You are on page 1of 260

KONSTRUKSI BETON I

PROF. IR. ZAIDIR, MS., DR.ENG

PROGRAM KULIAH : Semester ke/tahun ke Jumlah minggu Jam/minggu Jadwal kuliah : Hari Waktu Ruang

: VI/3 : 16 : 2 jam/minggu : SELASA

: 10.30 -12.10 ( R ) : 15.00 16.40 ( NR ) : D2.2 (R) : RSTA 3.1 ( NR )


2

PRASYARAT: 1. Statika 2. Mekanika Bahan 3. Teknologi Bahan Konstruksi BERLANJUT KE : 1. Konstruksi Beton II

KEMAMPUAN DASAR YANG PERLU DIMILIKI SEBELUM MENGIKUTI KULIAH : Menguasai dasar-dasar statika dan mekanika kekuatan material Menguasai sifat-sifat karakteristik bahan beton dan baja.

ISI KULIAH :
Studi mengenai kekuatan, perilaku dan disain elemen beton bertulang dengan penekanan pada : pengaruh karakteristik material beton pada perilaku elemen, kriteria disain, elemen lentur balok persegi, balok T, perencanaan geser dan torsi (disesuaikan dengan standar SNI beton yang berlaku), pengantar pada Konstruksi Beton II Tugas : PR, Latihan-latihan
5

BUKU RUJUKAN :
1. Winter, G., dan Nilson, A.H., 2. Wang, C.K., and Salmon, C.G 3. Nawy, G. Perencanaan Beton Bertulang , Pradnya Paramita, Jakarta, 1993. Reinforced Concrete Design, 4th ed., Harper & Row, N.Y.,1985. Perencanaan Struktur Beton bertulang, Suatu Pendekatan Dasar, PT. Eresco. Struktur Beton Bertulang, (Standar Baru SNI T-15- 1991), PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999.

4. Wahyudi, L dan Rahim, S.A.

5. SK SNI 03 2847- Tata Cara Perhitungan Struktur 2002 Beton untuk Bangunan Gedung, BSN.
6

HASIL BELAJAR YANG DIHARAPKAN : Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menganalisis dan merencanakan penulangan lentur penulangan elemen balok persegi, balok T, penulangan geser dan torsi yang disesuaikan dengan Standar Beton yang berlaku.

SISTEM PENILAIAN :
PR + Kehadiran 10 % Quiz UTS UAS Bonus 15 % 30 % 45 % 5 10%
8

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)


MINGGU KE I II III IV V VI VII VIII KULIAH KE 1 2 3 4 5 6 7 8 MATERI KULIAH Pendahuluan, Pengantar Beton Bertulang Kriteria Disain & Pembebanan, Faktor Beban Dasar-dasar Analisis dan Disain Material Beton, Kuat Tarik & Tekan Beton, Baja Tulangan, Pelindung Beton, Manfaat Struktur Beton Analisis & Disain Balok, Perilaku Balok, Disain minimum balok. Penampang Tulangan Tunggal, Pembatasan Baja Tulangan. Contoh Analisis & Disain Penampang Tulangan Tunggal. Ujian Tengah Semester (UTS)
9

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)


MINGGU KE IX X XI XII XIII XIV XV XV1 XVII KULIAH KE 9 10 11 12 13 14 15 16 17 MATERI KULIAH Analisis Penampang Tulangan Rangkap Disain Penampang Tulangan Rangkap Contoh Analisis & Disain Penampang Tulangan Rangkap. Balok T, Analisis dan Disain Contoh Analisis & Disain Balok T Geser dan Torsi Pada Balok Perencanaan Tulangan Geser dan Torsi menurut SK-SNI2002 Contoh Perencanaan Tulangan Geser dan Torsi UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
10

Konstruksi Beton Bertulang I


Prof. Ir. ZAIDIR., MS. Dr.Eng

Konstruksi Beton I

PERTEMUAN 1

Pengantar Beton Bertulang

Konstruksi Beton I

I.Pengantar Beton Bertulang


Secara umum dikenal 4 (empat) macam jenis sistem konstruksi yang sering digunakan : 1. Konstruksi Kayu 2. Konstruksi Baja 3. Konstruksi Beton Bertulang 4. Konstruksi Beton Pratekan

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton Bertulang :


merupakan gabungan (kombinasi) dari material beton dan material baja tulangan, yang bersama-sama memikul beban-beban yang bekerja pada struktur.

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton I

Elemen-elemen struktur pada konstruksi beton bertulang :

z z z z

BALOK KOLOM SISTEM PELAT PONDASI

Konstruksi Beton I

Langkah/proses analisis dan disain struktur bangunan yang umum dilakukan : z Pemodelan sistem struktur untuk analisis struktur z Preliminary disain/disain awal dimensi elemen struktur z Penetapan beban-beban yang bekerja dan kombinasi pembebanannya z Analisis struktur untuk menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada setiap elemen struktur z Analisis dan disain dari setiap elemen struktur sesuai dengan kriteria disain yang diinginankan
Konstruksi Beton I 10

Tujuan dari disain struktur :


z Struktur harus dapat berfungsi dengan baik pada kondisi beban-beban yang bekerja selama masa layannya dan mempunyai nilai ekonomis yang bersaing.

Konstruksi Beton I

11

z Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak terlalu besar ( < deformasi ijin) z Kekuatan yang cukup : struktur mampu menahan beban puncak (maksimum) selama usia bangunan. Struktur harus mempunyai perilaku daktail dalam memikul beban-beban luar, terutama untuk struktur yang direncanakan memikul beban gempa kuat. z Fungsi : unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus dipenuh z Ekonomis : biaya konstruksi yang meliputi biaya struktur dan pondasi, arsitektur/finishing, elektrikal & mekanikal, plumbing, dll, dilakukan se-ekonomis mungkin tanpa mengabaikan aspek-aspek teknis maupun spesikasi yang disyaratkan.
Konstruksi Beton I

home

12

PERTEMUAN 2

Kriteria Disain, Pembebanan dan Faktor Beban

Konstruksi Beton I

II. Kriteria Disain, Pembebanan dan Faktor Beban


a. Kriteria Disain : Analisis maupun disain yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan beton yang berlaku (SNI-2002). Secara garis besar struktur bangunan harus memenuhi kriteria berikut : 1. Kuat (aman) 2. Kaku 3. Stabil 4. Ekonomis
Konstruksi Beton I 2

b. Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus dipenuhi syarat syarat berikut: 1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku. 2. Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran. 3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis. 4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur unsurnya.
Konstruksi Beton I 3

c. Keamanan Struktur :
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau efek beban yang bekerja selama masa layan (penggunaan) bangunan, seperti : 1. beban mati 2. beban hidup 3. beban gempa 4. beban angin, dll.

Konstruksi Beton I

Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur diketahui dengan pasti, maka struktur dapat didisain aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan dengan pasti (adanya ketidakpastian), spt : menetapkan besarnya beban hidup atau beban gempa yang bekerja. Ketidakpastian juga terjadi dalam hal menentukan kekuatan elemen dari struktur yang menahan beban tsb, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal spt : - mutu material beton yang tidak seragam, - pelaksanaan yang kurang baik, - variasi dari elemen-elemen struktur.
Konstruksi Beton I 5

Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan (safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar daripada efek dan kombinasi beban yang bekerja. Angka keamanan dalam SNI-2002 terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu : 1. faktor keamanan untuk beban (faktor beban) yang bekerja 2. faktor reduksi kekuatan dari elemen struktur
Konstruksi Beton I 6

d. Pembebanan pada STRUKTUR


Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian : 1. beban mati (DL = dead load) 2. beban hidup (LL = live load) 3. beban akibat pengaruh alam : a. beban angin (W) b. beban gempa (E) c. beban tekanan tanah (H) d. beban akibat perbedaan suhu (T)

Konstruksi Beton I

1. Beban mati (D) :


merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak berubah selama usia bangunan. berupa berat sendiri dari suatu bangunan, spt : berat dinding, lantai, balok-balok, plafond, dlsb. Beban mati dari bangunan ini dapat dihitung secara akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis materialnya.

Konstruksi Beton I

2. Beban hidup (L) :


merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali, spt : beban hunian, furniture, lalu lintas orang, lalu lintas kendaraan (pada jembatan). Besarnya beban hidup minimum yang bekerja pada struktur dapat diambil pada peraturan yang ada
(SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, atau penggantinya.)

Konstruksi Beton I

Contoh :
lantai dan tangga rumah tinggal lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan asrama lantai ruang olahraga lantai ruang dansa tangga, bordes tangga : 200 kg/m2 : 250 kg/m2 : 400 kg/m2 : 500 kg/m2 : 300 kg/m2

Konstruksi Beton I

10

3. Beban Akibat Pengaruh Alam


Berupa : beban angin, beban gempa, beban tekanan tanah atau air, serta beban akibat perbedaan suhu. Besarnya beban-beban ini tergantung dari lokasi dari bangunan, spt : daerah rawan gempa (tergantung daerah gempa), daerah pantai dlsb.

Konstruksi Beton I

11

a. Beban Angin (W = wind load)


Besarnya kecepatan angin minimum adalah 25 kg/m2 (kondisi umum) dan untuk daerah pantai adalah 40 kg/m2, kecuali bila terjadi kecepatan angin yang menimbulkan tekanan lebih besar lagi. Tekanan tiup angin dapat dihitung sbb :

P = V 2 / 16

[ kg/m2]

dimana : V = kecepatan angin, [ m/detik]

Konstruksi Beton I

12

b. Beban Gempa (E = Earthquake)


Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik atau vulkanik). Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah (ground acceleration), yang menimbulkan gaya inersia internal dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia horizontal ini tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas gerakan tanah, interaksi struktur thd tanah, dll. Ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan untuk analisa struktur akibat beban gempa : 1. Metoda Statik Ekivalen 2. Metoda Spektrum Respons 3. Metoda Riwayat Waktu
(lihat : Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung,1983).
Konstruksi Beton I 13

e. Faktor Beban :
z Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai kombinasi efek beban yang bekerja. z Kuat rencana (design strength) : merupakan besarnya kuat nominal dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan () yang lebih kecil dari 1. z Kuat nominal : merupakan kekuatan maksimum teoritis bahan. z Kuat perlu : merupakan kekuatan suatu komponen struktur yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor dengan berbagai kombinasi efek beban. z Apabila kuat rencana kuat perlu struktur kuat (aman)
Konstruksi Beton I 14

Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya beban rencana mengikuti ketentuan berikut ini:
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam SK-SNI-2002 didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua beban kerjanya. 2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, atau penggantinya. 3. Dalam perencanaan terhadap beban angin dan gempa, seluruh bagian struktur yang membentuk kesatuan harus direncanakan berdasarkan SK-SNI-2002 dan juga harus memenuhi SNI 03-17261989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung atau penggantinya. 4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran, vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan fondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.

Konstruksi Beton I

15

f. Ketentuan mengenai kekuatan dan kemampuan layan (SK-SNI-2002) 1) Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan SK-SNI-2002 2) Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam SK-SNI-2002 untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja.

