You are on page 1of 5

A.

KUALITAS AIR MELALUI PARAMETER BIOLOGI Parameter biologi adalah indikator (petunjuk) biotik yang dapat mengidentifikasi bahwa suatu perairan telah mengalami pencemaran. Unsur biotik yang dijadikan parameter ini ialah waterborn patogen (mikroorganisme patogen yang menetap dan berkembangbiak pada air tercemar), waterborn patogen yang paling umum diperhatikan diantaranya : Bakteri ; Makhluk bersel tunggal dengan ukuran tubuh antara 0,12 -ratusan mikron yang merupakan makhluk paling banyak jumlahnya dan tersebar luas di bumi. Virus ; parasit obligat (hanya dapat bereproduksi di dalam inangnya, diluar itu ia akan mati) berukuran mikroskopik (sampai dengan 20 nm). Protozoa ; mikroorganisme plankton dari golongan kingdom Protista yang berukuran kurang dari 10 mikron. Helmint ; mikroorganisme dari filum protozoa , kelas rhizopoda yang bersifat parasit dengan ukuran tubuh 3-1000 mikron. Sering disebut pula amoeba. Untuk menganalisa kehadiran waterborn patogen tersebut biasanya dilakukan pengujian langsung pada air limbah sampel dengan mikroskop (mikroskop electron / mikroskop ultraviolet) maupun pengujian langsung secara mikrobiologi.

Biasanya disediakan media penunjang sebagai tempat hidup mikroorganisme, baik secara melekat maupun tersuspensi sehingga mereka dapat hidup secara optimal dan menguraikan sampah organik pada air limbah tersebut. 3. Tujuan dan Manfaat Secara umum tujuan serta manfaat pengolahan air limbah secara biologi yaitu sebagai berikut : Degradasi (penguraian) bahan organik Transformasi zat organik menjadi zat yang kurang berbahaya Nitrifikasi/Denitrifikasi Menggunakan kembali zat organik dalam air limbah (misalnya gas metana). 4. Metode pengolahan Banyak sekali jenis pengolahan air limbah secara biologi, namun yang paling sering digunakan ialah sebagai berikut : a) LUMPUR AKTIF [AKTIVATED SLUDGE] Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Britania Raya (Inggris) pada tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett. Dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mikroorganisme aktif yang tumbuh saat prosesnya, biasanya berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Massa mikroorganisme aktif tersebut umumnya tersusun atas : Bakteri (seperti spesies Acinetobacter, nitrosomonas, nitrobacter dan Zoogloea ramigera) Protozoa (seperti Aspidisca, Carchesium, Opercularia, Trachelophyllum, Vorticella) Amoeba (seperti Cochliopodium dan Euglypha ) Organisme lain yang ada antara lain jamur, rotifer dan nematoda. Penyaringkasar Proses kerja sistem pengolahan lumpur aktif dapat dijabarkan dengan flowchart dibawah ini : Air limbah mula-mula dilewatkan pada saringan kasar (screen) untuk memisahkan sampah berukuran besar, kemudian dipompa menuju bak pengendap/penampung awal untuk mengendapkan padatan tersuspensi (suspended solid) sekitar 30-40 %. Padatan

B.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGI 1. Pengertian Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan DO, maupun kerusakan ekosistem). Pengolahan secara biologi seringkali merupakan pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL. 2. Prinsip Kerja

1.

2.

3.

4.

tersuspensi yang terendapkan akan dibuang ke bak pengering lumpur. Bak pengendap/penampung ini yang juga dilengkapi alat pengatur debit aliran. Air limpahan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus udara (O2) dengan sebuah blower sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan polutan organik yang ada dalam air limbah, berkembangbiak, hingga terbentuk biomassa aktif berwarna kelabu/coklat kehitaman yang disebut lumpur aktif. Didalam bak aerasi ini unjuk kerja lumpur aktif dilaksanakan. Dari bak aerasi, air beserta kelebihan lumpur aktif dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini sebagian lumpur aktif diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sementara sebagian lumpur lagi akan alirkan menuju bak pengering lumpur setelah dilakukan disinfeksi terlebih dahulu untuk kedibuang/dibakar. Pembuangan lumpur ini bertujuan untuk menjaga kestabilan jumlah lumpur aktif. Air limpahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor (berupa cairan/tablet) untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum/mengalami proses pengolahan selanjutnya. Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lumpur aktif Kelebihan : o Dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang cukup besar yaitu 250-300 mg/liter o Tidak memerlukan lahan yang luas Mampu membentuk gumpalan (flok) yang dapat menjerap bahan anorganik, seperti logam berat o Jumlah biomassa tidak akan pernah habis (melimpah). Kekurangan : Perlu pengontrolan yang relatif ketat agar diperoleh perbandingan yang tepat antara

jumlah makanan dan jumlah mikroorganisme yang ada o Sering menimbulkan bau bila jumlah lumpur terlalu banyak o Banyak menghabiskan suplay oksigen. Contoh aplikasi : sistem pegolahan air limbah pada rumah sakit & industri kertas (pulp). b) KOLAM AERASI [LAGOON AERATION] Lagoon aeration adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses kerja reaktor ini ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam besar yang diatur supaya suasana aerobik berjalan melalui pengadukan mekanis ataupun memasang penggelembung udara seperti gambar dibawah ini. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplay oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang dalam kolam tersebut.

Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lagoon aeration Kelebihan : o Biaya pemeliharaan rendah o Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar sehingga mengoptimalkan kinerja mikroorganisme o Dapat menampung air limbah dengan kuantitas volume yang sangat besar o Tidak menimbulkan bau. Kekurangan : o Membutuhkan lahan yang luas o Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai oksigen juga untuk pengadukan secara sempurna. Contoh aplikasi : sistem pengolahan air limbah pada industri pangan. c) SARINGAN TETES [TRICKLING FILTER] Merupakan wahana penyaring berbentuk silinder dengan media berpori yang disusun secara bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh lengan yang dapat berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil, kemudian berkontak

dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media secara merata. Media itu sendiri dapat berupa potongan potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang, pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm. Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film) mikroorganisme biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan spesies protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah. Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar. Gambar Trickling Filter Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan trickling filter Kelebihan : o Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya o Sangat ekonomis dan praktis o Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat o Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling atas media. Kekurangan : o Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan bertambah banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan filter. o Timbulnya bau yang tidak sedap o Prosesnya sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang menghampiri. Contoh aplikasi : sistem pengolahan limbah cair domestik dan industri obat herbal. d) Cakram Biologis Putar [Rotating Biological Contactor] RBC yaitu pengolahan yang terdiri atas disc /cakram melingkar yang diputar oleh poros yang diletakkan setengah tercelup dengan kecepatan tertentu (2-3 rpm). Cakram digerakkan oleh motor drive system yang dibenam dalam air limbah, dibawah media. Mikroba tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut

membentuk suatu lapisan yang disebut biofilm (biasanya terdiri atas bakteri, alga, protozoa, fungi). Media film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajarjajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket. Pada saat cakram tercelup kedalam air limbah, biofilm menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, biofilm menyerap okigen dari udara atau oksigen terlarut dalam untuk menguraikan senyawa organik. Pertumbuhan biofilm tersebut makin lama makin tebal, sampai akhirnya karena gaya gravitasi sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, biofilm pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga terjadi kesetimbangan. GAMBAR RBC Proses kerja sistem RBC dapat dijabarkan dengan flowchart dibawah ini : 1. Bak Pemisah Pasir Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada saringan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut. 2. Bak Pengendap Awal Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan dan dipompa ke bak pemekat lumpur.

3. Bak Pengatur Debit Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak pengatur debit untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan. 4. Kontaktor (reaktor) Biologis Putar Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikroorganisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Biofilm yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah. 5. Bak Pengendap Akhir Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpahan dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal. 6. Bak Khlorinasi Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir

dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine sehingga seluruh mikroorganisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air. 7. Bak Pemekat Lumpur Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur. Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan RBC : Kelebihan : o Mudah dalam pegoperasian & perawatan o Tidak membutuhkan banyak lahan serta sangat ekonomis o Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah. o Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage) o Reaksi nitrifikasi secara biologis oleh bakteri nitrobacter & nitrosomonas lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih besar. Kekurangan : o Kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, & motor listrik o Sensitif terhadap perubahan temperatur o Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau yang kurang sedap. Contoh aplikasi : sistem pengolahan limbah cair domestik & industri pertambangan. Kesimpulan : Parameter biologi sangat diperlukan sebagai acuan/tolak ukur guna menganalisa suatu perairan yang telah tercemar. Pengolahan air limbah secara biologi biasanya merupakan tahapan kedua [secondary

treatment] dalam sebuah IPAL, hal tersebut dikarenakan air limbah harus diolah terlebih dahulu [primary treatment] misalnya proses netralisasi di tahapan pertama agar pH mendekati netral namun agak asam, supaya dapat menunjang kehidupan mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme yang berperan dalam mendekomposisi senyawa organik antaralain bakteri, protozoa, amoeba, fungi, maupun nematoda, sisanya merupakan organisme patogen yang selanjutnya akan dimusnahkan melalui proses disinfeksi. Pengolahan air limbah secara biologi beranekaragam, biasanya dipilih berdasarkan tipe sumber limbah itu sendiri maupun ketersediaan ruang & material. Sebagian besar pengolahan air limbah secara biologi menggunakan sistem aerob [dengan injeksi oksigen], hal itu dikarenakan proses penguraian berjalan lebih cepat, biaya operasional relative murah, serta tidak menimbulkan hasil sampingan yang berbahaya [misal gas hydrogen sulfida yang merupakan hasil sampingan dari pengolahan anaerob]. Tawas Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O.[1] Alum kalium merupakan jenis alum yang paling penting. Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum kalium sangat larut dalam air panas. Ketika kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air.

Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk menggumpalkan kotorankotoran pada proses penjernihan air. [2] Tawas sering sebagai penjernih air ,kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984). Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Tawas sebagai koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Karena pembentuk koloid, maka sifat yang sangat penting pada tawas adalah adsorpsi. Tawas dapat mengadsorpsi kotoran, racun dan lainnya. Tawas bisa digunakan untuk menghilangkan bau badan atau anti-deodorant.[3] Cara untuk menghilangkan bau badan sangat mudah, yaitu ambil satu buah tawas lalu celupkan ke air dan oleskan ke ketiak anda secukupnya. Kalau untuk menghilangkan warna hitam di ketiak, yaitu gunakan tawas secukupnya yang dicampur air hangat lalu oleskan pada ketiak anda yang gelap warnanya secara rutin Bahan Anti Api Karena Alum kalium memiliki titik leleh 900C. Tipe lain dari alum adalah aluminium sulfat yang mencakupi alum natrium, alum amonium, dan alum perak. Alum digunakan untuk pembuatan bahan tekstil yang tahan api. Tawas merupakan komponen dari foamite yang digunakan dalam alat pemadam kebakaran. Larutan yang mengandung tawas digunakan pada berbagai benda seperti kayu, kain, dan kertas untuk meningkatkan ketahanannya terhadap api.

You might also like