You are on page 1of 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Teori Umum II.1.

1 Definisi Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Dirjen POM, 1979). II.1.2 Jenis-jenis tablet (Dirjen POM, 1995) : a) Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. b) Tablet triturasi adalah tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris untuk memberikan jumlah terukur yang tepat dalam peracikan obat. c) Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik. d) Tablet bucal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan gusi. e) Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukpsa mulut. f) Tablet effervescent yang larut, dibuat dengan cara dikempa selain zat aktif juga mengandung campuran asam dan basa, yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan CO2. g) Tablet kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa yang enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak menimbulkan rasa pahit atau tidak enak. h) Tablet salut enterik, jika obat dapat dirusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi lambung diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan bahan obat sampai tablet telah melewati lambung.

i) Tablet salut biasa, umumnya tablet disalut dengan gula atau suspensi dalam air, mengandung serbuk atau tidak larut seperti pati, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom, akasia atau gelatin. Untuk tujuan identifikasi dan estetika, zat penyaluy bagian luar dapat diwarnai. Tablet yang sudah larut dilapisi dengan larutan malam yang encer dalam pelerut seperti kloroform atau campuran serbuk. II.1.3 Keuntungan tablet (Lachman, 1989) : a) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan paling rendah. b) Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah. c) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim. d) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul. e) Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan

pacah/hancurnya tablet tidak segera terjadi. f) Tablet biasa dijadikan peroduk dengan profil penglepasan khusus, seperti pelepasan diusus atau produk lepas lambat. g) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah unuk diproduksi secara besar-besaran. h) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memilki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. II.1.4 Kerugian tablet (Lachman, 1989) : a) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis. b) Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi

dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioaviabilitas obat cukup. c) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. II.1.5 Metode Pembuatan Tablet (Lachman, 1989): a) Granulasi Basah Granulasi dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan satu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering kedalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan sendiri. Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada komponen cairan. Bila cairan granul rendah ditambahkan, campuran dilarutkan sampai disperse yang merata dicapai dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Proses pengayakan basah atau mengubah massa lembab menjadi kasar, gumpalangumpalan granul dengan pengayak yang berlubang-lubang kasar. Proses pengeringan diperlukan pada granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalangumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai padaa tingkat optimum. Setelah pengeringan, granul diayak kembali. b) Granulasi Kering Pada proses ini, komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk pertama diletakkan kedalam die yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut slugging. Slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang diperoleh kemudian dicetak menjadi tablet.

c) Kempa Langsung Ada beberapa zat berbentuk Kristal, seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin dapat dikompakkan dengan sedikit kesukaran dan dapat dikempa walau sejumlah obat dicampur dengannya. II.1.7 Kelebihan dan kekurangan setiap metode (Sugita, 2009) : a) Granulasi Basah Keuntungan : Kohesivitas dan ketermampatan serbuk ditingkatkan sebelum dan setelah pengempaan karena pengikat yang ditambahkan penyalut tiap partikel-partikel dapat dibentuk menjadi aglomerat yang disebut granul. Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani tanpa terjadinya masalah debu dan kontaminasi dari udara. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen campuran serbuk yang homogen selama pemprosesan/pemindahan dan penanganan. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat dan pelarut yang sesuai Kerugian : Pemakaian pelarut yang mudah menguap atau mudah terbakar dapat menimbulkan masalah baru. Proses pengerjaannya memakan waktu yang lebih panjang. b) Granulasi Kering Keuntungan : Pemakaian alat dan tempat yang lebih ekonomis. Proses slugging bertujuan untuk meningkatkan aliran waktu pencetakan. Karena mengalami dua kali atau lebih tekanan pengompakan menyebabkan kuatnya ikatan yang mengikat tablet. Granul dari slugging yang didapat mempunyai daya alir yang lebih seragam dibandingkan campuran awal. Kerugian : Sangat peka terhadap pemanasan dan lembab. Proses pengerjaannya memakan waktu yang lebih panjang.