Konstruksi Beton I

16

g. Kuat perlu (SK-SNI 2002, Pasal 11.2)


1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan : U = 1,4 D Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 2. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu: U = 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R)
Konstruksi Beton I

(1)

(2)

(3)
17

Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuhdan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu: U = 0,9 D 1,6 W (4)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu U tidak boleh kurang dari pers. 2. 3. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai: U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E (5)

Konstruksi Beton I

18

atau U = 0,9 D 1,0 E (6) dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau penggantinya. 4. Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka pada persamaan 3, 4 dan 6 ditambahkan 1,6H, kecuali bahwa pada keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H tidak perlu ditambahkan pada persamaan 4 dan 6.

Konstruksi Beton I

19

5. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,4, dan ditambahkan pada persamaan 1, yaitu: U = 1,4 (D + F) (7)

Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,2 dan ditambahkan pada persamaan 2.

Konstruksi Beton I

20

6. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan maka pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L. 7. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu U minimum harus sama dengan: U = 1,2(D +T ) + 1,6L + 0,5(A atau R) (8)

Konstruksi Beton I

21

h. Kuat rencana (SK-SNI 2002, Pasal 11.3) Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini, dengan suatu

faktor reduksi kekuatan .

Konstruksi Beton I

22

Faktor reduksi kekuatan

ditentukan sebagai berikut:

(1) Lentur, tanpa beban aksial ...................... .0,80 (2) Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (a) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ..........0,80 (b) Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur : Komponen struktur dengan tulangan spiral ..0,70 Komponen struktur lainnya............................0,65 (3) Geser dan torsi ...............................................0,75 (4) Tumpuan pada beton ..0,65 (5) Beton polos struktural .0,55

Konstruksi Beton I

23

Disain Komponen struktur thd Lentur

M R = . M n M u
dimana : MR = Momen Rencana penampang lentur Mn = Momen Nominal penampang lentur Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,80

Konstruksi Beton I

24

Disain Komponen Struktur thd Geser

V R = . V n V u
dimana : VR = Geser Rencana penampang Vn = Geser Nominal penampang Vu = Geser Ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,75

Konstruksi Beton I

25

Disain Komponen Struktur thd Aksial

PR = . Pn Pu
dimana : PR = Gaya aksial Rencana penampang Pn = Gaya aksial Nominal penampang Pu = Gaya aksial ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,70 (tulangan spiral) = 0,65 (tulangan lainnya)

Konstruksi Beton I

home

26

PERTEMUAN 3

Dasar-dasar Analisis dan Disain

Konstruksi Beton I

III. Dasar-dasar Analisis dan Disain


Secara umum dalam perencanaan konstruksi beton bertulang dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara : 1. Teori Tegangan Kerja ( ELASTIS ) 2. Teori Kekuatan Batas ( ULTIMATE )

Konstruksi Beton I

Teori Elastis (Teori Beban Kerja) Penampang suatu elemen struktur di-disain berdasarkan asumsi hubungan tegangan-regangan yang linier dimana tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan beton tidak melewati tegangan yang diijinkan. Tegangan ijin ditetapkan dari tegangan leleh material untuk baja dan tegangan hancur untuk beton dibagi dengan nilai faktor keamanan tertentu.

Garis netral

regangan tegangan

Konstruksi Beton I

Kriteria Disain :

dimana :

.....(3.1)

= Tegangan yang bekerja akibat beban yang bekerja = Tegangan yang diijinkan, dimana :

max
SF

SF = Safety Factor/Angka Keamanan : 1,5

Konstruksi Beton I

Teori Ultimate (Teori Kekuatan Batas) Dalam teori ultimate (kekuatan batas), penampang suatu elemen struktur di-disain dengan memperhitungkan tegangan yang tidak linier untuk mencapai tegangan batasnya (maksimum).
0,85.fc

C
Garis netral

jd T Mn

regangan

tegangan

Tegangan batas (ultimate) diperoleh saat beban batas yaitu beban yang bekerja di-kali-kan dengan faktor pembebanannya.

Konstruksi Beton I

Kriteria Disain : (untuk lentur)

M R = . M n M u

.....(3.2)

dimana : MR = Momen Rencana penampang lentur Mn = Momen Nominal/Maksimum penampang lentur = C. jd = T. jd Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor = 1,2 MD + 1,6 ML = faktor reduksi kekuatan, = 0,80 Faktor beban : 1,2 dan 1,6
Konstruksi Beton I 6

Sistem Struktur Beton Bertulang :


Beberapa jenis struktur beton bertulang yang umum digunakan : a. b. c. d. Sistem Portal Dinding Geser (Shear Wall) dan Portal Sistem Tabung Sebagian ( Partial Tubular system) Sistem Tabung (Tubular system)

Konstruksi Beton I

Gbr.1. Sistem struktur dari bangunan tinggi


Konstruksi Beton I 8

Gbr.2. Denah dari beberapa sistem struktur bangunan tinggi


Konstruksi Beton I 9

a. braced tube system

b. framed tube system


Konstruksi Beton I

c. cross bracing system

home

10

PERTEMUAN KE 4

Material Beton dan Baja

Konstruksi Beton I

IV. Material Beton dan Baja


4.1 Beberapa definisi
a. beton campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat b. beton bertulang beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum,yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
Konstruksi Beton I 2

c. beton-normal beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah d. beton polos beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum e. beton pracetak elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan

Konstruksi Beton I

f. kuat tekan beton yang disyaratkan ( fc) kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan MPa. g. kuat tarik belah ( fct ) kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekanbelah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya h. modulus elastisitas ( E ) rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas proporsional material.

Konstruksi Beton I

i. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang,kecuali bila secara khusus diikut sertakan j. tulangan polos batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir k. tulangan ulir batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir

Konstruksi Beton I

4.2. Persyaratan keawetan beton


1 Rasio air - semen Rasio air-semen harus dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau ASTM C 845, ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C 618, kerak sesuai dengan ASTM C 989, dan silica fume sesuai dengan ASTM C 1240. 2. Pengaruh lingkungan Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada Tabel 1 harus memenuhi rasio airsemen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada tabel tersebut.

Konstruksi Beton I

Konstruksi Beton I

3. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat

Konstruksi Beton I

4. Perlindungan tulangan terhadap korosi Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi batasan yang diberikan pada Tabel 3.

Konstruksi Beton I

4.3. Kualitas, pencampuran, dan pengecoran


a. Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan rata-rata seperti yang disyaratkan dan juga harus memenuhi kriteria keawetan. Frekuensi nilai kuat tekan rata-rata yang jatuh di bawah nilai fc haruslah sekecil mungkin. Selain itu, nilai fc yang digunakan pada bangunan yang direncanakan sesuai dengan aturan-aturan dalam tata cara ini, tidak boleh kurang daripada 17,5 MPa. b. Ketentuan untuk nilai fc harus didasarkan pada uji silinder yang dibuat dan diuji sebagaimana yang dipersyaratkan. c. Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai fc harus didasarkan pada pengujian beton yang telah berumur 28 hari. Bila umur beton yang digunakan untuk pengujian bukan 28 hari,maka umur beton untuk pengujian tersebut harus sesuai dengan yang ditentukan pada gambar rencana atau spesifikasi teknis.
Konstruksi Beton I 10

4.4. Pemilihan proporsi campuran beton


a. Proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan untuk menghasilkan sifat- sifat : (1) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan dan ke celah di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran yang harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi atau bleeding yang berlebih. (2) Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan yang disyaratkan (3) Sesuai dengan persyaratan uji kekuatan. b. Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang digunakan ataupun proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian
Konstruksi Beton I 11

c. Kuat rata-rata perlu


(1) Kuat tekan rata-rata perlu fcr yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau persamaan 2 dengan nilai deviasi standar (s ) yang sesuai

Konstruksi Beton I

12

Konstruksi Beton I

13

Konstruksi Beton I

14

4.5. Baja tulangan


1). Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa baja, atau tabung baja dapat digunakan sesuai dengan persyaratan pada tata cara ini. 2). Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa boleh digunakan, selama fy adalah nilai tegangan pada regangan 0,35 %.

Konstruksi Beton I

15

4.6. Modulus Elastisitas

Konstruksi Beton I

16

Konstruksi Beton I

17

Modulus elastisitas (SK-SNI-2002)


Nilai modulus elastisitas beton, baja tulangan, dan tendon ditentukan sebagai berikut: 1) Untuk nilai wc di antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai modulus elastisitas beton Ec dapat diambil sebesar, (dalam MPa). dimana

Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar : 2) Modulus elastisitas untuk tulangan non-prategang Es boleh diambil sebesar 200.000 MPa. 3) Modulus elastisitas untuk tendon prategang, Es, ditentukan melalui pengujian atau dari data pabrik.

Konstruksi Beton I

18

Konstruksi Beton I

19

Konstruksi Beton I

20

Konstruksi Beton I

21

Konstruksi Beton I

22

Konstruksi Beton I

23

Konstruksi Beton I

24

Konstruksi Beton I

25

Konstruksi Beton I

26

Konstruksi Beton I

27

Steel Load - Displacement Curves

Konstruksi Beton I

28

Konstruksi Beton I

29

Konstruksi Beton I

30

Konstruksi Beton I

31

home
Konstruksi Beton I 32

PERTEMUAN KE 5

Analisis dan Disain Penampang Balok terhadap Lentur

Konstruksi Beton Bertulang I

V. ANALISIS DAN DISAIN BALOK


5.1 Elemen Struktur Balok a. Simple Beam ( Balok sederhana) b. Continous Beam (Balok menerus) Gaya gaya dalam yang bekerja pada balok :
(akibat kombinasi beban yang bekerja) 1. Momen lentur Pada Tumpuan : Momen Negatif ( M ) + Pada Lapanga : Momen Positif ( M ) 2. Lintang/Geser

Konstruksi Beton Bertulang I

Gbr.5-1. Keruntuhan pada balok beton bertulang dengan variasi panjang bentang
Konstruksi Beton Bertulang I 3

Gbr.5-2. Beberapa variasi penulangan pada balok menerus


Konstruksi Beton Bertulang I 4

a. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung

Konstruksi Beton Bertulang I

b. Pelindung beton untuk tulangan


Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:

Konstruksi Beton Bertulang I

c. Batasan spasi tulangan :


1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari db ataupun 25 mm. 2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm. 3. Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.

Konstruksi Beton Bertulang I

5.2 Teori dasar pada Balok Lentur


a. Asumsi yang digunakan : Ada 4 (empat) asumsi dasar yang diambil dalam teori balok lentur :
1. Penampang tetap rata sebelum dan sesudah lentur 2. Kurva tegangan-regangan baja diketahui 3. Kuat tarik dari beton diabaikan 4. Kurva tegangan-regangan beton, besar dan distribusinya diketahui.

