You are on page 1of 15

1.

1 menjelaskan dan memahami Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Sebenarnya permasalahan ini tidak akan terjadi bila setiap kasus dan masalah kesehatan dilakukan penyelidikan kasus dan atau penyelidikan masalah kesehatan. Penyelidikan ini dalam bidang kesehatan disebutkan dengan Penyelidikan Epidemiologi (disingkat =PE). Tidak semua petugas kesehatan terutama di tingkat Kabupaten/kota dapat mengerti dan memahami PE ini, petugas kesehatan yang bisa melakukan PE hanyalah petugas yang telah dibekali ilmu dan skill epidemiologi, biasanya mereka adalah sarjana kesehatan jurusan epidemiologi yang telah memiliki ilmu-ilmu dasar tentang penyelidikan kasus penyakit dan masalah kesehatan, Ilmu dasar, simulasi kasus dan pengalaman penyelidikan epidemilogi kasus dan masalah kesehatan merupakan ketrampilan skill yang sangat menentukan. Pengertian dan Pemahaman dalam Istilah-Istilah Dalam Penyelidikan Epidemiologi KLB/Wabah adalah Infektifitas yaitu kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak, dapat dianggap dengan menghitung jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama. Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll. Patogenetisitas yaitu Kemampuan agent penyakit untuk menghasilkan penyakit dengan gejala klinik yang jelas. Patogenesitas sangat dipengaruhi oleh infektivitas, sehingga penghitungannya mengunakan formulasi yang sama dengan Infektifitas (patogenesitas=infektifitas). Dengan tingkatan penyakit berdasarkan gejala dibagi : A = tampa gejala. B = penyakit ringan C = penyakit sedang. D = Penyakit Berat dan E = Mati. Maka infektifitas = patagenesitas dapat dihitung yaitu (B+C+D+E / A+B+C+D+E) artinya kasus infeksi yang masih hidup dibagi dengan jumlah yang terkena infeksi yang masih hidup maupun yang sudah meninggal (mati). Virulensi yaitu nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat (D+E) terhadap seluruh penderita dgn gejala klinis yang jelas (B+C+D+E). Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu. Reservoir Adalah Organisme hidup atau mati (misalnya tanah) dimana penyebab infeksi biasanya hidup dan berkembang biak, Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat ideal berkembang biak dan bertahan. Reservoir dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya. Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan.

