You are on page 1of 3

Judul : Laparatomy et causa Ca Ovari stage II pada Wanita usia 38 th dengan General Anestesi dan Status ASA II .

Abstrak Anestesi Umum (General Anestesi) adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Tujuan anestesi umum adalah hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi otonom. Isi Pasien wanita, usia 38 th datang dengan keluhan nyeri perut 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh mual dan demam 3hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah disangkal. BAK dan BAB seperti biasa. Riwayat perdarahan dari jalan lahir disangkal. Menstruasi terakhir 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik : keadaan umum composmentis. Vitalsign : Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Respirasi : 24 x/menit, Suhu : 39,5 C. Konjungtiva mata tampak anemis(+/+). Pada palpasi abdomen teraba massa keras di regio hipocondriaca kiri, NTE (+), Murphy sign (-), Mc Burney sign (-), turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Pemeriksaan penunjang didapatkan angka leukosit : 7,0 (4-10 rb/dl), Hemoglobin : 10,1 (12,0-16,0 g/dl), HbSag (-), Albumin : 1,7 (,5-5,2 g/dl), CA-125 : 131 (<35 u/ml). Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan suspek cystic adnexa dextra (dari ovarium) lesi hipoechoic di daerah posterolateral sinistra uterus, curiga massa solid dari ovarium. Hepar, pancreas, ginjal vesika urinaria dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT SCAN abdomen didapatkan hasil : massa di daerah uterus dan salphing, batas uterus tidak jelas. Sugestive tumor di daerah salphing. Catatan anestesi : Jenis anestesi : GA. Metode : GETA, ET no 7,5, fix(+), cuff(+), insuflasi isoflurance. Premedikasi/induksi: Sedacum 5 mg, propofol 80 mg, morfin 10 mg. Obat-obatan yang digunakan selama operasi:, Heptamyl, Vaskon 4 mg, Catapres 75 mg, Tramus, Neostigmin 1 mg, Atropin 0,25 mg, Narfoz 4 mg. Infuse selama op : RL 500 ml no I, Glafusal 500 ml no I, PRC 300 ml no I. Tekanan darah selama operasi : pre op 120/80, nadi 119 ; 15 menit OP 100/60, nadi 110 ; 30 menit OP 88/50, nadi 108 ; 45 menit OP 98/66, nadi 104 ; Post op 104/68, nadi 101. Estimasi kehilangan darah 600 ml. Diagnosis Oleh dokter, pasien di diagnosis Laparatomy et causa Ca Ovari stage II pada Wanita usia 38 th dengan General Anestesi dan Status ASA II. Terapi Causatif dilakukan tindakan operasi berupa Laparotomi. Terapi Supportif diberikan Ceftriaxone : 2x1 gr IV, Pantozol : 2x1, Ondansetron : 3x4 mg IV, Albapur 20% 100cc, Infuse : RL, Aminofluid, PRC. Terapi edukatif diberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pada pasien dan anggota keluarga serta menjelaskan juga komplikasi yang mungkin terjadi. Menjelaskan tentang terapi dan tindakan operasi yang akan dilakukan terhadap penderita dan komplikasi yang mungkin terjadi. Diskusi Pada kasus di atas, akan dilakukan tindakan laparotomi dengan general anestesi. Dipilihnya jenis anestesi ini dikarenakan akan dilakukan pembedahan laparotomi dimana pada laparotomi dilakukan manipulasi usus, jika menggunakan tehnik Regional Anestesi akan menimbulkan rasa