c. Kempa Langsung Keuntungan : Membutuhkan waktu yang cepat. Bahan obat yang peka lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat granulasi, dapat dibuat menjadi tablet. Peralatan yang digunakan lebih sedikit. Kerugian : Sedikit bahan obat yang mampu dikompresi secara langsung. Banyak obat lain yang berdosis kecil, bahan aktifnya tidak dapat bercampur rata dengan pengisinya bila dikempa secara langsung. II.1.8 Komposisi Tablet (Voight, 1995) : a) Bahan pengisi Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil (misalnya alkaloida, hormon, vitamin, dan sebagainya) diperlukan bahan pengisi, untuk memungkinkan suatu pencetakan. Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan. b) Bahan pengikat Kelompok bahan pembantu ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet. c) Bahan pelincir Bahan pelincir diklasifikasikan lebih lanjut menjadi : 1. Bahan pengatur aliran Bahan pengatur aliran digunakan untuk memperbaiki daya alir massa atau granul yang dibuat tablet dan menjamin bahwa yang ditabletkan mudah mengalir. 2. Bahan pelican Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet dari ruang cetakan melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. 3. Bahan pemisah hasil cetakan Bahan pembantu ini berfungsi untuk menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak.

Bahan penghancur Bahan pembantu ini berperan dalam membantu proses hancurnya tablet. Bahan penahan lembab Bahan penahan lembab ini dapat mencegah pengeringan total dari granulat (menghindari retaknya tablet). Bahan pengadsorpsi Jika bahan obat berupa cairan encer atau liat (minyak atsiri, vitamin oleofil, ekstrak) akan dicetak menjadi tablet, pertamatama bahan ini harus ditambahkan behan pengadsorpsi yang sesuai (laktosa, pati, dll). II.1.9 Masalah-masalah pada tablet (Lachman, 1989) : a) Capping dan Laminasi Capping adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan sebagian atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau bawah dari mahkota tablet (croum) dari bagian utamanya. Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda. b) Pengelupasan dan Penempelan Pengelupasan adalah istilah untuk menerangkan permukaan bahan dari suatu tablet yang menempel pada dan dipisahkan dari permukaan tablet oleh punch. Penempelan berhubungan pula denganmelekatnya bahan tablet pada dinding die. Apabila terjadi penempelan, diperlukan tenaga tambahan untuk mengatasi gesekan antara tablet dengan dinding die selama pengeluaran tablet. c) Motling Motling adalah keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata, dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. d) Variasi berat Berat tablet yang dicetak ditentukan oleh banyaknya granul didalam ruang cetak sebelum dicetak. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengisian ruang cetak, akan mempengaruhi berat tablet dan variasi berat.

e) Aliran yang kurang baik Proses pengisian die didasarkan atas aliran granul yang kontinyu dan seragam dari hopper melalui rangka pengisi. Bila aliran kurang baik, granul cenderung bergerak kembang kempis melalui alat pengisi, sehingga beberapa die tidak terisi sempurna. f) Pencampuran yang kurang baik Kadang-kadang bahan pelincir dan pelicin tidak terbatas denga rata, akibatnya aliran partikel terganggu sehingga granul tidak mengalir secara efisien kedalam ruang cetak. g) Variasi punch Bila punch bagian bawah tidak sama panjang perbedaan hanya dapat sekian perseribu inci- isi dari masing-masing die berada karena isi volumetrik.

II.2

Studi Preformulasi Zat Aktif Sifat Fisika Kimia Zat aktif : Chlorpheniramine Maleat

Rumus kimia : C16H19ClN2.C4H4O4 Berat molekul : 390,9 gram/mol. Struktur kimia :

2-[p-kloro,-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina maleat Ditinjau chlorpheniramin dari rumus strukturnya gugus tersebut karbosilat

maleat

memiliki

(COOH), Cincin laktam (N-C3), unsur Cl, sehingga dengan adanya gugus tersebut masa chlorpheniramin maleat tersebut bersifat asam yaitu asam lemah (Gandjar, Rohman. 2007; Sarker dan Nahar, 2009). Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Dirjen POM, 1995). Kelarutan : Mudah larut dalam air (1:4) ; larut dalam etanol (1:10); dan dalam kloroform (1:10) ; sukar larut dalam eter dan benzena. Stabilitas : Tidak stabil terhadap cahaya. Chlorpheniramini maleat umumnya disimpan pada temperatur kurang dari 40oC, lebih baik lagi pada suhu 15-30oC. Chlorpheniramine maleat didapar pada pH 2, 4, 6, dan 8. Chlorpheniramine maleat akan mengalami penguraian oleh asam (McEvoy, 2002). Inkomp : Inkompatibilitas telah dilaporkan dengan kalsium klorida, kanamisin sulfat, noradrenaline (norephineprine) asam tartat, pentobarbital natrium dan meglumin antipioden (Reynolds, 1989). Titik lebur pH : 1300 C sampai 1350 C (Dirjen POM, 1995). : pH dari 1,0% larutan chlopheniramine maleat adalah 4,0 5,0 (Dirjen POM, 1979). pKa Kandungan : 9,1 (Suhu 250C) : Chlorpheniramini Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C16H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Farmakologi CTM (Chlorpheniramini Maleas) merupakan golongan antagonis reseptor-H1 (H1-blokers atau antihistaminika) generasi pertama, bekerja mengantagonis histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bonchi, saluran cerna, kandung kemih, dan rahim. Antihistamin H1 merupakan obat yang dapat menanggulangi gejala hipersensitivitas secara efektif, terutama bersin dan gatal-gatal di mata (Tjay dan Rahardja, 2007).