Konstruksi Beton Bertulang I

Asumsi pertama, merupakan prinsip Bernoulli, dimana regangan longitudinal pada beton dan baja pada setiap titik pada penampang proporsional terhadap jaraknya ke garis netral. Asumsi kedua, menyatakan bahwa kurva teganganregangan baja diketahui dengan baik. Digunakan tegangan-regangan bi-linear. Asumsi ketiga, karena nilai kuat tarik beton dibawah garis netral kecil, sehingga dapat diabaikan. Asumsi keempat, kurva tegangan beton diambil pada kondisi yang memberikan distribusi tegangan maksimum

Konstruksi Beton Bertulang I

Gbr. 5-3. Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum

(a). Elemen balok

(b). Distribusi tegangan tekan yang berhubungan dengan regangan a, b, c dan d

Konstruksi Beton Bertulang I

10

Gbr. 5-4. Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan dari penampang balok persegi.

(a). Distribusi aktual ;

(b) distribusi ekivalen segi-empat

Konstruksi Beton Bertulang I

11

Total gaya tekan pada beton adalah : Lengan momen internal adalah :

C = k1 .k 3 . f c' .b.c

(d k 2 . c )

dimana : c = kedalaman/tinggi garis netral Nilai parameter k1, k2, k3 dan beton diberikan pada tabel berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I

12

b. Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen : Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangan tekan aktual menjadi blok tegangan segi-empat ekivalen., sbb : Besarnya tegangan pada penampang ekivalen menjadi : 0,85.fc dan tingginya adalah a, dimana : untuk fc 30 MPa a/c = 1 = 0,85
Konstruksi Beton Bertulang I 13

Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus sama dan punya titik tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb harus memenuhi :

C = k1 .k 3 . f c' .b.c = 0,85. f c'


dan :

a , diperoleh : k1 .k 3 = 0,85. = 0,85 . 1 c

k 2 . c = 0,5.a

a , diperoleh : k 2 = 0,5 = 0,5.1 c

Nilai k1.k3 dan k2 yang diperoleh dari pers. diatas kemudian dibandingkan dengan nilai aktualnya. Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh dari eksperimen, seperti grafik berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I

14

Gbr.5-5. Nilai k1.k3 dan k2 dibandingkan dengan hasil eksperimen


Konstruksi Beton Bertulang I 15

Besarnya nilai 1 dapat diambil sebagai berikut :

1 = 0,85

untuk 0 < fc 30 MPa

1 = 0,85 - 0,008(fc - 30) untuk 30 < fc 55 MPa 1 = 0,65


untuk fc 55 MPa

Konstruksi Beton Bertulang I

16

ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (cu) yang digunakan adalah 0,003 pada serat ekstrim dari beton.

Gbr.5-6. Regangan beton pada serat ekstrim pada penampang persegi : perbandingan nilai ACI dengan hasil eksperimen
Konstruksi Beton Bertulang I 17

Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah terhadap regangan beton maksimum

Gbr. 5-7. Kurva momen-regangan dari balok beton didasarkan pada test tekan silinder home
Konstruksi Beton Bertulang I 18

PERTEMUAN KE 6 Analisis Penampang Balok Beton Bertulang dengan Penulangan Tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I

VI. Analisis Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal. Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban luar yang menyebabkan momen lentur dan gaya geser sepanjang bentang balok tersebut.

Gbr.6-1. Balok beton dengan penulangan tunggal


Konstruksi Beton Bertulang I 2

Gbr.6-2. Distribusi tegangan-regangan penampang balok

Konstruksi Beton Bertulang I

Resultan gaya tarik internal : T = As . fs

... (6.1)

Resultan gaya tekan internal : C = 0,85. fc .a.b ... (6.2)


dimana : As = luas penampang tulangan fs = tegangan baja tulangan a = tinggi blok tegangan ekivalen b = lebar penampang balok fc = kuat tekan beton (mutu beton) benda uji silinder ( 15 cm x 30 cm)

Jarak antara gaya-gaya internal atau jarak lengan momen, adalah : jd = d 0,5.a ...(6.3) Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n = T . jd = C. jd
Konstruksi Beton Bertulang I

...(6.4)

Terdapat 3 tipe kemungkinan keruntuhan balok yaitu : a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under-reinforced) b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over-reinforced) c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)

Gbr.6-3. Keruntuhan lentur balok beton bertulang


Konstruksi Beton Bertulang I 5

a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under Reinforced)


Jika luas penampang tulangan kecil, maka baja tulangan akan mencapai tegangan leleh (yield strength) nya, fy , sebelum beton mencapai kapasitas maksimumnya. Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama, meskipun ada penambahan beban

Keruntuhan tarik terjadi apabila baja tulangan mencapai


kuat lelehnya terlebih dahulu, baru kemudian beton mencapai kapasitas maksimumnya Pada Keruntuhan Tarik, fs = fy, dimana fy adalah tegangan leleh baja Dari persamaan keseimbangan internal , C = T, akan diperoleh :

Konstruksi Beton Bertulang I

Dari pers. (6.1) dan (6.2), diperoleh :

0,85. f . a.b = As . f y , diperoleh a =


' c

As . f y 0,85. f .b
' c

...(6.5)

Dari pers. (6.3) dan (6.4), persamaan berikut dapat diperoleh :

M n = As . f y . (d 0,5.a ) As . f y = As . f y . d 0,59. f ' .b c . f y 2 = .b.d . f y 1 0,59. f ' c = b.d 2 . f c' . ( 1 0,59. )


dimana :

...(6.6a) ...(6.6b)

...(6.6c) ...(6.6d) ...(6.7)

As = b.d

dan

. f y
f
' c

Konstruksi Beton Bertulang I

b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over Reinforced)


Jika luas penampang tulangan cukup besar, beton akan mencapai kapasitas maksimumnya sebelum baja tulangan leleh. Untuk keruntuhan tekan, fs < fy , dimana baja tulangan masih dalam keadaan elastis. Keruntuhan tekan terjadi apabila beton tekan mencapai kapasitas maksimumnya terlebih dahulu, sementara baja tulangan belum leleh. Untuk keruntuhan tekan, fs < fy. Besarnya tegangan fs dapat ditentukan dari diagram segitiga regangan (Gbr.6-1, sbb :

d c = c 0,003

d c ; s = 0,003. c
Konstruksi Beton Bertulang I

...(6.8)

f s = s . E s = 0,003.
Atau, karena a = 1.c , maka :

d c . Es c

...(6.9)

f s = 0,003.

1 .d a
a . E s . As

. Es

...(6.10)

Untuk keseimbangan C = T, kemudian dari pers. (6-1) dan (6-2) :

0,85. f . a.b = As . f s = 0,003.


' c
' c

1 .d a
a

...(6.11) ...(6.12)

0,85. f 2 2 . a + a . d . d =0 1 0,003.E . s
Kapasitas momen nominal penampang adalah :

Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a

M n = 0,85. f c' .a.b ( d 0,5.a )


Konstruksi Beton Bertulang I

...(6.13)

c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)


Keruntuhan seimbang terjadi apabila baja tulangan mencapai kuat lelehnya fs = fy, dan beton mencapai regangan pada serat ekstrimnya 0,003. Regangan leleh baja : y = fy/Es Dari segitiga diagram regangan pada kondisi seimbang diperoleh :

Es d cb = 0 , 003 cb

dimana : cb = tinggi garis netral pada kondisi seimbang ...(6.14) ...(6.15)

0,003.E s cb = .d 0,003.E s + f y
dan :

0,003.E s ab = . 1 .d 0,003.E s + f y
Konstruksi Beton Bertulang I

10

dimana : ab = tinggi blok tegangan pada keruntuhan seimbang Keseimbangan internal penampang : C = T

0,85. f c' . ab .b = As . f s = b .b.d . f y


dimana :

...(6.16)

b = As/b.d

Untuk keruntuhan seimbang :

0,85. f c' . ab b = f y .d

...(6.17)

Subsitusi pers. (6.15) kedalam pers. (6.17), diperoleh :

0,85. f c' . 1 0,003.E s . b = fy 0,003.E s + f y


Konstruksi Beton Bertulang I

...(6.18)

11

Untuk nilai Es = 200.000 MPa, pers. 6.18 dapat ditulis :

f c' 600 b = 0,85. 1 . . f y 600 + f y

...(6.19)

Secara umum, ketika dari suatu penampang balok berbeda dari b, tipe keruntuhan dapat ditentukan tergantung dari nilai , apakah < b atau > b.
Jika Jika Jika : < b : = b : > b ; Keruntuhan Tarik ; Keruntuhan Seimbang ; Keruntuhan Tekan

Konstruksi Beton Bertulang I

12

Gbr.6-4. memperlihatkan profil regangan pada ketiga kondisi baja tulangan pada penampang balok

Gbr.6-4. Profil regangan pada penampang balok lentur


Konstruksi Beton Bertulang I 13

Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mm dan tinggi efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuat tekan, fc = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy = 280 MPa. Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa. Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9 D19 , (2). As = 18 D19, dan (3). pada keruntuhan seimbang.

Solusi :

Rasio keruntuhan seimbang :

f c' 600 b = 0,85. 1 . . fy 600 + f y

b = 0,85. 0,85.

21 600 . = 0,036946 280 600 + 280


14

Konstruksi Beton Bertulang I

(1). Untuk As = 9 D19 = 2552 mm2

As 2552 = = 0,02219 < b b.d 250 . 460

Keruntuhan Tarik

Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen nominal penampang :

As . f y M n = As . f y . d 0,59. f ' .b c 2552. 280 M n = 2552. 280. 460 0,59. 21. 250 = 271.316.336 N .mm

M n = 271.32 kN .m

, dan Momen Ultimate, Mu penampang :

M u = . M n = 0,8 x 271.32 kN .m = 217.056 kN .m


Konstruksi Beton Bertulang I 15

(2). Untuk As = 18 D19 = 5104 mm2 As 5104 = = = 0,04438 > b b.d 250 . 460

Keruntuhan Tekan

Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sbb :

0,85. f c' 2 2 a a d d . + . . =0 1 0,003.E . s 0,85.21 2 .a + a.460 0,85.460 2 = 0 0,003.200000.0,04438

a 2 + 686,21176.a 268308,8013 = 0

Konstruksi Beton Bertulang I

16

Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai : a1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 = - 964,42 mm (tidak dipakai) Tegangan pada baja tulangan, fs :

f s = 0,003.

1 .d a
a

. E s = 245,25 MPa < f y = 280 MPa

Kapasitas Momen Nominal Penampang :

M n = 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a )


M n = 398.395.033 N .mm = 398,395 kN .m
dan :

M u = .M n = 0,8 . 398,395 kN .m = 318,72 kN .m


Konstruksi Beton Bertulang I 17

(3). Untuk kondisi = b = 0,036946


Kapasitas Momen Penampang :

. f y M n = .b.d . f y 1 0,59. f ' c 0,036946.280 2 M n = 0,036946.250.460 .280 1 0,59. 21 = 388.192.090 N .mm = 388,192 kN .m
2

Mu = .Mn = 0,8. 388 ,192kN.m = 310 ,554kN.m


Nilai-nilai kapasitas momen penampang yang didapat jika di-plot akan diperoleh Gbr. 6-5.

