You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF) 1.

Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut: a. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif). b. c. Derajat II Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain. Derajat III Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi). d. Derajat IV Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur. 2. Penyebab a. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. b. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2000). c. Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990). 3. Tanda dan Gejala a. Demam tinggi selama 5 7 hari b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. f. Sakit kepala. g. Pembengkakan sekitar mata. h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah). KLASIFIKASI DHF Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat yaitu : a. b. Derajat I Panas 2 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

c.

Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

d.

Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

4.

Patofisiologi Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodivirus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas

kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000).
5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : a. b. c. d. Perdarahan luas. Shock atau renjatan. Effuse pleura Penurunan kesadaran.

6. Pemeriksaan Penunjang

1.

Pemeriksaan laboratorium a. Ig.G dengue positif b. Trombositopenia c. Hemoglobin meningkat d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat) e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia dan hipokalemia f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat i. Waktu pendarahan memanjang j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 40 mm Hg, HCO3 rendah

2.

Pemeriksaan serologi Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 5 ml

3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

7. Penanganan/Penatalaksanaan Medik a. DHF tanpa Renjatan 1) 2) 3) Beri minum banyak ( 1 - 2 Liter / hari ) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB. 4) 1) 2) 3) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat Pasang infus RL Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30 ml/ kg BB ) Tranfusi jika Hb dan Ht turun Keperawatan a. Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue tiap jam 1) 2) 3) 4) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam Observasi intake - output Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. 5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit. b. Resiko Perdarahan 1) 2) 3) 1) Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena Catat banyak, warna dari perdarahan Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik b. DHF dengan Renjatan

c. Peningkatan suhu tubuh

2) 3)

Beri minum banyak Berikan kompres

8. Clinical Pathway Arbovirus (Aedes aegypti) Beredar di aliran darah Infeksi virus (viremia) Mengaktivasi sistem komplemen Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a Hypothalamus Hipertermi Reabsorbsi Na+ +H2O Resiko syok hipovolemik Terjadi renjatan dan hipotensi Kebocoran plasma Ke ekstravaskuler Abdomen: asites Mual,muntah,anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh Permeabilitas kapiler Trombositopenia trombosit dalam darah Perdarahan Hb dalam darah suplai O2 Gangguan perfusi jaringan Gangguan volume cairan Kurang pengetahuan resiko perdarahan Hepatomegali Nyeri

9. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan DHF dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi : 1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya). 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. 3) Kaji riwayat keperawatan. 4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran). b. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam. 2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. 4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi 5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. c. Intervensi Keperawatan 1) Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam. Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal Intervensi : - Kaji KU dan kondisi pasien - Observasi tanda-tanda vital - Observasi tanda-tanda dehidrasi - Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infuse - Balance cairan (input dan out put cairan) - Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak

- Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat. 2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Tujuan: Hipertermi dapat teratasi Kriteria hasil: Suhu tubuh kembali normal Intervensi - Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh - Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak - Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat - Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun. - Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 2000 cc per hari - kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Tujuan: Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi Kriteria hasil: Intake nutrisi klien meningkat Intervensi - Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi - Timbang berat badan klien tiap hari - Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering - Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual - Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi). - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik. - Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet. 4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan: Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat Kriteria hasil: Klien mengerti tentang proses penyakit DHF Intervensi: - Kaji tingkat pendidikan klien. - Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF - Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.

- beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya. - Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien 5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan: Perdarahan tidak terjadi Kriteria hasil: Trombosit dalam batas normal Intervensi - Kaji adanya perdarahan - Observasi tanda-tanda vital - Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan. - Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien - Monitor hasil darah, Trombosit - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena. 10. Daftar Pustaka Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

You might also like