You are on page 1of 3

Kep.

Gerontik II Kelas - C

Perspektif Menjelang Kematian dan Kematian (Death & Dying) Pada Lansia Aslinda Nurul Tamala, FIKUI10, 1006672182

Mati atau kematian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi (KBBI, 2013). Kematian atau masa akhir kehidupan merupakan fase terakhir pada perkembangan manusia. Pada fase ini manusia atau individu yang umumnya sudah lanjut usia mulai menyakini bahwa kehidupannya tidak lama lagi dan mulai memikirkan kapan kematian tersebut akan datang kepadanya. Padahal kematian itu bisa dialami oleh siapa saja, kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun caranya, bukan hanya dimiliki oleh orang yang sudah berusia lanjut saja. Namun pada lembar tugas mandiri ini akan dibahas tentang perspektif kematian pada individu usia lanjut menurut health-care professionals, perspektif sosiokultural, dan perspektif kematian menurut lansia itu sendiri. Secara umum kematian dalam studi gerontologi sosial, Markson (dalam Miller, 2012) mengidentifikasi terdapat empat nilai-nilai sosial kontemporer atau keyakinan yang membentuk pandangan umum tentang penuaan dan kematian, yaitu: 1) Pekerjaan dan aktivitas yang terkait dengan diri, dan penyakit kronis atau keterbatasan fisik dikaitkan dengan akhir produktivitas dan kehilangan tujuan. Akibatnya, individu atau lansia mungkin tidak mengakui adanya penyakit dan penuaan pada diri mereka karena hal tersebut dipandang sebagai pikiran yang mendahului sebelum kematian itu terjadi. 2) Melalui penentuan takdir dan tanggung jawab individu, setiap orang dapat melakukan apa pun jika manusia itu terus mencoba. Pemikiran inilah yang menjadikan adanya penolakan proses penuaan dan kematian pada era sekarang ini. 3) Kemajuan medis dari beberapa dekade terakhir menumbuhkan keyakinan bahwa penuaan, penyakit, dan bahkan kematian dapat dimanipulasi, dikelola, dan dikendalikan. 4) Kewenangan dan tanggung jawab tentang kematian telah sepenuhnya dipegang kendali atau diserahkan pada tenaga medis. Akibatnya, kematian yang datang biasanya dihadapi dan ditangani dengan kualitas yang lebih humanistik dan kurang spiritual. Perspektif lansia terhadap death and dying Pandangan umum tentang usia tua membangun stigma bahwa orang dewasa yang lebih tua atau telah berusia lanjut lebih siap untuk mati atau meninggal karena kehidupan mereka telah kehilangan nilainya. Sebaliknya, menurut (Markson dalam Miller, 2012) meskipun penelitian menunjukkan bahwa kecemasan akan kematian menurun dengan bertambahnya umur, namun sebenarnya perasaan lansia tentang kematian tersebut bervariasi sesuai dengan keadaan sosial individu dan pengalaman hidup lansia itu sendiri. Banyak orang dewasa yang lebih tua memiliki tujuan hidup yang mereka harapkan untuk dipenuhi karena pada masa muda belum terpenuhi, sehingga lansia tersebut belum siap untuk menghadapi kematian Meskipun generasi muda mungkin merasa memiliki hidup yang lebih lama, banyak lansia yang memiliki pandangan berlawanan dengan hal tersebut. Karena lansia mungkin lebih dapat menerima kemungkinan kematian dalam waktu dekat dan kemudian melihat umur panjang sebagai hadiah istimewa sedangkan individu yang lebih muda cenderung menempatkan hidup dan mati mereka sebagai hal yang menakutkan dan merasa terancam oleh kematian karena kesempatan untuk hidup yang mereka miliki akan hilang. Dari sudut pandang lansia, lansia lebih

