You are on page 1of 35

http://www.kabarislam.

com/artikel-motivasi/daftar-produk-bahan-makanan-haram-ataudiragukan-kehalalannya

40 % gelatin berasal dari babi

Dalam memproduksi atau membuat makanan banyak bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan mutu makanan tersebut, baik dari segi rasa, tekstur, maupun warna. Contoh bahan tambahan itu antara lain Monosodium Glutamat (MSG), zat pewarna, gelatin, dan lain sebagainya. Zat-zat tambahan tersebut ada yang diperoleh secara alami, contohnya zat pewarna dari daun pandan, dan ada pula yang diperoleh melalui proses kimia terlebih dahulu, contohnya MSG. Tapi ada pula zat tambahan yang sumbernya alami yang melalui proses kimia terlebih dahulu. Contohnya gelatin. Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Gelatin sebenarnya mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk. ada prinsipnya gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen seperti kulit dan tulang baik dari babi maupun sapi atau hewan lainnya. Akan tetapi, apabila dibuat dari kulit dan tulang sapi atau hewan besar lainnya, prosesnya lebih lama dan memerlukan air pencuci/penetral (bahan kimia) yang lebih banyak, sehingga kurang berkembang karena perlu investasi besar sehingga harga gelatinnya menjadi lebih mahal. Sedangkan gelatin dari babi jauh lebih murah dibanding bahan tambahan makanan lainnya. Itu karena babi mudah diternak. Babi dapat makan apa saja termasuk anaknya sendiri. Babi juga bisa hidup dalam kondisi apa saja sekalipun sangat kotor. Dari segi pertumbuhan, babi cukup menjanjikan. Seekor babi bisa melahirkan dua puluh anak sekaligus. Karena sangat mudah dikembangkan, produk turunan dari babi sangat banyak. (www.republika.co.id/infohalal) Berdasarkan sifat bahan dasarnya pembuatan gelatin dapat dikategorikan dalam 2 prinsip dasar yaitu cara alkali dan asam 1. Cara alkali dilakukan untuk menghasilkan gelatin tipe B (Base), yaitu bahan dasarnya dari kulit tua (keras dan liat) maupun tulang. Mula-mula bahan diperlakukan dengan proses pendahuluan yaitu direndam beberapa minggu/bulan dalam kalsium hidroksida, maka dengan ini ikatan jaringan kolagen akan mengembang dan terpisah/terurai. Setelah itu bahan dinetralkan dengan asam sampai bebas alkali, dicuci untuk menghilangkan garam yang terbentuk. Setelah itu dilakukan proses ekstrasi dan proses lainnya. 2. Cara kedua yaitu dengan cara pengasaman, yaitu untuk menghasilkan gelatin tipe A (Acid). Tipe A ini umumnya diperoleh dari kulit babi, tapi ada juga beberapa pabrik yang menggunakan bahan dasar tulang. Kulit dari babi muda tidak memerlukan penanganan alkalis yang intensif karena jaringan ikatnya belum kuat terikat. Untuk itu disini cukup

direndam dalam asam lemah (encer) (HCl) selama sehari, dinetralkan, dan setelah itu dicuci berulang kali sampai asam dan garamnya hilang. Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi. Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 86 % protein, 8 12 % air dan 2 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan. Fungsi-fungsi gelatin dalam berbagai contoh jenis produk yang biasa menggunakannya antara lain : a. Jenis produk pangan secara umum: berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, pemerkaya gizi. b. Jenis produk daging olahan: berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas produk sosis, kornet, ham, dll. c. Jenis produk susu olahan: berfungsi untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk dan menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage, dll. d. Jenis produk bakery: berfungsi untuk menjaga kelembaban produk, sebagai perekat bahan pengisi pada roti-rotian, dll e. Jenis produk minuman: berfungsi sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine. f. Jenis produk buah-buahan: berfungsi sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran dan keawetan buah. g. Jenis produk permen dan produk sejenisnya: berfungsi untuk mengatur konsistensi produk, mengatur daya gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket di mulut. (www.indohalal.com) Gelatin juga banyak digunakan oleh Industri farmasi, kosmetik, fotografi, jelly, soft candy, cake, Penghias kue pada umumnya terbuat dari gum paste juga plastic icing yang mengandung gelatin. Gelatin juga tak hanya terdapat dalam gum paste sebagai penghias kue. Namun juga terdapat dalam kue puding, sirup, maupun permen kenyal. Kebanyakan merupakan produk impor. Bahkan untuk menawarkan kekentalan yang lebih tinggi produsen kecap menggunakan gelatin. Sedangkan di bidang farmasi, gelatin digunakan sebagai cangkang kapsul. Di Indonesia, kapsul yang beredar adalah kapsul jenis hard. Kapsul ini terbuat dari gelatin, pewarna, pengawet serta pelentur. Menurut informasi yang berasal dari Badan POM gelatin yang masuk ke Indonesia bahannya berasal dari organ sapi. (infohalal Republika) Untuk keperluan industri dalam negeri Indonesia setiap tahun mengimpor gelatin dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa pada tahun 2000, Indonesia mengimport gelatin 3.092 ton dari Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Brasil, Korea, Cina dan Jepang. (www.iptekda.lipi.go.id) Menurut Nur Wahid, anggota LPPOM MUI, seratus persen gelatin di Indonesia merupakan produk impor. Di luar negeri, sebanyak 70 persen gelatin terbuat dari kulit babi. (www.republika.co.id) Karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus waspada terhadap produk-produk yang mengandung gelatin seperti permen, kue tart, kosmetika, bahkan cangkang kapsul. Terlebih lagi jika produk-produk tersebut adalah produk impor. Tapi, menurut informasi yang berasal dari Badan POM, gelatin yang masuk ke Indonesia berasal dari organ sapi. Berdasarkan data dari indohalal.com, gelatin yang sudah mendapat sertifikasi halal dari LPPOM MUI yaitu Hard Gelatin Capsul Indonesia yang diproduksi oleh PT. Universal Capsules Indonesia,

