You are on page 1of 2

Judul : Polip Nasi Dextra et Sinistra grade III/II pada wanita usia 60 tahun Abstrak Polip nasi merupakan

kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Polip nasi ditemukan 1-4 % dari populasi, 36 % penderita dengan intoleransi aspirin, 20% pada penderita fibrosis kistik, 7% pada penderita asma. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma non alergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa, hanya kurang lebih 0.1% ditemukan pada anakanak, lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding dengan wanita dengan rasio 2:1 atau 3:1 dan dapat ditemukan pada seluruh kelompok ras dan kelas ekonomi. Isi Pasien wanita, usia 60 th datang dengan keluhan Hidung kanan dan kiri buntu lebih kurang 1,5 tahun yang lalu. Awalnya hidung kanan dan kiri tersumbat hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Kemudian menjadi menetap sejak 1,5 tahun yang lalu. Hidungnya dirasanya tiba-tiba buntu sampai sekarang dan bertambah berat sejak akhir-akhir ini. Pasien juga sering pilek terasa mau bersin tapi tidak bisa bersin. Riwayat alergi, asma disangkal. Riwayat batuk,demam, pusing, mual, muntah disangkal. Tidak ada keluhan pada telinga, pendengaran, maupun tenggorokan. Pemeriksaan fisik : keadaan umum baik, Composmentis. Hidung : Terdapat massa di kavum nasi hidung kanan pada semua bagian dan di konka inferior pada cavum nasi hidung kiri. Massa berbentuk bulat lonjong, permukaan licin, warna putih keabu-abuan, konsistensi lunak, tidak rapuh, tidak mudah berdarah, mudah digoyang. Orofaring dan Mulut : Tonsil : dalam batas normal, Gigi : karies (-). Telinga : dalam batas normal, edema (-), membrane tymphani normal. Diagnosis Oleh dokter, pasien di diagnosis Polip Nasi Dextra et Sinistra grade III/II Terapi Causatif dilakukan tindakan operasi berupa Cald Well Luc (CWL), Ethmoidectomy dan Polipectomy. Terapi Supportif post op diberikan Cefotaxim 1 g/12 jam, Ketorolac 1 amp/8 jam dan Ranitidin 1 amp/12 jam. Terapi edukatif diberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pada pasien dan anggota keluarga serta menjelaskan juga komplikasi yang mungkin terjadi. Menjelaskan tentang terapi yang akan dilakukan terhadap penderita dan komplikasi yang mungkin terjadi. Diskusi Pasien ini di diagnosis Polip Nasi Dextra et Sinistra grade III/II berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dimana pada anamnesis ditemukan gejala berupa Hidung dirasakan tiba-tiba buntu sejak 1,5 tahun yang lalu sampai sekarang dan bertambah berat. Pasien juga sering pilek terasa mau bersin tapi tidak bisa bersin. Riwayat alergi, asma disangkal. Riwayat batuk,demam, pusing, mual, muntah disangkal. Tidak ada keluhan pada telinga, pendengaran, maupun tenggorokan. Pemeriksaan fisik didapatkan pada hidung terdapat massa di kavum nasi hidung kanan pada semua bagian dan di konka inferior pada cavum nasi hidung kiri. Massa berbentuk bulat lonjong, permukaan licin, warna putih keabu-abuan, konsistensi lunak, tidak rapuh, tidak mudah berdarah, mudah digoyang. orofaring dan mulut dan telinga dalam batas normal.Pada pasien ini dilakukan terapi causatif dilakukan tindakan operasi berupa Cald Well Luc (CWL), Ethmoidectomy dan Polipectomy serta masa yang sudah diambil dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk memastikan apakah suatu keganasan atau tidak meskipun pada pemeriksaan fisik masa tidak rapuh, tidak berdarah. Pasien juga perlu di edukasi bahwa polip

yang sudah diangkat, mungkin muncul kembali jika dipicu oleh peradangan, sehingga perlu dilakukan tindakan preventif misalnya menggunakan masker untuh mencegah kuman dan debu masuk ke pernapasan yang bisa mengiritasi mukosa hidung sehingga menyebabkan kekambuhan. Kesimpulan Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya Hidung tersumbat dari yang ringan sampai berat. Sumbatan ini menetap, tidak hilang dan semakin lama semakin berat. Rinore mulai dari yang jernih sampai purulen. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus dan Hiposmia atau anosmia. Pemeriksaan fisik meliputi Inspeksi Polip yang masif sering sudah menyebabkan deformitas hidung luar, Dapat dijumpai pelebaran kavum nasi terutama polip yang berasal dari sel-sel etmoid. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan diantaranya Rhinoskopi anterior posterior, Nasoendoskopi dan Pemeriksaan Radiologi Foto polos sinus paranasal. Prognosis Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut. Rekurensi dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel. Polip tunggal yang besar seperti polip antral-koanal jarang terjadi relaps. Referensi 1. Bechara, Y Ghorayeb. Nasal polyps. Diakses dari www.otolaryngology Houston.htm. Diakses tanggal 30 November 2012. 2. Mangunkusumo, Endang. Wardani, Retno. Polip hidung. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tengorokan, Kepala dan Leher. Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007: p.125-123 3. McClay, Jhon E MD. Nasal Polyps, di akses dari : www.emedicine.com . Diakses tanggal 30 November 2012. 4. Valerie J Lund. Diagnosis and Treatment of Nasal Polyps. Diakses dari www.otolayngologyhouston Htm. Diakses tanggal 30 November 2012.

Ratih Lestari Utami, bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, DIY

You might also like