Kep. Gerontik II Kelas - C

sering melihat kematian sebagai bagian alamiah dari proses kehidupan, dan proses kematian sebagai periode aktualisasi diri. Perspektif tim perawatan kesehatan professional terhadap death and dying Fasilitas perawatan kesehatan telah dianggap sebagai pusat untuk perawatan penyakit dan menyembuhkan lansia atau individu yang sakit. Karena anggapan tersebut, maka tim perawatan kesehatan profesional seringkali memandang kematian sebagai sesuatu yang harus dihindari karena melambangkan ketidakmampuan atau kegagalan dalam menangani pasien yang sakit atau sekarat. Memperpanjang hidup pasien atau membuat lansia terhindar dari kematian sering dianggap sebagai pencapaian utama dan merupakan simbol keberhasilan untuk kesembuhan pasien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan yang terlibat. Sebagai tim perawatan kesehatan professional, perawat dan tim perawatan kesehatan lain dalam disiplin rumah sakit dan perawatan paliatif memainkan peran utama dalam mempromosikan kesadaran dan pemahaman lansia dalam proses pematangan sosial, budaya, dan perawatan profesional terkait dengan kematian itu sendiri (Miller, 2012). Maka perspektif tim perawatan kesehatan profesional lebih mengacu pada masalah kualitas hidup dibandingkan kuantitas hidup terhadap biaya perawatan lansia atau individu yang sakit tersebut. Untuk menyediakan perawatan akhir-hidup (end-of-life) yang efektif dan sesuai, perawat perlu mengkaji perasaan dan sikap yang dapat mempengaruhi perawatan yang mereka berikan kepada lansia yang sakit. Nilai dan keyakinan pribadi tentang kematian baik bagi perawat maupun lansia itu sendiri dibentuk oleh pengalaman dari saat kelahiran dengan tentunya keluarga dan lingkungan sekitar sebagai pengaruh utama. Kegiatan keagamaan, media sosial dan budaya, dan latar belakang etnis juga berpengaruh besar sebagai reaksi terhadap death and dying tersebut. Apakah kematian dibahas sebagai bagian dari kehidupan normal atau apakah itu dilihat sebagai kegagalan yang dianggap mempengaruhi kualitas perawatan, maka perawat perlu mempelajari aspek klinis perawatan akhir-hidup dan perawat juga harus memahami apa itu sebenarnya kematian untuk memproses perasaan dan kekhawatiran mereka sendiri. Perspektif sosiokultural terhadap death and dying Selain faktor usia, penting dalam menentukan perasaan lansia terhadap makna kematian itu sendiri. Latar belakang sosial budaya dan agama, status fisik dan fungsional (terutama tingkat rasa sakit dan ketergantungan pada orang lain), isolasi sosial dan kesepian, dan kebermaknaan hidup sehari-hari merupakan faktor-faktor penting dalam menentukan cara lansia menghadapi kematian yang akan datang. Dalam memberikan perawatan holistik untuk lansia di akhir hidupnys, perawat tentu juga perlu mengenali beragam budaya yang berkembang dalam masyarakat karena keyakinan dan praktik budaya sangat berpengaruh berkaitan dengan perawatan end-of-life (Lueckenotte, 2000). Apabila lanisa telah menyadari diri mereka akan perasaan mendekati akhir hidupnya, lansia sering terlibat dalam proses yang disebut kehidupan review kehdupan (Butler dalam Touhy, 2010) di mana lansia mencoba untuk memahami kehidupan secara keseluruhan. Lansia yang akan mendekati akhir hidupnya diharapkan untuk dapat meninjau kehidupan mereka dan menarik beberapa kesimpulan tentang aspek positif dan negatif yang dimiliki. Apabila lansia umumnya dapat mengatakan bahwa hidupnya sangat berarti dan berharga, maka rasa integritas ego akan muncul. Namun apabila kehidupan lansia setelah dievaluasi bersifat negatif, rasa

Kep. Gerontik II Kelas - C

penyesalan atau kesia-siaan dan putus asa mungkin dialami oleh lansia. Karena konteks kematian adalah hal yang sangat pribadi, maka perawat harus memasuk- kan pertimbangan budaya dalam penilaian individual dan menyadari beragam keyakinan dan sikap yang terkait dengan perawatna end-of-life. Pertimbangan budaya memberikan informasi tentang ritual kematian yang umumnya terkait dengan kelompok-kelompok budaya dan lingkup sosial tertentu. Hal ini juga menunjukkan bahwa perawat harus melakukan intervensi sesuai dengan situasi yang sesuai. Kesimpulannya adalah kematian atau masa akhir kehidupan merupakan fase terakhir pada perkembangan manusia. Pada fase ini manusia atau individu yang umumnya sudah lanjut usia mulai menyakini bahwa kehidupannya tidak lama lagi dan mulai memikirkan kapan kematian tersebut akan datang. Proses kematian dan menjelang kematian memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan kepada siapa kematian itu dihadapkan dan dilibatkan. Persepsi terhadap death and dying tersebut dapat muncul dari perspektif health-care professionals, perspektif sosiokultural, dan perspektif kematian menurut lansia itu sendiri.

Referensi: Lueckenotte, Aneitte G. (2000). Gerontologic Nursing. 2nd Edition. St. Louis: Mosby Miller, Carrol A. (2012). Nursing for wellness in older adults. 6th Edition. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Touhy, Theris A. (2010). Ebersole & Hesss Gerontological nursing and healthy aging. 3rd Edition. St. Louis: Mosby

You might also like