KCPL-Gelatin Produksi Kerala Chemical & Proteins Ltd., dan Halagel TM ( Edible Gelatin, pharmaceutical gelatin,di-calcium phosphat) yang diproduksi oleh Halagel (M) Sdn.Bhd

GELATIN HALAL DAN GELATIN HARAM


Posted 3 February, 2009 by dr.Abu Hana | | in SPESIAL (). Tagged: fungsi gelatin, gelatin babi,GELATIN SAPI, kegunaan gelatin, makanan dan gelatin, membuat gelatin, mengandung gelatin, Pengobatan Nabawi ( ( . 14 Comments

GELATIN
Oleh Rahmi Fauzi I. Pendahuluan Dalam memproduksi atau membuat makanan banyak bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan mutu makanan tersebut, baik dari segi rasa, tekstur, maupun warna. Contoh bahan tambahan itu antara lain Monosodium Glutamat (MSG), zat pewarna, gelatin, dan lain sebagainya. Zatzat tambahan tersebut ada yang diperoleh secara alami, contohnya zat pewarna dari daun pandan, dan ada pula yang diperoleh melalui proses kimia terlebih dahulu, contohnya MSG. Untuk zat tambahan yang bersifat alami mungkin dampak negatifnya tidak begitu banyak. Yang dilihat dari zat tambahan alami ini biasanya hanyalah halal atau tidaknya sumber zat tersebut. Sedangkan yang melalui proses kimia terlebih dahulu mempunyai dampak negatif lebih banyak dan perlu dosis/takaran penggunaan maksimalnya. Tapi ada pula zat tambahan yang sumbernya alami yang melalui proses kimia terlebih dahulu. Contohnya gelatin. Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Gelatin sebenarnya mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Oleh karena itu, pada makalah kali ini penulis akan memaparkan tentang apa itu gelatin, sumber, dan kegunaannya. II. Tinjauan Pustaka A. Penjelasan Objek Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk. B. Sumber dan ciri-ciri gelatin Pada prinsipnya gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen seperti kulit dan tulang baik dari babi maupun sapi atau hewan lainnya. Akan tetapi, apabila dibuat dari kulit dan tulang sapi atau hewan besar lainnya, prosesnya lebih lama dan memerlukan air pencuci/penetral (bahan kimia) yang lebih banyak, sehingga kurang berkembang karena perlu investasi besar sehingga harga gelatinnya menjadi lebih mahal. Sedangkan gelatin dari babi jauh lebih murah dibanding bahan tambahan makanan lainnya. Itu karena babi mudah diternak. Babi dapat makan apa saja termasuk anaknya sendiri. Babi juga bisa hidup dalam

kondisi apa saja sekalipun sangat kotor. Dari segi pertumbuhan, babi cukup menjanjikan. Seekor babi bisa melahirkan dua puluh anak sekaligus. Karena sangat mudah dikembangkan, produk turunan dari babi sangat banyak. (www.republika.co.id/infohalal) Berdasarkan sifat bahan dasarnya pembuatan gelatin dapat dikategorikan dalam 2 prinsip dasar yaitu cara alkali dan asam ; 1.Cara alkali dilakukan untuk menghasilkan gelatin tipe B (Base), yaitu bahan dasarnya dari kulit tua (keras dan liat) maupun tulang. Mula-mula bahan diperlakukan dengan proses pendahuluan yaitu direndam beberapa minggu/bulan dalam kalsium hidroksida, maka dengan ini ikatan jaringan kolagen akan mengembang dan terpisah/terurai. Setelah itu bahan dinetralkan dengan asam sampai bebas alkali, dicuci untuk menghilangkan garam yang terbentuk. Setelah itu dilakukan proses ekstrasi dan proses lainnya. 2.Cara kedua yaitu dengan cara pengasaman, yaitu untuk menghasilkan gelatin tipe A (Acid). Tipe A ini umumnya diperoleh dari kulit babi, tapi ada juga beberapa pabrik yang menggunakan bahan dasar tulang. Kulit dari babi muda tidak memerlukan penanganan alkalis yang intensif karena jaringan ikatnya belum kuat terikat. Untuk itu disini cukup direndam dalam asam lemah (encer) (HCl) selama sehari, dinetralkan, dan setelah itu dicuci berulang kali sampai asam dan garamnya hilang. Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi. C. Manfaat gelatin dan jenis-jenis produk yang menggunakannya Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 86 % protein, 8 12 % air dan 2 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan. Fungsi-fungsi gelatin dalam berbagai contoh jenis produk yang biasa menggunakannya antara lain : 1.Jenis produk pangan secara umum: berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, pemerkaya gizi. 2.Jenis produk daging olahan: berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas produk sosis, kornet, ham, dll. 3.Jenis produk susu olahan: berfungsi untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk dan menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage, dll. 4.Jenis produk bakery: berfungsi untuk menjaga kelembaban produk, sebagai perekat bahan pengisi pada roti-rotian, dll 5.Jenis produk minuman: berfungsi sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine. 6.Jenis produk buah-buahan: berfungsi sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran dan keawetan buah. 7.Jenis produk permen dan produk sejenisnya: berfungsi untuk mengatur konsistensi produk, mengatur daya gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket di mulut. (www.indohalal.com) Gelatin juga banyak digunakan oleh Industri farmasi, kosmetik, fotografi, jelly, soft candy, cake, pudding, susu yoghurt, film fotografi, pelapis kertas, tinta inkjet, korek api, gabus, pelapis kayu untuk interior, karet plastik, semen, kosmetika adalah contoh-contoh produk industri yang menggunakan gelatin. Penghias kue pada umumnya terbuat dari gum paste juga plastic icing yang mengandung gelatin. Gelatin juga tak hanya terdapat dalam gum paste sebagai penghias kue. Namun juga terdapat dalam kue puding, sirup, maupun permen kenyal. Kebanyakan merupakan produk impor. Bahkan untuk menawarkan kekentalan yang lebih tinggi produsen kecap menggunakan gelatin. Sedangkan di bidang farmasi, gelatin digunakan sebagai cangkang kapsul. Di Indonesia, kapsul yang beredar adalah kapsul jenis hard. Kapsul ini terbuat dari gelatin, pewarna, pengawet serta pelentur. Menurut informasi yang berasal dari Badan POM gelatin yang masuk ke Indonesia bahannya berasal dari organ sapi. (infohalal Republika) D. Keadaan kandungan gelatin dalam industri di Indonesia Untuk keperluan industri dalam negeri Indonesia setiap tahun mengimpor gelatin dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa pada tahun 2000, Indonesia mengimport gelatin 3.092 ton dari Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Brasil, Korea, Cina dan Jepang.

