You are on page 1of 4

TOR WORKSHOP CASE-MIX

LATAR BELAKANG Sejak diperkenalkannya system pembayaran kembali (reimbursement) biaya pelayanan kesehatan dengan menggunakan case-mix, Indonesia telah mengalami transformasi dalam aspek pembiayaan pelayanan kesehatan, dari yang semula bersifat Fee-For-Service (pembayaran berdasarkan rincian item pelayanan yang diterima) menjadi Prospective Payment System (pembayaran prospektif dengan model paket) dengan menggunakan system Case-mix, meskipun saat ini hanya untuk pembayaran biaya pelayanan Jamkesmas yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Sistem Case-mix adalah pengelompokan pasien berdasarkan episode rawat inap, dalam kelaskelas yang relatif homogen, berdasarkan sumber daya yang digunakan dan karakteristik klinis yang serupa. Sistem klasifikasi yang digunakan dalam case-mix adalah Diagnosis Related Groups (DRG). DRG pertama kali dikembangkan oleh Bob Fetter dan Jon Thompson dari Yale University, USA pada tahun 1980. Pada awalnya DRG disusun untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan mengkategorikan pasien berdasarkan severitas kasus, sehingga pasien yang sakitnya lebih parah atau kasusnya lebih kompleks akan mendapatkan sumber daya yang lebih tinggi, oleh karenanya perlu mengkombinasikan antara berbagai faktor; diagnosis utama dan penyerta, prosedur/tindakan yang dilakukan, dan faktor penentu lain seperti usia dan lama dirawat. Kemudian informasi ini digabungkan dengan data financial berupa biaya pelayanan yang dikeluarkan untuk menangani kasus terkait. Inilah yang mendasari mengapa disebut case-mix, karena menggabungkan informasi terkait pelayanan kasus terkait (Murphy,1987). Oleh karena itu, 3 (tiga) komponen utama system case-mix adalah ; coding, costing dan clinical pathway. Tujuan utama penerapan DRG adalah untuk peningkatan kualitas pelayanan dan efisiensi pelayanan, karena DRG menyediakan ukuran yang obyektif dalam penghitungan biaya pelayanan, sehingga meningkatkan pula kesadaran tentang efisiensi biaya. Sampai saat ini sistem casemix telah digunakan oleh lebih dan 50 negara di dunia. Sistem casemix yang paling banyak dikenal saat ini adalah Diagnosis Relateds Group (DRG). Di Amerika, sistem casemix menggunakan istilah International Refined DRG (IR-DRG), di Australia dikenal dengan Australian National-DRG (ANDRG), di United Kingdom dikenal dengan Health Care Resource Groups (HRG), di Malaysia dikenal dengan MalaysianDRG dan di Canada dengan Case-Mix Groups (CMG). Sejarah case-mix di Indonesia dimulai pada th 2006 di 15 RS Pemerintah yang termasuk dalam Pilot Project, dengan dasar hukum SK MENKES No.1663/MENKES/SK/XII/2005 tentang Uji coba