Konstruksi Beton Bertulang I

18

Mu

Gbr. 6-5. Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal dengan variasi rasio tulangan.
Konstruksi Beton Bertulang I 19

Dari Gbr.6-5, tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Pada keruntuhan tekan : Kapasitas momen penampang hanya meningkat sedikit dengan peningkatan luas baja tulangan
Whitney (1937), mengusulkan rumus-rumus berikut untuk menentukan kapasitas Momen Penampang :

< b

> b
dimana :

As . f y ; M n = As . f y . d 0,59. ' f c .b

; M n = 0,333.b.d 2 . f y
f c' b = 0,456. fy
home
Konstruksi Beton Bertulang I 20

PERTEMUAN KE 7 Disain Penampang Balok Beton Bertulang dengan Penulangan Tunggal.

Konstruksi Beton Bertulang I

VII. Disain Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal.


Keruntuhan tekan sangat berbahaya karena keruntuhan tsb terjadi secara tiba-tiba dan getas (brittle). Keruntuhan tarik, terjadi diawali oleh retak yang lebar dan cukup dan lebih daktail (ductile fracture).

Pembatasan Tulangan Lentur (SNI-2002, Pasal 12.3.3)


Untuk komponen struktur lentur, maka rasio tulangan yang ada tidak boleh melampaui 0,75b , yang merupakan rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial.

Konstruksi Beton Bertulang I

Pembatasan baja tulangan maksimum untuk penampang balok dengan penulangan tunggal :

max 0,75. b
dimana :

...(7.1)

f c, 600 b = 0,85.1 . . f y 600 + f y


max
f c, 600 = 0,6375.1 . . fy 600 + f y

...(7.2)

atau :

...(7.3)

Konstruksi Beton Bertulang I

Tulangan minimum pada komponen struktur lentur (SNI-2002, Pasal 12.5)

Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari:
...(7.4)

...(7.5)

Konstruksi Beton Bertulang I

Pembatasan 0,75 b, dapat disamakan dengan a 0,75.ab

diperoleh :

a max

600 = 0,75.ab = 0,75.1 . 600 + f y

.d

..(7.6)

Untuk Kapasitas momen disain, Mu, dapat diperoleh dari :

M u = . M n M u = . As . f y . (d 0,5.a )
...(7.7a)

. f y = . .b.d . f y 1 0,59. f ' c = .. b.d 2 . f c' ( 1 0,59. )


2

...(7.7b) ...(7.7c)

dimana :

As = b.d

dan

. f y
f c'
5

Konstruksi Beton Bertulang I

Untuk keperluan praktis, telah banyak dikembangkan tabel2 dan grafik untuk membantu melakukan disain tulangan penampang Tabel 7-1. berikut memberikan nilai-nilai maksimum dari max, max amax/d untuk berbagai variasi mutu beton Jika diperoleh nilai , dan a/d lebih kecil dari nilai pada tabel tsb, berarti luas tulangan balok mencukupi (keruntuhan tarik)

Konstruksi Beton Bertulang I

Gbr. 7-1. berikut memperlihatkan hubungan max dan max terhadap kuat leleh baja, fy, untuk berbagai mutu beton.

Gbr. 7-1. Hubungan antara max dan max terhadap kuat leleh baja, fy, untuk berbagai mutu beton.
Konstruksi Beton Bertulang I 7

Atau dapat juga digunakan pers. berikut :

Mu = .(1 0,59. ) 2 ' b.d . f c . f y dimana : = '


fc

.....(7.8)

Konstruksi Beton Bertulang I

0.45 0.4

Mu/bd2.fc'

0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0

Mu = .(1 0,59. ) 2 ' b.d . f c

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Gbr. 7-2. Hubungan antara Mu/bd2.fc dan


Konstruksi Beton Bertulang I 9

Gbr.7-3, memperlihatkan suatu grafik untuk disain dari penampang balok dengan tulangan tunggal. Dari grafik tsb, jika diketahui Mu, fc dan fy, dapat ditentukan nilai
Gbr. 7-3. Kurva disain tulangan untuk penampang balok tulangan tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I

10

Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang dengan tulangan tunggal, mempunyai lebar, b = 300 mm, memikul beban momen lentur akibat beban mati, MD = 85 kN.m dan akibat beban hidup, ML = 121 kN.m Dengan menggunakan mutu beton, fc = 21 MPa dan mutu baja fy = 414 MPa, disainlah penampang balok tersebut untuk : (1). tinggi minimum, (2). pada tinggi efektif, d = 700 mm dan (3). pada tinggi balok , h = 760 mm dengan menggunakan metoda coba-coba (trial and error)

Solusi :

Momen Ultimate Perlu : Mu Mu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2.85 + 1,6.121 = 295,6 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I

11

(1). Tinggi minimum Ketinggian balok akan minimum, jika digunakan maksimum :

= max

f c, 600 = 0,6375.1 . . fy 600 + f y


2

= 0,016264

. f y M u = . .b.d . f y 1 0,59. f ' c

0,016264.414 295,6 x10 6 = 0,8. 0,016264.300.d 2 .414 1 0 , 59 . 21

d = 428 mm
diperoleh nilai As = .b.d = 2088,3 mm2 > As.min = 355 mm2 ..OK As.min = 434 mm2

Konstruksi Beton Bertulang I

12

(2). Tinggi efektif , d = 700 mm

. f y M u = . .b.d . f y 1 0,59. f ' c


2

.414 295,6 x10 6 = 0,8 . .300.700 2.414 1 0 , 59 . 21


diperoleh :

2 0,085973962. + 0,000521992 = 0
dan

Solusi dari pers.kuadrat dalam tersebut diperoleh :

1 = 0,006574 (yang dipakai) 2 = 0,079399 (tidak dipakai)

As = .b.d = 0,006574 . 300. 700 = 1380,54 mm 2


As > As.min = 355 mm2 dan As > As.min = 434 mm2
Konstruksi Beton Bertulang I

..OK

13

Gbr. 7-4. Perhitungan rasio tulangan yang benar untuk suatu penampang balok dan kapasitas momen penampang

Konstruksi Beton Bertulang I

14

(3). Tinggi total balok , h = 760 mm Luas tulangan balok akan ditentukan dengan cara coba-coba : Asumsikan tebal selimut beton = 50 mm, dengan satu baris tulangan utama D-25, dan tulangan geser, dia.10. Tinggi efektif, d = 760 50 10 25/2 = 687,5 mm
Asumsi : j = 0,87; diperoleh : a = 178,75 a/d = 0,26

Tabel 7-1, diperoleh bahwa 0,26 < 0,377 = amax/d penampang dengan keruntuhan tarik
Dari rumus : Mu = .As.fy.jd , dapat ditentukan luas baja tulangan :

295,6 x 10 6 As = = 1492,18 mm 2 0,8. 414 . 0,87 . 687,5


Konstruksi Beton Bertulang I 15

Dari luas tulangan yang diperoleh, dapat dihitung lagi nilai a/d, sbb

As . f y a 1492,18 . 414 = = = 0,1678 ' d 0,85 . f c .b . d 0,85 . 21. 300 . 687,5


Karena nilai a/d yang diperoleh lebih kecil dari yang diasumsikan, disimpulkan bahwa jarak lengan momen lebih kecil dari nilai aktual, dan luas baja yang dihitung akan lebih kecil dari 0,75 b. Digunakan tulangan 3D25, As = 1472 mm2, diperoleh :
As . f y a 1472. 414 = = = 0,1655 , j = 1 0,5 x 0,1655 = 0,917 d 0,85. f c' .b . d 0,85. 21.300. 687,5

Kapasitas momen penampang balok : Mu = .As.fy.jd = 0,8.1472.414.0,917.687,5 = 307,355 kN.m > Mu (aktual)

Konstruksi Beton Bertulang I

home

16

PERTEMUAN KE 8

Ujian Tengah Semester

Home

Konstruksi Beton Bertulang I

PERTEMUAN KE 9

Analisis Penampang Tulangan Rangkap

Konstruksi Beton Bertulang I

Gambar 9.1, memperlihatkan penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi maksimum Pada kondisi momen maksimum, tulangan tekan dan tarik
dapat leleh ataupun belum leleh, tergantung dari luas tulangan dan posisi tulangannya.

Gambar 9.1, Penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi momen maksimum
Konstruksi Beton Bertulang I 2

Untuk analisis penampang dengan tulangan rangkap ini, dapat dilakukan dengan asumsi bahwa semua tulangan (tarik dan tekan) sudah leleh ( fs = fs = fy ) pada kondisi momen maksimum.
dimana fs = tegangan baja tulangan tarik, fs = tegangan baja tulangan tekan dan fy = tegangan baja pada kondisi leleh (yield)

Resultan Gaya-gaya internal penampang adalah :


Gaya tekan pada beton :

C c = 0,85. f c' .a.b


C s = A s' . f y

...( 9.1) ...( 9.2) ...( 9.3)

Gaya tekan pada baja tulangan : Gaya tarik pada baja tulangan :

Ts = As f y

Konstruksi Beton Bertulang I

dimana : As = luas baja tulangan tekan As = luas baja tulangan tarik

Keseimbangan internal penampang, diperoleh :

C = Cc + C s = T
diperoleh :

0,85. f c' . a.b + As' . f y = As . f y


s

( A a=

As' . f y

...( 9.4)

0,85. f c' . b

Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum, dapat digunakan diagram segitiga regangan. Baja tulangan sudah leleh apabila regangan yang terjadi apabila : s fy/Es
Konstruksi Beton Bertulang I 4

Dari segitiga regangan, dapat diperoleh :


' ' a d . c d 1 s' = 0,003. = 0,003. c a

...( 9.5)

1 .d a d c s = 0,003. = 0,003. c a
f s' = f y
dan

...( 9.6)

jika

fy a 1 . d ' 0,003. a Es
0,003.

...( 9.7)

fs = f y

jika

1 . d a
a

fy Es

...( 9.8)

Konstruksi Beton Bertulang I

Jika kondisi diatas dipenuhi, maka asumsi bahwa semua baja tulangan sudah leleh benar, dan dengan mengambil momen terhadap baja tulangan tarik, akan diperoleh :

M n = 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a) + As' . f y (d d ' )


dimana : a dihitung dari pers. (9-4)

...( 9.9)

Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh dari pers. (9-4) tidak benar (tidak bisa dipakai), maka tegangan baja aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangan dan diagram regangan, sbb :

As . f s As' . f s' a= 0,85. f c' . b


Konstruksi Beton Bertulang I

...( 9.10)

dimana dari diagram regangan diperoleh :


' . a d 1 f s' = s' . E s = 0,003 Es a

atau f y
atau f y

...( 9.11)

f s = s . E s = 0,003

1 .d a
a

. Es

...( 9.12)

dan Kapasitas momen penampang :

M n = 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a ) + As' . f s' (d d ' )

...( 9.13)

Konstruksi Beton Bertulang I

Sama halnya pada penampang tulangan tunggal, keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan dapat pula terjadi pada penampang dengan tulangan rangkap, Pada keruntuhan tarik, baja tulangan tarik sudah leleh, tetapi pada keruntuhan tekan, baja tulangan tarik belum leleh (masih kondisi elastis) Pada kedua tipe keruntuhan, baja tulangan tekan dapat leleh atau belum leleh.

Konstruksi Beton Bertulang I

Contoh Soal :
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap, mempunyai lebar, b = 280 mm, d = 510 mm, d = 50 mm, As = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa, dan fy = 275 MPa. Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika : 1). fc = 21 MPa dan 2). fc = 35 MPa.