Bentuk KLB/Wabah yaitu betuk KLB/Wabah yang didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat. Dibagi dalam dua bentuk epidemik yaitu epidemi dari satu sumber dan epidemi dari orang ke orang. Betuk KLB/Wabah yang didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat. Kasus adalah mereka dimana suatu agen infektif telah masuk dan tinggal dalam tubuh mereka, beredar di dalam infeksi yang inapparent dan telah ada gejala infeksi. Karier adalah mereka yang menyimpan agen infektif di dalam tubuhnya. Menurut jenis dibagi : Tanpa gejala misalnya polio, hepatitis. Karier dalam penyembuhan misalnya diphteriae. Karier kronik misalnya S. Typhosa Incidence rate (IR) suatu penyakit adalah jumlah kasus baru yang terjadi dikalangan penduduk selama periode waktu tertentu. Incidence rate = Attack Rate = incidence rate pada suatu epidemi. IR dapat dihitung dengan membagi jumlah kasus baru penyakit selama stau periode waktu tertentu dibagi dengan populasi yang mempunyai resiko Mekanisme transmisi dapat dilihat dari Transmisi langsung dan Transmisi tidak langsung (Melalui benda, vektor dan udara (droplet nuclei dan dust) Rumuskan dan Uji hipotesis terjadinya KLB/Wabah dalam Bentuk KLB/wabah, Sumber penyakit, Siapa yang beresiko tertinggi, Membandingkan kasus dengan penduduk lainnya yang tidak terpapar dan Uji statistik bila perlu verifikasi dan Pemeriksaan laboratorium lanjut Membuat laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB/Wabah yang berisi : 1. Membuat uraian deskriptif dan analisis data, 2. Menjawab hipotesis 3. Penyebab KLB/Wabah 4. Penilaian terhadap pemberantasan yang dilakukan yang dilakukan Tim Penanggulangan 5. Rekomendasi untuk pencegahan diwaktu yang akan datang Kesimpulannya dalam penyelidikan epidemiologi (PE) maka setiap kasus penyakit yang dinyatakan sebagai KLB/wabah dapat diketahui penyebab, tahu cara terjadinya, tahu sumber terjadinya dan tahu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pada induvidu sebagai host dari kasus penyakit yang terjadi. Dengan mengerti dan memahami ini semua maka upaya pencegahan dapat dilakukan, kasus penyakit tidak akan muncul dengan penyebab yang sama. Wabah adalah, merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dimasyarakat yang jumlah penderitanya secara nyata meningkat melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta menimbulkan malapetaka (UU N0 4, 1984). KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah, Merupakan timbulnya atan meningkatnya kejadian kesakitan, kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (peraturan mentri kesehatan RI, No, 560/MENKES/PER/VII/1989). Kriteria suatu keadaan dapat dikatakan sebagai KLB adalah bila suatu kejadian tersebut memenuhi syarat-syarat KLB seperti dibawah ini : 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada dan tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit /kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut penyakitnya. 3. peningkatan kejadian penyakit 2 kali atau lebih disbanding dengan periode sebelumnya, (jam, minggu, bulan, tahun). 4. jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan 2 kali atau lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata penularan dalam tahun sebelumnya. 5. angka rata-rata perbulan selama satu tabun menunjukan kenaikan 2 kali lipat atau lebih jika dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya. 6. Case fatality rate suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular menunjukan kenaikan 2 atau lebih disbanding periode kurun waktu yang sama tahun sebelumnya. Kemudian dalam membahas tentang wabah maka akan ditemukan istilah Herd Immunity. Herd Immunity adalah, menjelaskan bentuk kekebalan yang terjadi ketika vaksinasi dari sebagian besar dari penduduk (atau kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi individu yang belum mengembangkan kekebalan. Teori kekebalan Herd menyatakan bahwa, dalam penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi mungkin akan terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular. Hal-Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah KLB adalah dengan jalan sebagai berikut: 1. Persiapan a. Konfirmasi informasi - Informasi yang didapat kadang-kadang tidak lengkap bahkan tidak jelas, untuk itu diperlukan upaya konfirmasi tentang kejelasan informasi. - Sumber informasi dapat diperoleh dari masyarakat baik lisan maupun tulisan dan fasilitas kesehatan. - Gambaran tentang kasus meliputi gejala, pemeriksaan yang dilakukan untuk diagnosis dan hasil konfirmasi ada tidaknya komplikasi, kecacatan, kelumpuhan bahkan kematian. - Situasi geografi dan sarana transportasi yang ada. b. Pembuatan rencana kerja. Kegiatan ini meliputi; 1. Definisi kasus Definisi kasus sangat berguna untuk mengarahkan pencarian kasus, paling baik ditentukan berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium. Perumusan diagnosis kasus dalam kalimat yang jelas merupakan hal yang penting oleh karena itu akan menjadi pedoman bagi tim penyelidikan lapangan dalam penemuan kasus.