penerapan Sistem Diagnostic Related Group (DRG) Case-Mix di 15 Rumah Sakit di Indonesia. Selanjutnya INA-DRG menjadi standar tariff reimbursement pemerintah untuk kasus Jamkesmas yang dilayani oleh RS dengan SK Menkes nomor 125/MENKES/SK/II/2008. Namun pada tahun .. INA-DRG berubah menjadi INA-CBGs (Indonesia Case-Base Groups) dengan Dengan dimulainya implementasi Case-mix dalam system reimbursement terjadi perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan. Jika dalam system Fee For Service provider seakan dirangsang untuk meningkatkan utilisasi sumber daya yang ada, maka pada system case-mix yang bersifat prospektif ini, provider ditantang untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efisien berdasarkan kompleksitas kasus. Akibatnya banyak terjadi kendala di awal penerapannya. Banyak RS yang mengalami kerugian akibat ketidaksesuaian reimbursement dengan tariff RS. Salah satu sebab utama yang ditemukan dalam kegagalan klaim adalah ketidaktepatan koding diagnosis maupun prosedur, sehingga terjadi kendala dalam proses grouping DRG, sedangkan masukan utama dalam penentuan grouping DRG justru terletak pada diagnosis dan prosedur sebagai gambaran kompleksitas kasus. Oleh karena itu, kemahiran dan kompetensi tenaga koding di RS menjadi sangat krusial dalam mendukung implementasi system case-mix ini. Selain itu, tentu saja banyak hal lainnya yang perlu dicermati dan direformasi oleh manajemen RS guna menyesuaikan dengan system Case-mix yang makin berkembang saat ini. RS Dr Kariadi Semarang telah beberapa kali berhasil memenangkan penghargaan dari pemerintah sebagai RS terbaik dalam penyelenggaraan system case-mix, sedangkan Universitas Dian Nuswantoro termasuk dalam salah satu pionir pendidikan Rekam Medis di Indonesia yang telah berhasil menempatkan para alumninya di berbagai institusi kesehatan termasuk RS di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kerjasama antar kedua institusi ini diharapkan dapat memberikan masukan dan berbagi pengalaman dengan berbagai pihak dalam bentuk workshop.

TUJUAN 1. Memahami system case-mix, implementasinya dalam manajemen RS dan persiapan yang perlu dilakukan oleh pihak RS dalam mendukung keberhasilan implementasi system tersebut (Lesson Learned di RS Dr Kariadi Semarang) 2. Memahami peran penting Koding Diagnosis Penyakit dan Prosedur Medis dalam mendukung proses reimbursement berbasis case-mix 3. Memahami alur dan prosedur pengolahan data dan informasi medis terkait dalam implementasi system Case-mix di RS

4. Mengetahui dan mampu membuat solusi atas kendala-kendala yang mungkin timbul dalam proses implementasi Case-Mix di RS

NARA SUMBER 1. Dr Bambang Wibowo, SpOG(K) ; Ketua Centre of Case Mix Indonesia, Direktur Utama RS Dr Kariadi Semarang 2. Dr Lily Kresnowati, MKes ; Trainer RMIK & Koding, Dosen FKes UDINUS 3. Tim Case-Mix RS Dr Kariadi Semarang; Danuri, AmdPK, SKM, .

PESERTA 1. Petugas Koding RS 2. Petugas Sistem Informasi RS 3. Verifikator Independen 4. Manajemen RS (Pelayanan, Keuangan) 5. Pengajar di Institusi Pendidikan Informasi Kesehatan 6. Asuransi 7. Pihak lain yang berminat (pemerhati, peneliti, dll)

JUMLAH PESERTA Untuk kenyamanan workshop, jumlah peserta dibatasi hanya maksimal 20 orang

FASILITAS 1. Makalah/Material Workshop 2. Laboratorium untuk simulasi program INA-CBGs 3. Sesi Problem Solving; Studi Kasus, Simulasi

PELAKSANAAN KEGIATAN Hari/Tgl Waktu Lokasi : Senin, 22 April 2013 : Pk. 08.00 15.30 : Laboratorium Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Susunan Acara : No 1 Materi Waktu Nara Sumber /PIC Dr Bambang Wibowo, SpOG(K)

Implementasi Sistem Case-Mix dalam 08.30 10.00 Reimbursement Pelayanan Kesehatan (Lesson learned di RS Dr Kariadi Semarang) Implikasi Ketepatan Koding dalam Proses 10.00 11.00 Reimbursement berbasis Case-Mix Sistem Pelayanan dan Manajemen 11.00 12.00 Informasi Kesehatan dalam Implementasi Case-mix untuk Reimbursement ISHOMA Pengenalan system INA-CBGs Studi Kasus & Diskusi 12.00 13.00 13.00 14.00 14.00 15.30

Dr Lily Kresnowati, MKes

Danuri, Amd.PK, SKM

4 5 6

Mac ? Tim

You might also like