You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Teknologi Produksi Tanaman III yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna. Begitu pula dengan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini di kemudian hari dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kami maupun bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis,

DAFTAR ISI

BAB I
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 2

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tanaman sawi berbeda dengan petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga bisa ditanam di dataran rendah batang sawi lebih ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Sawi yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal dengan nama caisim (Nazaruddin, 2003 dalam Friska, 2008). Tanaman sawi dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Angiospermae (Divisi), Dicotyledoneae (kelas), Cruciferae ( Famili), Brassica (Genus) dan Brassica juncea (Spesies) (Bailey, 1963 dalam Friska, 2008). Suku Cruciferae merupakan sayuran paling populer dan diusahakan secara luas (Williams, 1993, dalam Friska, 2008). Tanaman sawi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bentuk batang yang pendek, tegap dan daunnya lebar berwarna hijau tua. Daun-daunnya mempunyai tangkai yang pipih (Suryono dan Rismunandar, 1981, dalam Friska, 2008); akarnya tunggang serta biji sawi berbentuk bulat pipih dan berwarna kuning kecoklatan (Rubatzky, 1999, dalam Friska, 2008). Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan biji. Kebutuhan benih sawi per hektar hanya 700 g. Sebelum dikebunkan biji sawi harus disemaikan dahulu. Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindahkan ke lahan (Nazaruddin, 2003, dalam Friska, 2008). Sawi dikenal mempunyai tiga varietas (Anonim, 1992 dalam Friska, 2008) yaitu : A.) Sawi Putih, Sawi putih rasanya enak, daunnya lebar berwarna hijau tua, halus, bertangkai panjang, dan bersayap. Sayapnya melengkung ke bawah. B.) Sawi Hijau, Sawi ini rasanya agak pahit, batangnya pendek dan tegap. Daunnya lebar berwarna hijau keputih-putihan dan bertangkai pipih. C.) Sawi Huma, Batangnya kecil dan panjang. Daunnya panjang sempit berwarna hijau keputih-putihan, bertangkai, dan bersayap. Sawi ini rasanya enak dan tumbuh baik di tempat-tempat yang agak kering atau di tegalan. Tanaman sawi mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Ryder, 1979 dalam Friska, 2008). Tindall (1983) dalam Friska, 2008 menyatakan bahwa daun sawi yang digunakan
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 3

sebagai sayuran mengandung glukosida dan sinirgin. Berikut klasifikasi sawi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea L Syarat Tumbuh Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan, sehingga ia dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang diinginkan adalah tanah gembur, kaya dengan bahan organik, dan drainase yang baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7. Sawi tidak cocok ditanam di tempat yang suhunya tinggi dan tumbuh baik di atas ketinggian 700m atau lebih (MacDonald and Low, 1984 dalam Friska, 2008). Tanah Sebagai Media Tumbuh Tanaman Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989 dalam Anonimus, 2010). Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaan-nya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002 dalam Anonimus, 2010).
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 4

Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati dan karenanya menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun karena dapat didaur ulang untuk nutrisi tanaman (Rao, 1994 dalam Friska, 2008). Bahan organik umumnya ditemukan di pemukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar (Allison, 1973 dalam Friska, 2008). Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Banyak sumber bahan organik yang cukup berpotensi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Beberapa sumber bahan organik yang cukup penting dan telah banyak digunakan adalah sisa tanaman , pupuk hijau, pupuk kandang dan kompos (Hardjowigeno, 2003 dalam Friska, 2008). 1.2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai rekayasa media tumbuh tanaman semusim berorgan target daun yaitu sawi (Brassica juncea L) , pengaruh berbagai macam media tanam terhadap perkembangan tanaman. Selain itu, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teknologi Produksi Tanaman III.

