You are on page 1of 3

I. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan, diperlukan sumber daya kesehatan yang memadai. Sumber daya kesehatan tersebut meliputi tenaga kesehatan yang bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan status kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan (Anonim, 1992) Menurut Departemen Kesehatan RI. tahun 2007, jumlah sumber daya manusia kesehatan belum memadai. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1 : 5.000. Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1 : 2850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1 : 2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas (Anonim, 2004) Penyebaran tenaga kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan sistem Pegawai Tidak Tetap (PTT). Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 0,84 dibanding dengan Provinsi Nusa Tenggra Timur =0,26 dan Papua = 0,12 (Anonim, 2004) Mutu sumber daya kesehatan masih membutuhkan pembenahan. Hal ini tercermin dari kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang belum optimal. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 ditemukan 23,2% masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Jawa dan Bali menyatakan tidak atau kurang puas terhadap pelayanan rawat jalan yang diselenggarakan oleh rumah sakit pemerintah di kedua pulau tersebut (Anonim, 2004) Dalam hal peningkatan tenaga keperawatan, Carpetino (1999) mengemukakan bahwa perkembangan pelayanan keperawatan saat ini telah melahirkan paradigma keperawatan yang menuntut adanya pelayanan keperawatan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari adanya dua fenomena sistem pelayanan keperawatan yakni perubahan sifat pelayanan dari fakasional menjadi profesional dan terjadinya pergeseran fokus pelayanan asuhan keperawatan. Fokus asuhan keperawatan berubah dari peran kuratif dan promotif menjadi peran promotif, pereventif,kuratif dan rehabilitatif. Disiplin dan motivasi tenaga keperawatan yang baik dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan harapan bagi semua pengguna pelayanan. Disiplin dan motivasi yang rendah akan berdampak negatif, karena pengguna jasa pelayanan akan meninggalkan Puskesmas dan beralih ketempat pelayanan kesehatan lainnya. Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang profesional yang dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, efisien dan bermutu. Di Indonesia, perawat profesional baru mencapai 2% dari total perawat yang ada. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Filipina yang sudah mencapai 40% dengan pendidikan strata satu dan dua (Ilyas, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Keperawatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan World Health Organization (WHO) tahun 2000 di Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menemukan bahwa 70% perawat dan bidan selama 3 tahun

terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan, 39,8% masih melakukan tugas-tugas kebersihan, 47,4% perawat dan bidan tidak memiliki uraian tugas dan belum dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja perawat dan bidan khususnya mengenai keterampilan, sikap, kedisiplinan dan motivasi kerjanya (Anonim, 1992) Penelitian tentang waktu kerja produktif personil Puskesmas di Indonesia ditemukan bahwa waktu kerja produktif personil adalah 53,2% dan sisanya 46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif. Dari 53,2% kinerja produktif, hanya 13,3% waktu yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan kesehatan (Ilyas,2001) Kenyataan ini akan mempengaruhi kinerja personil itu sendiri dan kinerja institusi pelayanan kesehatan pada umumnya. Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 diperoleh informasi bahwa pada ruang rawat inap dengan kapasitas tempat tidur pada Ruma Sakit dan Puskesmas perawatan, rata-rata pemanfaatan tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) sebesar 38,10%, Serta rata-rata lama hari perawatan (LOS) sebesar 30,90%, sedangkan standar nasional adalah >60%. Di Kabupaten Konawe pada tahun 2007, dari 204 tenaga perawat Puskesmas 71,1% (145 orang) diantaranya adalah tamatan Diploma III keperawatan, 28,4% (58 orang) adalah tamatan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), dan sisanya hanya 0,5% (1 orang) sarjana keperawatan. Jika asumsi profesionalitas ditentukan oleh tingkat pendidikan, maka di Kabupaten Konawe baru 44,87% tenaga perawat profesional (Anonim, 2007) Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe tahun 2007 diperoleh informasi bahwa pada ruang rawat inap dengan kapasitas tempat tidur pada Puskesmas perawatan sebanyak 71 buah rata-rata pemanfaatan tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) sebesar 38,10%, sedangkan standar nasional adalah >60%. Indikator ini memberikan gambaran tentang rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit, rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati atau Turn Over Interval (TOI) selama 6 hari, sedangkan standar nasional adalah 1 3 hari. Indikator ini memberikan gambaran tidak efisiensinya penggunaan tempat tidur, rata-rata lamanya perawatan atau Average Length of Stay (ALOS) selama 4 hari sedangkan standar nasional adalah 7 10 hari, indikator ini memberikan gambaran tidak efisiensinya manajemen pasien di sebuah Puskesmas perawatan dan untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosa penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu diamati lebih lanjut), sedangkan untuk frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu atau Bed Turn Over (BTO) selama 13 kali, sedangkan standar nasional adalah 5 45 kali, inidikator ini memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur di sebuah Puskesmas perawatan yang masih relatif rendah (Anonim, 2006). Berdasarkan fenomena diatas, penulis akan melaksanakan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan pelatihan dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009?

2. Apakah ada hubungan fasillitas dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009? 3. Apakah ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009? 4. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pada Puskesmas Perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. 2. Tujuan khusus 2.1 Untuk mengetahui hubungan pelatihan kerja dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. 2.2 Untuk mengetahui hubungan fasilitas kerja dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. 2.3 Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. 2.4 Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat pada Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009. D. Manfaat penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini pada hakikatnya adalah merupakan proses belajar memecahkan masalah secara sistimatis dan logis. 2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat manambah khasanah ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja perawat di Puskesmas perawatan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada institusi dan dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya. 4. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kabupaten Konawe dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan melalui peningkatan kinerja perawat.s

You might also like