You are on page 1of 7

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

UNJUK KERJA COIL TUBE HEAT EXCHANGER DIDALAM ENCLOUSURE

Putut Jatmiko Dwi Prasetio Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin Politeknik Kediri pututjatmiko@yahoo.com

Abstrak

Penukar panas jenis pembuluh terdiri dari tube yang dibuat berlekuk-lekuk (coil). Pada penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap unjuk kerja dari penukar panas jenis pembuluh dengan tujuan untuk mendapatkan unjuk kerja (effectivennes) dari penukar panas yang optimal. Pada penelitian ini penukar panas diletakkan ditengah dalam enclosure dengan maksud agar luas permukaan perpindahan panas pada tube menjadi maksimal, sehingga laju perpindahan panasnya menjadi baik dalam sistem yang memanfaatkan konveksi alamiah pada sisi udara pendingin. Eksperimen ini dilakukan pada temperatur oil masuk penukar panas (Toil,in) yang konstan, yaitu 70C. Parameter yang divariasikan adalah gap ratio yang merupakan perbandingan antara lebar rongga dalam enclosure dengan diameter tube dari oil ). Adapun variasi dari gap ratio penukar panas (S/D), dan laju alir massa oil ( m adalah 1,575; 2,625; 3,675 dan 4,725. Sedangkan variasi dari laju alir massa oil adalah 0,008 kg/s; 0,012 kg/s; 0,016 kg/s dan 0,020 kg/s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada gap ratio kecil (1,575 S/D < 2,625) dan pada gap ratio sedang (2,625 S /D < 3,675) terjadi penurunan laju perpindahan panas oil yang signifikan, adapun pada gap ratio besar (3,675 S/D 4,725) penurunan laju perpindahan panas oil cenderung tidak begitu signifikan lagi. Sedangkan pada beban panas rendah oil < 0,012 kg/s) dan beban panas tinggi (0,016 kg/s m oil 0,020 kg/s) (0,008 kg/s m terjadi kenaikan laju perpindahan panas oil yang signifikan, adapun pada beban oil < 0,016 kg/s) kenaikan laju perpindahan panas oil panas sedang (0,012 kg/s m cenderung tidak begitu signifikan. Didapatkan pula bahwa penukar panas dengan gap ratio 1,575 dan laju alir massa oil 0,020 kg/s akan menghasilkan unjuk kerja (effectivennes) paling besar yaitu 0,586 dengan laju perpindahan panas oil yang terjadi adalah sebesar 25,86 W.
Kata Kunci : penukar panas, konveksi alamiah, enclosure, gap ratio, laju alir masa oil, laju perpindahan panas, effectivennes.

PENDAHULUAN Latar Belakang Penukar panas telah digunakan secara luas pada berbagai bidang teknik, salah satu contoh pemakaiannya adalah pada sistem refrigerasi. Penukar panas pada sistem refrigerasi, dalam hal ini ISSN 2252-4444

kondensor berfungsi untuk melepas panas refrigeran ke udara supaya refrigeran dapat terkondensasi. Pada refrigerator yang lama, kondensornya berupa pembuluh (tube) yang berleku-lekuk (coil) dengan ditambahi kawat (wire) yang ditempelkan pada pembuluh tersebut. Penambahan kawat tersebut berfungsi

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

sebagai sirip (fin) dengan maksud untuk memperbesar luasan perpindahan panas. Kondensor tersebut diletakkan di bagian belakang dari refrigerator dan berhubungan secara langsung dengan udara bebas. Sedangkan pada refrigerator yang sekarang, desain kondensornya hampir sama dengan kondensor pada refigerator yang lama yaitu berupa pembuluh yang berlekuklekuk tetapi tanpa menggunakan sirip, disamping itu terdapat perbedaan mengenai penempatan (posisi) dari kondenser pada refrigerator. [1] D.T.Newport melakukan penelitian baik secara eksperimental maupun numerik yang mengamati interaksi termal antara silinder isotermal yang terletak dipusat isotermal cubical enclosure dengan pendinginan air. Penelitian ini terbatas pada aliran laminar dan Rayleigh Number untuk silinder pada kisaran 104. Nanang Setyoadi [2] telah melakukan penelitian eksperimental mengenai konveksi alamiah yaitu tentang pengaruh gap ratio dan laju alir massa fluida panas terhadap unjuk kerja dari penukar panas yang diletakkan di tengah dalam saluran vertikal.

oil ). dan laju alir massa fluida panas ( m Penelitian ini dilaksanakan dengan cara memvariasikan lebar rongga dalam enclosure dan laju alir massa fluida panas.