(www.iptekda.lipi.go.id) Menurut Nur Wahid, anggota LPPOM MUI, seratus persen gelatin di Indonesia merupakan produk impor. Di luar negeri, sebanyak 70 persen gelatin terbuat dari kulit babi. (www.republika.co.id) Karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus waspada terhadap produk-produk yang mengandung gelatin seperti permen, kue tart, kosmetika, bahkan cangkang kapsul. Terlebih lagi jika produk-produk tersebut adalah produk impor. Tapi, menurut informasi yang berasal dari Badan POM, gelatin yang masuk ke Indonesia berasal dari organ sapi. Berdasarkan data dari indohalal.com, gelatin yang sudah mendapat sertifikasi halal dari LPPOM MUI yaitu Hard Gelatin Capsul Indonesia yang diproduksi oleh PT. Universal Capsules Indonesia, KCPLGelatin Produksi Kerala Chemical & Proteins Ltd., dan Halagel TM ( Edible Gelatin, pharmaceutical gelatin,di-calcium phosphat) yang diproduksi oleh Halagel (M) Sdn.Bhd III. Penutup A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa gelatin merupakan protein yang diekstraksi dari jaringan kulit hewan yang mempunyai banyak fungsi diantaranya berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap dan pemerkaya gizi, dll. B. Saran Dalam mengkonsumsi bahan makanan, hendaknya kita memperhatikan terlebih dahulu apakah produk tersebut adalah produk impor atau tidak. Karena di luar negeri 70 % gelatin berasal dari organ babi. Sedangkan jika produk tersebut adalah produk dalam negeri yang mengandung gelatin, berdasarkan info dari Badan POM, seratus persen berasal dari luar negeri yang bahannya berasal dari organ sapi. Jadi cukup aman untuk dikonsumsi. Tapi pertanyaan lain muncul. Apakah sapi tersebut disembelih atas nama Allah? Wallahualam. Dan ini merupakan batu ujian bagi umat Islam apakah mereka terger ak untuk membuat terobosan agar barang yang haram itu tergantikan.(sumber http://www.chem-is-try.org) Daftar Pustaka www.indohalal.com www.iptekda.lipi.go.id www.republika.co.id http://halalsehat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=37

Saya adalah guru di sebuah SD Islam. Dua hari yang lalu, anak-anak didik saya mendapat katering yang salah satu itemnya adalah makanan kecil berupa mars mallow. Saya cukup kaget, sebab pernah baca bahwa mars mallow mengandung minyak babi. Apalagi pada kemasan makanan itu tidak ada tanda halalnya dan berupa tulisan Cina. Ketika saya konfirmasi lagi ke guru lain dan wakil kepsek, mereka masih ingin bukti bahwa mars mallow itu halal atau haram, sedangkan artikel tentang mars mallow, tidak saya simpan. Mohon ustadz jelaskan bagaimana sebenarnya mars mallow itu. Dan bagaimana caranya supaya saya bisa meyakinkan rekan-rekan di sekolah supaya tidak mengkonsumsi suatu yang syubhat. Mereka memang banyak yang belum tahu. Walaupun sekolah saya sekolah Islam terkenal tapi perhatian ke arah makanan halal dan haram, agak kurang. Seperti masih ada yang menjadikan Hoka-hoka Bento sebagai komsumsi anak-anak. Terima kasih untuk jawabannya. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kekhawatiran anda itu barangkali karena banyak tulisan yang cenderung berhati-hati dalam masalah kehalalan makanan. Salah satunya barangkali apa yang ditulis di Republika oleh Ir. Muti Arintawati MSi, auditor LP POM MUI. Intinya beliau mengingatkan kepada kita agar berhati-hati mengkonsumsi makanan yang mengandung gelatin. Dan menurutnya, marshmallow yang beredar di negeri kita, adalah hasil impor dari luar negeri, yang tidak ada jaminan gelatinnya bukan dari babi. Beliau menuliskan bawa bahan utama yang digunakan untuk membuat marshmallow modern adalah gelatin, putih telur, gula atau sirup jagung, dan flavoring. Letak kekhawatirannya ada pada gelatin, yang menurutnya banyak yang terbuat dari babi. Jika gelatin berasal dari babi maka sudah jelas statusnya menjadi haram. Akan tetapi meskipun berasal dari sapi, cara penyembelihannya perlu diketahui untuk memastikan kehalalannya. Menurut beliau, kewaspadaan terhadap produk marshmallow ini semakin perlu dipertinggi karena pada kenyataannya, produk marshmallow yang beredar di pasaran Indonesia masih merupakan produk impor. Jenis gelatin yang digunakannya jarang dinyatakan secara jelas. Sementara, penggunaan gelatin ikan pada produk marshmallow masih sangat terbatas. Ada beberapa produk marshmallow untuk vegetarian yang menggunakan gelatin ikan atau bahkan membuatnya secara tradisionil menggunakan bahan baku akar marshmallow. Akan tetapi sayangnya produk-produk vegetarian tersebut tergolong mahal. Sikap beliau sebagai auditor memang perlu kita hargai. Dan kita yakin bahwa niat dan tujuannya baik, yaitu mengingatkan kita agar terjaga dari mengkonsumsi dari memakan makanan yang haram. Sebagai petugas, beliau sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Kaidah Fiqih Di sini kami akan memberikan ulasan singkat tentang kaidah fiqih dalam masalah kehalalan makanan. Hukum halal tidaknya suatu makanan, berbeda dengan hukum ibadah ritual atau mahdhah. Prinsip dasar ibadah ritual adalah segala bentuk ibadah ritual itu haram dikerjakan, kecuali bila ada dalil yang memerintahkannya. Segala gerakan shalat itu haram, kecuali bila ada dalil shahih dari Rasulullah SAW untuk melakukannya. Sedangkan masalah di luar ibadah ritual, termasuk masalah kehalalan makanan, prinsipnya terbalik. Segala makanan itu halal hukumnya, kecuali yang disebutkan keharamannya. Kalau logikanya mengikuti logika ibadah ritual, maka hanya sedikit sekali yang boleh dimakan umat Islam. Sebab kalau tidak ada keterangan yang menghalalkannya di dalam Al-Quran atau As-Sunnah, hukumnya haram.