Solusi :

(1). Jika fc = 21 MPa


Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b
Konstruksi Beton Bertulang I 9

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

( 2581 645). 275 = = 106,5 mm


0,85. 21. 280

Nilai 1 = 0,85 ; diperoleh : c = a/1 = 125,3 mm Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
' fy 125,3 50 c d ' = 0,003 = 0,00180 > s = 0,003. 125,3 c Es

f s' = f y

fy d c 510 125,3 = 0,003. = 0,00921 > s = 0,003. c 125,3 Es

fs = f y
Konstruksi Beton Bertulang I 10

Berarti asumsi benar, semua baja tulangan sudah leleh.

Kapasitas momen penampang :

M n = 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a) + As' . f y (d d ' )


M n = 0,85.21.106,5.280 (510 0,5.106,5) + 645. 275 (510 50 ) = 324.714.587 N .mm = 324,7 kN .m
(2). Jika fc = 35 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

( 2581 645). 275 = = 63,91 mm


0,85.35. 280

Konstruksi Beton Bertulang I

11

Nilai 1 = 0,81 ; diperoleh : c = a/1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138 Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :
' fy c d 78,90 50 ' = 0,003 = 0,0011 < s = 0,003. c 78,90 Es

fy d c 510 78,90 = 0,003. = 0,01639 > s = 0,003. c 78,90 Es


Ternyata, baja tulangan tekan belum leleh (meskipun baja tulangan tarik sudah leleh), sehingga nilai a yang dihitung tidak benar (tidak bisa dipakai)

Konstruksi Beton Bertulang I

12

Nilai aktual dari s (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagram regangan, dan tegangan baja tulangan tekan pada kondisi elastis, diperoleh :
' . a d a 0,81. 50 ' ' 1 .200.000 = 600 f s = s . E s = 0,003 a a

C = Cc + C s = T

0,85. f c' . a.b + As' . f s' = As . f y

a 0,81. 50 0,85.35 . a.280 + 645. 600 = 2581. 275 a

8330 . a 2 322775.a 15673500 = 0 a 2 38,75.a 1881,57 = 0


Konstruksi Beton Bertulang I 13

diperoleh nilai : a = 66,88 mm Tegangan pada baja tulangan tekan :

f s' = 600

66,88 0,81. 50 = 236,66 MPa 66,88

< fy = 275 MPa

Kapasitas momen penampang :

M n = 0,85. f c' .a.b ( d 0,5.a ) + As' . f s ( d d ' )


M n = 0,85.35.66,88.280 (510 0,5.66,88) + 645. 236,66 (510 50 ) = 335.713.554 Nmm = 335,71 kN .m

Konstruksi Beton Bertulang I

14

Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkan mutu beton dari fc = 21 MPa menjadi fc = 35 MPa, kapasitas momen penampang yang diperoleh tidak banyak bertambah, dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik. Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada penampang tersebut, kedua tipe balok akan tetap memberikan tipe keruntuhan tarik, dan kapasitas momen penampang adalah 309 kN.m (untuk fc = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc = 35 MPa)
Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan, tidak banyak menambah kapasitas momen penampang seperti yang diiharapkan, dan balok akan mengalami keruntuhan tarik ketika < b home
Konstruksi Beton Bertulang I 15

PERTEMUAN KE 10

Disain Penampang Tulangan Rangkap

Konstruksi Beton Bertulang I

Baja tulangan tekan digunakan dalam disain penampang balok dengan alasan sebagai berikut : 1. Ketika ketinggian balok yang digunakan tidak cukup, sementara kapasitas momen maksimum telah menggunakan max.
Kapasitas momen dapat ditingkatkan dengan menggunakan baja tulangan tekan dan penambahan baja tulangan tarik.

2. Baja tulangan tekan dapat meningkatkan daktilitas penampang balok. 3. Baja tulangan tekan dapat mengurangi defleksi balok 4. Untuk mengantisipasi kemungkinan momen lentur berubah tanda yang disebabkan oleh kombinasi beban luar.
Konstruksi Beton Bertulang I 2

Momen tahanan disain dari balok dengan tulangan rangkap, pada kondisi semua baja tulangan sudah leleh adalah :

M u = . 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a) + As' . f y (d d ' )

] ...( 10-1)
...( 10-2)

dimana :

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

atau dengan pers. berikut :

M u = . As As' . f y . (d 0,5.a) + As' . f y (d d ' )

[(

]
3

...( 10-3)

Konstruksi Beton Bertulang I

Pers. (10.1), (10.2) dan (10.3) digunakan untuk kondisi baja tulangan tekan sudah leleh. Agar baja tulangan tekan leleh, maka :
' ' fy a d . c d ' 1 s = 0,003. = 0,003. c a Es

diperoleh :

0,003.E s 600 . 1 . d ' a . 1 . d ' 0,003.E s f y 600 f y

...( 10-4)

Konstruksi Beton Bertulang I

Dari pers. (10-2) dan pers. (10.4), agar baja tulangan tekan leleh, maka :

(A

600 ' d . . 1 ' 600 f y 0,85. f c .b


s

As' . f y

atau :

' 0 , 85 . f 600 ' c . f y .d 600 f y

. 1 . d '

...( 10-5)

Jika baja tulangan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan tekan harus ditentukan dengan menggunakan diagram regangan. Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan adalah :
' a d . 1 f s' = s' . E s = 0,003 Es a
Konstruksi Beton Bertulang I

...( 10-6)

dan pers. disain momen menjadi :

M u = . 0,85. f c' .a.b ( d 0,5.a ) + As' . f s' ( d d ' )


a= As . f y As' . f s' 0,85. f c' . b

...( 10-7)

dimana :

...( 10-8)

Pers (10-1) (10- 8) diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik sudah leleh. Baja tulangan tarik leleh merupakan suatu hal yang penting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).

Konstruksi Beton Bertulang I

Untuk kondisi seimbang (balanced), dimana baja tulangan tarik leleh dan regangan beton pada serat ekstrim adalah 0,003 dicapai secara bersamaan. Dari segitiga regangan (kondisi seimbang), diperoleh :

fy d cb 1 .d ab = 0,003. = s = 0,003. cb ab Es
0,003.E s 600 . 1 .d = . 1 .d ab = 0,003.E s + f y 600 + f y
Dari keseimbangan internal penampang : ...( 10-9)

0,85. f c' .ab .b = As . f y As . f s'

= b . f y ' . f s' .b.d


Konstruksi Beton Bertulang I 7

dimana : b = As/b.d pada kondisi seimbang, dan = As/b.d

ab

( .f =
b

' . f s' .d
' c

...( 10-10)

0,85. f

Pada kondisi seimbang, fs dihitung dari pers. (10-6) dengan a = ab dari pers (10-10), atau sama dengan fy, yang memberikan nilai paling kecil

' f s = 0,003.E s 1 = 0,003.E s 1

1 .d '
ab

d ' 0,003.E s + f y ...( 10-11) d 0,003.E s

atau fy, yang memberikan nilai paling kecil

Konstruksi Beton Bertulang I

Pers. (10-9) dan (10-10), memberikan :

f c' 600 b = 0,85.1 . . f y 600 + f y

' f ' +. s fy

...( 10-12)

dimana fs diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan nilai terkecil. Suku pertama dari pers. (10-12) sama persis dengan b pada balok dengan tulangan tunggal. Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan tarik (tulangan tarik leleh), maka < b, yang diberikan oleh pers. (10-12).

Konstruksi Beton Bertulang I

Untuk disain, agar baja tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan yang terjadi tidak getas (brittle), direkomendasikan rasio tulangan dari baja tulangan tarik pada balok tulangan rangkap tidak boleh melebihi 0,75 b, sehingga :
' f 600 c 0,75 0,85.1 . . f y 600 + f y ' f + '. s f y

...( 10-13)

Konstruksi Beton Bertulang I

10

Contoh Soal 1:
As h As b 60 Suatu penampang balok beton bertulang, dengan lebar b = 280 mm, d = 510 mm, d = 60 mm, fc = 21 MPa, Es = 200.000 MPa, fy = 275 MPa, memikul momen akibat beban mati sebesar MD = 169 kN.m dan akibat 60 beban hidup sebesar, ML = 215 kN.m. Hitung besarnya luas tulangan yang diperlukan untuk kasus berikut :

1). = 0,5 b dari balok dengan tulangan tunggal 2). luas dari tulangan tekan minimum

Solusi :
Momen Ultimate Perlu : Mu Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2 .(169) + 1,6.(215) = 546,8 kN.m
Konstruksi Beton Bertulang I 11

(1). = 0,5 b dari balok dengan tulangan tunggal


Rasio tulangan seimbang dari balok tulangan tunggal :

f c, 600 b = 0,85.1 . . fy 600 + f y

21 600 b = 0,85.0,85. . = 0,03783 275 600 + 275

diperoleh :

' = 0,5. b = 0,5 . 0,03783 = 0,0189

As As' = ' .b.d = 0,0189. 280.510 = 2698,92 mm 2


Tinggi blok tegangan :

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

( 2698,92 ).275 = = 148,5 mm


0,85. 21. 280
12

Konstruksi Beton Bertulang I

Asumsi : semua baja tulangan sudah leleh

M u = . As As' . f y . (d 0,5.a ) + As' . f y (d d ' )

[(

148,5 ' ( ) A + 546,8 x10 6 = 0,8(2698,92).275. 510 . 275 . 510 60 s 2

As' =
dan

288.068.034,2 = 2909,78 mm 2 99.000

As = 2698,92 + 2909,78 = 5608,70 mm 2


c=
' s

Chek tegangan pada tulangan tekan :

148,5 = 174,7 mm 0,85

c d' 174,7 60 = 0,003. = 0,003. = 0,00197 c 174,7


Konstruksi Beton Bertulang I 13

Regangan leleh : y

y =

fy Es

275 = 0,001375 200.000

s > y : baja tulangan tarik sudah leleh, shg fs = fy


Rasio tulangan :

As 5608,70 = = = 0,03928 b.d 280. 510


' A 2909,78 ' = s = = 0,02038 b.d 280. 510

Check pembatasan tulangan :


' f 600 c 0,75 0,85.1 . . f y 600 + f y
Konstruksi Beton Bertulang I

' f + '. s fy
14

275 21 600 = 0,75 + 0,02038. 275 600 + 275 0,85.0,85. 275 . = 0,04366 > 0,03928 ..... OK !
(2). Tulangan tekan minimum
Untuk disain ini, kontribusi dari beton tekan harus maksimum, dapat digunakan pembatasan maksimum tulangan. Dengan asumsi tulangan tekan sudah leleh, maka :
' f 600 ' c + = 0,75 0,85.1 . . 600 + f f y y 21 600 ' + = 0,75 0,85.0,85. . + 275 600 275

= 0,02837 + 0,75. '


Konstruksi Beton Bertulang I 15

atau :

As = 0,02837. 280. 510 + 0,75. As' = 4051,24 + 0,75. As'

Tinggi blok tegangan :

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

( 4051,24 + 0,75. A =

As' .275 0,85. 21. 280


' s

= 222,91 0,013756. As'


Persamaan kapasitas momen penampang :

M u = . As As' . f y . (d 0,5.a ) + As' . f y (d d ' )

[(

222,91 0,013756.As' ' ' 510 4051,24 + 0,75.As As . 275. 6 2 546,8x10 = 0,8. + A' . 275. (510 60) s

Konstruksi Beton Bertulang I

16

546,8 x10 6 = 0,8. 1114091 68,75. As' . 398,545 0,006878. As' +123750. As' = 355212318,1 + 70949,85. As' + 0,37829. As'

[(

)(

( )

(A )

' 2 s

+ 187554,13. As' 191587681,9 = 0

diperoleh : As = 1016 mm2 dan : As = 4051,24 + 0,75.(1016) = 4813,24 mm2 Check : apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum ?. a = 222,91 0,013756.(1016) = 208,93 mm c = a/1 = 245,8 mm
' c d 245,8 60 s' = 0,003. = 0,003. = 0,002268 > 0,001375 c 245,8

Baja tulangan tekan sudah leleh.....ok!