Mekanisme Kerja Chlorpheniramine mengikat reseptor H1 dengan cara antagonis kompetitif reversible pada sel efektor di saluran gastrointestinal, pembuluh darah dan saluran pernapasan (Katzung, 2001). Efek Samping Pada sistem pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, anoreksia. Pada sistem pernapasan, obat ini dapat menekan sistem pernapasan dan mengentalkan sekresi bronkial.. Pada saluran kencing, menimbulkan penurunan sekresi urin. Pada ginjal dapat menyebabkan poliuria dan pada sistem sirkulasi sitemik dapat mengakibatkan bradikardia (Katzung, 2001). Menyebabkan sedatif ringan yang disebabkan oleh depresi SSP dan daya anti kolinergis (Tjay dan Rahardja, 2007). Kontra Indikasi a. Pada pasien dengan hipersensitif terhadap antihistamin. b. Pada pasien dengan glaukoma sudut sempit. c. Pada pasien dengan riwayat asma . d. Pada pasien dengan terapi obat golongan MAOIs. e. Pada neonatal dan ibu menyusui (McEvoy, 2002) Peringatan Kehamilan dan Ibu Menyusui Merupakan kontraindikasi dan tidak digunakan sebelum trimester I, kontraindikasi pada saat menyusui. Geriatri Digunakan dengan perhatian karena menyebabkan peningkatan terjadinya efek samping karena penurunan fungsi organ terutama hati dan ginjal. Pasien dengan keadaan khusus Pada pasien dengan sirosis hati ataupun penyakit kerusakan hati lainnya, penderita asma, hipertensi dan penyakit jantung iskemik. (McEvoy, 2002)

Interaksi Obat Alkohol, CNS depressan, dan tricyclic antidepressant Menyebabkan terjadinya penekanan sistem saraf seperti mengantuk, pusing, penurunan koordinasi motorik. Obat obat golongan MAOIs Menyebabkan peningkatan efek antikolinergik dari

Chlorpheniramine (McEvoy, 2002)

II.3

Rancangan Formula Tiap tablet (50 mg) mengandung : Chlorpheniramine Maleat PVP Pati Kentang Talkum Avicel PH 102 Zink Stearat Laktosa 4 mg 5% 5% 5% 20% 1% ad 50 mg

II.4

Alasan Formulasi Chlorpheniramine maleat ini dibuat dalam dalam bentuk sediaan tablet kempa (tablet biasa). Hal dikarenakan zat aktif tersebut bersifat asam lemah. Dimana jika suatu zat bersifat asam lemah maka zat tersebut akan diserap baik pada lambung sehingga cocok jika dibuat tablet biasa. Selain itu, chlorpheniramine ini dibuat dalam bentuk tablet biasa karena indikasinya sebagai antihistamin untuk mengobati urtikaria, eksim, alergi dan asma, dimana untuk indikasi demikian cocok jika dibuat dalam bentuk tablet biasa.

II.5

Alasan Penambahan Zat Tambahan 1. PVP (Polivinilpirilidon) PVP digunakan sebagai pengikat karena : Mempunyai keuntungan sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol. PVP bagus untuk penggranulan hasil granul cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum dan

