You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pekanbaru merupakan salah satu kota yang sedang mengalami perkembangan yang
cukup pesat dari segala aspek. Terutama dari aspek pembangunan, antara lain pengembangan
pusat pemerintahan dan pusat pendidikan yang memacu perkembangan kota tersebut.
Pertambahan penduduk dan pembangunan kota pekanbaru menyebabkan masalah pada
sistem drainase yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Seiring bertambahnya penduduk juga akan menimbulkan pembangunan yang semakin
banyak untuk memenuhi kebutuhan ruang kehidupannya. Hal ini akan menyebabkan
perubahan tata guna lahan yang semula lahan kosong menjadi pemukiman penduduk.
Perubahan tata guna lahan tersebut menimbulkan dampak kurangnya penyerapan atau
infiltrasi pada tanah yang disebabkan curah hujan yang ada di kota pekanbaru. Akibat curah
hujan yang tinggi maka sistem drainase yang ada tidak bisa menampung debit yang terjadi
sehingga terjadilah banjir.
Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak dapat lagi
ditampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang
merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat
maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah
tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan kapasitas
jaringan drainase.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan
air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah
pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa
penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor
lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang,
atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air
yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir pada
lahan/alamiah. Pada kondisi di alam, air hujan yang turun ke tanah akan mengalir sesuai kontur
tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada umumnya air hujan yang
turun akan dialirkan masuk ke dalam saluran-saluran buatan yang mengalirkan air masuk ke
sungai. Kontur lahan yang terdapat di daerah perkotaan direncanakan agar air hujan yang turun
mengalir ke dalam saluran-saluran buatan tadi. Ada kalanya, kapasitas saluran tersebut tidak
mencukupi untuk menampung air hujan yang terjadi, sehingga mengakibatkan terjadinya banjir.
Perkembangan dan pembangunan yang ada di Universitas Riau khususnya fakultas
teknik secara tidak langsung mengakibatkan perubahan tata guna lahan akibat dari
bertambahnya mahasiswa baru dan kebutuhan akan lahan parkir yang memadai. Hal ini
menyebabkan berkurangnya area penyerapan atau infiltrasi pada tanah. Maka pada saat curah
hujan yang tinggi menyebabkan limpasan permukaan yang tinggi dan terjadi banjir.

1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, permasalahan utama yang perlu diketahui adalah bagaimana
intensitas curah hujan yang terjadi dan bagaimana mengetahui distribusi kapasitas air yang
dialirkan melalui masing-masing saluran drainase, sehingga dari hasil simulasi dapat
diperoleh rekomendasi tindakan melakukan perencanaan ulang serta efisiensi kapasitas
saluran dalam rangka mengurangi terjadinya luapan atau banjir.
Adapun ruang lingkup dari tugas drainase ini adalah:
1. Analisis curah hujan.
2. Perhitungan limpasan air hujan.
3. Perhitungan dimensi saluran drainase, yang meliputi:
- Berdasarkan peta situasi dan guna lahan, diminta untuk merancang
system drainase.
- Melampirkan langkah dan contoh perhitungan.
- Perhitungan desain meliputi perhitungan dimensi saluran drainase di
daerah Rektorat Universitas Riau khususnya fakultas teknik.





1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian adalah untuk mendesain saluran drainase yang ada pada Fakultas
Teknik Universitas Riau. Manfaat dari penelitian ini yaitu mengatasi banjir yang ada pada
Fakultas Teknik Universitas Riau dan menciptakan tata guna lahan yang nyaman dan
berwawasan lingkungan.

