You are on page 1of 29

BAGIAN PERTAMA HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Binaan Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Siakin, Desa Siakin, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Siakin termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kintamani II. Di Desa Siakin hanya terdapat dua banjar yaitu Banjar Siakin serta Banjar Batih terdapat kurang lebih 282 KK. Dari 282 KK tersebut, sebagian kecil merantau ke kota dan hanya tersisa 248 KK yang menetap di Desa Siakin. Di wilayah Desa Siakin juga terdapat Puskesmas Pembantu Siakin, yang merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada di desa ini, banyak dikunjungi oleh penduduk terutama dari Desa Siakin, dan beberapa berasal dari desa tetangga Desa Pinggan. Seperti sebagian besar daerah yang ada di Kecamatan Kintamani, Desa Siakin ini pun beriklim sejuk. Sebagian besar warganya bekerja sebagai buruh tani. Dari hasil pencatatan keluarga yang kami dapatkan masih banyak keluarga kurang mampu di desa Siakin ini kurang lebih 188 KK atau hampir tiga perempat dari KK yang menetap di desa ini. Oleh sebab itu, dengan banyaknya jumlah keluarga kurang mampu, kami sebagai peserta PPD ke-71 khususnya yang mendapat tugas di Desa Siakin diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai masalah di bidang kesehatan, mengupayakan alternatif pemecahannya dengan pendekatan kedokteran keluarga. 1.2 1. Tujuan Pembinaan Keluarga Binaan Mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga binaan untuk menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah kesehatan. 2. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor resiko, dan alternatif pemecahannya di keluarga dan masyarakat.

3.

Mampu melakukan advokasi untuk dapat memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan pendekatan holistik untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.

1.3

Manfaat Pembinaan Keluarga Binaan

1.3.1 Bagi Keluarga Binaan Memperbaiki persepsi keluarga tentang masalah kesehatan mereka, sehingga mampu untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap masalah tersebut. 1.3.2 Bagi Mahasiswa Peserta PPD Dapat melatih kemampuan berkomunikasi secara efektif, mampu

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa pendidikan di FK Unud sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.

BAB II HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN 2.1. Kharakteristik Keluarga Binaan Adapun data demografis ketiga keluarga binaan penulis seperti tercantum dalam tabel di bawah ini : Tabel 1. Data Demografi Keluarga Binaan No. KK I Nama I Wayan Sandi Ny. Sok Ny. Nyeneng Wayan Budiastiwi Ni Made Pasek Ni Wayan Sekartini Komang Pratinayasa Ni Nyoman Sinder Nyoman Wati Ketut Suartawan Hubungan dengan KK KK Istri Istri Anak KK Anak Anak KK Anak Anak Umur 70 tahun 60 tahun 50 tahun 15 bulan 40 tahun 8 tahun 6 tahun 45 tahun 15 tahun 13 tahun JK L P P P P P L P P L Pendidika n Tamat SD Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tamat SD Status Menikah Menikah Menikah Pekerjaan Pengrajin Bedeg Buruh Tani Buruh Tani Belum Bekerja Buruh tani Pelajar Pelajar Buruh Tani Belum Bekerja Belum Bekerja

II

Belum Menikah Tamat SD Menikah Belum SD kelas III Menikah Belum SD kelas I Menikah Tamat SD Tamat SD Tidak Sekolah Menikah Belum Menikah Belum menikah

III

Keluarga binaan I dengan kepala keluarga (KK) I Wayan Sandi terdiri dari 4 orang, yaitu KK, kedua istri KK, dan satu anak mereka. Pekerjaan KK adalah seorang pengrajin bedeg sedangkan kedua istrinya adalah buruh tani. Keluarga binaan II dengan KK Ni Made Pasek terdiri dari 3 orang, yaitu KK dan kedua anaknya. Pekerjaan KK sebagai buruh tani. Keluarga binaan III dengan KK Ni Nyoman Sinder terdiri dari 3 orang, yaitu KK dan kedua anaknya. Pekerjaan KK sebagai buruh tani. Dari karakteristik keluarga di atas, dapat dilihat beberapa hal yang potensial menjadi masalah. Yang pertama adalah tingkat pendidikan yang rata-rata rendah. Seluruh keluarga binaan I, II dan III sama-sama memiliki tingkat pendidikan yang