BAB II PEMBAHASAN
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 5

2.1. Media Tanam Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989). Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan terse-but, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaan-nya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002). Tanah Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Sifat fisik tanah yang ter-penting untuk menentukan daya penyediaan unsur hara dan penyediaan air serta udara adalah tekstur dan struktur tanah (Soepardi, 1983; Islam dan Utomo, 1995). Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dan sebagai bahan campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik sebagai campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Darajat, 2003 da-lam Yushanita, 2007). Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan men-jadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan organik. Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda, sebagai contoh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki KTK yang ren-dah disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan tambahan unsur hara N, P, K, Ca,
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 6

Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidro-oksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993). Pasir Pasir adalah silika murni dengan ukuran antara 0.5 - 2 mm, pada umumnya pasir digunakan untuk media campuran karena mudah didapat dan murah, tetapi pasir merupakan media yang paling berat dari semua media pengakaran. Pasir ditambahkan ke dalam media untuk meningkatkan porositas dan daya menahan air, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi lubang-lubang drainase (Harjadi, 1989; Poerwanto, 2003). Pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi tetap atau sesuai dengan aliran konstan untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur dengan bahan lain bertujuan agar media tersebut mempunyai aerasi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Soepardi, 1983). Pasir memiliki kapasitas menahan kelembaban yang sangat rendah dan kandungan hara rendah. Pasir sangat penting karena dapat meningkatkan ruang pori dan memper-baiki aerasi tanah (Yushanita, 2007). Kompos Kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi yang lengkap bagi tanaman. Kompos terbuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber, seperti: sekam, pupuk kandang, jerami padi, daun-daunan, dan lain-lain. Semakin beragam sumber bahan organik yang dikandung suatu media maka semakin tinggi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002). Kompos memiliki dua fungsi yaitu sebagai: (1) soil conditioner yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering; dan (2) soil ameliorator yang memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK). Manfaat dari kompos adalah: (1) mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimiawi maupun biologis; (2) mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman; (3) mengurangi tumbuhnya tanaman pengganggu; dan (4) dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat (Santoso, 1998).
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 7

Serbuk Sabut Kelapa Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sa-but kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35 % dari total buah kelapa yang telah masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena me-ngandung unsur kalium dan fosfor (Palungkun, 1992). Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tumbuh karena mem-punyai kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban (80 %), memiliki kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai rasio C/N rendah yang mempercepat N tersedia dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Susilawati, 2007). Arang Sekam Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Menurut hasil analisis Japa-nese Society dalam Krisantini et al. (1993), jenis arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 (52 %), dan C (31 %), komponen lain adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan CuO dalam jumlah sedikit serta bahan-bahan organik. Arang sekam digunakan dalam campuran media karena sangat ringan (be-rat jenis = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, da-pat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih, 1994). Di dalam media tanam arang sekam berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau tidak sedap dan racun dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu arang mempunyai daya serap air yang tinggi (Arifin dan Andoko,.2004). Pupuk Kandang

Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III

Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air seni, ampar-an, dan sisa makanan. Susunan kimia dari pupuk kandang tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan he-wan, sifat dan jumlah amparan, cara mengurus, dan menyimpan pupuk sebelum dipakai. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tergolong leng-kap, tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian besar hilang oleh pencucian dan dekomposisi anaerob, terutam unsurunsur N, P, dan K (Yushanita, 2007). Salah satu jenis kotoran hewan yang banyak digunakan untuk menyedia-kan unsur hara bagi tanaman adalah kotoran unggas. Pupuk kotoran ayam mem-berikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi terhadap pertumbuhan tanaman, karena pupuk kotoran ayam kering mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan pupuk kotoran kambing dan sapi. Ko-toran ayam mempunyai kandungan hara (terutama unsur N dan P) serta bahan or-ganik yang tinggi (Tisdale dan Nelson, 1975). 2.2. Aplikasi Rekayasa Media Tumbuh Limbah Lumpur Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Pesatnya perkembangan kelapa sawit di Indonesia didukung oleh kondisi pedoagroklimatnya yang memang sangat sesuai untuk tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit juga memiliki keunggulan produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sekitar 7 ton/ha produksi kelapa sawit, sedangkan kedelai menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha produksi kedelai (Elisabeth dan Ginting, 2003). Selain produksi minyak yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon (Utomo danWidjaja, 2004). Pada umumnya, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik yang cukup tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan berupa
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 9