1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebangai berikut :
1. Data curah hujan yang digunakan adalah:
- Stasiun Pekanbaru (DAS Siak),
- Stasiun Kandis (DAS Siak), dan
- Stasiun Muara Lembu (DAS Kampar).
2. Penelitian dilakukan pada Fakultas Teknik Universitas Riau




















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Analisa Curah Hujan Maksimum
Curah hujan maksimum harian rata-rata ini digunakan dalam rangkaian proses
penyiapan data untuk analisis frekwensi. Dalam praktek ditemui 5 (lima) cara penyiapan data
untuk mencari curah hujan maksimum rata-rata. Kelima cara ini dapat dirangkum sebagai
berikut:
Cara 1
Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara yang
terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data yang tersedia. Bila tersedia data 20
tahun, berarti hitungan rata-rata diulang sebanyak 20 kali 365 yaitu 7300 kali

Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk setasiun I dicari hujan maksimum tahunnannya.
Selanjutnya, dicari hujan harian pada setasiun-setasiun lain pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama dan kemudian dihitung hujan rata-rata DAS. Masih
dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk setasiun II. Untuk hari
kejadian yang sama, hujan harian untuk setasiun-setasiun lain dicari dan dirata-ratakan.
Demikian selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan didapat N buah data hujan rata-
rata DA. Untuk tahun berikutnya cara yang sama dilakukan sampai seluruh data yang
tersedia.

Cara 3
Cara ini dengan menggunakan data pada salah datu setasiun (data maksimum) dan
mengalikan data tersebut dengan koefisien reduksi. Hitungan ini berarti juga harus
dilakukan dan diulang seperti cara yang sama.

Cara 4
Cara penyiapan data lain adalah dengan mencari hujan-hujan maksimum harian setiap
setasiun dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS.


Cara 5
Dengan cara menganalis frekuensi data hujan setiap setasiun sepanjang data yang
tersedia. Hasil analisa frekuensi tersebut selanjutnya dirata-ratakan, sebagai hujan rata-
rata DAS.

2.2 Analisa Curah Hujan Rencana

2.2.1 Pemilihan Analisa Frekuensi
Dalam menentukan rangkaian data hujan / debit yang akan digunakan analisa
frekuensi. Terdapat 3 cara penentuan rangkaian data hujan / debit, sbb :
Maksimum annual series
Dilakukan dgn mengambil hanya satu besaran maksimum setiap tahun. Dengan
demikian apabila tersedia data sepanjang n tahun, maka hanya akan ada n data sampel.
Partial series
Dilakukan apabila ditentukan suatu batas bawah (threshold), sehingga data yang
melebihi besaran batas bawah diambil sebagai data sample.
Annual exceedance series
Seperti pada partial series tetapi batas bawah ditentukan sedemikian sehingga jumlah
data sama dengan jumlah tahun.

Parameter statistic
1. Rerata/mean ( x ):

=
i
X
n
x
1

2. Deviasi Standar (s) :
2
) (
1
1
x X
n
s
i

=


3. Koefisian varian :
x
s
C
v
=




4. Kemencengan (skewness) :
3
3
) (
) 2 )( 1 (



= x X
s n n
n
C
i s

5. Koefisien kurtosis :
4
4
2
) (
) 2 )( 1 (



= x X
s n n
n
C
i k


Langkah-langkah analisis frekuensi secara analitik
1. Penyiapan data series.
2. Menghitung parameter statistik data series.
3. Berdasarkan parameter statistik diperkirakan distribusi yang cocok dengan sebaran data
Untuk masing-masing distribusi syarat dan cirinya sebagai berikut:
Distribusi normal (Cs ~ 0,0 dan Ck ~ 3,0)
Distribusi log normal (Cs ~ 3 Cv dan Cs >0)
Distribusi gumbel (Cs ~ 1,396 dan Ck ~ 5,4002)
Distribusi log pearson III (jika tidak menunjukan sifat dari ketiga distribusi di atas, garis
teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung).
4. Hitung nilai teoritiknya berdasarkan distribusinya.
5. Urutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya dengan nilai probabilitasnya
Prob(Xix) =m/(n+1)
6. Uji chikuaadrat (antara data asli dengan data teoritik).
Uji sminov kolmogorov (antara data asli dengan data teoritik).


Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu ( teoritis), yang sering digunakan dalam
analisa frekuensi untuk hidrologi, seperti distribusi normal, distribusi log normal, distribusi
gumbel, distribusi log pearson III sebagai berikut:
Distribusi Normal
Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertical dan berbentuk lonceng yang
juga disebut distribusi Gauss.
S K X X
T T
+ =
S
X X
X
T
T

=

Dimana :
X
T
= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
X = nilai rata-rata hitungan variat
S = deviasi standar nilai variat
K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang

Tabel 2.1 Nilai variable reduksi Gauss
No
Periode ulang, T
(tahunan)
Peluang KT
1 1.001 0.999 -3.05
2 1.005 0.995 -2.58
3 1.010 0.990 -2.33
4 1.050 0.950 -1.64
5 1.110 0.900 -1.28
6 1.250 0.800 -0.84
7 1.330 0.750 -0.67
8 1.430 0.700 -0.52
9 1.670 0.600 -0.25
10 2.000 0.500 0
11 2.500 0.400 0.25
12 3.330 0.300 0.52
13 4.000 0.250 0.67
14 5.000 0.200 0.84
15 10.000 0.100 1.28
16 20.000 0.050 1.64
17 50.000 0.020 2.05
18 100.000 0.010 2.33
19 200.000 0.005 2.58
20 500.000 0.002 2.88
21 1000.000 0.001 3.09
Sumber : Bonnier, 1980

Distribusi log normal
Distribusi log normal digunakan apabila nilai nilai dari variable random tidak
mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi normal.
S K Y Y
T T
+ =
S
Y Y
Y
T
T

=


Dimana :
Y
T
= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
Y = nilai rata-rata hitungan variat
S = deviasi standar nilai variat
K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang

Distribusi Gumbel
Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisa data maksimum seperti untuk
analisa data maksimum, seperti untuk analisa frekuensi banjir.
K S X X + =
X = harga rata-rata sampel
S = standar deviasi (simpangan baku) sampel
n
n Tr
T
S
Y Y
K

=
)
`


=
r
r
Tr
T
T
In In Y
1

Y
n
= reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
S
n
= reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data n
Y
Tr
= reduced variate

Tabel 2.2. Reduced Mean, Y
n
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.51 0.5157 0.5157 0.5181 0.5202 0.522
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.532 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.538 0.5388 0.8396 0.5403 0.541 0.5418 0.5424 0.5436
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5515 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600 0.5602 0.5603 0.5604 0.5606 0.5607 0.5608 0.5609 0.5610 0.5611
Sumber : Teknik Drainase (Dr.Ir. SUripin,M.Eng)




Tabel 2.3. Reduced Standard Deviation, S
n
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.976 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.108
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1667 1.1667 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1973 1.1793 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1890 1.1890 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1967 1.1967 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2032 1.2032 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065 1.2069 1.2073 1.207 1.2081 1.2081 1.2081 1.209 1.2093 1.2096
Sumber : Teknik Drainase (Dr.Ir. SUripin,M.Eng)

Tabel 2.4. Reduced variate, Y
Tr
sebagai fungsi periode ulang
Periode ulang, Tr
(tahun)
Reduced
variated, Ytr
Periode ulang, Tr
(tahun)
Reduced variated,
Ytr
2 0.3668 100 4.6012
5 1.5004 200 5.2969
10 2.2510 250 5.5206
20 2.9709 500 6.2149
25 3.1993 1000 6.9087
50 3.9028 5000 8.5188
75 4.3117 10000 9.2121
Sumber : Teknik Drainase (Dr.Ir. SUripin,M.Eng)

Distribusi Log Pearson III
S K Y Y
T T
+ =
Dimana ;
Y
T
= nilai logaritmik dari x dengan periode ulang T
Y = nilai rerata dari Y
i
S = deviasi standar dari Y
i

K
T
= factor frekuensi, merupakan fungsi dari probabilitas (atau periode ulang) dan
koefisien kemencangan C
s
.





