Professional Documents
Culture Documents
If we want people to act on our decisions, they have to be motivated to do so. To act in the
right way, it very much depends on the information they need to take the right course of
action and to be motivated to do it. Motivation or the absence of it can quite often be traced
back to communications and their influence on those receiving it. (Jika kita ingin orang
mengikuti keputusan kita, mereka harus dimotivasi untuk melakukannya. Agar dapat
bertindak benar, tergantung pada informasi yang dibutuhkan sebagai acuan dan motivasi
untuk melakukannya. Ada atau tidak adanya motivasi dapat ditulusur dari kegiatan
komunikasi dan pengaruhnya bagi orang yang menerimanya.)
2. Strategi Komunikasi
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan disampaikan, mengapa
harus disampaikan, dan efek yang dinginkan terjadi pada sasaran. Tanpa pengetahuan itu
semua, pemilihan dan penggunaan strategi tidak dapat dilakukan, karena sebuah strategi
hanya dapat digunakan untuk pesan dan hasil tertentu. Hal ini juga berlaku bagi staf
deposit yang berperan menyosialisasikan kewajiban serah simpan karya cetak dan karya
rekam.
Untuk itu seorang staf deposit harus memiliki pengetahuan tentang (a) pentingnya
pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak, termasuk juga (b)
dasar pembentukan undang-undang tersebut, dan terutama sekali adalah (c) pendapat
dan citra yang diberikan oleh masyarakat yang terkenai kewajiban ini terhadap undang-
undang, atau bisa juga dirumuskan dalam pertanyaan seperti ini:
Dengan pengetahuan ini barulah strategi komunikasi dapat dipilih dan digunakan.
Pengetahuan tentang pentingnya penghimpunan koleksi bagi masyarakat dan bagi
pembuat/ pencipta karya rekam dan penerbit ini juga kemudian harus menjadi
pengetahuan para wajib serah simpan.
1. Communicator
Seorang staf deposit yang berperan sebagai komunikator harus memenuhi
beberapa kualifikasi:
a. memiliki pengetahuan yang sangat cukup tentang undang-undang yang akan
disosialisasikan,
b. memiliki sikap positif terhadap undang-undang
c. memiliki kecakapan berbicara (memilih kata dan lambang)
d. memiliki kepedulian dan penilaian positif terhadap para wajib serah simpan sebagai
sasaran komunikasi
3
2. Message
Undang-undang yang akan disosialisasikan harus dikemas (bukan diubah atau
diganti isinya) sehingga mudah ditangkap dan dimengerti oleh penerima, seperti apa yang
disampaikan oleh ahli komunikasi:
Principals of effective communication: When communicating, the one thing you should ask yourself
is 'Can this message or instruction be easily understood by the person receiving it?' Can you be
sure that those receiving your message actually understand what you are saying? ( Prinsip-prinsip
komunikasi efektif: ketika berkomunikasi, satu hal yang harus ditanyakan pada diri sendiri adalah
‘Dapatkah pesan atau instruksi ini dengan mudah dimengerti oleh orang yang menerimanya?
Yakinkah anda bahwa orang yang menerima pesan itu benar-benar mengerti apa yang anda
sampaikan?)
Jadi, sebelum pesan disampaikan, komunikator harus yakin benar bahwa apa yang
disampaikannya akan dapat dengan mudah dan jelas dimengerti. Dia juga harus
mengetahui apa yang paling diinginkan didengar oleh wajib serah simpan (aturan, cara
dan sanksi, misalnya). Untuk itu jika kalimat dan istilah dalam undang-undang
diperkirakan masih terlalu sulit dimengerti atau ditafsirkan berbeda dari yang sebenarnya,
staf deposit sebagai komunikator harus membuat sebuah petunjuk atau penafsiran
mengenai undang-undang tersebut sesuai dengan bahasa atau istilah yang umum dan
populer digunakan oleh mereka yang menjadi wajib serah simpan.
Pemilihan pesan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kekeliruan pemilihan
bisa berakibat media kehilangan manfaatnya, atau bahkan bisa membuat kekeliruan
penafsiran/ pemaknaan dari pesan awalnya.
mendapat deskripsi yang lengkap tentang komunikan melalui beberapa tehnik, mulai dari
penelitian khusus, observasi dan wawancara. Dari tehnik ini maka akan diperoleh
deskripsi utama tentang komunikan, yaitu:
Dengan bekal deskripsi ini maka dapat dipilih komunikator, pesan dan media yang
cocok. Sebagai contoh, jika komunikan adalah seorang pimpinan perusahaan/ lembaga,
maka komunikator yang harus berbicara adalah orang yang berkedudukan sama, yaitu
kepala lembaga deposit, bukan “anak buah”nya. Kemudian jka komunikan terbiasa
dengan media modern (iPod, Internet, teleconference), maka gunakan media sejenis agar
mereka berminat mengkasesnya. Sebaliknya apabila komunikan terbiasa menerima
pesan dalam bentuk formal (surat, edaran, radiogram) sampaikanlah pesan dalam format
itu. Begitu juga jika komunikan berlokasi di luar jangkauan, maka harus digunakan media
yang mampu menjangkau, baik cetak maupun elektronik (dengan bantuan satelit!).