Lalu bagaimana kita boleh makan mangga, rambutan, pisang, jeruk, nasi, lontong, bakmi, pecel dan tahu gejrot, sementara tidak ada satu pun hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW pernah memakannya? Demikian juga dengan makanan hewani, kalau semua harus disebutkan di dalam Al-Quran, tentu kita tidak bebas memilih makanan. Karena itu, ketahuilah bahwa dalam masalah makanan dan kehalalannya, prinsipnya sederhana. Yaitu asal hukum semua makanan itu halal, kecuali yang disebutkan keharamannya. Gelatin Babi dalam Pandangan Ulama Dunia Ada satu informasi menarik yang perlu juga kita pahami. Bahwa keharaman gelatin babi ini ternyata tidak sepenuhnya disepakati para ulama. Ada yang menyatakan haram seperti LPPOM MUI, namun nyatanya ada juga para ulama dunia yang menghalalkannya. Jadi hukumnya masih boleh dibilang ikhtilaf di antara para ulama. Menarik untuk kita kaji fatwa para ulama yang tertuang dalam Rekomendasi Muktamar ke VIIMunadzomah Al-Islamiyyah dalam bidang ilmu kedokteran di Kuwait. Para ulama itu menyebutkan bahwa bila babi sudah mengalami proses perubahan jati diri (istihalah), maka bisa menjadi halal. Muktamar yang digelar dari tanggal 22-24/12/1415 bertepatan dengan 22/24/5/1995 adalah muktamar para ulama kaliber dunia yang duduk bersama membahas hal-hal yang berkaitan dengan zat-zat yang diharamkan dan najis yang terdapat dalam makanan dan obat-obatan. Berikut ini cuplikannya yang barangkali bermanfaat buat Anda yang bisa anda rujuk ke kitab Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu karya Dr. Wahbah Zuhaili jilid VII halaman 5265. Dzat-dzat makanan yang mempergunakan lemak babi dalam pengolahannya tanpa ada perubahaan dzatnya (istihalatul ain) seperti dalam keju, mentega, minyak, biskuit, cokelat dan es krim adalah haram dan tidak halal memakannya secara mutlak. Hal tersebut didasarkan adanya ijma (konsensus) para ahli ilmu atas kenajisan lemak babi dan ketidakhalalan memakannya. Dan disebabkan tidak adanya kedaruratan untuk mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Al-istihalah (perubahan wujud/penyulingan) berarti perubahan satu dzat menjadi dzat yang lain yang berbeda sifat-sifatnya, merubah dzat-dzat yang najis dan yang mengandung najis menjadi dzat-dzat yang suci dan merubah dzat-dzat yang haram menjadi dzat-dzat yang dihalalkan secara syara. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka: o Gelatin yang terbuat dari prosaes penyulingan tulang hewan yang najis dan kulitnya adalah suci dan halal dimakan.

