You are on page 1of 3

PATOMEKANISME Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil. Patogenesis tonsilitis episode tunggal masih belum jelas.

Diperkirakan akibat obstruksi kripta tonsil, sehingga mengakibatkan terjadi multiplikasi bakteri patogen yang dalam jumlah kecil didapatkan dalam kripta tonsil yang normal. Pendapat lain patogenesis terjadinya infeksi pada tonsil berhubungan erat dengan lokasi maupun fungsi tonsil sebagai pertahanan tubuh terdepan. Antigen baik inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil terjadi perlawanan tubuh dan kemudian terbentuk fokus infeksi. Peradangan akut pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus seperti adenovirus, virus Epstein Barr, influenza, para influenza, herpes simpleks, virus papiloma. Peradangan oleh virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Keadaan ini akan semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya. Terjadinya tonsilitis dimulai saat bakteri masuk ke tonsil melalui kripte kriptenya, secara aerogen (melalui hidung, droplet yang mengandung bakteri terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus ke tonsil), maupun secara foodvorn yaitu melalui mulut bersama makanan Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada tonsil. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang tonsil sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris. Terdapat perpaduan bakteri aerobik dan anaerobik, namun yang paling dominan jenis streptokokus. Streptokokus group A beta-hemotlitikus menyebabkan gejala fokal. Drainase yang buruk pada kripta akan menyebabkan terjadinya retensi debris sel, sehingga dapat menjadi

medium yang baik untuk perkembangan bakteri. Ketika terbentuk abses di kripta, infeksi menyebar dari epitel yang defek ke parenkim tonsilaris sehingga menyebabkan tonsilitis parenkim kripta. Infeksi juga melakukan penetrasi ke kapiler sekitar kripta, sehingga memberikan jalan untuk toksin dan bakteri menyebar ke sirkulasi sistemik. Dalam jangka waktu yang panjang, parenkim tonsilaris akan menjadi jaringan fibrois dan megalami atrofi. Disamping menyebabkan efek iritatif pada jaringan dan organ tempat melekatnya bakteri, tonsillitis kronik juga akan menyebabkan infeksi fokal. Beberapa hal mengenai fokal infeksi: Fokus infeksi merupakan perubahan lokal dalam organ yang menyebabkan perubahan patologis disekitarnya. Pada struktur tonsila palatine, terjadi penyempitan kripta, epithel spongiosum, dan pembuluh darah tidak terlindungi sehingga menciptakan suasana yang ideal untuk berkembangnya mikroorganisme patologi,toksin, mediator radang, ke dalam pembuluh darah. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula. Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya bakteri ke tubuh baik yang melalui hidung maupun mulut. Bakteri yang masuk dihancurkan oleh makrofag, sel sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh bakteri bakteri semuanya, akibatnya bakteri bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu waktu bakteri bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal primer.Setelah terjadi serangan tonsilitis ini tonsil akan benar-benar sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan

pada tonsil. Apabila keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis.Infeksi pada tonsil dapat terjadi akut, kronis dan tonsilitis akut berulang. Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Brodsky menjelaskan durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat menetap. Brook dan Gober seperti dikutip oleh Hammouda8 menjelaskan tonsillitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang. Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan integritas epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil. Bakteri yang masuk ke dalam parenkim tonsil akan mengakibatkan terjadinya infeksi tonsil. Pada tonsil yang normal jarang ditemukan adanya bakteri pada kripta, namun pada tonsilitis kronis bisa ditemukan bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil menjadi sumber infeksi yang berulang terhadap tonsil. Pembesaran tonsil dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbul gangguan menelan, obstruksi sleep apnue dan gangguan suara. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil yang membesar dalam berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripta yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar. Disamping tonsilitis akut dan kronis Brodsky menjelaskan adanya tonsiltis akut rekuren yang didefinisikan sebagai tonsilitis akut yang berulang lebih dari 4 kali dalam satu tahun kalender, atau lebih dari 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.

You might also like