Konstruksi Beton Bertulang I 17

Persamaan disain dengan tulangan tekan, tidak memperhitungkan luas dari beton yang ditempati oleh baja tulangan tekan. Jika hal ini diperhitungkan, maka luas tulangan tekan yang diperoleh harus ditambah dengan 0,85.fc.As/ fy. Dari contoh soal : diperoleh As = 1016 mm2, maka harus ditingkat kan menjadi : 0,85. 21.1016

1016 +

275

= 1093,59 mm 2

Disamping rumus-rumus yang telah diturunkan untuk disain balok dengan penulangan rangkap, dapat juga digunakan cara pendekatan dengan hasil cukup baik. Pada balok dengan tulangan rangkap, dua gaya tekan internal Cc dan Cs mempunyai titik tangkap berdekatan. Jika titik tangkap dari kedua gaya tersebut C = Cc + Cs dapat ditentukan, maka kapasitas momen disain dapat ditentukan sbb : Mu = . As.fy. jd , dimana jd merupakan lengan momen antara C dan T.
Konstruksi Beton Bertulang I 18

Contoh Soal 2:
Penampang balok pada contoh soal 1, dengan 60 lebar b = 280 mm, d = 510 mm, d = 60 mm, fc = 21 MPa, Es = 200.000 MPa, fy = 275 MPa, Diketahui : As = 5608,7 mm2 dan As = 2909,78 mm2 Perkirakan besarnya kapasitas momen ultimate, Mu penampang, untuk : 60 1). Momen lentur positif 2). Momen lentur negatif

As d As b

Solusi :

digunakan cara pendekatan

1). Momen lentur positif, dimana As = 5608,7 mm2 dan As = 2909,78 mm2 Tinggi blok tegangan :

( A a=

As' . f y
19

0,85. f c' . b

Konstruksi Beton Bertulang I

( A a=

As' . f y

0,85. f c' . b

( 5608,7 2909,78).275 = = 148,5 mm


0,85. 21. 280
fy Es = 275 = 0,001375 200.000

Regangan leleh :

y =

Hasil pengecekan regangan pada tulangan tekan dan tarik, kedua tulangan telah leleh. Jarak lengan momen ke titik tangkap beton tekan, adalah : (d 0,5.a) = 510 0,5.(148,5) = 435,75 mm Jarak lengan momen ke titik tangkap tulangan tekan, adalah : (d d ) = 510 60 = 450 mm Sehingga jarak lengan momen ke titik tangkap resultan gaya tekan adalah antara 435,75 mm < jd < 450 mm, dan nilai paling konservatif adalah jd = 435,75 mm

Konstruksi Beton Bertulang I

20

Kapasitas momen penampang ultimate : Mu

M u = . As . f y . jd = 0,80. 5608,7. 275. 435,75 = = 537,678 kN .m


Hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh secara eksak, ternyata hasil eksak lebih besar 1,67 % lebih besar dari hasil perhitungan pendekatan. 2). Momen lentur negatif, dimana As = 2909,78 mm2 dan As = 5608,7 mm2 Karena luas tulangan tekan lebih besar dari tulangan tarik, dapat dipastikan tulangan tekan belum leleh, dimana fs < fy. Dari diagram regangan, akan diperoleh tinggi blok tegangan tidak akan besar, dan jarak lengan momen dari beton tekan akan lebih besar dari jarak lengan momen tulangan tekan. Nilai pendekatan konservatif lengan momen : jd = d d = 450 mm
Konstruksi Beton Bertulang I 21

Kapasitas momen penampang ultimate : Mu

M u = . As . f y . jd = 0,80. 2909,78. 275. 450 = = 288.068 kN .m


Soal diatas juga dapat diselesaikan secara eksak, dengan menentukan terlebih dulu nilai fs dan a.

home
Konstruksi Beton Bertulang I 22

PERTEMUAN KE 11

Analisis Penampang Balok T dan L

Konstruksi Beton Bertulang I

Gbr 11-1. memperlihatkan penampang balok T, pada kondisi momen maksimum. Tinggi garis netral biasanya kecil, karena besarnya luas penampang flens, sehingga akan terjadi keruntuhan tarik ( fs = fy ) Garis netral dapat berlokasi di bagian flens atau web (badan)

Gbr 11-1. Penampang balok T pada kondisi momen maksimum


Konstruksi Beton Bertulang I 2

Analisis dapat dilakukan dengan asumsi bahwa : c < hf (garis netral berada pada flens), dimana hf = tebal bagian flens. Keseimbangan internal penampang : C = T

0,85. f c' . a.b = As . f y . f y . d As . f y .d a= = = ' ' 0,85. f c .b 0,85. f c . 0,85 . f y As dan = = dimana : '
b. d fc

...( 11- 1)

. d c = = 1,18. 1 1
a

...( 11- 2)

Jika c < hf , maka garis netral berada di bagian flens (sesuai asumsi)

Konstruksi Beton Bertulang I

Kapasitas momen penampang balok :

M n = As . f y .(d 0,5.a )

...( 11- 3)

Jika garis netral jatuh pada bagian flens, maka analisis dapat dilakukan sebagai balok persegi biasa dengan lebar b Rasio tulangan seimbang dapat dihitung sbb :

f c' 600 b = 0,85. 1 . . f y 600 + f y

Jika < b atau a < ab , maka baja tulangan tarik sudah leleh. Pada banyak kasus praktis, garis netral berada pada bagian flens dan tulangan tarik sudah leleh.

Konstruksi Beton Bertulang I

Jika c = 1,18 .d/1 > hf , garis netral akan berada pada bagian web (badan), maka nilai a dan c yang diperoleh dari pers. (11-1) dan (11-2) menjadi tidak benar.

Keseimbangan internal penampang untuk garis netral jatuh pada bagian web : C = T , diperoleh :

0,85. f c' a.bw + h f (b bw ) = As . f y


a= As . f y . 0,85. f c' .h f .(b bw ) 0,85. f c' . bw
...( 11- 4)

dimana : bw = lebar web (badan) balok. Resultan gaya tekan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : Bagian segi-4 diatas web (badan) dan dua segi-4 kiri dan kanan flens.
Konstruksi Beton Bertulang I 5

Kapasitas momen penampang dapat ditentukan dari :

hf a ' M n = 0,85. f . a.bw . d + 0,85. f c . (b bw ).h f . d 2 2


' c

...( 11- 5 ) dimana a , ditentukan dari pers. (11- 4) Dari diagram regangan, dapat di-cek apakah tulangan tarik sudah leleh atau belum. Baja tulangan tarik akan leleh apabila :

1 .d a f y d c s = 0,003. = 0,003. c a Es

...( 11- 6 )

Jika tulangan tarik belum leleh, nilai fy harus diganti dengan fs, dan ditentukan dari pers. berikut :

f s = s . E s = 0,003

1 .d a
a

. Es

...( 11- 7 )
6

Konstruksi Beton Bertulang I

Contoh Soal :
Hitunglah besarnya kapasitas momen maksimum dari penampang balok T, dengan b = 810 mm, bw = 200 mm, d = 310 mm, As = 1935 mm2, Es = 200.000 MPa, fy = 400 MPa dan fc = 21 MPa, jika : 1). hf = 100 mm dan 2). hf = 50 cm.

Solusi :
1). Tebal flens, hf = 100 mm. Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.

1935. 400 = = 53,53 mm Tinggi blok tegangan : a = ' 0,85. f c . b 0,85..21.810


c = a/1 = 53,53/0,85 = 62,98 mm < hf = 100 mm Garis netral berada di flens. ok!

As . f y

Konstruksi Beton Bertulang I

Kapasitas momen penampang :

M n = As . f y .(d 0,5.a )

= 1935. 400. (310 0,5.53,53) = 219,22 kN .m

Check tulangan tarik sudah leleh atau belum :

d c 310 62,98 s = 0,003. = 0,003. = 0,01177 c 62,98


y =
fy Es = 400 = 0,002 200.000

s > y

tulangan tarik sudah leleh

Konstruksi Beton Bertulang I

2). Tebal flens, hf = 50 mm. Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.

1935. 400 = = 53,53 mm Tinggi blok tegangan : a = ' 0,85. f c . b 0,85..21.810


c = a/1 = 53,53/0,85 = 62,98 mm > hf = 50 mm Garis netral berada di web (badan) . Analisis sebagai balok T Tinggi blok tegangan : (garis netral berada di web)

As . f y

0,85. f c' . bw 1935. 400. 0,85. 21.50.(810 200 ) a= = 64,31 mm 0,85. 21. 200
c = a/1 = 64,31/0,85 = 75,66 mm
Konstruksi Beton Bertulang I 9

a=

As . f y . 0,85. f c' .h f .(b bw )

Kapasitas momen penampang :

64,31 50 Mn = 0,85.21.64,31.200.310 + 0,85.21.(810 200).50.310 2 2 ,16 = 218 ,95 kN.m = 63,79 + 155
Check tulangan tarik sudah leleh atau belum :

hf a ' M n = 0,85. f . a.bw . d + 0,85. f c . (b bw ).h f . d 2 2


' c

d c 310 75,66 s = 0,003. = 0,003. = 0,0093 c 75,66 fy 400 y = = = 0,002 E s 200.000

s > y

tulangan tarik sudah leleh ... Ok!


10

Konstruksi Beton Bertulang I

Tulangan tekan dapat juga diberikan pada bagian flens, dengan menambahkan As.fs dalam persamaan yang ada. Tegangan yang bekerja pada baja tulangan tekan ini dapat ditentukan dengan menggunakan diagram regangan.
b As d As

PR : Turunkan persamaan Kapasitas Momen Penampang, jika ada tulangan tekan, As

bw home
Konstruksi Beton Bertulang I 11

PERTEMUAN KE 12

Disain Penampang Balok T dan L

Konstruksi Beton Bertulang I

Disain balok T, tergantung dari posisi garis netralnya : Jika kedalaman garis netral < tebal flens, dimana :

. d c = = 1,18. hf 1 1
a
f c' Penampang di-disain sebagai balok persegi biasa dengan lebar b
.. dan ..