Sabun yang dihasilkan dari proses penyulingan lemak babi atau bangkai menjadi suci dengan proses istihalah tersebut dan boleh untuk dipergunakan. o Krim dan bahan-bahan kosmetika yang dalam proses pengolahannya mempergunakan lemak babi tidak boleh dipergunakan kecuali jika proses istihalah telah terbukti dan dzatnya telah berubah. Tetapi jika hal tersebut tidak terbukti maka semuanya masih dianggap najis. Mungkin anda akan sedikit bingung dengan fatwa para ulama kaliber dunia dalam kehalalan gelatin ini. Bahkan mungkin yang paling bingung adalah Ibu Ir. Muti Arintawati, MSi., auditor LP POM MUI. Sebab dengan amat yakinnya beliau menyatakan bahwa gelatin babi itu haram, tiba-tiba para ulama dunia yang berkumpul di Kuwait menyatakan kehalalannya. Namun keterkejutan mereka tidak perlu terlalu lama, sebab memang demikianlah wajah dunia fiqih. Selalu ada perbedaan pandangan, antara yang menghalalkan dan yang mengharamkan. Antara yang terlalu berhati-hati dengan yang memudahkan. Semuanya adalah ijtihad, bila benar akan mendapat 2 pahala dan bila salah akan mendapat 1 pahala. Lalu bagaimana sikap kita? Makan atau tidak? Kembali kepada keyakinan mana yang kita pegang. Keduanya adalah pilihan yang samasama dilandasi ijtihad para ulama. Sama-sama boleh dipegang dan sama-sama punya kajian mendalam. Namun kalau boleh kami memberi saran, sebaiknya kita meninggalkan hal-hal yang meragukan kepada hal-hal yang kita yakini kebenarannya. Akan tetapi kita tetap harus jujur dengan kajian ilmiyah para ulama dengan ragam pendapatnya, apa adanya kita ungkap dan kita sampaikan. Tetapi pilihan kembali kepada masing-masing kita. Wallahu alam bishshawab wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Assalamualaikum Wr. Wb Pak Ustadz yang terhormat, saya ingin menanyakan hukumnya memakan kepiting, serta binatang apa saja yang dilarang untuk dimakan. Jazakallah atas jawabannya Wassalamualaikum Wr. Wb Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Memang terjadi banyak silang pendapat tentang hukum kepiting di tengah masyarakat. Ada sementara kalangan yang mengharamkannya, tetapi tidak sedikit yang menghalakannya. 1. Pendapat yang Mengharamkan

Mereka yang mengharamkannya umumnya berangkat dari pemahaman bahwa hewan yang hidup di dua alam, air dan darat, adalah hewan yang haram dimakan. Misalnya, katak, penyu dan lainnya. Biasanya orang menyebutkan dengan istilah amphibi, atau dalam istilah fiqihnya disebut barmai. Keharaman hewan amphibi ini banyak kita dapat di banyak kita fiqih, terutama dari kalangan mazhab As-syafii. Salah satunya adalah kitab Nihayatul Muhtaj karya Imam ArRamli. Di sana secara tegas disebutkan haramnya hewan yang hidup di dua alam. Namun sebenarnya kesimpulan bahwa hewan yang hidup di dua alam itu haram dimakan, juga masih menjadi ajang perbedaan pendapat. Hal itu disebabkan lantaran dalil-dalil yang digunakan oleh mereka yang mengharamkan hewan amphibi dianggap kurang kuat. 2. Pendapat yang Menghalalkan Selain karena menilai dalil-dalil tentang haramnya hewan amphibi kurang kuat, mereka berdalil bahwa kepiting itu bukan termasuk hewan amphibi. Sehingga kalau pun bisa diterima pendapat bahwa hewan yang hidup di darat dan di air itu haram, toh kepiting tidak termasuk di dalamnya. Pendapat bahwa kepiting itu bukan hewan dua alam dikemukakan oleh banyak pakar di bidang perkepitingan. Umumnya mereka memastikan bahwa kepiting bukan hewan amfibi seperti katak. Katak bisa hidup di darat dan air karena bernapas dengan paru-paru dan kulit. Tetapi tidak demikian halnya dengan kepiting. Kepiting hanya bernapas dengan insang. Kepiting memang bisa tahan di darat selama 4-5 hari, karena insangnya menyimpan air, sehingga masih bisa bernapas. Tapi kalau tidak ada airnya sama sekali, dia mati. Jadi kepiting tidak bisa lepas dari air. Penjelasan bahwa kepiting bukan hewan amphibi disampaikan oleh ahli dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Sulistiono. Walhasil, tidak ada alasan untuk mengharamkan kepiting, sehingga hukumnya kembali ke asalnya yaitu halal. Dan kehalalannya dikuatkan oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah berkonsultasi dengan beliau. Wallahu alam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

HUKUM ISLAM DALAM PENGGUNAAN OBAT-OBATAN Pembahasan aspek hukum islam dalam penggunaan obat-obatan menjadi hal yang penting. Ajaran islam mengandung aspek yang sangat luas diantaranya hukum berobat, profesi thabib (dokter), kesehatan dan obat-obatan. Profesi thabib mencakup bidang kesehatan secara umum seperti kedokteran dan tukang obat.

HUKUM BEROBAT Diriwayatkan dari Usamah, ia berkata: Seorang Arab badui berkata ya Rasululah, tidakkah kita berobat? Rasulullah SAW menjawab Wahai hamba-hamba Allah berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit tanpa menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit yaitu tua.

MENGGUNAKAN OBAT YANG HALAL Obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilankan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Selain menyuruh berobat Rasulullah SAW juga menyuruh menggunakan obat yang halal dan melarang menggunakan obat yang haram.

Diriwayatkan dari Abu Ad Darda ia berkata: Rasulullah SAW bersabda Sesungguhmya Allah Taala tidak menciptakan penyakit melainkan dengan obatnya, Karena itu hendaklah kamu berobat dan jangan berobat dengan yang haram.

STANDAR OBAT YANG HALAL Kehalalan obat tergantung pada: sifat bahannya, pengaruh makanan pada bahanbahannya, proses pembuatannya dan pengaruh pada penggunanya. Sifat bahan obat meliputi bahan aktif obat dan bahan farmaseutik. Sumber bahan aktif obat, baik obat dalam maupun obat luar berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pembuatan obat (produk farmasi), baik obat dalam maupun obat luar, disamping bahan aktif obatnya, dapat pula mengalami penambahan bahan lain. Jika bahanbahannya berasal dari lemak atau minyak hewan, tentu perlu kajian tentang hewannya halal atau haram dikonsumsi dan pemeriksaan proses penyembelihannya. Jadi apapun bahannya tentu perlu kehalalannya dengan teliti, demi memberikan ketenangan kepada masyarakat muslim sebagai konsumen.

