You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikatakan sebagai negara hukum dijumpai pada ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara hukum mensyaratkan agar hukum dapat memberikan arahan dan tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan hal tersebut, negara melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak saja bertugas memelihara ketertiban masyarakat, tetapi dituntut pula untuk turut serta secara aktif dan bertanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kewajiban tersebut seperti yang diamanatkan dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pemerintah Daerah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugas-tugasnya diberikan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangga daerahnya sendiri yang dikenal dengan otonomi daerah. Hak Otonomi yang diberikan kepada Pemerintah Daerah tersebut dimaksudkan untuk melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Penyelenggaraan pemerintahan daerah disamping memerlukan dana, sumber daya manusia dan sumber daya alam, juga membutuhkan ruang berupa lahan atau tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah sebagai lokasi dari pelaksanaan tugas-tugas 1

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Adapun tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah pada umumnya berasal dari tanah-tanah masyarakat baik yang dibebaskan oleh Pemerintah Daerah, atau berupa tanah lebih, tanah timbul maupun tanah yang dibeli oleh Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali saat ini lokasinya dijumpai tersebar di seluruh wilayah Kabupaten/Kota, yang beberapa diantaranya belum dikelola sebagaimana mestinya, sehingga masih merupakan lahan tidur. Kondisi di atas merupakan suatu ironi dalam kaitannya dengan pembangunan prasarana dan sarana umum seperti sekolah, rumah sakit, pasar dan lain sebagainya. Pembangunan sarana dan prasarana tersebut memerlukan lahan, namun di sisi lain banyak terdapat tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang belum dimanfaatkan secara optimal. Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya lahan tidur dari Pemerintah Provinsi Bali, seperti lokasi tanah tersebut terpencil, belum memiliki fasilitas jalan, luasnya tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai bangunan fasilitas umum dan lain sebagainya. Keberadaan lahan tidur telah menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan di lapangan, seperti penyerobotan tanah oleh masyarakat di sekitar lokasi lahan tersebut. Guna menghindari terjadinya permasalahan penyerobotan tanah maka diperlukan suatu kebijakan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui ijin pemakaian tanah. Menurut Thomas R Dye Kebijakan sebagai suatu pilihan pemerintah menentukan langkah untuk berbuat atau tidak berbuat (whatever

goverment choose to do or not to do) 1. Sementara Anderson merumuskan kebijakan sebagai kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk mengatsasi masalah2 Berkenaan dengan hal tersebut dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pemakaian Tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali, terdapat beberapa ketentuan yang mengatur mengenai pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali, seperti pada Pasal 3, tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali dapat dipakai untuk kepentingan Pemerintah Daerah maupun untuk kepentingan masyarakat yang memerlukannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis sangat tertarik untuk mengangkat makalah dengan judul
KEBIJAKAN TENTANG IZIN PEMAKAIAN TANAH YANG DIKUASAI OLEH PEMERINTAH PROVINSI BALI .

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dijukan

permasalahan pokok, yaitu : 1. Bagaimana pengaturan wewenang dalam penetapan Izin Pemakaian Tanah antara Pemerintah Provinsi Bali dengan Pemerintah Kabupaten /Kota

1 2

Irfan Islamy, Prinsip-prinsip perumusan kebijakan, Mufiz. A. Materi Pokok Pengantar Hukum adminsitrasi negara, Karunika Jakarta, 1986, hal 104

BAB II WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM MENETAPKAN IJIN PEMANFAATAN TANAH

2.1 Pengaturan Pengelolaan Tanah Penguasaan Pemerintah Provinsi Bali. Sebagian besar tanah-tanah inventaris yang dikuasai Pemerintah Provinsi Bali belum dimanfaatkan secara maksimal, sedangkan di lain pihak kebutuhan masyarakat akan tanah dalam melaksanakan aktivitasnya sangat besar, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Untuk itu perlu diatur pemanfaatannya dengan ketentuan hukum yang jelas. Dalam pengaturan pemanfaatan tanah-tanah inventaris yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali sudah diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1992, dimana dalam hal kewenangan Pemerintah Provinsi Bali masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan prinsip pelaksanaan otonomi secara luas kepada Daerah, seperti halnya ketentuan pasal 13