Tabel 2.5. NIlai K
T
untuk Distribusi Pearson III
Skew
coefficientCs
or Cw
Return periode in year
2 5 10 25 50 100 200
Exceedence probability
0.50 0.20 0.10 0.04 0.02 0.01 0.01
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970
2.9 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909
2.8 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
2.7 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 4.783
2.6 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 3.889 4.718
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652
2.4 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800 4.584
2.3 -0.341 0.555 1.274 2.248 2.997 3.753 4.515
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444
2.1 -0.319 0.592 1.294 2.230 2.942 3.656 4.372
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298
1.9 -0.294 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.223
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147
1.7 -0.268 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.069
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990
1.5 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828
1.3 -0.210 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.745
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661
1.1 -0.180 0.745 1.341 2.066 2.585 3.087 3.575
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891 3.312
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576
Sumber : Teknik Drainase (Bambang Triatmodjo)

2.2.2 Uji Statistik Kelayakan Analisa Frekuensi
Hal ini dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada beberapa
pengujian, antara lain:


Uji Chi-Kuadrat
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter _
2
yang dapat dihitung
dengan rumus berikut.

dengan :
_
h
2
= parameter chi-kuadrat terhitung
G = jumlah sub kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

Prosedur perhitungan uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
1. Urutkan data pengamatan dari kecil ke besar atau sebaliknya
2. Kelompokkan data menjadi G sub grup yang masing-masing beranggotakan
minimal 4 data pengamatan
3.Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub-grup
4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei
5. Pada tiap subgrup hitung nilai :

6. Jumlah seluruh G sub grup nilai
untuk menentukan nilai chi-kuadrat hitung
7. Tentukan derajad kebebasan dk = G - R - 1 (nilai R=2 untuk distribusi normal dan
binomial)
8. Hitung dan tentukan nilai chi-kuadrat kritik, bandingkan nilainya dengan nilai chi-
kuadrat hitung
9. Apabila nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat kritik, maka
penentuan distribuasinya memenuhi syarat. apabila nilainya sebaliknya maka harus
ditentukan kembali jenis distribusinya.



Uji Smirnov-Kolmogorov

Prosedur perhitungan uji smirnov-kolmogorov adalah sebagai berikut:
1.Urutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya dan tentukan besarnya peluang dari
masing-masing data tersebut
X
1
= P (X
1
)
X
2
= P (X
2
)
2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya)
X
1
= P' (X
1
)
X
2
= P' (X
2
)
3. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
D = maksimum (P(X
n
)-P'(X
n
))
4. Berdasarkan tabel nilai kritis (smirnov-kolmogorov test) tentukan harga Do dari
tabel
5. Nilai D dibandingkan dengan nilai Do, jika D<Do maka distribusi yang
diasumsikan bisa diterima.

2.3 Analisa Intensitas Hujan
Intensitas hujan didefinisikan sebagai tinggi atau kedalaman air hujan persatuan
waktu. Sifat umum Intensitas hujan ini adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi intensitasnya.
Hubungan antara intensitas, durasi dan frekuensi digambarkan dengan grafik/lengkung
Intensitas-Durasi-Frekuensi (Grafik IDF).

Gambar 2.1 Grafik IDF

Prosedur perhitungan intensitas hujan:
- menentukan hujan dengan durasi 5 menit, 10 menit, 30, 60, 120, 180, 360, 720
menit, 1 hari, 2 hari pada data hujan otomatis tiap tahun
- Dicari hujan menitan tiap tahun yang terbesar
- Dihitung intensitas hujan dengan rumusan
Intensitas hujan = tinggi hujan pada durasi 60 mnt/durasi hujan
- Perhitungan kala ulang dengan analisis frekuensi pada masing-masing durasi.

Dari analisis point yang terakhir dapat diturunkan rumusan Intensitas hujan berdasarkan
rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro.