2. Hipotesis mengenai penyakit, penyebab, sumber dan cara penularan. 3. data /informasi yang diperlukan misalnya jumlah kasus, jumlah penduduk, kebiasaan penduduk, data lingkungan. 4. cara memperoleh data/ informasi Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengunakan data fasilitas pelayanan kesehatan, mencari informasi di instansi non kesehatan, dan melalui survey di masyarakat. 5. Tim dan sarana yang diperlukan sesuai dengan jenis KLB, misal sanitasi, entomolog, analis dll 2. Pelaksanaan a. Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda dan gejala yang ditemukan pada kasus dengan membuat daftar gejala yang ada pada kasus dan menghitung persentasenya. Susunan berdasarkan pada frekuensi gejala dan tanda penderita kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala klinis penderita penyakit tertentu, sehingga kejadian ini dapat dikelompokan menjadi kasus atau bukan. Penentuan laboratorium diperlukan untuk konfirmasi diagnosis dan menentukan type prganisme penyebab sakit serta pengobatan yang cepat dan tepat. b. Penentuan KLB Penentuan KLB bertujuan menetapkan apakah kejadian tesebut merupakan KLB atau bukan, dilakukan dengan membandingkan insiden penyakit yang telah berjalan dengan insiden penyakit dalam keadaan biasa pada populasi yang berisiko pada tempat dan waktu tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat pola maksimum dan minimum 5 tahunan atan 3 tahunan, membandingkan penyakit pada minggu.bulan/tahun sebelumya. Untuk memastikan KLB sebaiknya dilakukan pola analisis secara komperhensif tidak hanya kasus tetapi termasuk informasi fektor, lingkungan dan prilaku penduduk. c. Identifikasi kasus dan paparan Identifikasi kasus yang paling baik adalah berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium, namun demikian berdasarkan gejala klinis dapat dipakai sebagai identifikasi kasus di lapangan saat penyidikakan. Identifikasi paparan dapat ditentukan melalui analisis kurva epidemic sehingga dapat diperkirakan indeks kasus (siapa yang pertama kali terkena) dan waktu paparan (kapan penularan itu terjadi). Informasi yang penting adalah landasan teori tentang cara penularan penyakit. Identifikasi paparan akan membantu mengidentifikasi penularan serta membantu mendiagnosa dengan lebih baik. d. Diskripsi menurut orang, tempat, dan waktu Dari hasil pengumpulan data penderita kemudian dikelompokan. Pengelompokan menurut tempat mengambarkan dimana mereka terkena, yang perlu mengelompokan tidak harus tempat tinggal, bisa sekolah, tempat kerja, desa atau kota, gunung dan pantai dll. Pengelompokan berdasarkan orang seperti umur, sex, jenis kelamin, jenis pekerjaan, perilaku.

e. Merumuskan hipotesis Setelah di ketahui adanya laporan kemudian diambil hipotesis dengan merujuk teorI yang telah ada. Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi 1. RATE Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi tertentu dengan jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. 2. RASIO Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut Contoh: Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah R=10/20=1/2 3. PROPORSI Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu. Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah P= 10/30=1/3 2. UKURAN FERTILITAS Crude Birth Rate (CBR) Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama. Rumus: CBR = (B/P)k B = semua kealhiaran hidup yang dicata P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama. k = konstanta(1000) 3. UKURAN MORTALITAS a) Case Fatality Rate (CFR) Angka kefatalan kasus CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama Rumus: CFR = (P/T)k P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu

T = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain b) Crude Death Rate (CDR) Angka Kematian Kasar Angka keamtian kasar adalah jumlah keamtian ang dicata selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena akngka ini dihitung secatra menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga tingkat kematian yang berbeda-beda. Rumus: CDR= (D/P)k D= jumlah keamtian yang dicata selama 1 tahun P=Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama c) Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah kematian yang diacata selama 1 tahun padas penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun. Rumus: ASDR= (dx/px)k dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x px = jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang sama k = Konstanta 2. memahami dan menjelaskan cakupan mutu pelayanan dan imunisasi di puskesmas Puskesmas Idaman yang bermutu , merupakan visi Puskesmas Idaman, sedangkan strategi yang dipakai untuk mewujudkannya adalah dengan (1) meningkatkan mutu tenaga kesehatan PusKesMas yang mencakup tiga aspek Pus , Kes , dan Mas . Adapun rincian ketiga aspek tersebut adalah PUS : merupakan singkatan : Profesionalisme, Unggul dan Santun, KES : merupakan singkatan : Komitmen, Etika , dan Semangat atau Motivasi yang tinggi dan MAS : merupakan singkatan dari Manusiawi, Asuh dan Simpati, meningkatan mutu pelayanan kesehatan Idaman yang mencakup empat aspek Indah , Damai , Aman dan Nyaman . Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Pelayanan Puskesmas harus memenuhi public safety dalam rangka melindungi kepentingan pasien, masyarakat dan petugas. Pelayanan Puskesmas harus dilakukan sesuai standar input, proses dan output. Dengan tersedianya standar Puskesmas maka dapat diperoleh manfaat

sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar Bagi Puskesmas Sebagai acuan dalam penyelenggara pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota Sebagai acuan dalam mengukur kinerja pelayanan kesehatan di Puskesmas, penentuan kebijakan di Puskesmas, dan dalam perencanaan program dan anggaran Bagi Pemerintah Daerah Sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan

2.