tandan kosong kelapa sawit, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, dan sludge/lumpur. Lumpur sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses pemerasan dan ekstraksi minyak (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982). Larutan buangan ini langsung dialirkan ke selokan, kolam, atau sungai di sekitar pabrik. Komposisi limbah lumpur sawit (sludge) di pabrik kelapa sawit Kertajaya adalah air 84.87%, padatan 13.31% dan minyak 1.82%. Kandungan lemak dan protein yang relatif tinggi tersebut menjadikan limbah lumpur sawit (sludge) dan serat merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Limbah lumpur kering kelapa sawit yang terdiri dari sludge dan serat cukup potensial untuk diolah lebih lanjut. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai pakan ternak. Dalzell (1978) setelah melakukan penelitian dengan menambahkan limbah kelapa sawit pada makanan sapi , akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yang potensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilai tambah pada pabrik pengolahan kelapa sawit. Berikut data percobaan tentang pemanfaatan limbah lumpur kelapa sawit : A = Tanah B = Tanah + 50% NPK C = Tanah + 100% NPK D = Tanah + 20% limbah lumpur kering E = Tanah + 30% limbah lumpur kering F = Tanah + 40% limbah lumpur kering G = Tanah + 50% NPK + 20% limbah lumpur kering H = Tanah + 50% NPK + 30% limbah lumpur kering I = Tanah + 50% NPK + 40% limbah lumpur kering J = Tanah + 100% NPK + 20% limbah lumpur kering K = Tanah + 100% NPK + 30% limbah lumpur kering L = Tanah + 100% NPK + 40% limbah lumpur kering

Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III

10

Perlakuan dengan pemberian limbah lumpur kering (LS) 20% + NPK 50%, LS 30% +NPK 50%, dan LS 40%+NPK 50% mampu menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produktifitas tanaman sawi (Brassica juncea) jika dibandingkan dengan NPK 100%. Perlakuan dengan pemberian LS 20%+NPK 50%, LS 30%+NPK 50%, dan LS 40% +NPK 50% mampu meningkatkan populasi total mikroorganisme tetapi tidak mampu meningkatkan populasi total fungi jika dibandingkan dengan NPK 100%. Penambahan limbah lumpur kering kelapa sawit ke dalam media tanam tanaman sawi (Brassica juncea) mampu menggantikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sawi untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Dinamika populasi total mikroorganisme dan total fungi sebagian besar mengalami kenaikan tetapi ada juga beberapa perlakuan yang mengalami penurunan. 2.3. Bahan Organik Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati dan karenanya menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun karena dapat didaur ulang untuk nutrisi tanaman (Rao, 1994). Bahan organik umumnya ditemukan di pemukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifatsifat tanah sangat besar (Allison, 1973). Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Banyak sumber bahan organik yang cukup berpotensi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Beberapa sumber bahan organik yang cukup penting dan telah banyak digunakan adalah sisa tanaman , pupuk hijau, pupuk kandang dan kompos (Hardjowigeno, 2003). Adapun pengaruh bahan organik
terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah:

a. sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah b. sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain c. menambah kemampuan tanah untuk menahan air d. menambah kemampuan tanah untuk menjerap unsur hara (kapasitas tukar
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 11

kation tanah menjadi lebih tinggi) e. sumber energi bagi mikroorganisme. Menurut Stevenson (1994), bahan organik dapat meningkatkan kandungan air pada kapasitas lapang. Bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan juga mikroorganisme tanah.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Media tanam bisa direkayasa, bukan hanya tanah saja yang bisa menjadi media tumbuh bagi tanaman. Asalkan memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan tanaman maka bahan lain pun bisa dijadikan bahan untuk tempat tumbuh tanaman. Asalkan bahan tersebut
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 12

mendukung untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan bisa menopang tanaman untuk tumbuh maka bisa dijadikan media tumbuh. Berbagai macam media tumbuh diantaranya adalah : kompos, cocopeat, pupuk kandang, tanah, dll. Selain itu seiring perkembangan, didapatkan bahwa limbah lumpur kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk media tumbuh tanaman, khususnya pada tanaman sawi, hasilnya cukup memuaskan bagi pertumbuhan sawi yang diuji.

DAFTAR PUSTAKA Setiawan. 2013. Rekayasa media tanam tanaman sawi. http://sustainablemovement.wordpress.com/2013/04/20/rekayasa-media-tanam-tanamansawi-terhadap-pertumbuhan-vegetatif-tanaman-sawi/. Diakses pada 27 April 2013. Friska. 2008. Pemanfaatan Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit Sebagai Sumber Bahan Organik Untuk Campuran Media Tanam Sawi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8983/2006der.pdf?sequence=2.
Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III 13

Diakses pada 27 April 2013

Rekayasa Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea) |Teknologi Produksi Tanaman III

14

You might also like