Rumus Talbot

dengan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (menit)
a dan b = konstanta yang tergantung lamana hujan yang terjadi di DAS

Rumus Sherman




Rumus Ishiguro


Dari data hujan harian bisa diturunkan rumusan Intensitas hujan untuk suatu daerah
tertentu yang terdapat stasiun hujan harian. dengan menggunkan rumus mononobe.
Prosedur:
- Dari data hujan dan data DAS dihitung curah hujan maksimum harian rata-rata
- Dihitung hujan rancangan kala ulang tertentu dengan analisis frekuensi
- Hujan rancangan dengan kala ulang tertentu tersebut dimasukan dalam rumus
mononobe sebagai berikut :

dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R
24
= Hujan harian kala ulang tertentu (mm)
t = lamanya hujan (jam)

2.4 Analisa Limpasan/ Debit Rencana

2.4.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh
untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah
menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika
durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak telah
menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol.
Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940) yang ditulis sebagai berikut :
385 , 0
2
1000
87 , 0
|
|
.
|

\
|
=
S x
L x
t
c

Di mana
c
t adalah waktu konsentrasi dalam jam, L panjang saluran utama dari hulu samapi
penguras dalam km, dan S kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi dua komponen,
yaitu (1) waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran
terdekat
o
t dan (2) waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran
d
t
sehingga :
d o c
t t t + =
Di mana
(

=
S
n
x L x x t
o
28 , 3
3
2
menit
Dan
V
L
t
s
d
60
= menit
Di mana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
s
T = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)










2.4.2 Perhitungan Koefisien Limpasan Komposit
Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan
kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan.

Tabel 2.6 Koefisien limpasan untuk metode Rasional
Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran (C)
Business
Perkotaan
Pinggiran
Perumahan
Rumah tunggal
Multiunit, terpisah
Multiunit, tergabung
Perkampungan
Apartemen
Industri
Ringan
Berat
Perkerasan
Aspal dan beton
Batu bata, paving
Atap
Halaman, tanah berpasir
Datar 2%
Rata-rata 2-7%
Curam 7%
Halaman, tanah berat
Datar 2%
Rata-rata 2-7%
Curam 7%
Halaman kereta api
Taman tempat bermain
Taman, pekuburan
Hutan
Datar 0-5%
Bergelombang 5-10%
Berbukit 10-30%

0,70 - 0,95
0,50 - 0,70

0,30 - 0,50
0,40 - 0,60
0,60 - 0,75
0,25 - 0,40
0,50 - 0,70

0,50 - 0,80
0,60 - 0,90

0,70 - 0,95
0,50 - 0,70
0,75 - 0,95

0,05 - 0,10
0,10 - 0,15
0,15 - 0,20

0,13 - 0,17
0,18 - 0,22
0,25 - 0,35
0,10 - 0,35
0,20 - 0,35
0,10 - 0,25

0,10 - 0,40
0,25 - 0,50
0,30 - 0,60
Sumber : McGuen, 1989






2.4.3 Perhitungan Debit dengan Metode Rational
Metode ini untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak. Metode ini sangat
sederhana dan mudah penggunaannya namun hanya sesuai untuk DAS dengan ukuran kecil
dengan luas kurang dari 300 ha
Persamaan umum :


dengan :
Qp = Debit puncak (m
3
/dtk)
F = Koefisien satuan luas, jika luas lahan dalam ha maka F=0,00278, jika luas lahan dalam
acre maka F=1
C = Koefisien limpasan rata-rata (nilainya diantara 0-1)
I = Intensitas hujan rata-rata (mm/jam) untuk hujan deras yang durasinya sama dengan
waktu konsentrasi Tc
A
lahan
= Luas daerah/lahan yang dikeringkan (ha atau acre)