rendah yaitu tamat SD dan ada yang tidak sekolah juga. Permasalahan yang kedua adalah dari kepala keluarga binaan di Desa Siakin, sebagian besar bekerja sebagai buruh tani, dimana pekerjaan ini tidak memberikan penghasilan yang teratur dan sangat tergantung hasil panen. 2.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan Pada keluarga binaan I dalam 2 tahun terakhir kepala keluarga mengalami masalah keluhan nyeri di sendi anggota gerak tubuh, sedangkan kedua istrinya dan anaknya mengalami diare. Sementara pada keluarga binaan II kedua anaknya mengalami masalah demam dan diare. Pada keluarga binaan III mengalami masalah retardasi mental pada anak keduanya, dan keluhan diare pada anak pertamanya. 2.2.2 Deskripsi Permasalahan Kesehatan Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I yaitu kondisi kesehatan Bapak I Wayan Sandi. I Wayan Sandi berusia kurang lebih 70 tahun dikatakan sering mengalami nyeri pada anggota gerak sejak dua tahun yang lalu. Bapak I Wayan Sandi rutin mengunjungi Puskesmas Pembantu (Pustu) Siakin, Puskesmas Kintamani II atau klinik kesehatan di kota Bangli jika keluhan nyeri sendi ototnya tidak dapat ditangani sehingga memerlukan pengobatan yang lebih lanjut. Nyeri pada sendi gerak dan seluruh badan ini dikatakan sampai menganggu aktivitasnya setiap hari. Bapak I Wayan Sandi juga mengkonsumsi obat-obatan yang didapat dari dokter di Puskesmas Kintamani II dan keluhan dirasakan membaik. Namun, jika obat tersebut habis, akan muncul nyeri sendi kembali jika beraktivitas terlalu berat dan di malam hari. Keluhan tersebut juga dialami oleh kedua istrinya yang berusia di atas 40 tahun. Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan II yaitu Ibu Ni Made Pasek dalam 6 bulan terakhir adalah diare dan demam yang dialami oleh kedua anaknya. Diare dikatakan terjadi lebih kurang sepuluh hari yang lalu sebelum penulis melakukan kunjungan, semula anak pertamanya mengeluhkan mulas-mulas dan mencret setelah makan dan minum di warung di depan rumahnya. Keesokan harinya dikatakan anak keduanya juga mengalami keluhan

2.2.1 Kondisi Kesehatan Keluarga Binaan

yang sama seperti kakaknya. Selain itu, kedua anaknya mulai merasakan demam seiring dengan munculnya mencret tersebut. Ibu Ni Made Pasek kemudian membawa keluarganya untuk berobat ke bidan Pustu. Setelah mendapat obat sirup minum dikatakan keluhan diare membaik dan saat ini kedua anaknya sudah dapat beraktivitas dengan baik. Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga Ibu Ni Nyoman Sinder dalam 6 bulan terakhir adalah penyakit diare yang dialami oleh putri pertamanya Ni Nyoman Wati, apalagi saat ini musim penghujan dengan situasi daerah Kintamani yang dingin menurut Ibu Nyoman Sinder putrinya lebih sering sakit. Selain itu, putrinya ini sangat sulit makan masakan yang dimasak ibunya, biasanya lebih senang makan makanan camilan atau mie istant dan sejenisnya. Apabila muncul keluhan ini Ibu Ni Nyoman Sinder biasanya membawa putrinya ke bidan Pustu Siakin untuk memperoleh pengobatan. Selain itu, Ibu Ni Nyoman Sinder juga memiliki seorang anak yang mengalami retardasi mental sejak kecil. 2.2.3 Analisis Kondisi Kesehatan Secara umum pada ketiga keluarga binaan ditemukan permasalahan diare. Hal ini disebabkan karena terdapatnya faktor risiko yaitu banyaknya jumlah populasi lalat. Selain itu, tidak tersedianya jamban dan ketersediaan air bersih yang minim. Hal tersebut juga menyebabkan tidak terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat pada ketiga keluarga binaan ini. Selain itu, pada ketiga keluarga binaan ditemukan permasalahan gizi buruk terkait dengan tingkat pendidikan yang rendah, serta pendapatan yang tidak menentu sehingga dalam penyediaan menu makanan yang sehat dan seimbang tidak dapat dilakukan secara teratur. Pada keluarga binaan I ditemukan masalah nyeri sendi anggota gerak. Hal dialami oleh Bapak I Wayan Sandi dan kedua istrinya. Hal ini dialami oleh ketiga anggota keluarga tersebut yang salah satunya disebabkan oleh faktor resiko umur yang lebih dari 40 tahun. Selain itu, faktor cuaca dingin seperti kegiatan mandi pada malam hari dapat meningkatkan rasa nyeri pada penderita rematik karena cuaca yang dingin dapat menyebabkan penyusutan kapsul sendi-sendi anggota gerak sehingga pergesekan sendi akan sering terjadi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah bobot tubuh dan aktivitas dari ketiga anggota keluarga binaan tersebut. Jika bobot tubuhnya berlebih yang diiringi dengan aktivitas yang terlalu berat sehingga