. f y

Konstruksi Beton Bertulang I

Jika kedalaman garis netral > tebal flens, dimana :

. d c = = 1,18. > hf 1 1
a
Disain dapat dilakukan dengan menggunakan pers. disain dari balok dengan tulangan rangkap, sbb : Baja tulangan tarik dapat dianggap terdiri dari : - Asf : melawan beton tekan pada bagian konsol flens - (As Asf) : melawan beton tekan pada bagian web/badan Maka, dengan asumsi tulangan tarik sudah leleh, akan diperoleh pers. keseimbangan berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I

Asf . f y = 0,85. f c' h f . (b bw ) 0,85. f c' h f . (b bw ) Asf = fy


dan

... ( 12- 1)

(A

Asf ). f y = 0,85. f c' . a.bw

a=

(A

Asf ). f y
'

... ( 12- 2)

0,85. f c . bw

Disain dari Momen penampang, dapat dituliskan sbb :

h f a M u = (As Asf ). f y . d + Asf . f y . d 2 2


... ( 12- 3)

Konstruksi Beton Bertulang I

Prosedur disain balok T atau L : mulai

=
c=

As

b. d

bw, b, d, hf , fc, fy dan Mu asumsi : c = hf diperoleh : a = 1.c

As . f y 0,85 . f c' . b. 1

Mu As = a . f y . d 2
Konstruksi Beton Bertulang I

c > hf
Ya, balok T

Tidak, sebagai balok biasa

balok T Tentukan : a

Asf =

0,85 . f c' h f . (b bw ) fy

(A

Asf )=

M u2

. f y . d a 2

hf M u1 = Asf . f y . d 2

ab =

(A

Asf ). f y

0,85. f c' . bw

M u 2 = M u M u1
tidak

(a ab ) =

ya

Konstruksi Beton Bertulang I

ya

As = Asf + (As Asf


selesai

diperoleh : As = ......... mm2 dan n = .......... batang

Konstruksi Beton Bertulang I

Pers. momen penampang dari balok T, ekivalen dengan pers. momen penampang dari balok dengan tulangan rangkap, dimana bagian konsol flens beton ekivalen dengan Asf, seperti pada gambar 12.1

Gambar 12.1. Penampang balok T ekivalen dengan balok persegi dengan tulangan rangkap

Konstruksi Beton Bertulang I

Pembatasan baja tulangan untuk balok T :

' f 600 c 0,75 0,85.1 . . 600 + f f y y

+ f

dimana : w = As/bw.d dan f = Asf/bw.d

dan tulangan minimum :

home
Konstruksi Beton Bertulang I 9

PERTEMUAN KE 13

Geser Pada Balok

Konstruksi Beton Bertulang I

1. Gaya Geser pada Balok diatas 2 tumpuan

Gambar 13-1 . Gaya Geser pada balok diatas 2 tumpuan akibat beban merata
Konstruksi Beton Bertulang I 2

Gambar 13-2. Penulangan Geser pada balok menerus


Konstruksi Beton Bertulang I 3

2. Jenis Keruntuhan Geser


a d P P a

Jenis I : Jenis II : Jenis III : Jenis IV :

Balok tinggi dengan a/d < 1/2 Balok pendek dengan 1 < a/d < 2,5 Balok sedang dengan 2,5 < a/d < 6 Balok panjang dengan a/d > 6

Konstruksi Beton Bertulang I

Keruntuhan geser lebih dominan Jenis I Jenis II Keruntuhan lentur dominan

Jenis III

Jenis IV

Gbr.13-3. Jenis keruntuhan balok beton bertulang dengan variasi panjang bentang
Konstruksi Beton Bertulang I 5

3. Keseimbangan pada bentang geser balok

Gbr.13-4. Keseimbangan gaya-gaya geser pada balok

Konstruksi Beton Bertulang I

Gaya luar transversal V, akan dipikul oleh kombinasi dari : 1. Gaya geser sepanjang bagian tekan balok, Vc 2. Gaya dowel sepanjang retak oleh tulangan lentur, Vd 3. Komponen vertikal dari gaya geser miring, sepanjang retak miring yang diberikan oleh interlocking aggregate, Va Keseimbangan gaya : V

= Vc + Vd + Va

......(13 1)

Dalam perencanaan geser, gaya geser yang diperhitungkan adalah : - Gaya geser pada bagian tekan balok, Vc - Gaya geser yang disumbangkan oleh tulangan geser, Vs

Konstruksi Beton Bertulang I

4. Perencanaan Geser 1.Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada:

VR = .Vn Vu

......(13 2)

dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari:
......(13 3)

Konstruksi Beton Bertulang I

dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser. A. Kuat geser Vc yang disumbangkan oleh beton dapat ditentukan sebagai berikut :
(1). Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur berlaku,
......(13 4)

Konstruksi Beton Bertulang I

(2) Untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial,

......(13 5)

(3) Untuk komponen struktur yang mengalami gaya tarik aksial yang besar,

......(13 - 6)

Konstruksi Beton Bertulang I

10

B. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser (1) Tulangan geser dapat terdiri dari: a) Sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, b) Jaring kawat baja las dengan kawat-kawat yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, c) Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.

Konstruksi Beton Bertulang I

11

(2) Untuk komponen struktur non-prategang, tulangan geser dapat juga terdiri dari : a) Sengkang yang membuat sudut 45 atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal. b) Tulangan longitudinal dengan bagian yang ditekuk untuk mendapatkan sudut sebesar 30 atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal. c) Kombinasi dari sengkang dan tulangan longitudinal yang ditekuk. d) Spiral.

Konstruksi Beton Bertulang I

12

B.1. Jenis Tulangan Geser

(c). Sengkang vertikal dan tulangan miring

(a). Sengkang vertikal

Sengkang tertutup s s s Sengkang terbuka

(b). Sengkang miring Gbr.13- 5. Jenis-jenis tulangan geser


Konstruksi Beton Bertulang I

13

C. Perencanaan Tulangan Geser


(1) (2)

Bila (Vu - Vc) > 2/3 fc.bw.d , maka penampang harus diperbesar Bila (Vu - Vc) 2/3 fc.bw.d , tentukan jumlah tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan.
a) Bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, maka :
......(13 - 7)

(b) Bila sebagai tulangan geser digunakan sengkang miring, maka :


......(13 - 8)

Konstruksi Beton Bertulang I

14

(c) Bila tulangan geser terdiri dari satu batang tunggal atau satu kelompok batang-batang tulangan sejajar,yang semuanya ditekuk miring pada jarak yang sama dari tumpuan, maka :
......(13 - 9)

tetapi tidak lebih dari :

Konstruksi Beton Bertulang I

15

C1. Jarak Tulangan Geser :


a. sengkang vertikal :

(A . f
v

.d )

Vu V c

......(13 - 10)

b. sengkang miring :

(A . f . d ).(sin + cos )
v y

Vu V c
Konstruksi Beton Bertulang I

......(13 - 11)

16

(3) Bila Vu < Vc dan Vu > 1/2 Vc, digunakan tulangan geser minimum. (4) Bila Vu < 1/2 Vc, tidak perlu tulangan geser

Konstruksi Beton Bertulang I

17

Gbr.13 - 6. Lokasi Geser maksimum untuk perencanaan

Konstruksi Beton Bertulang I

18

D. Batas spasi tulangan geser


(1). Spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponenstruktur tidak boleh melebihi d/2 atau 600 mm. (2). Sengkang miring dan tulangan longitudinal yang ditekuk miring harus dipasang dengan spasi sedemikian hingga setiap garis miring 45 ke arah perletakan yang ditarik dari tengah tinggi komponen struktur d/2 ke lokasi tulangan tarik longitudinal harus memotong paling sedikit satu garis tulangan geser. (3). Bila Vs melebihi , maka spasi maksimum yang diberikan harus dikurangi setengahnya.

Konstruksi Beton Bertulang I

19

E. Tulangan Geser Minimum Luas tulangan geser minimum untuk komponen struktur prategang dan komponen struktur nonprategang harus dihitung dari:

home
Konstruksi Beton Bertulang I 20

PERTEMUAN KE 14

Torsi/Puntir Pada Balok

Konstruksi Beton Bertulang I

1. Torsi/Puntir pada Balok

Gambar 14-1 . Jenis momen puntir

Konstruksi Beton Bertulang I

Gambar 14.2 Balok dengan beban puntir

Konstruksi Beton Bertulang I

(+)

Ts (+) (+) (+) Vt max (+)

(+)

Gambar 14.3 Distribusi tegangan torsi pada penampang balok

Konstruksi Beton Bertulang I

2. Perencanaan untuk PUNTIR


1. Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor Tu besarnya kurang daripada : (a) untuk komponen struktur non-prategang:
......(14 1)

(b) untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya tarik atau tekan aksial:
......(14 2)

Konstruksi Beton Bertulang I

dimana : Acp : luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm2 pcp : keliling luar penampang beton, mm. Nu : beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan dengan Vu, diambil positif untuk tekan, negatif untuk tarik, dan memperhitungkan pengaruh tarik akibat rangkak dan susut, N Ag : luas bruto penampang, mm2. Untuk penampang berongga, Ag : luas beton saja dan tidak termasuk luas rongga.

: faktor reduksi torsi = 0,75 (SNI-2002)


Konstruksi Beton Bertulang I 6

3. Perhitungan momen puntir terfaktor Tu


(1) Bila momen puntir terfaktor Tu pada suatu komponen struktur diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan, dan nilainya melebihi nilai minimum yang disyaratkan, maka komponen struktur tersebut harus direncanakan untuk memikul momen puntir. (2) Pada struktur statis tak tentu dimana dapat terjadi pengurangan momen puntir pada komponen strukturnya yang disebabkan oleh redistribusi gayagaya dalam akibat adanya keretakan, momen puntir terfaktor maksimum Tu dapat dikurangi menjadi:
Konstruksi Beton Bertulang I 7

1) untuk komponen struktur non-prategang

......(14 3)

2) untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya aksial tarik atau tekan:
......(14 4)

Konstruksi Beton Bertulang I

4. Kuat lentur puntir


(a) Dimensi penampang melintang harus memenuhi ketentuan berikut: 1) untuk penampang solid
......(14 5)

2) untuk penampang berongga


......(14 6)

Konstruksi Beton Bertulang I

dimana : ph : keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm Aoh : luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm2

Konstruksi Beton Bertulang I

10

(b) Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis keliling penampang berongga, maka pers. (14-6) harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri pers. (14-6) mencapai nilai maksimum. (c) Jika tebal dinding adalah kurang daripada Aoh /ph, maka nilai suku kedua pada pers. (14-6) harus diambil sebesar
......(14 7)

dengan t adalah tebal dinding penampang berongga pada lokasi dimana tegangannya sedang diperiksa.
Konstruksi Beton Bertulang I 11

(d) Kuat leleh rencana untuk tulangan puntir nonprategang tidak boleh melebihi 400 MPa. (e) Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari:
......(14 8)

dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Tn adalah kuat momen puntir nominal penampang.

