You are on page 1of 13

DAFTAR ISI Daftar isi Pendahuluan Isi II.1 Komunikasi II.2 Komunikasi Efektif dan Hubungan Dokter-Pasien II.2.

1 Hasil komunikasi efektif II.2.2 Hasil komunikasi tidak efektif II.2.3-5 empati, verbal, persusaif II.2.6 transaksional analisa II.2.7 Komunikasi terapeutik Penutup Daftar Pustaka .3 4 5 .5 .6-9 10 11 .12 .13 1 .2

Page 1

BAB I PENDAHULUAN Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Komunikasi ini menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincangbincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien mau menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. Pasien percaya bahwa dokter dapat menyelesaikan masalah kesehatannya, agar kepercayaan ini bisa tetap ada maka pedoman dalam berkomunikasi sangat diperlukan.

I.2 Tujuan Hal ini diharapkan dapat membantu dokter dalam melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien/keluarganya, untuk dapat tercapainya pelayanan yang baik.

Page 2

BAB II ISI II.1 KOMUNIKASI Pada dasarnya, setiap orang perlu komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran,, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Secara umum, definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988) Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan.

Page 3

II.2 Komunikasi efektif 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain Komunikasi yang efektif pertama harus terjadi komunikasi dua arah, feedback dari penerima pesan harus sesuai dengan tujuan si pemberi pesan, pemberi pesan harus menggunakan bahasa yagn mudah dipahami oleh penerima pesan. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien: Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak halhal negative dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini sangat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien akan merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Page 4

II.2.1 Hasil komunikasi efektif : Pasien merasa dokter menjelaskan keadaanya tentang kondisi kesehatanya, pasien akan mengerti anjuran dokter Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang diderita nya sesuai penjelasan yang diberikan Pasien merasa dokter mendengarkan keluahan kemampuannya. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan dan memahami keterbatasan

II.2.2 Hasil komunikasi tidak efektif : Pasien tetap tidak mengerti keadaanya karena dokter tidak menjelaskan. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara. Pasien merasa diperlakukan semata-mata hanya sebagai objek Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain

Page 5

II.2.3 Empati Menurut Kamus Dewan terbitan Dewan bahasa dan pustaka, empati merupakan daya

menyelami dan memahami perasaan orang lain. Empati bisa dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui, memahami, merasai, menerima, dan menghargai perasaan, pandangan , perilaku orang lain. Empati juga menerangkan upaya orang lain untuk merasakan / melalui pengalaman yang pernah dirasakan oleh orang lain. Menurut Fracaro (2001), empathy is a feeling of loyalty toward another person resulting in a loss of objectivity. Ini menunjukan pengurus harus bisa mengerti/melihat pandangan kerja dan sanggup memahami tindakan atau perilaku mereka dengan jelas.8 Keberhasilan komunikasi efektif ini akan menciptakan ssebuah empati kepada pasien. Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut: (1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitive capacity to understand patients needs), (2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity to patients feelings), (3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient). Teori Empati dibagi 2 yaitu 9 Teori penyimpulan (inference theory) Orang dapat mengamati/mengidentifikasi perilakunya sendiri. Seseorang mampu membangun dirinya sendiri berdasarkan pengamatannya. Teori pengambilan peran (role taking theory). Seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.

Page 6

Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yangdikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System(ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien -Mengacuhkan pendapat pasien -Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien sepertiKalau stress mengapa datang ke sini?Atau Ya, lebih baik operasi saja sekarang. Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu -A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lainlain Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit -Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja -Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhirakhir ini? Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien -Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres? Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien -Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usahaAnda untuk menyempatkan berolah raga Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelingsandexperience) dengan pasien. -Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudutpandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

Page 7

II.2.4 Komunikasi verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui katakata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka , menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya ,saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa dan kata yang dipakai memiliki peran yang paling penting.10 Ketika berkomunikasi dengan pasien dokter harus berkomunikasi dengan cara yang mudah di pahami pasien. Komunikasi verbal sangat ditekankan pada bagaimana cara penyampaian nya melalui nada suara sifat-sifat kata.2 Potter & Perry (1987) menyatakan bahwa komunikasi verbal termasuk penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa yang digunakan biasanya memiliki arti khusus yang hanya dimengerti oleh komunitas tempat individu berada.6 Komunikasi verbal sangat dipengaruhi beberapa factor yaitu6 Denotative and connotative meaning (kemaknaan) hal yang harus dimengerti oleh orang yang sedang melakukan komunikasi Vocabulary (perbendaharaan kata) Pacing (kecepatan) Intonation (nada suara) Clarity and brevity (kejelasan dan keringkasan) Timing and relevance (waktu dan relevansi)

Page 8

II.2.5 Komunikasi persuasive Komunikasi persuasif bertujuan untuk membuat komunikan memberikan umpan balik sesuai keinginan komunikator. Pengertian persuasif sendiri adalah perubahan sikap akibat paparan informasi dari pihak lain.3 Komunikasi persuasif dapat dikembangkan melalui: 1. Kejelasan penyampaian pesan. Agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas, maka perlu memerhatikan keselarasan elemen-elemen komunikasi dan meminimalkan hambatan komunikasi. 2. Pemahaman sudut pandang dan keinginan komunikan . Komunikator dapat meminta komunikan melakukan sesuatu sesuai keinginan komunikator, hanya jika, komunikan melihat bahwa tindakan tersebut sesuai dengan keinginan si komunikan sendiri. Untuk mengetahui sudut pandang komunikan dan keinginan auditan, komunikasi empatik dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sebelum meningkatkannya menjadi komunikasi persuasif.