Batasan Masalah Adapun batasanbatasan yang perlu diambil agar pembahasan berlangsung dengan baik, yaitu berupa asumsiasumsi sebagai berikut : 1. Temperatur ruangan tempat pengujian dalam kondisi yang tetap (konstan). 2. Sistem beroperasi dalam kondisi tunak (steady state). 3. Sifatsifat (properties) dari fluida kerja adalah konstan. 4. Efek radiasi diabaikan. 5. Geometri dari penukar panas adalah tetap, hanya dilakukan perubahan gap ratio untuk setiap perubahan laju alir massa fluida panas. 6. Fluida panas yang digunakan adalah oil sedangkan fluida dingin adalah udara. 7. Fluida panas selama proses pengujian tidak mengalami perubahan fase. 8. Salah satu dinding vertikal dikondisikan adiabatik yaitu berupa isolator (sterofoam), sedangkan dinding vertikal lainnya sebagai dinding konveksi yaitu berupa pelat datar vertikal. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang 9. Dinding horizontal atas dan bawah dikondisikan adiabatik yaitu berupa penulisan ini, dengan maksud untuk isolator (sterofoam). menghasilkan suatu penukar panas jenis pembuluh dengan unjuk kerja yang optimal maka melalui penelitian ini akan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan kajian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju dilakukan adalah sebagai berikut : mengetahui pengaruh perpindahan panas dan unjuk kerja dari 1. Untuk perubahan gap ratio terhadap laju penukar panas jenis pembuluh yang perpindahan panas yang terjadi pada diletakkan ditengah dalam enclosure. penukar panas jenis pembuluh yang Adapun faktor-faktor tersebut adalah gap diletakkan ditengah dalam enclosure. ratio (S/D) yaitu perbandingan antara lebar 2. Untuk mengetahui pengaruh laju alir rongga dalam enclosure (S) dengan massa fluida panas terhadap diameter pembuluh dari penukar panas (D) perpindahan panas yang terjadi pada ISSN 2252-4444

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

3.

penukar panas jenis pembuluh yang diletakkan ditengah dalam enclosure. Untuk mengetahui pengaruh perubahan gap ratio dan pengaruh perubahan laju alir massa fluida panas terhadap unjuk kerja dari penukar panas jenis pembuluh yang diletakkan ditengah dalam enclosure melalui parameter effectiveness. TINJAUAN PUSTAKA

D.T.Newport[1] telah melakukan penelitian baik secara eksperimental maupun numerik yang mengamati interaksi termal antara silinder isotermal yang terletak dipusat isotermal cubical enclosure dengan pendinginan air. Riset dengan metode numerik digunakan untuk memprediksi distribusi temperatur dan angka Nusselt disekitar silinder dan pelat enclosure. Metode eksperimen digunakan untuk memverifikasi hasil numerik dengan interferometer jenis Michelson dan MachZender. Penelitian ini terbatas pada aliran laminar dan Rayleigh untuk silinder pada kisaran 104. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa angka Nusselt pada permukaan silinder bervariasi, dimana angka Nusselt terbesar terjadi pada daerah depan silinder (stagnasi) dan terendah di daerah belakang silinder (upstream). Sedangkan untuk pelat enclosure yang dijaga isotermal, angka Nusselt terendah pada daerah pojok (corner). Hal ini dikarenakan fluida didaerah corner banyak kehilangan momentum akibat resirkulasi, sedangkan daerah dibawah corner mempunyai angka Nusselt yang tinggi karena aliran mengalami Reattached. Nanang Setyoadi [2] telah melakukan penelitian eksperimental mengenai konveksi alamiah yaitu tentang pengaruh gap ratio dan laju alir massa fluida panas terhadap unjuk kerja dari penukar panas yang diletakkan di tengah dalam saluran