Konstruksi Beton Bertulang I

12

(f) Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaan berikut :
......(14 9)

dengan Ao, kecuali ditentukan berdasarkan analisis, dapat diambil sebesar 0,85Aoh. Nilai tidak boleh kurang daripada 30o dan tidak boleh lebih besar daripada 60o.

Konstruksi Beton Bertulang I

13

(g) Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir tidak boleh kurang daripada:
......(14 10)

dengan adalah nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam pers. (14-9) dan At /s harus dihitung dari pers. (14-9),

Konstruksi Beton Bertulang I

14

(h) Tulangan untuk menahan puntir harus disediakan sebagai tambahan terhadap tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur, dan aksial yang bekerja secara kombinasi dengan gaya puntir. Dalam hal ini, persyaratan yang lebih ketat untuk spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi.

Konstruksi Beton Bertulang I

15

5. Ketentuan detail tulangan puntir:


(1) Tulangan puntir harus terdiri atas batang tulangan longitudinal atau tendon dan salah satu atau lebih dari hal-hal berikut: a) Sengkang tertutup atau sengkang ikat tertutup, yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, atau b) Jaringan tertutup dari jaring kawat las dengan kawat transversal dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, c) Tulangan spiral pada balok nonprategang.

Konstruksi Beton Bertulang I

16

(2) Tulangan sengkang puntir harus diangkur dengan cara-cara berikut: a) menggunakan kait standar 135o, dipasang di sekeliling tulangan longitudinal, b) atau untuk daerah dimana beton yang berada di sekitar angkur dikekang terhadap spalling oleh bagian sayap penampang atau pelat atau komponen struktur sejenis. (3) Tulangan puntir longitudinal harus mempunyai panjang penyaluran yang cukup dikedua ujungnya. (4) Pada penampang berongga, jarak dari garis tengah tulangan sengkang puntir ke permukaan dalam bagian dinding rongga tidak boleh kurang daripada 0,5 Aoh /ph.

Konstruksi Beton Bertulang I

17

6. Ketentuan tulangan puntir minimum


(a) Luas minimum tulangan puntir harus disediakan pada daerah dimana momen puntir terfaktor Tu melebihi nilai yang disyaratkan (b) Bilamana diperlukan tulangan puntir, maka luas minimum tulangan sengkang tertutup harus dihitung dengan ketentuan:
......(14 11)

Konstruksi Beton Bertulang I

18

(c) Bilamana diperlukan tulangan puntir, maka luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan ketentuan:
......(14 12)

Konstruksi Beton Bertulang I

19

7. Spasi tulangan puntir


(a) Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara ph / 8 atau 300 mm. (b) Tulangan longitudinal yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak melebihi 300 mm. Batang atau tendon longitudinal tersebut harus berada di dalam sengkang. Pada setiap sudut sengkang tertutup harus ditempatkan minimal satu batang tulangan atau tendon longitudinal. Diameter batang tulangan longitudinal haruslah minimal sama dengan 1/24 spasi sengkang, tetapi tidak kurang daripada 10 mm.
Konstruksi Beton Bertulang I 20

(c) Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis. dimana : bt : lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang tertutup yang menahan puntir

Konstruksi Beton Bertulang I

21

8. Langkah-langkah disain untuk balok yang dibebani TORSI, GESER dan MOMEN
Langkah 1 : Tentukan gaya geser, momen dan diagram torsi. Pilih b dan d berdasarkan momen Mu. Check defleksi dan rubah d jika dibutuhkan. Dimensi penampang dapat dirubah jika penampang tidak kuat terhadap geser. Penampang persegi sangat baik untuk menahan momen torsi. Langkah 2 : Torsi dapat diabaikan jika :
2 . f c' Acp

Tu <

12

. p cp

.(a)

Konstruksi Beton Bertulang I

22

Langkah 3 : Check dimensi penampang balok, untuk penampang solid : jika,


.(b)

perbesar dimensi penampang Penampang kritis dari torsi dan geser berada sejarak d dari muka tumpuan

Konstruksi Beton Bertulang I

23

Untuk penampang hollow (berongga):


.(c)

Langkah 4 : Tentukan luas tulangan untuk momen lentur, dan luas tulangan geser untuk geser vertikal. Luas penulangan geser dapat dituliskan dalam bentuk Av /s (luas tulangan geser per unit panjang), sehingga dapat dikombinasikan dengan luas tulangan geser yang dibutuhkan untuk torsi.

Konstruksi Beton Bertulang I

24

Hitung : Hitung :

Vs =

Vu

Vc

.(d)

Av Vs = s f y .d

.(e)

Langkah 5 : Tentukan luas tulangan torsi dalam bentuk At /s :

At Tu = s 2. . f yv . Ao. cot

.(f)

Gunakan = 45o dan fyv < 400 MPa. Ao sama dengan 0,85 kali luas yang dibatasi oleh sengkang terluar.
Konstruksi Beton Bertulang I 25

Langkah 6 : Untuk ukuran sengkang tertentu, jumlahkan luas tulangan yang dibutuhkan untuk geser dan torsi. Untuk sengkang dengan 2 kaki :

Av , total s

Av 2. At = + s s

.(g)

Tentukan ukuran tulangan, dan hitung jarak sengkang yang dibutuhkan. Spasi tulangan tidak boleh melebihi ph/8 atau 300 mm. Jika hanya dibutuhkan sengkang dengan 2 kaki, hanya sengkang terluar yang harus tertutup. Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis.
Konstruksi Beton Bertulang I 26

Jarak maksimum sengkang, didasarkan pada gaya geser Vu , dimana :


s d/2 s d/4 jika jika Vs Vs , tidak melebihi 600 mm , tidak melebihi 300 mm

Langkah 7 : Check luas minimum tulangan sengkang :


.(h)

Konstruksi Beton Bertulang I

27

Langkah 8 : Hitung luas tulangan torsi longitudinal :


.(i)

Jika baja tulangan sengkang dan longitudinal mempunyai mutu yang sama dan diambil 45o, maka pers. diatas dapat ditulis :

At Al = p h . s
Konstruksi Beton Bertulang I

.(j)

28

Tetapi Al tidak boleh lebih kecil dari :


.(k)

Tulangan longitudinal harus di-distribusikan merata sekeliling penampang balok, harus mempunyai diameter minimum 1/24 spasi sengkang atau 10 mm.

Langkah 9 :
Gabungkan tulangan longitudinal untuk torsi dan tulangan lentur dan tentukan tulangan
Konstruksi Beton Bertulang I 29

Contoh : Disain balok untuk Torsi, Geser dan Momen


Diketahui suatu balok kantilever dengan dimensi sbb :
U 200 U U = 1,2D + 1,6L = 20 kN/m Mu = .U.l2 = 1/2 .20. 32 = 90 kNm (-) Mu Tu Beban merata U bekerja 200 mm dari titik berat penampang. fc =25 MPa, dan fy = 400 MPa

l =3 m d Vu

Konstruksi Beton Bertulang I

30

Solusi :
1. Tentukan tinggi minimum balok (dimana lendutan tak perlu dihitung)

h min

l 3000 = = = 375 mm 8 8

ambil h = 400 mm , b = 200 mm dan d = 360 mm

2. Disain tulangan lentur : Mu = 90 kNm , disain tulangan tunggal

. f y M u = . .b.d . f y 1 0,59. f ' c


2

.400 90 x 10 6 = 0,8 . .200.360 2.400 1 0,59. 25

diperoleh : 1 = 0,0123 (dipakai ) dan 2 = 0,0937 (tdk dipakai) As = . b. d = 0,0123 x 200 x 360 = 885,6 mm2
Konstruksi Beton Bertulang I 31

3. Check apakah torsi dapat diabaikan :


Torsi akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm) Tu = (3-0,36)/3 x 20 x 3 x 0,2 = 10,56 kNm Torsi dapat diabaikan, jika :
2 . f c' Acp

Tu <

12

. p cp

(200 x 400 )2 0 , 75 . 25 , Tu = = 1,67 kNm . 12 200 x 2+ 2 x 400

Karena Tu = 10,56 kNm > 1,67 kNm Torsi harus diperhitungkan

4. Tentukan tulangan geser :


,

25 . 200.360 = 60 kN Vc = 6
Konstruksi Beton Bertulang I 32

Geser akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm)


Vu = (3-0,36)/3 x 20 kN/m x 3 m = 52,8 kN

52,8 Vu 54,6 Vs = Vc = 60 = 12,8 kN 10,4 0,75

Av Vs 12,8 x1000 = = = 0,089 mm 2 / mm 0,072 400.360 s f y .d


Dalam bentuk : At /s ,

0,036 At Av = = 0,0445 mm 2 / mm s 2s

Konstruksi Beton Bertulang I

33

5. Tentukan tulangan yang dibutuhkan untuk TORSI :

At Tu 10,92 x106 = = = 0,474 mm2 / mm s 2.. f yv .Ao. cot 2.0,75.400.120.320 0,45


6. Gabungkan tulangan geser dan torsi :
0,45 0,036 0,486 At = 0,0445 + 0,474 = 0,5185 mm 2 / mm s Jika dipakai 10, maka : At = 157 mm2
s = (157)/(0,486) = 323,05 mm : Gunakan s = 100 mm

10,56

Spasi maksimum : 300 mm atau ph/8 = 2 (120+320)/8 = 110 mm,


sehingga spasi 100 mm cukup, dan dipasang pada sepanjang balok
Konstruksi Beton Bertulang I 34

7. Chek tulangan minimum :


' Av 2 At 75. f c .bw + = s s 1200. f yv

0,072

0,089 + 2.(0,474) = 1,037 > 0,9375

0,45

0,972

..OK

8. Hitung luas tulangan longitudinal untuk TORSI : 0,45 396 At

Al = p h . = 2.(320 + 120).0,474 = 417,12 mm 2 s

Spasi maksimum untuk tulangan torsi longitudinal adalah 300 mm, maka Al dibagi menjadi 3 bagian (atas , tengah dan bawah )

Konstruksi Beton Bertulang I

35

diperoleh :

132 Al 417,12 As = = = 139,04 mm 2 3 3

396

Karena diameter minimum tulangan longitudinal db = 1/24.s

db = 1/24 . 75 mm = 3,125 mm
Gunakan 2 bh tulangan diameter 10 mm, As = 157 mm2 > 132 mm2 untuk tulangan bawah dan tengah Untuk tulangan atas, tulangan longitudinal dan lentur dikombinasikan dari As = 885,6 mm2 menjadi As = 885,6 mm2 + 132 mm2 = 1017,6 mm2 Gunakan tulangan D22, diperoleh n = 3bh Ambil tulangan 3D22, dengan As = 1140 mm2 OK

Konstruksi Beton Bertulang I

36

3D22 D10 - 100 2D10 2D10


3D22 2D10 400 D10 - 100 2D10 200
Konstruksi Beton Bertulang I 37

Detail penulangan

9. Check tulangan minimum :

10. Check dimensi penampang balok, untuk penampang solid :

Kesimpulan :
Tulangan Lentur + Torsi : 3D22 Tulangan geser : D10-100 Tulangan Torsi : 2D10 (bawah dan tengah) home
Konstruksi Beton Bertulang I 38

You might also like