menyebabkan tumpuan sendi semakin berat. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan pergesekan sendi semakin sering terjadi dan nyeri sendi semakin sering terjadi pula. Pada keluarga binaan II ditemukan masalah demam yang bisa disebabkan karena imunitas tubuh keluarga binaan yang menurun. Sedangkan, pada keluarga binaan III yang memiliki anak dengan retardasi mental yang bisa disebabkan karena kelainan bawaan, gizi yang kurang saat ibunya mengandung dan setelah anak tersebut lahir dan kurangnya stimulasi kognitif dan psikomotor pada anak tersebut sejak lahir. 2.3 Status Ekonomi Keluarga Binaan Pendapatan keluarga binaan I diperoleh dari Bapak I Wayan Sandi dan kedua istrinya. Bapak I Wayan Sandi bekerja sebagai pengrajin bedeg dan hanya bekerja di rumah sedangkan kedua istrinya bekerja sebagai buruh tani untuk mendukung pendapatan keluarga. Pendapatan total keluarga binaan I berasal dari upah sebagai pengrajin bedeg dan upah sebagai buruh tani dengan jumlah yang tidak menentu yang sangat tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya pendapatan total keluarga Bapak I Wayan Sandi sebesar Rp.1.000.000,00. Untuk keluarga binaan II pendapatan keluarga hanya diperoleh dari Ibu Ni Made Pasek. Pendapatan berasal dari upah sebagai buruh tani, dan memelihara ternak sendiri yaitu 2 ekor anak babi dengan jumlah penghasilan yang tidak menentu, tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya pendapatan dari buruh tani dapat mencapai Rp.600.000,00, sedangkan dari memelihara ternak rata rata mencapai Rp 150.000,00 pertahunnya. Untuk keluarga binaan III pendapatan keluarga hanya diperoleh dari Ibu Ni Nyoman Sinder. Sumber pendapatan berasal dari upah sebagai buruh tani dengan jumlah yang tidak menentu yang sangat tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya pendapatan total Ibu Ni Nyoman Sinder sebesar Rp. 500.000,00. 2.3.2 Pengeluaran Perkapita Keluarga Binaan Pengeluaran perkapita keluarga binaan I kurang lebih Rp 1.000.000,- per bulan dengan rincian Rp 800.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk listrik,air, dan suka duka serta Rp 150.000,00 untuk biaya sekolah anak.

2.3.1 Pendapatan Perkapita Keluarga Binaan

Pengeluaran perkapita keluarga binaan II rata-rata Rp 600.000,00 tiap bulan, dengan rincian kurang lebih Rp. 500.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka dan Rp 50.000,00 untuk biaya sekolah anak. Keluarga binaan III kurang lebih Rp 500.000,00 dengan rincian Rp 450.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka. 2.3.3 Kepemilikan Aset Berharga Keluarga binaan I memiliki aset berupa 1 buah TV, dan rumah dan pekarangan seluas 2 are. Sedangkan keluarga binaan II memiliki aset berupa 1 buah TV, rumah dan pekarangan seluas 1,5 are. Keluarga binaan III memiliki asset berupa rumah dan pekarangan seluas 1 are. 2.3.4. Analisis Status Ekonomi Penghasilan ketiga keluarga binaan rata-rata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang dipenuhi adalah terutama biaya makan, sisanya untuk biaya air, listrik dan suka duka, serta biaya sekolah anak, sehingga tidak ada yang disisihkan untuk ditabung. Secara umum seluruh keluarga binaan termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. 2.4. Lingkungan Fisik Keluarga Binaan 2.4.1 Deskripsi Keadaan Lingkungan Fisik Keluarga binaan I yaitu Bapak I Wayan Sandi tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 6 x 8 meter, dengan berdinding bedeg dan lantai berlapis semen. Dapur terdapat di dalam rumah utama. Terkesan cukup pengap karena ventilasi kurang memadai. Air bersih tersedia dalam jumlah yang minim diambil dari sumber air desa di cubangan. Keluarga ini tidak memiliki kamar mandi dan jamban pribadi, serta biasanya menumpang dengan tetangga di sebelahnya.. Limbah rumah tangga yang berupa sampah organik digunakan untuk pupuk kompos, sedangkan sampah plastik biasanya dibakar di ladang belakang rumah. Keluarga binaan II, keluarga Ibu Made Pasek tinggal di rumah berukuran kurang lebih 3 x 4 meter. Rumah berdinding batako, dengan lantai semen. Rumah ini terbagi menjadi dua ruang, ruang keluarga yang langsung berfungsi sebagai kamar tidur dan sebuah dapur. Rumah terkesan pengap, dan kurang bersih. Air