OBAT-OBATAN DARI TUMBUHAN Islam melarang menggunakan tumbuh-tumbuhan yang merusak akal untuk dijadikan obat-obatan, karena menghambat dzikir kepada Allah Swt. Ada tiga jenis tumbuhatumbuhan terlarang yang disebut-sebut dalam buku-buku fiqh, yaitu : hasyisy, opium dan kat. Untuk mengetahui pandangan islam tentang tiga tumbuh-tumbuhan tersebut, cukup dengan mempelajari pandangan islam tentang hasyisy, kemudian mengembangkan kepada tumbuh-tumbuhan lain. Para ahli fiqh, baik dari mahzab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali, sepakat mengenai keharaman hasyisy, karena merusak akal, mengahambat dzikir kepada Allah Swt dan mengandung unsure-unsur racun yang berpengaruh pada syaraf. Ibnu At-Taaimiyyah mengatakan Seluruh ulama kaum muslimin sepakat mengatakan hasyisy adalah haram. Orang islam yang menghalalkannya dituntut untuk berotobat. Jika tidak mau berotobat dia dijatuhi hukuman mati sebagai murtad. Allah SWT. Berfirman: yang artinya Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamer, berjudi, (berkorban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatanmu itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksudmenimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran meminum khamer dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Q.S. Al-Maidah (5) 90-91). Ayat ini melarang mengkonsumsi khamer karena menghalangi mengingat Allah dan shalat. Jika demikian hokum mengkonsumsi khamer, maka demikian pula hokum mengkonsumsi hasyisy, opium dan kat. Jadi hokum yang berlaku pada khamer tersebut dikembangkan kepada tumbuh-tumbuhan lain yang sama.

OBAT-OBATAN DARI HEWAN Pembuatan obat yang halal dari hewan hendaklah dari hewan yang halal dikonsumsi. Untuk mengetahui hewan yang halal dikonsumsi perlu mempelajari pembahasan tentang hewan dalam fiqh islam. Allah SWT. Berfirman: yang artinya Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 173).

Obat Halal Yang Susah Didapat Di Indonesia Dunia obat-obatan berkembang sedemikian pesat, mengikuti kualitas dan kuantitas penyakit yang tak kalah cepatnya berkembang. Aspek kehalalan kembali menjadi korban penelitian farmasi yang telah memanfaatkan apa saja, asalkan bisa memberikan kesembuhan. Termasuk penggunaan bahan dari babi, organ manusia, dan bahan haram lainnya. Pengkajian mengenai kehalalan obat ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, terutama berkaitan dengan minimnya informasi yang bisa diakses masyarakat umum. Pada obat-obatan yang beredar melalui resep dokter sangat sulit ditelusuri kandungan dan komposisi bahannya, karena akses yang didapatkannya juga sangat terbatas. Definisi obat menurut Permenkes No.1010/Menkes/Per/XI/2008 adalah obat jadi yang merupakan sediaan atau paduan bahan bahan termasuk produk biologi dan

kontrasepsi yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Sedangkan yang dapat menjadi titik kritis dari segi kehalalannya pada obat adalah penggunaan beberapa bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan pada produk ataupun proses pembuatannya yang dapat bersumber dari bahan haram. Seperti misalnya penggunaan gelatin untuk cangkang kapsul atau coating vitamin yang dapat terbuat dari babi ataupun sapi, alkohol untuk pelarut obat-obatan (tetapi apabila kandungan alkohol dalam obat tersebut < 0,5% masih ditolerir oleh bagian fatwa MUI) serta penggunaan bagian tubuh/sel dari binatang untuk proses pembuatan vaksin termasuk sebagai media pertumbuhan vaksin. Menurut Departemen Kesehatan sendiri sampai saat ini memang belum ada ketentuan pencantuman label halal pada produk obat di Indonesia, persyaratan yang ditetapkan kepada produk obat lebih kepada persayaratan mutu dan keamanan. Tetapi menurut Dra. Sri Indrawaty Apt, M.Kes dari Bina Kefarmasian dan Alkes Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa untuk obat-obatan yang mempunyai indikasi penggunaan bahan non halal dalam proses pembuatan ataupun pada produk akhirnya akan ditanya asal-usul bahan tersebut dan dimintai sertifikat dari lembaga syariat setempat. Kemudian apabila ternyata produk obat tersebut memang mengandung bahan yang haram, maka harus dicantumkan dalam penandaannya untuk obat yang haram, seperti kotak berwarna merah dengan dasar putih serta tulisan PADA PROSES PEMBUATANNYA BERSINGGUNGAN DENGAN BAHAN BERSUMBER BABI Menurut LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) untuk menentukan halal tidaknya suatu produk bukan merupakan hal yang mudah. Hal ini karena untuk menentukan halal atau tidak bukan hanya berdasar dari asal bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong yang digunakan saja tetapi juga harus diketahui proses produksinya. Karena mungkin saja walaupun bahan bakunya halal tetapi ketika dalam proses pembuatannya tercampur/bersinggungan dengan bahan yang tidak suci atau haram maka hasil akhir produk yang dihasilkan pun akan menjadi tidak halal. Walaupun demikian menurut KH. Maaruf Amin ada beberapa kondisi tertentu yang dapat membuat sesuatu yang wajib menjadi tidak wajib yaitu keadaan darurat (addharurah). Kadaan darurat tersebut menimbulkan dispensasi mengenai bolehnya mengkonsumsi yang haram untuk pengobatan, karena yakin adanya bahaya yang mengancam/menimbulkan kematian bila tidak mengkonsumsi obat tersebut dan belum ada obat lain yang dapat menggantikan obat tersebut. Contoh kasusnya adalah penggunaan vaksin meningitis untuk orang yang akan pergi haji/umrah yang marak menjadi pemberitaan tahun lalu karena diyakini telah terkontaminasi dengan bahan

dari babi. Untuk kasus tersebut MUI membolehkan penggunaan vaksin meningitis itu karena sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin meningitis lain yang halal. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa keadaan darurat tersebut hanya bersifat sementara, dalam arti apabila telah ditemukan obat lain yang lebih halal maka harus diganti segera.