menghasilkasn daya kompatibilitas yang baik (Kuswayono, P.N, 2009). Polivinil adalah pengikat yang serbaguna dan salah satu yang paling banyak digunakan, mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut organik lain. Polivinilpirilidon biasanya digunakan sebagai pengikat dalam tablet karena pembuatan dengan pengikat ini mempunyai daya simpan yang lebih lama (Hidayati, I.L, 2007). Granul dengan polivinilpirilidon memilki sifat alir yang baik, sudut diam minimum menghasilkan fiver lebih sedikit dan daya kompatibilitasnya lebih baik. PVP sebagai bahan pengikat dapat digunakan dalam bentuk larutan berair maupun alkohol. PVP juga berkemampuan seperti pengikat kering, penggunaan PVP dapat menghasilkan granul dengan daya kompresi yang baik, selain itu juga menghasilkan tablet yang kuat dan cepat larut (Paramita, M.I, 2009). Konsentrasi PVP yang digunakan adalah sebesar 5%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa konsentrasi PVP sebagai pengikat adalah 0,5-5% (American Pharmaceutical Assosiation, 2009). 2. Pati Kentang Pati kentang digunakan sebagai bahan penghancur karena :
Pati kentang secara luas digunakan dalam formulasi tablet karena pati ini memiliki afinitas yang sangat baik untuk air dan mengembang pada saat terbasahi, kemudian membantu untuk merapuhkan dan menghacurkan netratix tablet, aksi desintegrasinya dalam tablet dikarenaka aksi kapiler karena bentuk steris amilum meningkatkan porositasnya tablet kemudian menyebabkan aksi kapiler (optimasi kecepatan desintegrasi dan rasa pda formulasi tablet terdesintgrasi cepat domperidon dengan superdesintegrasi pati kentang dan bahan pengisi manitol).

Pati tergolong bahan penghidrofil artinya pati akan meningkatkan porositas dan pembasahan tablet sehingga memudahkan penetrasi air melalui pori-pori kebagian dalam talet (kerja sumbu) yang menyebabkan terjadinya waktu hancur yang lebih cepat.

Konsentrasi pati kentang yang digunakan adalah sebesar 5%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa pati kentang dengan konsentrasi 5-10% cukup untuk membuat tablet dengan waktu hancur yang baik (Voight, 1995).

3. Talkum
Talkum digunakan sebagai bahan pelicin, karena :

Talk memiliki daya mengalir yang baik. Penambahan talk mampu memperbaiki daya mengalir basis lainnya. Daya pelincir dan pelicinnya yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur lusi yang berlapis dari talk (Voight, 1995).

Konsentrasi talk yang digunakan dalam sediaan ini adalah sebesar 5%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa konsentrasi talk sebagai pelicin adalah 1-10% (Excipient 6th , 2009).

4. Avicel PH 102 Avicel PH 102 digunakan sebagai antiadheren karena :


Avicel yang disebut sebagai selulosa mikrokristal memiliki sifat mengalir yang baik dan sifat-sifat pencetakan langsungnya bagus sekali (Lachman, 1989).

Digunakan avicel tipe PH 102, hal ini disesuaikan dengan metode pembuatan yang digunakan yaitu kempa langsung. Dimana avicel PH 102 lebih banyak dan sangat baik untuk digunakan pada proses pembuatan tablet secara kempa langsung (Lachman, 1989).

Kempa

langsung

menggunakan

bahan

tambahan

dengan

kompaktibilitas yang baik seperti mikrokristalin selulosa PH 102. Bahan ini sangat efektif untuk digunakan dalam pengempaan tablet berbahan aktif dosis kecil. Namun, untuk bahan aktif dosis besar dengan sifat fisik yang jelek seperti parasetamol, bahan tambahan ini harus digunakan dalam jumlah yang banyak (Gohel dan Jogani, 2005
Konsentrasi avicel yang digunakan dalam sediaan ini adalah sebesar 10%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa sebagai antiadheren adalah 5-20% sehingga digunakan 10% dimana avicel pada konsentrasi tersebut bersifat sebagai pengisi dan antiadheren (excipient 6th, 2009).

5. Zink stearat Zink stearat digunakan sebagai pelincir karena : Zinc stearat tidak larut dalam pelarut polar, tetapi larut dalam senyawa aromatic dan perklorinasi hidrokarbon bila dipanaskan. Zinc stearat digunakan sebagai bahan pelepasan dan pelumas yang dapat dengan mudah dimasukkan atau digabungkan (American Pharmaceutical Assosiation, 2009). Bahan yang dipakai sebagai pelumas berfungsi sebagai pelincir yang memudahkan pengeluaran produk setelah kompaksi (sintesis MMCS CV-AL2O3 dan temperatur sintering (American

Pharmaceutical Assosiation, 2009). Konsentrasi zinc stearat yang digunakan adalah sebesar 1%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa konsentrasi zinc stearat sebagai pelincir adalah 0,5-1,5% (American