bersih tersedia dalam jumlah minim yang diambil dengan derigen dari sumber air desa di cubangan. Keluarga ini tidak memiliki jamban dan kamar mandi sendiri, serta biasanya menumpang dengan tetangga di sebelahnya. Limbah rumah tangga diperlakukan sama seperti keluarga binaan I, sampah organik digunakan untuk pupuk kompos, sedangkan sampah plastik dibakar di ladang. Keluarga binaan III, keluarga Ni Nyoman Sinder memiliki rumah berukuran kurang lebih 3 x 4 meter, memiliki dua buah kamar. Dinding rumah dari beton dengan lantai dari semen. Kamar KK bersebelahan dengan dapur tanpa adanya sekat antara kedua ruangan tersebut. Rumah terkesan pengap, kurang bersih dan ventilasi kurang. Keluarga ini tidak memiliki jamban pribadi dan kamar mandi, biasanya menumpang di kamar mandi tetangga. Air bersih didapat dari sumber mata air desa yang ditampung lewat pompa air yang berada di dekat Pustu. Untuk pengelolaan limbah sama dengan keluarga binaan yang lain di mana limbah organik dijadikan pupuk sementara limbah plastik dibakar di halaman belakang rumah. 2.4.2 Analisis Status Lingkungan Fisik Secara umum untuk keadaan lingkungan fisik pada ketiga keluarga binaan masih berada di bawah standar yang memadai. Pada keluarga binaan I yang keberadaan dapur dan kamar tidur berada di dalam sebuah rumah utama tanpa adanya sekat, Ketiga keluarga binaan juga memiliki masalah dalam ketersediaan jamban pribadi sehingga harus meminjam ke tetangga. Selain itu, keadaan ketiga keluarga binaan juga terkesan kotor, pengap, serta ventilasi kurang. 2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.5.1 Deskripsi PHBS Pada Keluarga Binaan Pada keluarga binaan I (I Wayan Sandi), budaya hidup sehat sudah berusaha untuk diterapkan, namun masih belum sempurna. Mengingat tiga anggota keluarga yang mengunyah sirih setiap hari, mereka jarang menyikat gigi seharihari, untuk mandi dikatakan hanya sekali sehari pada malam hari karena minimnya ketersediaan air bersih, dan kebiasaan cuci tangan dengan air yang ditampung sebelum dan setelah makan. Karena tidak memiliki jamban pribadi, biasanya BAB di jamban milik tetangga atau BAB di tegalan. Pakaian biasanya

diganti setiap 2 hari sekali dan tidak disetrika. Untuk makanan biasanya menu sehari hari seperti nasi, tempe/tahu, telur, sayur, kadang kadang berisi daging seperti ikan atau ayam setiap hari raya tiba. Pada keluarga Ni Made Pasek karena belum memiliki fasilitas MCK sendiri, kegiatan mandi biasanya sehari sekali, serta mencuci pakaian dilakukan tiga hari sekali dilakukan di kamar mandi tetangga ataupun di dekat mata air. Untuk sikat gigi dilakukan sehabis mandi. Untuk BAB nya biasanya dilakukan dengan meminjam kabar mandi tetangganya. Untuk keperluan makanan sehari-hari biasanya diambil dari ladang dengan menu nasi, sayur sayuran, dan terkadang diselingi tempe, tahu ataupun ikan pindang. Pada keluarga Ni Nyoman Sinder sudah berupaya menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, namun keluarga ini tidak memiliki jamban pribadi sehingga untuk mandi, dan mencuci biasanya dilakukan di kamar mandi tetangga, dan terkadang BAB dilakukan di tegalan. Mandi biasanya sehari sekali, sedangkan sikat gigi biasanya sekali sehari sehabis makan. Untuk keperluan makan biasanya diambil dari ladang dengan menu sehari hari berupa nasi, sayur sayuran, telur serta ikan pindang. 2.5.2 Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada ketiga keluarga binaan masih berupaya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, namun permasalahan yang ditemui terkait dengan kebiasaan untuk mandi hanya sekali sehari karena ketersediaan air bersih yang minim dan udara dingin, serta kebiasaan cuci tangan dengan air tanpa sabun. Selain itu, karena ketiga keluarga binaan tidak memiliki jamban pribadi, kebiasaan BAB cukup miris karena terkadang mereka masih BAB di tegalan jika tidak meminjam kamar mandi tetangga. Dalam hal menu makanan, sebagian keluarga binaan juga hanya mengkonsumsi nasi, sayur, dan terkadang ikan/telur sehingga nilai gizi sangat kurang karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kharakteristik Keluarga Binaan Dari segi kharakteristik yang ditemukan adalah sebagian besar KK bekerja sebagai buruh tani. Tingkat pendidikan rata rata masih rendah sebagian besar hanya tamat SD, bahkan ada yang tidak bersekolah, namun upaya mereka untuk meningkatkan status pendidikan pada puta putrinya dengan menyekolahkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 3.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada ketiga keluarga binaan adalah diare, disebabkan karena adanya faktor risiko lalat. Lalat sebagai vektor mekanik yang mempermudah penularan diare telah mengalami adaptasi morfologi dan fisiologi yang membuat mereka bisa bertahan. Diupayakan meningkatkan kebersihan pada masing-masing keluarga terutama dalam membuang sampah. Pada permasalahan kedokteran keluarga diangkat permasalahan rematik. Dengan melihat faktor resiko dengan usia di atas 40 tahun, memiliki kebiasaan mandi di malam hari dan kebiasaan makanan yang mengandung asam urat tinggi dicurigai menjadi pemicu timbulnya masalah rematik pada KK Binaan I (Bapak I Wayan Sandi). Diupayakan untuk mengurangi aktivitas yang berat, menjaga asupan makanan, menjaga beat badan ideal, mengurangi kebiasaan mandi malam hari, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. 3.3 Status Sosial Ekonomi Keluara Binaan Masalah ekonomi keluarga binaan II dan II berasal dari pekerjaan mereka yang hanya buruh tani, karena mereka tidak memiliki tanah sendiri. Selain itu, tingkat pendidikan yang tergolong rendah juga menyulitkan mereka mencari pekerjaan lain sehingga keluarga ini berada pada tingkat ekonomi yang paling rendah di antara keluarga binaan yang lain. Sedangkan, keluarga binaan I yang bekerja sebagai pengrajin bedeg dan dibantu kedua istrinya yang bekerja sebagai buruh tani juga memiliki tingkat ekonomi yang rendah karena biaya pengeluarannya lebih besar dari pendapatan total keluarga. Diharapkan untuk