Seorang komunikator juga harus mampu mengikuti (kalau perlu belajar dulu) gaya
komunikasi komunikan, baik kata, istilah, sampai tempat berbicara. Pada intinya
komunikatorlah yang harus menyesuaikan diri mengikuti karakteristik komunikan, bukan
sebaliknya.
4. Metode Komunikasi
Secara umum seseorang mengikuti keinginan komunikator (berubah pendapat,
sikap dan perilaku) dalam tiga bentuk: mengerti, suka dan takut. Artinya bahwa orang
mengikuti keinginan komunikator karena dia mengerti bahwa pesan itu penting dan
berguna. Pengertian ini lahir dari kecukupan dan kelengkapan informasi yang diterima.
Keinginan mengikuti pesan bisa juga lahir karena komunikan merasa suka. Rasa takut
akan ancaman jika tidak mengikuti pesan bisa mendorong komunikan terpaksa mengikuti
pesan tersebut.
Untuk membuat komunikan mengikuti keinginan komunikator terdapat tiga metode
komunikasi yang dapat digunakan yaitu metode informatif, metode persuasif dan
metode koersif. Komunikator dapat memilih salah satu metode ini atau menggunakan
semuanya secara berurutan.
a. Metode informatif: komunikator memberikan penyadaran kepada komunikan dengan
memberikan informasi yang sangat lengkap. Contohnya pihak deposit menyampaikan
informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan UU Serah Simpan sehingga
wajib serah simpan memiliki pengertian yang tinggi dan terdorong untuk melakukan
kewajibannya.
b. Metode persuasif: komunikator menyampaikan pujian dan bujukan kepada komunikan
agar mereka tertarik untuk mengikuti kehendak komunikator. Contohnya:
“Menyerahkan karya rekam kepada negara adalah perbuatan mulia.”, atau “Hanya
yang cerdas dan mengerti akan kepentingan bangsa yang akan menyerahkan karya
rekam.”, atau “Bangsa Indonesia berterima kasih atas karya yang anda serahkan
kepada negara.”, “Tuhan hanya mencintai mereka yang melakukan kewajibannya.”,
dan masih banyak lagi.
c. Metode koersif: Komunikator menyampaikan pesan berisi ancaman atau akibat
menakutkan jika komunikan tidak mengikuti apayang disampaikan oleh komunikator.
Contoh: “Kelalaian menyerahkan karya cetak menghancurkan sebuah generasi.”, atau
“Ketika karya cetak tak diserahkan adalah ketika sebuah bekal kecerdasan
5
dimusnahkan”. Banyak sekali ancaman yang yang dapat diberikan kepada mereka
yang melanggar kewajibannya.
Metode persuasif digunakan jika informasi yang lengkap belum juga mampu
mandorong wajib serah simpan untuk melaksanakan kewajibannya. Jika wajib serah
simpan tidak tergerak untuk bertindak setelah dibujuk dengan pesan-pesan menarik dan
menyenangkan, maka pihak deposit bisa menggunakan pesan ancaman (yang sebaiknya
terbukti!) terhadap wajib serah simpan. Ketiga metode ini tidak dapat dilakukan satu kali
tetapi harus dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi agar para wajib serah simpan
mampu mengingat dan terbiasa dengan UU Serah Simpan Karya Rekam (dalam bidang
promosi disebut positioning).
Catatan: Komunikasi yang disampaikan kepada para wajib serah simpan harus dilakukan
oleh semua komponen dari staf Bidang Deposit, Bapusda, Perpustakaan Nasional dan
pemerintah. Kerjasama ini adalah agar semua informasi yang tersampaikan kepada wajib
serah simpan memiliki konsitensi dan kesatu suaraan, dan tidak membingungkan mereka
yang menerima pesan.
Dengan konsistensi dan kebersamaan, diharapkan pelaksanaan UU Serah Simpan
Karya Rekam ini akan mendapatkan dukungan dari wajib serah simpan dan pada akhirnya
karya rekam seluruh hasil bangsa Indonesia dari masa lalu dan kini akan dapat dijadikan
sumber pengetahuan bagi generasi penerus bangsa.
-------------------------------------------------