3.

4.

Untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu sehingga tercapai pelayanan prima yang terus meningkat dan dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerja sama dalam tim sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, maka dirasa perlu dibentuk PROGRAM PENGENDALI MUTU PELAYANAN PUSKESMAS yang akan menjadi acuan peskesmas dalam melayani pelanggan. Agar memudahkan dalam memonitor, mengevaluasi, serta meningkatkan kwalitas standar pelayanan maka dipakai ASPEK KEPUASAN yang dinamakan DIMENSI MUTU PELAYANAN yang terdiri dari 8 DIMENSI 1. Dimensi mutu KEAMANAN. 2. Dimensi mutu KENYAMANAN 3. Dimensi mutu EFEKTIFITAS 4. Dimensi mutu EFISIENSI 5. Dimensi mutu KONTINUITAS 6. Dimensi mutu KEMUDAHAN 7. Dimensi mutu HAM 8. Dimensi mutu AKSES Kenyamanan - Fisik : Kebersihan dan keindahan gedung pelayanan. - Fasilitas dan peralatan yang memadai. Keamanan - Fisik : Gedung pelayanan yang aman dan memadai. - Universal Precaution. Efisiensi - Prosedur pelayanan yang jelas dan mudah dimengerti pelanggan. - Ongkos pelayanan / tarif yang terjangkau. Efektifitas

- Kualitas pelayanan ada. - Tujuan pelayanan tercapai. Kontinouitas HAM ( Hubungan Antar Manusia ) - Sikap yang baik antara petugas dan pasien - Senyum, sapa dan salam dalam pelayanan. - Hubungan yang baik antara petugas dengan petugas. - Hubungan yang baik antara petugas dengan manager. Akses ( Kemudahan ) Pelayanan - Prosedur pelayanan yang mudah diakses. - Pelayanan yang mudah dijangkau. - Petugas selalu siap di tempat untuk melayani pelanggan. Kepastian - Kepastian petugas pelayanan. - Kepastian jam pelayanan. - Kepastian prosedur pelayanan. TIM DAN TUGAS TIM PENGENDALI MUTU PELAYANAN PUSKESMAS ( TPMPP ) Guna memudahkan pelaksanaan kegiatan dibentuk tim pengendali mutu pelayanan yang terdiri dari dua tim yaitu: A. TPMPP tingkat puskesmas : Tugas TPMPP puskesmas -menetapkan jadwal pertemuan - melakukan pertemuan dgn tim unit sesuai jadwal ( tiga bulanan ) - menginventarisasi usulan dari tim unit pelayanan. - menentukan dan menetapkan prioritas program / kegiatan usulan dari tim unit - menunjuk tim unit yang sesuai untuk dilaksanakan, sesuai hasil koordinasi - mendokumentasikan hasil hasil kegiatan tim. - mensosialisasikan keputusan kpd semua staf. B. TPMPP tingkat unit pelayanan Tugas TPMPP unit pelayanan puskesmas - Membuat protap pelayanan harian masing masing unit. ( Form 1. ) - menginventarisasi kekurangan / masalah yang ada di masing masing unit pelayanan dgn memakai acuan delapan dimensi mutu pelayanan, sesuai tim. - mengadakan pertemuan tim unit sesuai jadwal.( setiap bulan ) untuk menentukan prioritas. - menyampaikan usulan sesuai prioritas kepada tim PMPP puskesmas. (form 2) - jika ada perubahan protap, menyampaikan usulan perubahan kepada tim PMPP puskesmas. Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik (Baratawidjaja,