Insulin Insulin merupakan hormon yang digunakan untuk mengatur gula tubuh. Penderita diabetes memerlukan hormon insulin dari luar guna mengembalikan kondisi gula tubuhnya menjadi normal kembali. Insulin ini dimasukkan dengan cara penyuntikan atau injeksi. Menurut Prof. Dr. Sugijanto dari Universitas Airlangga, sumber insulin ini bisa berasal dari kelenjar mamalia atau dari mikroorganisme hasil rekayasa genetika. Jika dari mamalia, insulin yang paling mirip dengan insulin manusia adalah dari babi.

Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7

Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6

(hanya 1 asam amino berbeda)

Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6

(ada 3 asam amino berbeda)

Di pasaran ada beberapa produsen yang mengeluarkan produk ini. Salah satu yang cukup terkenal adalah Mixtard yang diproduksi Novonordisk. Ada banyak tipe mixtard yang diproduksi, masing-masing dengan kode produk yang berbeda. Di

dalamnya ada yang berasal dari manusia dengan perbanyakan melalui DNA recombinant dan proses mikroba serta berasal dari hewan (babi). Namun informasi mengenai kehalalannya sangat minim, sehingga dokterpun tidak mengetahui apakah ia bersumber dari babi atau bukan. Masalahnya, insulin dari DNA recombinant ini harganya lebih mahal dibandingkan yang berasal dari hewan. Data dari International Diabetes Federation menyebutkan bahwa pada tahun 2003 insulin yang berasal dari manusia sebanyak 70%, disusul insulin babi sebanyak 17%, insulin sapi 8% dan sisanya 5% merupakan campuran antara babi dan sapi.

Heparin Obat ini berfungsi sebagai anti koagulan atau anti penggumpalan pada darah. Banyak digunakan bagi penderita penyakit jantung untuk menghindari penyumbatan pada pembuluh darah. Ketika terjadi penyumbatan yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak, maka pasien akan mengalami stroke. Obat jenis ini juga banyak di pasaran, hampir semuanya impor. Salah satu yang teridentifikasi berasal dari babi adalah Lovenox 4000 keluaran Aventis Pharma Specialities, Maisons-Alfort, Perancis dan diimpor oleh PT Aventis Pharma, Jakarta. Kandungan obat tersebut adalah heparin sodium yang bersumber dari babi. Hal ini diperkuat dengan registrasi Badan POM dengan nomor DKI0185600143A1 dan di dalam labelnya berisi keterangan Bersumber Babi-. Sayangnya tulisan itu sangat kecil dan berada di kemasan, bukan pada jarum suntik. Sehingga ketika kemasan itu telah dibuang, maka dokter dan pasien yang bersangkutan tidak akan mengenalinya lagi.

Kapsul Sebenarnya cangkang kapsul merupakan bahan penolong yang digunakan untuk membungkus sediaan obat. Namun cangkang ini ikut ditelan dan masuk ke dalam tubuh kita. Bahan pembuat cangkang kapsul adalah gelatin. Gelatin ini bersumber dari tulang atau kulit hewan, bisa dari sapi, ikan atau babi. Sebenarnya Badan POM telah menegaskan bahwa gelatin yang masuk ke Indonesia hanya yang berasal dari sapi. Masalahnya, gelatin sapi ini tidal lantas halal begitu saja.

Perlu dikaji apakah sapi tersebut disembelih secara Islam ataukah tidak. Masalah inilah yang sampai saat ini masih sulit dipecahkan. Selain itu ada pula obat yang diimpor sudah dalam bentuk kapsul. Misalnya untuk beberapa obat dan multi vitamin, yang kebanyakan dibungkus dalam kapsul lunak (soft capsule). Kapsul lunak ini banyak yang dibuat dari gelatin babi karena lebih bagus dan murah. Dari data yang ada, banyak obat-obatan impor yang berbentuk kapsul, baik keras maupun lunak. Misalnya saja Yunnan Baiyao yang diproduksi oleh Yunnan Baiyao Group Co. Ltd., Cina, dan diimpor oleh PT Saras Subur Ayoe. Selain itu juga multi vitamin, vitamin A dosis tinggi dan vitamin E yang dikemas dalam kapsul lunak.

Alkohol Alkohol banyak digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan bahan-bahan aktif. Obat batuk merupakan salah satu yang banyak menggunakan alkohol. Bahan ini sering dikonotasikan dengan minuman keras yang diharamkan dalam Islam. Oleh karena itu penggunaan alkohol dalam obat batuk masih mengundang kontroversi di tengah masyarakat. Kecenderungan (trend) global penggunaan dan penyediaan pangan halal semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari nilai transaksi perdagangan bisnis produk halal (termasuk perbankan syariah) yang mencapai rata-rata 632 milyar dollar per tahunnya selama satu dekade terakhir (Majalah Time, edisi 25 Mei 2009). Hal yang seharusnya patut disyukuri oleh dunia Islam ini, ternyata hampir tidak menyentuh dunia farmasi yang menghasilkan obat dan vaksin. Padahal hukum mengkosumsi obat dan penggunaan vaksinbagi umat Islam, sama saja seperti halnya mengkosumsi produk pangan, yakni haruslah produk yang halal. Disamping pengetahuan yang terbatas, hal ini ditenggarai karena lemahnya kesadaran konsumen muslim untuk hanya mengkosumsi produk halal termasuk obat dan vaksin. Upaya penyadaran konsumen untuk peduli obat halal juga dilemahkan dengan pandangan bahwa penggunaan obat haram dibolehkan karena alasan darurat. Pandangan yang harus diluruskan karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat dengan benda yang haram. (HR. Abu Daud dari Abu Darda).