Pharmaceutical Assosiation, 2009). 6. Laktosa Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena : Tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Bila digunakan proses granulasi basah harus digunakan laktosa hidrat. Laktosa USP adalah bahan baku yang paling digunakan dalam formulasi tablet laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasikan dengan zat aktif baik digunakan dlam bentuk hidrat atau anhidrat Dalam Sediaan Farmasi (Karakteristik Dan Aplikasi) II.6 Uraian Bahan 1. Chlorpheniramine Maleat Nama Kimia Rumus kimia : Chlorpheniramine Maleat : C16H19ClN2.C4H4O4

Struktur kimia

2-[p-kloro,-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina maleat Berat molekul Pemerian Penyimpanan : 390,87 gram/mol. : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit. : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995). Kelarutan : Mudah larut dalam air (1:4) ; larut dalam etanol (1:10); larut dalam kloroform (1:10) ; sukar larut dalam eter dan benzena. Stabilitas Terhadap cahaya : Tidak stabil terhadap cahaya Terhadap suhu : Chlorpheniramini maleas umumnya disimpan pada temperatur kurang dari 40oC, lebih baik lagi pada suhu 15-30oC. Terhadap pH : Didapar pada pH 2, 4, 6, dan 8 (McEvoy, 2002).

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas telah dilaporkan dengan kalsium klorida, kanamisin asam sulfat, tartat, noradrenaline pentobarbital

(norephineprine)

natrium dan meglumin antipioden (Reynolds, 1989). 2. Talkum (FI III, hal 591,FI IV hal 771, HOPE 6th , hal 767)
Nama Resmi Nama lain RM/BM Pemerian : Talcum : Talk : Mg6(Si2O5)4(OH)4 : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran

Kelarutan Penyimpanan

: Tidak larut hampir dalam semua pelarut : Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering

Kegunaan Stabilitas

: Glidan, pelicin : Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada 1600C selama tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat dihasilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi. Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk dan kering

Inkompatibilitas : Kompatibel kuartener. 3. Avicel (HOPE 5th, hal 132-135) Nama Resmi Nama Lain RM/BM Pemerian

dengan

senyawa

ammonium

: Microcrystaline Cellulose : Avicel : (C6H10O5)n : Serbuk kristalin, putih, tidak berbau, tidak berasa, tersusun atas partikel-partikel berpori, higroskopis

Kelarutan

: Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v, praktis tidak larut dalam air, asam encer, dan sebagian besar pelarut organik.

Kegunaan

: Pengisi

tablet

(konsentrasi

10-90% 5-15%

b/b0, b/b)

penghancur

tablet

(konsentrasi

adsorben (20-90%) dapat digunakan untuk metode kempa langsung maupun granulasi basah. Stabilitas : Avicel stabil meskipun higroskopis harus

disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering Inkompatibilitas : Bahan-bahan pengoksidasi kuat. 4. Pati Kentang (FI IV, hal 108. HOPE 6th, hal 685-689) Nama Resmi Nama lain RM/BM Pemerian Kelarutan : Amylum solani : Pati kentang : : Serbuk sangat halus, putih : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol

Penyimpanan Kegunaan

: Dalam wadah tertutup rapat : Pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul, pengikat tablet dan bahan penebal.

Stabilitas

: Amilum

kering

stabil yang

jika

terlindung

dari

kelembaban

tinggi.

Amilum

dipertimbangkan menjadi inert secara kimiawi dan mikrobiologi dibawah kondisi penyimpanan

normal. Larutan amilum atau pasta secara fisika tidak stabil dan dengan mudah dimetabolisme untuk itu harus disiapkan secara segar ketika digunakan dalam metode granulasi basah. Inkompatibilitas : Inkom dengan bahan-bahan pengoksidasi kuat, berwarna senyawa inklusi yang terbentuk dengan iodin. 5. Zinc Stearat (Handbook Of Pharmaceutical Excipient 5th, hal 812) Nama Resmi Nama Lain RM/BM Pemerian Kelarutan : Zinc stearate : Zinc Stearat : C36H70O4Zn/632,32 : Hablur putih, hidropobik, bau khas : Praktis tidak larut dalam etanol 90%, eter, air, larut dalam asam dan pelarut organic lainnya Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering Stabilitas : Stabil dan harus disimpan ditempat yang tertutup, sejuk dan kering. Inkompatibilitas : Zinc stearat terurai oleh asam encer dan kompatibel dengan oksidator kuat. 6. PVP (Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th Edition) Nama Resmi Nama lain RM/BM : Povidone : Povidonum, Polyvinyl pyrrolidone : (C6H9NO)n/ 2500-3.000.000