10

menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung sebagai upaya investasi masa depan. 3.4 Lingkungan Fisik Masalah pada ketiga keluarga binaan adalah pada pengelolaan sampah khususnya sampah plastik. Sampah plastik dikumpulkan di tegalan dan kemudian dibakar. Hal ini selain dapat menimbulkan kebakaran, juga akan menghasilkan asap yang akan menganggu kesehatan ketiga keluarga binaan. Ketiga keluarga binaan juga ditemukan masalah yaitu tidak adanya jamban. Hal ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan keluarga serta kesehatan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, diharapkan dibangun jamban pribadi di setiap rumah. Permasalahan lainnya adalah mengenai ruangan di mana ruang tamu dan kamar tidur bahkan dapur digabung menjadi satu. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan terutama pernapasan seperti misalnya terhirup asap dari proses memasak di dapur. Keberadaan ventilasi juga sangat minim sehingga keadaan ruangan terasa pengap. Diharapkan keluarga membuat ventilasi sederhana sehingga sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah dan terjadi sirkulasi udara yang baik di dalam rumah. 3.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masalah yang ditemukan adalah kebiasaan mandi yang hanya 1 kali, BAB sembarangan di tegalan, membuang sampah sembarangan di tegalan, pakaian kerja jarang dicuci dan disetrika, dan masalah mencuci tangan yang biasa dilakukan dengan air saja tanpa menggunakan sabun. Disarankan untuk meningkatkan kebersihan dengan membiasakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.

11

BAB IV SIMPULAN 4.1 Simpulan 1. Keluarga-keluarga binaan di Desa Siakin memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang kurang bersih dan sehat, tidak adanya tempat pengelolaan sampah, serta masih adanya persepsi yang salah tentang konsep sehat-sakit di lingkungan keluarga binaan yang kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. 2. Selama kegiatan PPD ke-71 ini, khususnya di desa Siakin telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut promosi kesehatan dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang atau pernah diderita. 4.2 Saran 1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan penderita dengan ikut menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan sekitar. 2. Persepsi sehat-sakit yang salah di masing-masing keluarga binaan diubah secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat yang baik. 3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada penderita dan orang orang terdekatnya

12

BAGIAN KEDUA PENANGGULANGAN PENYAKIT REMATIK DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA I. LATAR BELAKANG KASUS Kasus bernama I Wayan Sandi, berjenis kelamin laki-laki berusia 70 tahun. Bapak I Wayan Sandi merupakan kepala keluarga, yang mana merupakan suami dari Ny. Sok dan Ny. Nyeneng dan merupakan bapak dari Wayan Budiastiwi. Keluarga Bapak I Wayan Sandi merupakan salah satu keluarga miskin yang bertempat tinggal Tempek Desa di Desa Siakin yang memiliki masalah kesehatan yaitu penyakit rematik. Pada saat dikunjungi, Bapak I Wayan Sandi telah dinyatakan menderita penyakit rematik sejak dua tahun yang lalu, dan secara rutin 2-3 bulan sekali memeriksakan kesehatan dirinya ke Puskesmas Kintamani II dan klinik kesehatan di Bangli. Berikut adalah profil keluarga Bapak I Wayan Sandi yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 2. Data KK Binaan I No. Nama 1 2 3 4 I Wayan Sandi Ny. Sok Ny. Nyeneng Wayan Budiastiwi Hubungan Umur dengan KK KK Istri Istri Anak 70 tahun 60 tahun 50 tahun 15 bulan JK L P P P Pendidika n Tamat SD Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tamat SD Status Menikah Menikah Menikah Belum Menikah Pekerjaan Pengrajin Bedeg Buruh Tani Buruh Tani Belum Bekerja

II. RIWAYAT KASUS II.1 Latar Belakang Penyakit Berdasarkan rekomendasi Puskesmas Pembantu (Pustu) Siakin, Puskesmas Kintamani II, serta dari pihak desa Siakin sendiri penulis mendapatkan kasus penyakit rematik yang dialami oleh salah seorang warga Desa Siakin yaitu I Wayan Sandi, laki-laki, berusia 70 tahun yang merupakan kepala keluarga, suami dari Ny. Sok dan Ny. Nyeneng, serta bapak dari Wayan Budiastiwi.