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dimana Pemerintah Provinsi termasuk Pemerintah Provinsi Bali memiliki kewenangan untuk mengurus bidang pertanahan. Diberlakukannya Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali mengandung maksud dan tujuan seperti diatur dalam Pasal 2 yang menyatakan sebagai berikut ini : 4

a.

mengamankan dan melestarikan tanah yang bersangkutan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya;

b.

mengendalikan dan menertibkan pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, oleh pihak-pihak tertentu;

c.

memberikan dasar hukum kepada perangkat Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Retribusi atas pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Bali terhadap pemakainya. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan pengaturan pemanfaatan tanah-

tanah inventaris yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali diatur dalam beberapa pasal yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Ketentuan Pasal 3 mengenai peruntukan tanah. (1) Pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah pada dasarnya dipertimbangkan dan diarahkan untuk kepentingan pemerintah daerah seperti : a) b) c) d) e) (2) kepentingan pembangunan Sekolah Dasar Inpres; kepentingan pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat; kepentingan pembangunan Taman Makam Pahlawan; kepentingan lapangan umum Kecamatan; dan kepentingan umum lainnya.

Sepanjang tidak digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut dapat dimanfaatkan/dipakai oleh Pihak Ketiga yang memerlukan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 tersebut di atas terlihat bahwa tanahtanah inventaris yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga sepanjang tidak digunakan oleh Pemerintah Daerah seperti perseorangan, kelompok atau badan usaha dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah. b. Pasal 10 menyatakan bahwa : (1) Pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan tersebut dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah ini, permohonan izinnya diajukan oleh Camat setempat kepada Gubernur Kepala Daerah melalui Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan. Berdasarkan permohonan tersebut ayat (1) pasal ini Gubernur Kepala Daerah meminta persetujuan pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Persetujuan dimaksud ayat (2) pasal ini, dilakukan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Bali. Dengan Persetujuan tersebut dalam ayat (3) pasal ini, Gubernur Kepala Daerah mengeluarkan Surat Keputusan Pemberian Izin Pemakaian Tanah Yang Dikuasai Pemerintah Daerah. Pemberian izin pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah tersebut dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.

(2)

(3) (4) (5)

c. Pasal 17 pada intinya mengatur : (1) Gubernur Kepala Daerah mendelegasikan kewenangan pengelolaan tanah yang dikuasai Pemerintah Propinsi Bali kepada Bupati/Walikota; (2) Bupati/Walikota mempertanggungjawabkan pengelolaan pemakaian tanah tersebut kepada Gubernur. 2.2 Yang mengatur wewenang penetapan ijin pemakaian tanah. Seperti sudah dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan yang 6

memerlukan tanah. Disatu sisi karena persediaan tanah untuk kebutuhan sangat terbatas, sehingga permasalahan pemanfaatan tanah menjadi sangat rumit. Sementara itu masih terdapat banyak tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan sebagian masyarakat tidak memiliki tanah untuk melakukan kegiatan usahanya. Selain hal tersebut, mengingat Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dalam artian bahwa segala sesuatu kegiatan baik dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh

masyarakat dan swasta harus selalu berdasarkan atas hukum sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

berdasarkan wewenang legislasi seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, hal tersebut jelas menunjukkan bahwa produk hukum yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat wewenang pemerintahannya. Demikian juga halnya dalam hal penetapan izin pemakaian tanah atas Tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali harus berdasarkan atas peraturan perundang-undangan dalam bentuk produk hukum. negara berdasarkan

