You are on page 1of 4

Tujuan dan Persyaratan Bahan Cetak

Membuat cor atau model adalah tahap penting dalam sejumah prsedur kedokteran gigi berbagai jenis cor dan model dapat dibuat dari prduk gips dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gips. Pada cetakan gypsum inilah dokter gigi merancang dan membuat kontruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Jadi hasil cor harus secara akurat mewakili struktur mulut. Untuk memperoleh cetakan yang akurat, bahan yang di gunakan untuk membuat tiruan dari jaringan intra oral harus memenuhi criteria berikut. Pertama bahan dari jaringan ekstra dan intra oral harus cukup cair untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang mengahantar bahan cetak kemulut. Kedua, selama di mulut, bahan tersebut harus berubah (mengeras) menjadi benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu; idealnya dalam waktu pengerasan total harus kurang dari 7 menit akhirnya cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat dituang. Kondisi lingkungan serta karakteristik jaringan seringkali menentukan pilihan pilihan bahan mutu cetakan, dan mutu hasil cor.

Klasifikasi Bahan cetak


Bahan cetak dapat dikelompokan sebagai reversible, atau irreversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi, jadi bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginate, dan pasta cetak oksida seng euganol (OSE). Sebaliknya bahan cetak irreversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimi. Hidrokoloid reversible dan kompoun cetak termasuk dalam katagori ini. Komponen cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik Cara lain mengelompokan bahan cetak gigi adalah menurut penggunaannnya. Beberapa bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastic ini digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya agar. Bahan elastic termasuk dalam bahan yang kedua. Bahan ini dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun lunak dari rongga mulut termasuk undercut dan celah interproksimal.

Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (m).

SIFAT KOLOID Efek Tyndall Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Gerak Brown Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. Adsorbsi Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2. Koagulasi Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan. Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol belerang, sol emas. JENIS KOLOID Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan. Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair. Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair. Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air?. Gel : koloid liofil yang setengah kaku. Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.

Sifat umum Gel


Gel merupakan sistem semisolida terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel kecil anorganik atau molekul-molekul besar organic yang diinterpenetrasikan dalam sebuah cairan. Sistem gel paling sederhana terdiri dari air yang dikentalkan dengan getah alam misal tragakan, xanthan, bahan semi sintetik misal metilselulosa, karboksimetilselulosa atau hidroksietilselulosa ataupun bahan sintetik misal karbomer, polimer dan karboksivinil. Sistem gel ada yang tampak transparan dan ada juga yang translucent, karena ingrediennya mungkin tidak terdispersi secara sempurna atau membentuk agregat yang sedikit terdispersi. Karakteristik umum gel yaitu memiliki struktur kontinyu seperti sifat dari bahan padat. Viscositas dari gel umumnya tergantung dari jumlah atau berat molekul dari bahan pengental yang ditambahkan. Selulosa semisintetik banyak digunakan sebagai pengental dalam formulasi gel misalnya yaitu metilselulosa, karboksi metilselulosa, hidroksietilselulosa, hidroksipropilselulosa dan hidroksipropilmetilselulosa. Dalam pengembangan prototype formula gel perlu dilakukan evaluasi type dan grade selulosa yang digunakan. Sebagai contoh jika diinginkan gel yang transparan maka penggunaan hidroksipropilmetilselulosa sebagai bahan pengental lebih cocok jika dibandingkan dengan metilselulosa. Faktor inkompatibilitas juga harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pengental. Sebagai contoh hidroksietilselulosa bersifat inkompatibel dengan beberapa garam, metilselulosa dan hidroksipropilselulosa incompatible dengan preservatif golongan paraben. Keberadaan bahan oksidator dalam formulasi gel yang mengandung selulosa juga harus dihindari karena degradasi oksidatif pada rantai polimer dapat menyebabkan penurunan secara cepat viskositas. Polisakarida dengan rantai bercabang misalnya tragakan, pectin, karegen adalah dihasilkan secara alami dari tumbuhan sehingga dapat memiliki sifat fisik tergantung dari asalnya. Penggunaan bahan ini dalam formula gel berkisar antara 0.5-10%, tergantung pada viskositas yang di inginkan. Viskositas biasanya akan meningkat dengan penambahan bahan pensuspensi anorganik, misalnya magnesium silikat trisilikat. Tragakan merupakan campuran polisakarida larut air dan polisakarida tidak larut air yang memiliki muatan negatif dalam larutan air sehingga bersifat inkompatibel dengan beberapa preservative. Asam alginat adalah koloid karbohidrat hidrofilik yang dihasilkan dari ganggang laut dan garam sodium, digunakan sebagai pembentuk gel dengan konsentrasi 5-10%. Beberapa gum bersifat tidak efektif pada gel hidroalkohol yang mengandung alcohol lebih besar dari 5%. Bahan pembentuk gel yang saat ini juga banyak digunakan dalam bidang farmasi dan kosmetik adalah polimer karboksivinil yaitu karbomer. Karbomer merupakan polimer sintetik dengan berat molekul tinggi dari asam akrilat yang disambung silang dengan alilsukrosa atau alil eter dari pentaeritriol. Contoh grade farmasetika dari karbomer adalah carbopol981. Pada formulasi yang mengandung air atau pelarut polar, gelasi karbomer dapat diinduksi dengan penambahan basa organic, misalnya sodium atau potassium hidroksida. Sedangkan pada sistem yang kurang polar ataupun ataupun nonpolar dapat dinetralkan dengan golongan amina, misalnya trietanolamin, dietanolamin, ataupun dengan basa amina misal diisopropanolamin,aminoetil propanol, tetra hidroksi propel etilendiamin dan trometamin. Netralisasi yang berlebihan pada karbomer dapat berakibat turunnya viskositas dari karbomer.

Pemanasan dapat mempercepat proses gelasi pada karbomer, namun suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 70C. Dikarenakan karbomer merupakan polimer sintetik maka variasi spesifikasi antar lot relative kecil, namun perbedaan antar batch dalam hal ratarata berat molekul mungkin terjadi sehingga dapat berpengaruh terhadap karakteristik reologi dari karbomer.

Aplikasi Tambahan dari Hidrokoloid


Teknik Laminasi : modifikasi muthahir dalam prosedur agar tradisional adalah kombinasi agar alginate. Sendok cetak hidrokoloid diganti dengan campuran alginate dingin yang berikatan dengan agar dalam semprit. Alginate membentuk gel melalui reaksi kimia sempurna agar menjadi gel akibat kontak dengan alginate dingin, bukan dengan air mengalir dalam sendok cetak. Karena hidrokoloid bukan alginate, yang berkontak dengan gigi yang di preparasi detail yang maksimum dapat di reproduksi. Bahan dupliksasi : Kedua jenis hidrokoloid digunakan di laboratorium gigi untuk menduplikasi cetakan gigi atau model. Model duplikasi digunakan dalam membuat piranti prostetik dan model othodonsi. Hidrokoloid reversible adalah paling popluler karena dapat digunakan berkali kali juga dengan pengadukan intermiten, bahan tersebut dapat tetap berada dalam bentuk cair selama 1 atau 2 minggu pada temperature penuangan yang konstan dar harganya terjangkau.

You might also like