13

Penyakit rematik merupakan sebuah permasalahan yang sering terjadi khususnya pada masyarakat dengan usia di atas 40 tahun. Khususnya di desa Siakin, keadaan ini diperburuk dengan cuaca yang dingin yang menjadikan keluhan nyeri sendi meningkat. Selama ini banyak masyarakat yang mengira bahwa hanya ada 1 penyakit rematik di dunia. Namun faktanya terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik. Beberapa jenis rematik atau nyeri sendi yang banyak dikenal adalah Osteoarthitis (jenis rematik akibat rusak atau menipisnya bantalan sendi dan tulang rawan), Rheumatoid Arthritis, Gout/Asam Urat (akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti seafood dan jeroan), Non-Particular Arthritis (akibat kebiasaan posisi yang salah sehingga tendon tegang), dan Body Posture Disturbance (akibat bentuk tubuh tidak simetris sehingga otot mudah tegang). Usia memang berpengaruh terhadap munculnya rematik atau nyeri sendi. Memang, resiko terserang rematik semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena semakin menipisnya lapisan pelindung sendi dan mulai mengentalnya minyak pelumas tulang di atas usia 45 tahun. Namun, bukan berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang usia lanjut. Setidaknya, sebanyak 1 orang dari 6 penderita rematik merupakan orang-orang yang masih muda. Bahkan, salah satu jenis penyakit, yaitu Juvenille Reumatoid Artritis, ternyata banyak diderita oleh anak-anak. Salah satu penyebab terjadinya penyakit rematik adalah terjadinya pengapuran tulang rawan. Pengapuran berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan persendian. Bantalan persendian yang menipis menyebabkan terjadi gesekan tulang yang pada akhirnya menyebabkan nyeri. Obat-obatan belum ada yang dapat menyembuhkan penyakit rematik, hanya mampu mengurangi rasa nyeri dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. Pengobatan rematik biasanya jangka panjang untuk mencegah terjadi deformitas dari tulang yang akanmenyebabkan komplikasi dan juga biaya pengobatan yang lebih mahal lagi. Untuk mengurangi nyeri juga dapat dilakukan kompres es. Selain itu beberapa tanaman bisa dijadikan obat herbal seperti seledri, kubis, atau wortel untuk mengurangi gejala rematik. Jahe, kunyit, daun lidah buaya, aroma terapi juga dapat mengurangi bengkak pada sendi. Salah satu tindakan pencegahan

14

lainnya adalah menjaga berat badan ideal untuk mengurangi tumpuan pada lutut sehingga mengurangi nyeri lutut. Selain itu bobot tubuh berlebih juga memperbesar risiko asam urat. Perlu juga olahraga ringan seperti jalan kaki karena jalan kaki mampu memabakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang yang kuat tanpa menganggu persendian yang sakit. Menghindari olahraga yang membebani lutut seperti jogging, bulu tangkis, voli dan lainnya. Pernyataan bahwa rematik atau nyeri sendi timbul karena mandi malam, cuaca dingin, dan AC memang sangat sering terdengar. Padahal, itu hanya mitos saja. Sebenarnya, tidak ada hubungan antara rematik dan sering mandi malam. Namun demikian, bila telah terkena rematik atau nyeri sendi memang tidak dianjurkan mandi malam. Karena setiap kali tubuh terkena air dingin/suhu dingin, kapsul sendi akan mengkerut. Hal ini tentunya dapat menambah rasa nyeri pada sendi yang telah terserang rematik. Beberapa faktor pemicu rematik atau nyeri sendi sebenarnya adalah obesitas, pertambahan usia, dan pola makan yang tidak sehat. Dengan bertambahnya usia, lapisan pelindung sendi akan semakin menipis dan minyak pelumas sendi akan semakin mengental. Akibatnya sendi pun menjadi kaku dan nyeri saat digerakkan. Selain itu, berat badan yang berlebih cenderung merubah metabolisme tubuh dan memberikan beban yang berlebih pada sendi yang dapat menyebabkan rematik. Tidak hanya itu, pola makan yang tidak sehat juga berhubungan dengan rematik. Makanan yang mengandung lemak hewani di dalam jumlah tinggi akan diubah tubuh menjadi zat eicosanoid, suatu zat yang dapat menyebabkan radang pada persendian. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan Bapak I Wayan Sandi adalah menjaga bobot tubuh ideal, melakukan kegiatan yang tidak membebani sendi tulang berlebihan, melakukan jalan santai namun jangan melakukan olahraga berat, menjaga makanan terutama menghindari makanan yang mengandung asam urat yang tinggi, hindari mandi di malam hari, dan mengurangi stres yang dapat menjadi pemicu rematik. 2.2. Upaya Penyembuhan/Pengobatan Upaya yang telah dilakukan keluarga Bapak I Wayan Sandi untuk mengatasi permasalahan ini adalah secara rutin memeriksakan dirinya ke Bidan Pustu Siakin, Puskesmas Kintamani II, dan juga klinik kesehatan lainnya. Selain itu, Bapak I