vertikal. Pada penelitian tersebut digunakan pembuluh dengan diameter 3/8 inchi (9,53 mm) berupa koil yang terdiri dari 12 laluan. Jarak antar pembuluh adalah 50 mm. Sebagai fluida panas digunakan oli thermia B, sedangkan fluida dingin berupa udara. Laju alir massa fluida panas bervariasi mulai 0.012, 0.014, 0.015, 0.017, 0.026 kg/s. Sedangkan blockage ratio adalah perbandingan antara jarak rongga dalam saluran vertical dengan diameter pembuluh yaitu perbandingan antara jarak sterofoam ke pelat vertikal dengan diameter pembuluh dimana untuk memvariasikan gap ratio yaitu diperoleh dengan variasi jarak sterofoam ke pelat vertikal (S), yaitu 15, 25, 35, 45 dan 55 mm. Dan hasil dari eksperimen tersebut dipresentasikan sebagai berikut :
Laju perpan fluida panas Vs Jarak rongga
400 350 m = 0.012 kg/s

Laju Perpan (W)

300 m = 0.014 kg/s 250 m = 0.015 kg/s 200 150 100 50 1,58 2,63 3,68
S/d
6

m = 0.017 kg/s m = 0.026 kg/s

4,74

5,79

Laju Perpan Fluida Panas Vs Laju Aliran Massa


400 350
S/d = 1.58

Laju Perpan (W)

300
S/d = 2.63

250
S/d = 3.68

200 150 100 50 0,012 0,014 0,015 0,017 0,026 Laju Aliran Massa (kg/s)

S/d = 4.74 S/d = 5.79

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Laju Perpindahan Panas Fluida Panas Dengan Gap Ratio Dan Laju Alir Massa Fluida Panas

ISSN 2252-4444

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

Effisiensi Plat Vs Jarak Rongga


10 8 6 4 2 0 1,58 2,63 3,68 4,74 5,79 m = 0.012 kg/s m = 0.014 kg/s

perbedaan temperatur. Perpindahan panas dapat terjadi melalui tiga cara yaitu secara konduksi, radiasi dan konveksi.

Eff (%)

m = 0.015 kg/s m = 0.017 kg/s m = 0.026 kg/s

METODOLOGI Variabel Penelitian Guna mengetahui parameter bebas yang berpengaruh dalam studi eksperimen ini maka perlu dilakukan analisa tak berdimensi. Dengan analisa tak berdimensi dapat diketahui parameter yang berpengaruh tanpa harus menggunakan banyak kombinasi pengujian dan dapat didapatkan hubungan antar parameter yang berpengaruh tersebut. Tabel 1. Parameter Bebas

S/d

10 8

Effisiensi Plat Vs Laju Aliran Massa

S/d = 1.58 S/d = 2.63 S/d = 3.68

Eff (%)

6 4 2 0 0,012 0,014 0,015 0,017 0,026

S/d = 4.74 S/d = 5.79

Laju Aliran Massa (kg/s)

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Efisiensi Pelat Dengan Gap Ratio Dan Laju Alir Massa Fluida Panas
Effisiensi Udara Vs Jarak Rongga 100 m = 0.012 kg/s m = 0.014 kg/s

Eff (%)

95

m = 0.015 kg/s m = 0.017 kg/s m = 0.026 kg/s

90 1,58 2,63 3,68 4,74 5,79

S/d

Effisiensi Udara Vs Laju Aliran Massa 100 S/d = 1.58 S/d = 2.63

Eff (%)

S/d = 3.68 S/d = 4.74 S/d = 5.79

95

90 0.012 0.014 0.015 0.017 0.026 Laju Aliran Massa (kg/s)

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Efisiensi Udara Dengan Gap Ratio Dan Laju Alir Massa Fluida Panas Salah satu bentuk transfer energi pada suatu sistem adalah proses perpindahan panas. Proses ini merupakan aliran energi sebagai akibat adanya

ISSN 2252-4444

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

Start

Tabel 2. Data Hasil Eksperimen

Menentukan parameter yang diubah : Lebar rongga enclosure (S) & Mass flow

Digunakan HE dengan o Tf,in = 70 C Memasang HE

Setting awal Mass flow = 0.008 kg/s S = 15 mm

Setting [Mass Flow]

Setting [S]