2006). Karena selain dengan obat, cara lain yang lebih baik untuk mengatasi penyakit yang berat yaitu dengan upaya memperkuat sistem pertahanan tubuh. Sehingga bila ada penyakit yang akan menyerang, tubuh anak sudah siap dan cukup kuat untuk melawan. Ada dua macam imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi merupakan usaha untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan reduksi terhadap pernyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Adapun proses imunisasi yang dilakukan pada Puskesmas Klungkung I merupakan imunisasi aktif dengan menggunakan vaksin (vaksinasi). Pemberian kekebalan ini tentunya berhubungan dengan respon imun tubuh sendiri khususnya respons humoral dan respons selular. Berdasarkan proses produksinya, vaksin terdiri dari berbagai jenis, yaitu vaksin dengan mikroorganisme hidup yang dilemahkan seperti vaksin BCG, vaksin polio sabin dan vaksin campak; vaksin dengan mikroorganisme yang telah dimatikan, contohnya vaksin polio salk dan vaksin batuk rejan; vaksin dengan rekombinan dari suatu mikroorganisme, biasanya berupa protein khusus, contohnya toksoid tetanus dan toksoid diptheri; atau vaksin dengan racun (toksin) yang dilemahkan seperti vaksin hepatitis B. Petugas Imunisasi Puskesmas juga menyampaikan jadwal imunisasi ternyata tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan tepat waktu. Misalnya, ada pasien yang datang terlambat untuk imunisasi yang seharusnya dilakukan satu bulan sebelumnya. Hal ini bisa dikarenakan bayi sakit pada saat jadwal yang ditetapkan, atau orang tua kurang patuh pada jadwal imunisasi. Apabila dijumpai hal seperti ini, imunisasi yang terlambat tetap diberikan, sesuai dengan usia bayi dan balita yang datang. Yang terpenting adalah imunisasi tidak boleh diberikan apabila usia bayi atau balita belum cukup untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Intinya, imunisasi terlambat tidak apa-apa, namun imunisasi tidak boleh diberikan sebelum waktunya. Software Laporan Imunisasi Puskesmas adalah salah satu alat untuk membantu dalam sistem pelaporan Program Imunisasi di puskesmas ke Dinkes. melalui perangkat ini data dapat diubah menjadi informasi yang penting untuk keperluan pelaporan, advokasi, dan sebagai dasar perencanaan kegiatan yang dibutuhkan. keberhasilan suatu program sudah pasti ditentukan oleh kualitas data yang tersedia. Semoga dengan perangkat ini penyediaan data yang bagus dan analisa data yang tajam dapat lebih mudah dilakukan. 3. memahami dan menjelaskan perilaku masyarakat dalam penanggulangan penyakit Masyarakat akan selalu berusaha untuk menanggulangi penyakit tersebut dengan mekanisme dan cara yang mereka anggap efektif. Sistem kontrol sosial internal masyarakat yang bersifat informal seringkali cukup efektif untuk menanggulangi hal tersebut. Teori perilaku ini cukup banyak macamnya. Margono S (1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi : pertama, domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), kedua, domain perilaku sikap (feeling behavior) dan ketiga, domain perilaku keterampilan (doing behavior). Apabila pengertian perilaku ini lebih disederhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi 2 unsur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah hasil dari suatu proses yang kompleks yang biasanya memerlukan waktu yang lama. Proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh individu atau pengetahuan mengenai sesuatu hal yang baru sampai pada saat ia memutuskan menerima atau menolak ide baru melalui empat tahap yaitu : 1. Pengetahuan, dalam hal ini subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahaminya. 2. Persuasi, dimana individu membentuk sikap positif atau negatif terhadap ide baru tersebut. 3. Mengambil keputusan, dimana individu aktif dalam menentukan keputusan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. 4. Konfirmasi, dimana individu mencari dukungan dari orang lain di sekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya (Notoatmodjo S., 2003). Lawrence Green dalam Notoatmodjo S (2003) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, 2. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya, 3. Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Hal inilah yang disebut praktik kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Glanz K et al. (1997) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,

antara lain : 1. Kesehatan (health behaviour), yakni hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan. 2. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa dirinya sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau merasa dan mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu tersebut untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit serta usaha-usaha pencegahan penyakit. Dalam hal ini faktor pengetahuan tentang penyakit DBD yang meliputi pengetahuan tentang gejala, penyebab penyakit, pengobatan dan perawatan penderita. Selain itu juga termasuk faktor praktik masyarakat mengenai gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan tindakan pencegahan penyakit DBD. 4. memahami dan menjelaskan sistem rujukan dari puskesmas ke dinas kesehatan Rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor 032/Birhub/72 tahun 1972, yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup, atau secara horizontal dalam arti sesama unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional Jenis Rujukan 1) Rujukan medik: Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. 2) Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat 3) Rujukan kesehatan: Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif, yang antara lain meliputi bantuan : - Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular. - Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah. - Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal. - Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam.

Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum. Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.

5. memahami dan menjelaskan cara menjaga kesehatan dan berobat menurut islam Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya jasmani, harta, dan keturunan. 1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat; untuk memelihara agama, jiwa, akal,

2. Afiat. Pakar bahasa Al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti "dan" adalah kata penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjukpetunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.: Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu. Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222: Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.

Terdapat hadis yang amat populer tentang kebersihan yang berbunyi: Kebersihan adalah bagian dari iman. Perintah menutup hidangan, mencuci tangan sebelum makan, bersikat gigi, larangan bernafas sambil minum, tidak kencing atau buang air di tempat yang tidak mengalir atau di bawah pohon, adalah contoh-contoh praktis dari sekian banyak tuntunan Islam dalam konteks menjaga kesehatan. Al-Quran juga mengingatkan, Makan dan minum dan jangan berlebih-lebihan. Allah tidak senang kepada orang yang berlebih-lebihan (QS Al-A'raf [7]: 31). Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah memiliki metode yang cukup baik dalam mempertemukan beberapa pendapat di atas. Beliau merinci hukum berobat menjadi beberapa keadaan, sebagai berikut: 1. Bila diketahui atau diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat dan meninggalkannya akan berakibat kebinasaan maka hukumnya wajib. 2. Bila diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat namun meninggalkannya tidak berakibat kebinasaan yang pasti maka melakukannya lebih utama. 3. Bila dengan berobat diperkirakan kesembuhan dan kebinasaannya memiliki kadar kemungkinan yang sama maka meninggalkannya lebih utama, agar dia tidak melemparkan dirinya dalam kehancuran tanpa sadar. (lihat Kitab asy-Syarhul Mumti: 2/437). Salah satu sifat orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab adalah bertawakkal kepada Allah semata. Sifat ini bukan berarti mereka tidak menjalani sebab sama sekali. Karena secara global menjalani sebab merupakan perkara fitrah dan tertanam secara spontan. Tak seorang pun bisa terlepas dari menjalani sebab. Bahkan bertawakkal itu sendiri merupakan sebab yang paling terbesar, sebagaimana firman Allah taala, Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Ath-Thalaq: 3). 6. memahami dan menjelaskan KLB menurut islam Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alahi wasallam beliau bersabda, Apabila thaun (wabah penyakit menular) mewabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Dan apabila dia mewabah disuatu negeri yang kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian keluar darinya. [HR Ahmad] Para dokter spesialis kuman dan penyakit mengatakan, bahwa data hasil penelitian menunjukkan kepada kita, manakala penyakit thaun mewabah di suatu negeri, maka sekitar 95% dari jumlah penduduknya akan terkena penyakit dan yang benar-benar akan terserang penyakit tersebut ada sekitar 20-30% dari jumlah penduduknya. Adapun sisanya, maka

mereka adalah orang-orang yang membawa kuman akan tetapi zat kekebalan tubuhnya mampu mengalahkan kuman tersebut. Apabila mereka tetap tinggal di tempat tersebut, kesehatan mereka tidak akan terancam. Namun apabila seorang saja dari mereka keluar dari negeri tersebut, maka dia akan menularkan penyakitnya. Langkah paling tepat untuk menanggulangi tersebarnya penyakit ini adalah dengan melakukan karantina kesehatan terhadap daerah yang terkena thaun tersebut, yaitu dengan melarang penduduknya untuk keluar darinya dan melarang penduduk daerah lain yang tidak terkena wabah thaun untuk memasukinya.

Referensi: 1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like