15

Wayan Sandi juga mendapatkan obat berupa penghilang rasa nyeri dari pihak Puskesmas dan dokter di klinik kesehatan, namun setelah obat yang diberikan habis, Bapak I Wayan Sandi dikatakan mulai merasa nyeri kembali terutama di malam hari dan setelah mandi malam hari. Oleh karena itu, Bapak I Wayan Sandi mengurangi aktivitasnya dengan bekerja sebagai pengrajin bedeg yang dikerjakannya di rumah sendiri. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi aktivitasnya di luar rumah. III. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA Sesuai dengan tujuan PPD-71 agar dapat menangani permasalahan kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran keluarga merupakan metode yang efektif untuk dapat mengatasi permasalahan kesehatan. 1. Personal Pada kasus penyakit rematik, penulis perlu menekankan kepada KK binaan bahwa beliau memiliki fakto resiko munculnya penyakit rematik ini dikemudian hari. Hal tersebut akan terus berlangsung selama terpapar oleh faktor resiko tersebut. 2. Koordinatif dan kolaboratif Pada kasus ini, penulis sudah memberikan penjelasan kepada KK untuk bekerja sama dengan Bidan Pustu Siakin dan dokter di Puskesmas Kintamani II, khususnya dalam pemantauan nyeri sendi dan juga pengukuran berat badan agar sesuai dengan bobot ideal, serta pengaturan makanan sehat sebagai asupan sehari-hari. 3. Paripurna Pendekatan pada kasus tidak hanya dilakukan pada kasus (, tetapi pada anggota keluarga yang lain yaitu kedua istrinya dan anaknya untuk dapat mengerti, memahami, dan dapat melakukan upaya pencegahan munculnya nyeri sendi kembali. Pendekatan juga tidak hanya untuk mengurangi nyeri sendi, tetapi juga dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan keluarga.

16

4.

Berkesinambungan Pada kasus penulis telah melakukan kunjungan rutin dua kali seminggu demi memantau kondisi kesehatan dan perkembangan dari kasus. Dari pihak Pustu juga dengan melakukan pemeriksaan secara rutin setiap bulan pada kasus, memberikan informasi juga kepada warga yang mengalami keluhan yang sama.

5.

Mengutamakan pencegahan Khusus di desa Siakin karena sebagian besar kasus adalah kasus dengan penyakit rematik, diharapkan dapat dilakukan kegiatan penyuluhan yang intensif pada setiap keluarga miskin yang memiliki keluhan nyeri sendi anggota gerak yang sama.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan Kerja sama dengan pihak desa, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan (Bidan) dengan penyuluhan misalnya saat diadakan kegiatan seperti posyandu, atau pertemuan banjar untuk memberikan informasi mengenai permasalahan kesehatan khususnya dalam mencegah terjadinya penyakit rematik.

17

Lampiran 1: Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 1 (Nama KK : Bapak I Wayan Sandi) 1) Karakteristik Keluarga Tabel 3. Karakteristik KK binaan I No. Nama 1 2 3 4 I Wayan Sandi Ny. Sok Ny. Nyeneng Wayan Budiastiwi Hubungan Umur dengan KK KK Istri Istri Anak 70 tahun 60 tahun 50 tahun 15 bulan JK L P P P Pendidika n Tamat SD Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tamat SD Status Menikah Menikah Menikah Belum Menikah Pekerjaan Pengrajin Bedeg Buruh Tani Buruh Tani Belum Bekerja

3 4

Gambar 1. Sistem kekerabatan KK binaan I Keterangan Gambar = Laki-laki 1. 2. 3. 4. atrithis Ny. Sok (Istri KK I) Ny. Nyeneng (Istri KK II) Wayan Budiastiwi (Anak KK) = Perempuan I Wayan Sandi (KK) Kasus Kedokteran Keluarga dengan rheumatoid

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

18

Bapak I Wayan Sandi (Kepala Keluaarga) menderita Rheumatoid Atrithis (RA) Kedua istrinya juga mengeluh keluhan yang serupa dengan bapak I Wayan Sandi. Sedangkan untuk anggota keluarga yang lain tidak ada masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius.

3) Status Ekonomi Keluarga Tergolong keluarga miskin. Penghasilan keluarga per bulan Sumber penghasilan tetap : Rp 1.000.000,00 : Kepala keluarga sebagai pengrajin bedeg, kedua istri sebagai buruh tani Pengeluaran keluarga Kepemilikan Aset / Barang : Rp 1.000.000,00 perbulan : 1 unit televisi, 1 unit kompor gas ukuran kecil, rumah dan pekarangan seluas 2 are 4) Lingkungan Fisik Keluarga Luas bangunan rumah kurang lebih 6 m x 8 m Gedung utama rumah berdinding anyaman bambu (bedeg), dan lantainya berlapis semen, terdapat 2 kamar yang terpisah, satu untuk KK serta kedua istrinya, dan satu lagi untuk anaknya. Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela kecil dan satu pintu sehingga terkesan pengap. Dapur berada di luar bangunan utama, dan kebersihannya sangat kurang terjaga. Walaupun memiliki kompor gas, keluarga ini biasanya memasak dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Tidak memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Siakin. Belum memiliki tempat pembuangan sampah.

19

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat KK dan istri sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan penting terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan. Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari. Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, dan pakaian biasanya tidak disetrika. Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang dan jarang mengkonsumsi daging.

