You are on page 1of 33

CEDERA KEPALA

Pembimbing : dr. Hj Neti Sri W Sp.S Oleh : anggun nursari

PENDAHULUAN
Trauma kepala atau yang disebut dengan cedera kepala adalah ruda paksa tumpul atau tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan dijalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum benar serta rujukan yang terlambat.

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI TRAUMA KEPALA Menurut Brain Injury Assosiation of America, trauma kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative tetapi disebabkan oleh serangan benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

ANATOMI KEPALA

1. Kulit Kepala Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu: Skin, connective tissue, aponeurosis, losse connective tissue, periosteum.

2. Tulang Tengkorak Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parieral, temporal dan oksipital. 3. Meningens Duramater Arachnoid Piamater

4. Cerebri

Proencephalon - Serebrum - Diencephalon Mesencephalon Rhombencephalon - pons - MO - Serebellum

PATOFISIOLOGI
Pada trauma kepala, kerusakan otak dapat terjadi

dalam dua tahap yaitu trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer merupakan trauma pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi deselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme trauma kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Trauma primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup.

Pada daerah yang berlawanan dengan

tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Trauma sekunder merupakan trauma yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan

KLASIFIKASI
Berdasarkan : 1. Mekanisme trauma kepala Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terkena pukulan benda tumpul. Sedang cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan.

2. Beratnya trauma Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale adalah sebagai berikut : Trauma kepala berat Trauma kepala sedang Trauma kepala ringan

Ringan Kehilangan kesadaran < 20 menit Amnesia post traumatik < 24 jam GCS = 13 15 Sedang Kehilangan kesadaran 20 menit dan 36 jam Amnesia post traumatik 24 jam dan 7 hari GCS = 9 12 Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam Amnesia post traumatik > 7 hari GCS = 3 8

3. Morfologi trauma Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur cranium dan lesi intrakranial. A. Fracture cranium Fraktur cranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak dan dapat berbentuk garis atau lintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fracture dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT-Scan dengan dengan teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya.

Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak

: Racon eye Battle sign Rhinorhea Othorea

Berdasarkan morfologi otak :


Fokal : adanya hematom Epidural Subdural Intraserebral Diffuse : Trauma diffuse PSA

EPIDURAL HEMATOM
Definisi : hematoma yang terletak diantara tulang

kepala dan duramater Disertai fraktur kalvaria Trias : lucid interval, hemiparesis, anisokor pupil Sumber perdarahan : akibat robeknya arteri meningea media, ruptur sinus sagitalis, ruptur v. diplorica CT-scan : bentuk bikonvek dibatasi oleh sutura Lokasi tersering regio temporal Dapat bersifat fatal dalam tempo singkat Penting: evakuasi/dekompresi segera untuk mengatasi perdarahan

Komplikasi: Edema serebri Kompresi batang

otak sampai meninggal


Outcome : Mortalitas 20-30% Sembuh dgn deficit

neurologis 5-10% Sembuh tanpa defisit

SDH
Definisi : hematoma yang terletak di antara duramater

dan arachnoid Sumber perdarahan: Bridging vein, Vassa kortikal, Robekan


sinus venosus duralis

Berdasarkan waktu tdd: SDH akut 1-3 hari SDH sub akut 3 hari 3 minggu SDH kronik > 3 minggu Gejala klinis : pusing, mual mun tah, papil edema, diplopis, epilepsi dan pupil anisokor. Bentuk semilunar/crescentic/mengikuti permukaan

otak Morbiditas/mortalitas karena cedera otak yang mendasarinya Penting: evakuasi hematoma secepatnya, terutama jika midline shift > 5 mm

Terapi : pembedahan

segera Komplikasi : hemiparese/hemiplegia, disfasia, epilepsi, hidrosephalus Outcome : Mortalitas pdh SDH akut : 75-85% Pada SDH kronis : - sembuh tanpa gangguan defisit neurologis 50-80% - sembuh dgn gangguan

INTRASEREBRAL HEMATOM
DEFINISI : perdarahan yang terjadi di dalam

otak. Akibat :akumulasi darah akibat cedera /robekan nasional thd p.darah intraparenkim otak. Ukuran hematom sekitar beberapa milimeter hingga beberapa centimeter (2-16%) kasus cedera. Gejala : klinis tidak khas dan sering (30-50%) sadar, manifestasi puncak terjadii 2-4 hari setelahnya

terapi
Untuk perdarahan kecil secara observatif dan supportif. konservatif : -bila perdarahan >30cc supratentorial -bila perdarahan<15cc cerebellar -bila perdarahan pons batang otak Pembedahan : -perdrahan tentorial >30cc dgn effek masa -perdarahn cerebellar >15cc dgn efek massa
Komplikasi : Oedem seresri Kompresi batang otakmeninggal Outcome : Mortalitas 20-30% Sembuh tnp defisit neurologis Sembuh dgn defisit neurologis