Sesuai dengan variabel pada rumus rasional yaitu koefisien limpasan, intensitas hujan
dan luas lahan yang akan didrain (dibuang airnya di saluran yang dihitung debitnya), maka
pemakaian rumus rasional tersebut dimulai dengan menentukan besaran-besaran variabelnya.
Penentuan variabel berdasarkan denah lokasi yang akan didrain.
Di denah lokasi informasi yang didapat adalah luas lahan, jenis tata guna lahan serta
kemiringan lahan yang akan mempengaruhi waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi ini akan
digunakan untuk menghitung intensitas hujan, dengan memasukkan besaran waktu
konsentrasi pada rumusan Intensitas hujan atau pada grafik IDF.












Gambar 2.2 Urutan Pengerjaan Perhitungan Debit

2.5 Perhitungan Dimensi Saluran

2.5.1 Rumus Kecepatan
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran di saluran terbuka (open channel
flow) maupun pada saluran tertutup (pipe flow). Aliran dalam saluran tertutup tidak selalu
bersifat seperti aliran dalam pipa. Apabila ada permukaan bebas maka harus digolongkan
sebagai aliran saluran terbuka.
Beberapa rumus kecepatan yang dapat digunakan yaitu manning, chezy, dan strikler.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah rumus kecepatan manning.
Rumus kecepatan manning adalah sebagai berikut :




dengan :
A = Luas penampang basah saluran (m
2
)
v = Kecepatan (m/detik)
n = Koefisien Manning
R= Radius hidraulik (m)
P = Keliling basah(m)
S = kemiringan garis energi

- Kemiringan Saluran
umumnya kemiringan dasar saluran dipengaruhi kondisi topografi, tinggi aliran yang
diperlukan untuk adana pengaliran sesuai kecepatan a=ang diinginkan. Kemiringan
dasar saluran maksimum = 0,005-0,008 tergantung bahan saluran.
- Kecepatan minimum yang diijinkan
untuk menghindari sedimentasi, kecepatan minimum di saluran adalah 0,61-0,91
m/detik dan untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air, kecepatan minimum yang
diijinkan adalah = 0,76 m/detik
- Kecepatan maksimum yang diijinkan
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran dari pasngan adalah 2,5-3,5
m/detik dan untuk saluran dari tanah = 2,0 m/detik
- Tinggi jagaan
adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi
perencanaan. Digunkan untuk mencegah peluapan air akibat gelombang serta
fluktuasi permukaan air. Jagaan direncanakan antara 0,15-0,60m paling rendah
ditentukan 10 cm diatas permukaan air rencana.









2.5.2 Perencanaan Dimensi Saluran
Untuk pengaliran air drainase, saluran berpenampang trapezium adalah bentuk
penampang aliran yang paling umum dan paling ekonomis digunakan.
Tabel 2.7 Bentuk-bentuk Geometris Penampang Saluran
No. Penampang
Luas
(A)
Keliling Basah
(P)
Jari-Jari
Hidrolis
(R)
1.



2.



3.



4.







1
m
w
M.A.N
h



b . h




(b+m.h)h



m.h
2




1/8 (-sin
)d
2

b + 2h



b+2h
2
m 1+



2h
2
m 1+



..d
2h b
h . b
+



2
m 1 2h b
h m) (b
+ +
+



2
m 1 2
h . m
+




(1- sin /
)d

Potongan melintang saluran ekonomis adalah saluran yang dapat melewatkan debit
maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan kemiringan dasar tertentu.
Dasar perhitungan dalam mendesain saluran berpenampang ekonomis antara lain:
- Berdasarkan persamaan kontinuitas, untuk luas penampang melintang tetap, debit
maksimum dicapai jika kecepatan aliran maksimum
- Berdasarkan rumus mannings untuk kemiringan dan kekasaran tetap, kecepatan
maksimum dicapai jika jari-jari hidraulik (R) maksimum
- untuk penampang tetap, jari-jari hidraulik R maksimum jika keliling basah P
minimum

You might also like