan - Motivasi Kepala sekolah terhadap siswa - Motivasi Guru terhadap siswa

Menyusun RAB

Pengorganisasian Langkah-langkah Program kegiatan pengorganisasian ekstrakurikuler PAI

Pelaksanaan kegiatan Motivasi ekstrakurikuler PAI

105

Pengawasan Program Kegiatan Ekstra kurikuler PAI

- Sebagai Pengontrol

Monitoring : - Ekstrakurikuler - Keuangan Waktu : - Terjadwal dan - Tidak terjadwal

- Sebagai Evaluator

- Melakuakn aktifitas evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan kegagalan program kegiatan ekstrakurikuler

BAB VI PENUTUP

106

Pada bab VI ini secara berturut-turut diuraikan tentang : (1) kesimpulan, yang memuat kesimpulan penelitian dan didasarkan fokus penelitian, (2) saransaran, yang memuat saran-saran yang disampaikan kepada pihak-pihak terkait yang dipengaruhi hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian paparan data, temuan penelitian di bab IV, dan uraian pembahasan temuan penelitian di babV, berikut ini dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyusunan (perencanaan) Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Dalam penyusunan (perencanaan) program kegiatan kesiswaan adalah : Pertama, program yang dilaksanakan tidak dengan serta merta, akan tetapi program tersebut diagendakan jauh hari sebelum program dilaksanakan dengan cara musyawarah renstra. Kedua, Program yang direncanakan ada relevansi dengan analisa kebutuhan. Ketiga, Program yang direncanakan merupakan Dasar/Acuan dari program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Dalam penyusunan (perencanaan) program kegiatan untuk penyusunan RAB kesiswaan didasarkan pada, Pertama Dana BOS Kedua, Dana Swadana 2. Pengorganisasian Program Kegiatan Ekstrakurikuler PAI Sebagai perwujudan dari pengorganisasian kepala seksi urusan kesiswaan mewujudkan perannya dalam proses pengorganisasian sumber daya sekolah yaitu Pertama, pembentukan struktur organisasi didasarkan pada bidang-bidang yang telah ditetapkan, Kedua, Pembagian Tugas disesuaikan dengan kapasitas dan keahlian masing-masing penanggung jawab 289

107

bidang. Ketiga, mekanisme kinerja urusan kesiswaan didasarkan pada ketetapan yang telah mufakat antara Kepala Sekolah, kepala seksi urusan kesiswaan, guru agama sebagai pembina utama kegiatan ekstrakurikuler PAI dan staf kesiswaan. 3. Pelaksanaan Program Kegiatan ekstrakurikuler PAI Pelaksanaan Kegiatan ekstrakurikuler PAI di SMPN 1 Pujer dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan yaitu : (1) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh guru untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di lembaga tersebut. (2) Motivasi kepala sekolah kepada seluruh karyawan. .(3). Motivasi kepala sekolah kepada seluruh siswa. .(4). Motivasi guru kepada seluruh siswa.

4. Pengawasan Program Kegiatan ekstrakurikuler PAI Sebagai perwujudan kegiatanEkstrakurikuler PAI dalam proses pengawasan adalah Pertama, sebagai pengontrol, aktifitas kepala sekolah melakukan monitoring pelaksanaan program kegiatan kesiswaan secara umum. Tujuan monitoring untuk mengetahui apakah pelaksanaan program kesiswaan berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan atau belum. dengan melakukan pemantauan (Monitoring) pelaksanaan program kegiatan kesiswaan. Bidang yang dimonitor kegiatan ekstra kurikuler, keuangan, dan program yang lain. Waktu pelaksanaan monitoring terjadwal dan tidak terjadwal. Kedua, sebagai eavaluator. Aktifitas kepala sekolah adalah melakukan evaluasi program kegiatan kesiswaan secara umum.

108

B.

Saran-saran Berdasarkan uraian paparan data, temuan penelitian, dan simpulan hasil

penelitian, direkomendasikan beberapa saran : 1. Bagi Kepala Sekolah Manajemen kesiswaan yang didadalamnya terdapat kegiatan Ekstrakurikuler secara umum, tidak dapat dilepaskan dari tugas kepala sekolah, oleh karena itu diharapkan: (1) Kepala sekolah hendaknya bersikap proaktif terhadap bawahannya, agar bisa mengontrol dan mengevaluasi kinerja para stafnya (2) Kepala sekolah harus memiliki untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas pada sekolah, sehingga dapat membangun kepercayaan sekolah. Dan dampatnya diharapkan dapat mendorong partispasi yang lebih maksimal dari masyarakat atau stakeholder terhadap eksistensi sekolah, (3) kepala sekolah diharapkan seselektif mungkin dalam memilih dan memilah program yang diajukan oleh waka-waka. Serta orang-orang yang diberi jabatan sesuai dengan kemampuannya. 2. Bagi Seksi Urusan Kesiswaan dan staf serta Guru PAI Dalam rangka meningkatkan program kegiatan kesiswaan maka hendaknya (1) pelayanan yang diberikan hendakanya diberikan sepenuhnya kepada user, sebab pelayanan tersebut merupakan kunci pokok sebuah keberhasilan dalam manajemen kesiswaan, (2) kinerjanya kesiswaan serta staf-stafnya harap ditingkatkan agar tujuan dari visi-misi sekolah dapat dicapai dengan maksimal dan efektif

109

3. Bagi Kantor Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama Kabuapten Bondowoso Kantor Kementerian Pendidikan Nasional dan kemeterian Agama kabupaten Bondowoso hendaknya memberikan pelayanan publik, peningkatan kualitas para waka kesiswaan yang berada di bawahnya. Seperti, Pelatihan Manajerial, Workshop, dan seminar guna untuk meningkatkan kinerja para guru, staf dan Urusan kesiswaan 4. Bagi Calon Peneliti selanjutnya Penelitian ini membutuhkan penelitian berikutnya, diharapkan dengan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan topik ini, terbuka peluang mengembangkan dan mengkaji lebih mendalam tentang implementasi manajemen Ekstrakurikuler PAI. Topik ini masih relevan untuk dikaji secara ilmiah baik dengan pendekatan yang sama maupun dengan pendekatan yang berbeda. Dengan penelitian berikutnya diharapkan dapat mendukung dan memperdalam serta mengembangkan berbagai hal yang berkaitan dengan implementasi manejemen kesiswaan yang telah diungkap dalam penelitian ini. Ada alasan rasionalitas mengapa penelitian membutuhkan penelitian berikutnya: (1) masih banyak yang bisa dijabarkan dalam penelitian tentang implementasi manajemen kesiswaan, (2). Mengukur kontribusi implementasi manajemen kesiswaan terhadap peningkatan sumber daya manusia memerlukan kajian lanjutan, (3). Judul Penelitian tentang iplementasi manajemen kesiswaan ini dapat didekati dengan pendekatan penelitian yang lain.

110

You might also like