PSA
Perdarahan Subarakhnoid merupakan

gangguan mekanikal system vaskuler pada intracranial yang menyebabkan masuknya darah ke dalam ruang subarachnoid. Gejala : nyeri kepala hebat 10%, 90% tanpa keluhan sakit kepala, mual muntah, berkeringat, mengigil,gelisah Kesadran terganggu, px rangsang meningeal + Terapi : penderita segera dirawat dan tidak boleh melkukn aktivitas berat. Obat pereda nyeri untuk sakit kepala. Kadang dipasang drainase selang di dlm otak untuk mengurangi tekanan. Pembedahan dilakukan untuk mengurangi resiko fatal,tetapi ini sulit

DAI
Diffuse Axonal Injury adalah istilah untuk

menjelaskan koma pasca traumatik yg lama yg tdk dikarenakan lesi massa. Kehilangan kesadaran saat cedera berlanjut sampai 6jam. Gejala : DAI ringan : koma 6jam -24jam DAI sedang : koma >24 jam DAI berat : koma dalam dan menetap dlm waktu yg lama Terapi : mencegah jejas otak sekunder dari hematom intra kranial, peningkatan intrakranial. Pembedahan : hanya jika di sertai EDH SDH dan

PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan awal meliputi airway,

breathing, circulation Terapi konservatif Cairan intravena : pertahankan status cairan euvolemik, hindari dehidrasi, jangan menggunakan cairan hipotonis / glukosa. Cairan garam hipertonis : cairan NaCl 0,9 %, 3%-27%. Kureshi dan Suarez menunjukkan penggunaan saline hipertonis efektif pada neuro trauma dengan hasil pengkerutan otak sehingga menurunkan tekanan intrakranial, mempertahankan volume intravaskular euvolume.

Cedera Kepala Ringan ( GCS 13-15) Pasien dalam keadaan sadar Tanpa deficit neurology perawatan luka Pemeriksaan radiology hanya atas indikasi Pasien dipulangkan & keluarga diminta observasi kesadaran bila curiga kesadaran menurun , segera kembali ke RS Kesadaran terganggu sesaat Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat sadar kembali saat diperiksa. Dibuat foto kepala. Rawat luka Pasien pulang observasi bila curiga kesadaran menurun segera kembali ke RS

Kesadaran menurun

Perubahan orientasi tanpa deficit fokal


Dilakukan pemeriksaan fisik, rawat luka, foto

kepala Istrahat baring mobilisasi bertahap terapi simptomatik Observasi minimal 24 jam di RS

Cedera Kepala Sedang

Periksa & atasi gangguan Airway, Breathing, Circulation Riwayat: jenis dan saat kecelakaan, kehilangan kesadaran, amnesia, nyeri kepala Pemeriksaan umum guna menyingkirkan cedera sistemik Pemeriksaan neurologis Radiograf tengkorak Radiograf tulang belakang leher dll bila ada indikasi Contoh darah untuk penentuan golongan darah Tes darah dasar dan EKG CT scan kepala Rawat untuk pengamatan bahkan bila CT scan normal

Cedera Kepala Berat

Definisi: Pasien tidak mampu mengikuti bahkan perintah sederhana karena gangguan kesadaran. 1. Riwayat:Usia, jenis dan saat kecelakaan Penggunaan alkohol atau obat-obatan Perjalanan neurologis Perjalanan tanda-tanda vital Muntah, aspirasi, anoksia atau kejang Riwayat penyakit sebelumnya, termasuk obatobatan yang dipakai serta alergi

Stabilisasi Kardiopulmoner:Jalan nafas, intubasi

dini Tekanan darah, normalkan segera dengan Salin normal atau darah Foley, tube nasogastrik kateter Film diagnostik: tulang belakang leher, abdomen, pelvis, tengkorak, dada, ekstremiras 3. Pemeriksaan Umum 4. Tindakan Emergensi Untuk Cedera Yang Menyertai:TrakheostomiTube dada dan traksi

Pemeriksaan Neurologis:Kemampuan membuka

mata, Respons motorik, Respons verbalReaksi , cahaya pupil 6. Obat-obat Terapeutik: Bikarbonat sodium, Fenitoin, Steroid ,Mannitol 7. Tes Diagnostik :CT scan

Indikasi rawat
1. Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam) 2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit) 3. Penurunan tingkat kesadaran 4. Nyeri kepala sedang hingga berat

5. Intoksikasi alkohol atau obat

6. Fraktura tengkorak 7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea 8. Cedera penyerta yang jelas 9. Tidak punya orang serumah yang dapat dipertanggungjawabkan

10. CT scan abnormal

Indikasi pembedahan

Volume masa hematom mencapai lebih dari 40ml didaerah supratentorial atau lebih Dari 20 cc di daerah infratentorial Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis Tanda fokal neurologis semakin berat Terjadi gejala sakit kepala, mual dan muntah yang semakin hebat Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm Terjadi kenaikan tekanan intracranial lebih dari 25 mmHg Terjadi penambahan ukuran hematom pada CT-Scan ulang

prognosis
Apabila penanganan pasien yang mengalami

cedera kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan dari cedera kepala. Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.

You might also like