20

Lampiran 2: Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 2 (Nama KK : Ibu Ni Made Pasek) 1) Karakteristik Keluarga Tabel 4. Karakteristik KK binaan II No. Nama 1 2 3 Ni Made Pasek Ni Wayan Sekartini Komang Pratinayasa Hubungan Umur dengan KK KK 40 tahun Anak Anak 8 tahun 6 tahun JK P P L Pendidika n Tamat SD Status Pekerjaan Buruh tani Pelajar Pelajar

Menikah Belum SD kelas III Menikah Belum SD kelas I Menikah

Gambar 2. Sistem kekerabatan KK binaan II Keterangan Gambar = Laki-laki 1. Ni Made Pasek (KK) 2. Ni Wayan Sekartini (Anak I KK) 3. Komang Pratinayasa (Anak II KK) 2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir) Diare dan demam yang dialami oleh KK dan kedua anaknya. Diare dan demam terjadi lebih kurang lima hari sebelum penulis melakukan kunjungan. = Perempuan

21

Setelah diberikan obat minum dari ibu bidan Pustu anak sudah dapat beraktivitas dengan baik.

3)

Status Ekonomi Keluarga Tergolong keluarga miskin. Penghasilan keluarga per bulan Sumber penghasilan tetap Pengeluaran keluarga Kepemilikan Aset / Barang : Rp 600.000,00 : Kepala keluarga sebagai buruh tani. : Rp 600.000,00 : 1 unit televisi, rumah seluas 1,5 are

4)

Lingkungan Fisik Keluarga Luas bangunan rumah kurang lebih 3 m x 4 m Gedung utama rumah berdinding batako, dan lantainya berlapis semen, terdapat 2 ruangan yaitu satu kamar tidur dan satu dapur. Kamar tidak memiliki jendela dan hanya ada satu pintu sehingga terkesan pengap. Dapur berada di dalam bangunan utama, dan kebersihannya sangat kurang terjaga. Di dapur terdapat satu jendela kecil sehingga terkesan pengap. Walaupun memiliki kompor gas, keluarga ini biasanya memasak dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Belum memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Siakin. Belum memiliki tempat pembuangan sampah, sampah organik biasanya digunakan sebagai pupuk, sampah plastik biasanya dibakar di ladang.

5)

Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat KK dan kedua anaknya sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan penting terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan. Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

22

Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, dan pakaian biasanya tidak disetrika. Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang dan jarang mengkonsumsi daging.

23

Lampiran 3: Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 3 (Nama KK : Ibu Ni Nyoman Sinder) 1) Karakteristik Keluarga Tabel 5. Karakteristik KK binaan III No. Nama 1 2 3 Ni Nyoman Sinder Nyoman Wati Ketut Suartawan Hubungan Umur dengan KK KK Anak Anak 45 tahun 15 tahun 13 tahun JK P P L Pendidika n Tamat SD Tamat SD Tidak Sekolah Status Menikah Belum Menikah Belum menikah Pekerjaan Buruh Tani Belum Bekerja Belum Bekerja

Gambar 3. Sistem kekerabatan KK binaan III Keterangan Gambar = Laki-laki = Perempuan 1. Ni Nyoman Sinder (KK) 2. Nyoman Wati (Anak I KK) 3. Ketut Suartawan (Anak II KK) 2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir) Penyakit diare dialami oleh anak pertamanya Nyoman Wati. Setelah diberikan obat minum dari ibu bidan Pustu anak sudah dapat beraktivitas dengan baik.

24

Anak kedua pasien mengalami retardasi mental yang dialami sejak kecil.

3)

Status Ekonomi Keluarga Tergolong keluarga miskin. Penghasilan keluarga per bulan Sumber penghasilan tetap Pengeluaran keluarga Kepemilikan Aset / Barang : Rp 500.000,00 : Kepala keluarga sebagai buruh tani : Rp 500,000 : Rumah dan pekarangan seluas 1 are

4)

Lingkungan Fisik Keluarga Luas bangunan rumah kurang lebih 3 m x 4 m Gedung utama rumah berdinding beton, dan lantainya terbuat dari semen, terdapat 2 kamar yang tersambung, satu untuk KK, dan satu lagi untuk kedua anaknya. Dapur terletak bersebelahan dengan kamar KK tanpa adanya sekat antara dapur dan kamar. Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela kecil dan hanya terdapat satu pintu sehingga terkesan pengap. Belum memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Siakin. Untuk pengelolaan limbah sama dengan keluarga binaan yang lain di mana limbah organik dijadikan pupuk sementara limbah plastik dibakar di halaman belakang rumah.

5)

Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat KK dan kedua anaknya sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan penting terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan. Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

25

Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap 2 hari sekali, dan pakaian biasanya tidak disetrika. Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang dan jarang mengkonsumsi daging.

26

Lampiran 4. Denah Rumah Keluarga Binaan Bapak I Wayan Sandi (Kasus Kedokteran Keluarga dengan Penyakit Rematik) U

Kamar Tidur Anak Pasien

Kamar Tidur Pasien dan Kedua Istrinya

Dapur

Pintu Masuk

Tug u

Tumpukan Kayu Bakar

27

LAMPRAN 5. FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Keluarga I Wayan Sandi

Gambar 2. Keadaan Rumah I Wayan Sandi

28

Gambar 3. Keluarga Ni Made Pasek

Gambar 4. Keluarga Ni Nyoman Sinder

29

You might also like