tidak nyaman pada pasien karena iritasi peritoneal langsung yang menimbulkan rasa sakit selama laparotomi. Pada tindakan laparotomi diperlukan relaksasi otot (agar organ abdomen tidak keluar dan terjadi relaksasi) sehingga diperlukan muscle relaxant muscle relaxant ini bekerja pada otot lurik terjadi kelumpuhan otot pernafasan, otot interostalis, abdominalis, dan relaksasi otot-otot ekstremitas pasien tidak dapat bernafas spontan, karena otot pernafasan lumpuh perlu control nafas perlu tehnik anestesi yang menjamin zat anestesi inhalasi serta N2O dan O2 masuk ke trakhea 100% GETA. Pada kasus di atas, saat premedikasi digunakan Sedacum (midazolam) merupakan obat penenang (transquilaizer) yang memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik, antikonvulsan dan relaksan otot skelet. Dosis midazolam yaitu 0,025-0,1 mg/kgBB (5mg/5cc). Dengan awitan aksi iv 30 detik, efek puncak 3-5 menit dan lama aksi 15-80 menit. Induksi diberikan Propofol. Propofol merupakan suatu obat hipnotik intravena diisopropilfenol yang menimbulkan induksi anestesi yang cepat dengan aktivitas eksitasi minimal (contohnya mioklonus). Propofol diberikan dengan dosis 2-2,5 mg/kgBB (200mg/20cc) dengan awitan aksi 40 detik, dengan efek puncak 1 menit dan lama aksi 5-10 menit. Diberikan morfin 10 mg IM. Morfin adalah analgesic golongan opioid. Diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi.Dosis premedikasi dewasa 10 20 mg. Kerugian penggunaan morfin ialah pulih pasca bedah lebih lama, penyempitan bronkus pada pasien asma, mual dan muntah pasca bedah ada. Saat durante operasi diberikan tramus(atrakurium). Atrakurium merupakan relaksan otot skelet nondepolarisasi (long acting), diberikan sebagai obat relaksasi otot dengan mula kerja yang cepat. Relaksasi otot ini dimaksudkan untuk membuat relaksasi otot selama berlangsungnya operasi, menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas selama operasi, memudahkan pernapasan terkendali selama anestesi. Maintenance a) N2O dan O2 Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25 %.Gas ini bersifat anestesik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya. b)Isoflurance Isoflurance mempunyai sifat hipnotik kuat, relaksasi cukup, analgetik cukup. Keuntungan penggunaan Isoflurance adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Terapi cairan a. Maintenance operasi (MO) Dewasa = 2ml x BB dlm kg = 2ml x 45 = 90 ml b. Pengganti puasa Lama puasa dalam jam x MO = 8 x 90 = 720 ml c. Kebutuhan cairan Jam pertama OP = ( x pp ) + MO + stress operasi (6cc x BB dlm kg) = (x720)+90+(6x45) = 720 ml d. Estimasi blood lose (EBL) Perempuan = 65 X BB dalam kg = 65 x 45 = 2925 ml e. Asumsi blood lose (ABL) 20% x EBL = 20% x 2925 = 585. Bila darah > ABL transfusi

Pemulihan Aldrete score Kesadaran Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 Pernapasan Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 Sirkulasi Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2 O2 saturasi Dengan O2 saturasi >90%, 1 Aktivitas Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 Jumlah skornya 6, < 8 maka penderita belum dapat dipindahkan ke ruangan, ke ICU.

Kesimpulan Dalam melakukan tindakan anestesi perlu diketahui berbagai macam obat-obatan yang bisa digunakan untuk premedikasi dan induksi, dengan efek yang sama tetapi mempunyai mekanisme yang berbeda, serta perlu dipahami reaksi obat antara satu dengan yang lainnya sehingga pada pasien tidak diberikan obat yang belawanan reaksinya yang bisa merugikan pasien dengan efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Selain itu perlu diketahui terapi cairan, sehingga bisa diperhitungkan berapa flabot cairan yang harus masuk untuk mengganti cairan yang hilang saat persiapan operasi (puasa) dan saat operasi berlangsung (perdarahan). Pada fase pemulihan bisa ditentukan apakah pasien bisa kembali ke ruangan rawat bangsal atau harus ke ruangan ICU dengan Aldrete score. Referensi 1. Dachlan, R.,dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi FK UI. Jakarta 2. Hyderally H. 2002. Complications of Spinal Anesthesia. The Mountsinai Journal of Medicine. 3. Katz J, Aidinis SJ. 2010. Complications of Spinal and Epidural Anesthesia. J Bone Joint Surg Am; 62:1219-1222. 4. Latief SA, Suryadi KA. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 107-112.

Ratih Lestari Utami, bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

You might also like