Disamping perbuatan hukum dan produk hukum, pengawasan juga sangat menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena pengawasan dalam konteks supremasi hukum merupakan salah satu unsur esensial dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, sehingga siapapun tidak boleh

menolak untuk diawasi. Hakekat pengawasan tiada lain untuk melakukan pengendalian yang bertujuan mencegah absolutisme kekuasaan,

kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan wewenang. Untuk memberikan rasa keadilan di masyarakat dan

memberdayakan tanah-tanah, maka Pemerintah Provinsi Bali dapat memberikan izin pemanfaatan terhadap tanah yang dikuasai kepada masyarakat luas, sesuai dengan prosedur kepengurusan izin yang berlaku. Pemberian izin pemakaian terhadap tanah Pemerintah Provinsi Bali ini diwujudkan dalam bentuk pemberian hak-hak tertentu kepada pemohon, baik berupa Hak Pakai, Hak Guna Bangunan, Hak Pengelolaan. Sedangkan hak ulayat kewenangan penggunaannya ada pada masyarakat yang berada pada Desa Pekraman tersebut. Hal ini sejalan dengan persyaratan hak ulayat yakni hak dari persekutuan hukum / masyarakat desa untuk

menggunakan/mengolah tanah-tanah disekeliling tempat kediaman / desa mereka guna kepentingan persekutuan hukum itu atau kepada orang-orang luar yang mau mengerjakan tanah itu dengan memberikan sebagaian dari hasilnya kepada masyarakat.3 Untuk mewujudkan maksud dan tujuan pemberian ijin pemakaian tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali diatur dalam Perda Nomor 2 Tahun 1992 yang dapat diuraikan beberapa pasal sebagai berikut : a. Wewenang Pemberian Ijin, diatur dalam Pasal 6 :

J.C.T Simorangkir, Kamus Hukum, sinar Grafika, 2000, hal 61-62

(1)

Setiap pemakai tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pasal 3 Peraturan Daerah ini, harus dengan izin Gubernur Kepala Daerah.

(2)

Izin dimaksud ayat (1) pasal ini, dibedakan dalam : a. izin pemakaian untuk kepentingan Pemerintah Daerah ; b. izin pemakaian untuk kepentingan pihak ketiga.

(3)

Izin pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b pasal ini, dapat diberikan kepada perorangan, kelompok atau Badan Hukum dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah.

b. Dalam pasal 7 diatur : (1) Guna kelancaran pemberian izin dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf b Peraturan Daerah ini, Gubernur Kepala Daerah Dapat menyerahkan wewenang pemberian izin tersebut kepada Pejabat yang ditunjuk, sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang pengelolaan barang daerah. (2) Untuk pemberian izin dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) dan

pembaruan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) Peraturan Daerah ini, Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi oleh pemegang izin. c. Tata Cara Pemberian Izin, dalam Pasal 9 : Untuk memperoleh izin pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) Peraturan Daerah

ini, pihak yang berkepentingan harus mengajukan permohonan secara tertulis yang persyaratannya ditentukan oleh Gubernur. Prosedur permohonan dan persyaratan lainnya telah ditentukan oleh Peraturan perundang-undangan.

10

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan mengenai ijin pemakaian tanah yang dikuasai Pemerintah Provinsi adalah sebagai berikut : a. Pengaturan wewenang dalam menetapkan izin pemakaian tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali dengan menerbitkan penetapan izin pemakaian tanah yang telah diatur dalam Perda Nomor 2 Tahun 1992, tanah sedangkan Pemerintah

Kabupaten/Kota

berwenang

memanfaatkan

Provinsi sesuai dengan peruntukan setelah mendapat izin dari Pemerintah Provinsi.

3.2. Saran a. Guna optimalnya pemanfaatan tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Bali perlu kiranya memberikan wewenang lebih luas kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota sehingga pengawasan yang dilakukan akan lebih maksimal yang diatur oleh Pemerintah Pusat, karena bagaimanapun juga urusan tanah yang berhak mengatur adalah Pemerintah Pusat.

11

You might also like