Page 9

II.2.6 Transaksional analisa Transaksional merupakan tindakan komunikasi yang melibatkan dewasa untuk bersama memilah perilaku sikap dan tindakan emosi. Pasien bisa disebut sebagai konseli dan dokter sebagai konselor konseling merupakan bimbingan kepada seseorang agar masalah yang dimilikinya teratasi.4 Analisis transaksional (AT) berkembang dari anggapan bahwa setiap komunikasi antar manusia adalah transaksi antara manusia yang satu dan manusia lainnya.5 yang dalam istilah AT disebut Ego State.5 Ada 3 status ego yakni status ego orang tua, orang dewasa, anak-anak. Posisi status ego sangat mempengaruhi transaksi komunikasi yang dilakukan. Status ego orang tua terbentuk sejak kecil, merupakan hasil pengaruh orang tua. Status ego ini memiliki ciri : Selalu benar dan unggul Selalu mengatakan kerja keras, jujur dsb. Tidak mau dinasehati dan diremehkan konsep ini

menyatakan bahwa setiap individu dapat berbicara dari 3 eksistensi psikologis yang berbeda,

Status ego orang dewasa merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan melihat fakta di sekitarnya, seorang dewasa harusnya dapat berpikir, bisa mengerti dan menanggapi secara wajar. Status ego anak biasanya hampir berlawanan dengan status ego orang tua misalnya cenderung menunjukan perasaan dengan sangat mudah, senang bermain-main. Status ego ini juga menunjukan pendirian yang relative lemah, tidak pasti, dan kurang yakin akan dirinya sendiri. Ketiga status ego ini membentuk pola perasaan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Biasanya status ego yang berperan tergantung oleh tuntutan lingkungan pada saat itu.

Pada scenario C pasien sudah mendapat komunikasi yang baik, dokter berusaha membujuk pasien dengan cara persuasive hingga pasien pun mau mengikuti saran dokter untuk memeriksakan dirinya ke lab meskipun pasien takut. Ini sudah merupakan feedback dari komunikasi dokter-pasien dan terbukti efektif, karena pada awalnya pasien bersikap seperti anak-anak (merasa takut) tapi dengan komunikasi verbal yang diberikan dokter dan dokter menyikapinya dengan cara dewasa sehingga pasien mengerti apa yang harus dia lakukan.
Page 10

II.2.7 Komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.7 Tujuan komunikasi ini adalah membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran . tujuan terapeutik yang diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri Identitas diri jelas dan rasa integritas diri yang tinggi Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis. Manfaat komunikasi terapeutik mendorong kerjasama antara dokter-pasien dan mengungkap perasaan pasien.7

Page 11

BAB III PENUTUP Komunikasi dokter pasien harus sangat diperhatikan karena hal ini sangat penting untuk pasien dalam mengerti apa yang dimaksud dokter kepada pasien. Penyampaian pesan ini harus tetap mengikuti cara-cara yang sudah ada. dokter bisa menggunakan komunikasi nonverbal dan verbal untuk mengutarakan pesan nya kepada pasien, selain itu empati juga diperlukan dan cara transaksionil yang diterapkan kepada pasien harus disesuaikan, dokter harus bisa melihat situasi nya. Pasien datang ke dokter karena pasien menaruh kepercayaan kepada dokter dimana pasien menyerahkan semua keluhan nya kepada dokter dengan tujuan agar mendapat solusi atau pemecahan suatu masalah.

Page 12

DAFTAR PUSTAKA 1. Konsil kedokteran Indonesia. Komunikasi efektif dokter-pasien.2006 2. Johnson Joyce Young, Jean Smith-Temple, Patricia Carr. 2005. Prosedur Perwatan Di Rumah. EGC. 3. Definisi dari Severin dan Tankard, seperti dikutip oleh Tommy Suprapto, ibid. 4. James Allen MD .Therapeutic Journey, Practice and Life. 2005, TA Press, Oakland California 5. Mulianto Sindu, Eko Ruddy Cahyadi dkk. Panduan lengkap supervise diperkaya perspektif syariah.2006. PT Elex Media Komputindo. 6. Arwani. Komunikasi dalam keperawatan.2002.EGC 7. Uripni Christina Lia, Untung sujianto dkk.Komunikasi kebidanan. 2002.EGC 8. Yusof Aziz. Keinsanan Dalam Pengurusan. 2007.LOHPRINT SDN BHD. 9. Wiryanto.Pengantar Ilmu Komunikasi.2004. PT Grasindo Anggota Ikapi. 10. Hardjana Agus.Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.2003.Kanisius

Page 13

You might also like