Pemerian

: Halus, berwarna putih, putih hingga trem, tidak berbau atau hampir tidak berbau, bubuk

higroskopis Kelarutan : Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, methanol, dan air, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik. : Sebagai penghancur, bahan pensuspensi dan sebagai bahan pengikat pada tablet Stabilitas : Povidone menjadi gelap sampai batas tertentu pada pemanasan suhu 1500C dengan penurunan daya larut. Povidone stabil pada siklus pemanasan cahaya yang singkat 110-1300C, sterilisasi uap larutan cair tidak mengubah sifat-sifatnya. Inkompatibilitas : Povidone kompatibel dalam larutan dengan berbagai garam-garam anorganik, resin alami, dan sintetik, dan bahan-bahan kimia lainnya. Povidone membentuk molekul-molekul dalam larutan

dengan sulfatiothole, natrium salisilat, senyawa fenobarbital, tanin dan senyawa-senyawa lain. 7. Laktosa (FI IV hal. 488, Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th) Nama Resmi Sinonim RM/BM Pemerian : Lactosum : Laktosa : C12H22O11/342,30 : Serbuk atau massa hablur, keras putih atau putih krem tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol tidak larut dalam kloroform dan dalam eter Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai bahan pengisi

Kestabilan

: Pertumbuhan jamur dapat terjadi dibawah kondisi lengas (80% RH dan lebih tinggi) laktosa dapat menghasilkan pewarnaan coklat pada

penyimpanan reaksi dimulai dengan cepat dari pemanasan, kondisi lembab pada 80oC dan 80% RH. Isi dari tablet laktosa anhidrat menunjukan perkembangan pada 1-2 jam setelah sehari. Laktosa anhidrat dpat disimpan pada wadah tertutup baik dan tempat yang kering Incompatibilities : Reaksi kondensasi hailand tupe mungkin terjadi antar senyawa laktosa dengan kelompok berwarna coklat reaksi ini terjadi lebih mudah daripada bahan amorf dengan Kristal laktosa materi kering yang mengandung laktosa amorf 10% yang rentang terhadap perubahan warna. II.7 Perhitungan Bahan CTM = 4 mg PVP 5% = x 50 mg= 2,5 mg x 50 mg= 2,5 mg

Pati Kentang 5% = Talkum 5% =

x 50 mg= 2,5 mg x 50 mg= 10 mg x 50 mg= 0,5 mg

Avicel PH 102 20% = Zink stearat 1% =

Laktosa ad 50 mg = 50 mg (4+2,5+2,5+2,5+10+0,5) mg = 50 mg 22 mg = 28 mg

II.8

Perhitungan Dosis DM Chlopheniramine Maleat = 2 mg 4 mg / 6 mg 16 mg Sekali Untuk anak-anak (Diatas 8 tahun) = = = 0,8 1,6 mg

Untuk dewasa (Diatas 20 tahun) = =

Sehari Untuk anak-anak (Diatas 8 tahun) = = = 2,4 6,4 mg

Untuk dewasa (Diatas 20 tahun) = = -

II.9

Penentuan aturan pakai Untuk anak-anak diatas 8 tahun = 3 x tablet = 3 x 2 mg = 6 mg (TOD) Untuk dewasa diatas 20 tahun = 3 x 1 tablet = 3 x 4 mg = 12 mg (TOD)

II.10 Metode Pembuatan Metode pembuatan yang digunakan yaitu metode kempa langsung. Hal ini dikarenakan dalam sediaan ini mengandung zat aktif CTM yang memiliki kompresibilitas yang baik dan memiliki sifat aliran yang baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet serta dosisnya relativ kecil. Dimana metode kempa langsung sangat cocok untuk bahan aktif dengan sifat-sifat seperti demikian. Selain itu kempa langsung dapat dilakukan untuk zat aktif yang tidak mungkin dilakukan dengan metode granulasi basah (tidak tahan lembab dan panas) dan granulasi kering (yang melibatkan kompresi tinggi). Adapun tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut : 1. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan 2. Dicampurkan semua bahan 3. Dikempa langsung menjadi tablet

You might also like