Mass Flow : 0.012 kg/s 0.016 kg/s 0.020 kg/s

HE dengan S = 25 mm S = 35 mm S = 45 mm

Tunggu Steady

Catat Data : 1. Temp. Fluida out, Tf,out 2. Temp. Pelat, Tp 3. Temp. Tube, Tt 4. Temp. Udara dalam, T ,1 5. Temp. Udara luar, T ,2

Tabel 3. Data Hasil Eksperimen

tidak

S = 45 mm ya

tidak

Mass Flow = 0.020 kg/s ya End

Gambar 4. Alur Kerja Tabel 4. Data Hasil Eksperimen

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilakukan dengan memvariasikan gap ratio dan laju alir massa fluida panas. Dengan gap ratio sebagai berikut : 1.575, 2.625, 3.675, 4.725, sedangkan untuk laju alir massa yaitu : 0,008 kg/s; 0,012 kg/s; 0,016 kg/s; 0,020 kg/s. Pengambilan data dilakukan setelah sistem dalam kondisi steady. Dengan temperatur kamar dan tekanan 1 atm, diperoleh data sebagai berikut :

ISSN 2252-4444

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

pana aktual yang bisa dipindahkan semakin mendekati jumlah panas maksimum yang munkin dapat dipindahkan oleh penukar panas tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dari hasil pengujian dan kemudian dilakukan analisa, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada laju alir massa oil yang sama, penambahan gap ratio akan menurunkan laju perpindahan panas oil. Pada gap ratio < 3,675 penurunan laju perpindahan panas oil lebih dominan dibandingkan pada gap ratio > 3,675. Sedangkan pada gap ratio yang sama, penambahan laju alir massa oil akan menaikkan laju perpindahan panas oil. Pada sistem enclosure ini, laju perpindahan panas pelat tidak sama dengan laju perpindahan oil diakibatkan adanya kebocoran panas pada isolasi, tetapi kebocoran panas tersebut tidak terlalu signifikan, dimana kebocoran panas terbesar yaitu 3,5 % dari laju perpindahan panas oil. Laju perpindahan panas oil dan laju perpindahan panas pelat terendah diperoleh pada laju alir massa oil terkecil (0.008 kg/s) dengan gap ratio = 4.725. Sedangkan laju perpindahan panas oli dan laju perpindahan panas pelat tertinggi diperoleh pada laju alir massa oil terbesar (0.020 kg/s) dengan gap ratio = 1.575. Pada laju alir massa oil yang sama, penambahan gap ratio akan mengakibatkan harga effectivennes menjadi semakin kecil. Pada gap ratio < 3,675 penurunan effectivennes lebih dominan dibandingkan pada gap ratio > 3,675. Sedangkan pada gap ratio yang sama, penambahan laju alir massa oil

2.

3.

4. Gambar 5. Alur Perhitungan Unjuk kerja suatu penukar panas dapat ditinjau dari harga efectivennes-nya. Semakin besar harga efectivennes-nya, maka penukar panas tersebut semakin baik dalam melepaskan panas karena jumlah ISSN 2252-4444

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

5.

akan mengakibatkan harga effectivennes menjadi semakin besar. Effectivennes terendah diperoleh sebesar 0,523 pada laju alir massa oil terkecil yaitu 0.008 kg/s dengan gap ratio terbesar yaitu 4,725. Sedangkan effectivennes tertinggi diperoleh sebesar 0,586 pada laju alir massa terbesar yaitu 0.020 kg/s dengan gap ratio terkecil yaitu 1,575. DAFTAR PUSTAKA

Newport D. T., On the Thermal Interaction Between an Isothermal Cylinder an Its Isothermal Enclosure for Cylinder Rayleigh Numbers of Order 104, Journal of Heat Transfer vol. 133 pp. 1052-1061, 2001. Nanang Setyoadi, Studi Eksperimental Pengaruh Gap Ratio Dan Laju Alir Massa Terhadap Unjuk Kerja Dari Penukar Panas Diletakkan DiTengah Dalam Saluran Vertikal, Teknik Mesin-ITS, 2003. Bejan, A., Heat Transfer, John Wiley and Sons, Inc, New York, 1993. Holman, J. P., Alih Bahasa oleh Jasjfi E., Perpindahan Kalor, Erlangga, Indonesia, 1988. Incropera, Frank, P., and DeWitt, David P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, 4th ed, John Wiley and Sons, Inc, New York, 1996.

ISSN 2252-4444

You might also like