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bergama Islam, memang harus ada upaya bersama yang sistematis untuk melindungi umat dari penggunaan obat yang tidak halal. Semua mata rantai yang terlibat, mulai dari produsen farmasi, apoteker, dokter, pemerintah, Majelis Ulama Indonesia, pebisnis obat dan vaksin, serta ilmuwan termasuk dunia perguruan tinggi harus duduk bersama dalam suatu forum untuk memberikan solusi atas permasalahan besar ini. Sehingga dalam forum ini bisa dihasilkan benang merah dan langkah-langkah strategis yang harus dikerjakan dalam memberikan pemecahan masalah yang tepat. Tujuan lebih jauhnya adalah konsumen bisa menggunakan obat dengan hati yang tentram karena tidak was-was dengan status kehalalannya. Paling tidak, jikapun tidak ada obat yang halal, dokter atau apoteker yang merekomendasikan obat tersebut, menjelaskan kepada konsumen bahwa obat tersebut tidak halal. Selanjutnya, konsumen yang memutuskan penggunaan obat tersebut.

SUMBER http://bleruangke.multiply.com/journal/item/827?&show_interstitial=1&u=%2F journal%2Fitem http://medicastore.com/berita/167/Obat_Halal_di_Indonesia.html http://nbbajry.blog.com/2011/03/18/obat-yang-halal/ http://pojoksehat.wordpress.com/2009/12/16/romor-tentang-insulin-mana-yangbenar-mana-yang-salah/ Share this:

Daftar Produk / Bahan Makanan Haram atau Diragukan Kehalalannya


Saat ini, di pasaran banyak beredar produk (dan bahan baku penyusun) makanan, obat, kosmetika yang diragukan kehalalannya menurut syariat Islam. Beberapa produk dan atau bahan baku (ingredient) penyusun produk makanan, obat, dan kosmetika tersebut diantaranya adalah : 1. Ang ciu Ang ciu sering sekali dipakai dalam mengolah Sea Food (masakan ikan),Chinese Food (masakan Cina), Japanese Food (masakan Jepang), Bakmi ikan, Bakso ikan, dll. Ang ciu ini bermanfaat untuk menghilangkan bau amis pada masakan ikan, sekaligus mampu mempertahankan aroma ikannya. Istilah dalam bahasa Inggris untuk ang ciu ini bermakna Red Wine dan dalam bahasa Indonesiaberarti anggur merah/arak merah. Oleh karena merupakan arak (wine), maka dipastikan ang ciu ini harom dikonsumsi oleh orang Islam. Produk lain yang memiliki fungsi mirip ang ciu adalah arak putih, arak mie, dan arak gentong. 2. Emulsifier E471 Emulsifier banyak jenisnya. Yang cukup terkenal dan sering dipakai adalahLesitin dan E-number (Exxx). Telah diketahui oleh banyak ilmuwan di bidang peternakan, bahwa E471 adalah emulsifier yang berasal dari Babi. Hal ini insya Allooh dapat diketahui (dianalisis) dengan menggunakan analisis PCR. Analisis ini cukup efektif dalam mendeteksi kandungan babi dalam suatu bahan. Hampir dapat dipastikan apabila suatu bahan makanan mengandung babi, maka tidak akan dapat lolos karena yang dideteksi adalah DNA babi.

3. Lesitin Lesitin merupakan salah satu bahan pengemulsi makanan. Bahan ini dapat berasal dari bahan nabati (tumbuhan) dan dapat pula dari bahan hewani. Bahan nabati yang paling sering dipakai dan disukai karena kualitasnya adalah kedelai, sehingga digunakan istilah Soy Lechitine atau Soya Lechitine(Soja Lechitine). Bahan hewani yang paling sering dipergunakan adalah dari babi. Di samping karena kualitasnya yang paling baik, juga karena harganya relatif murah. Hasil produk makanan yang menggunakan lesitin babi sangat bagus, rasanya gurih, nikmat, teksturnya lembut/ lunak, dll. Oleh karena teknologi makanan (bakery, dll) sudah sedemikian maju, maka apabila lesitin yang dipakai oleh suatu perusahaan berasal dari kedelai, maka mereka tidak akan mau ambil resiko produknya tidak akan laku dijual (dihindari konsumen muslim dan para vegeterian). Untuk itu, apabila mereka menggunakan kedelai, maka akan langsung mencantumkan identitas kedelai untuk mendampingi lesitin. Sehinggaberhati-hatilah bila kita menjumpai suatu produk yang hanya ditulis lesitin saja, tanpa embel-embel soja, soy, atau soya, karena bisa jadi lesitin tersebut berasal dari babi. 4. Rhum Rhum adalah salah satu derivat alkohol yang dapat digolongkan dalam kelompok khamer . Rhum sering sekali terlibat dalam proses pembuatan roti (bakery). Jenis rhum yang paling sering dipergunakan adalah rhum semprot dan rhum oles (Toffieco, Jamaica, dll). Rhum amat sering pula dipakai dalampembuatan roti Black Forest. Di toko bahan roti, nama rhum ini sedemikian harum, seharum baunya yang menyengat, sebagaimana umumnya bahan lain yang berasal dari alkohol. Oleh karena termasuk dalam kategori khamr, maka umat Islam dilarang menggunakan rhum ini. 5. Lard Lard adalah istilah khusus dalam bidang peternakan untuk menyebutkan lemak babi . Bahan ini sering sekali dimanfaatkan dalam proses pembuatan kue/roti karena mampu membuat roti/kue menjadi lezat, nikmat, renyah, lentur, dll. Oleh karena merupakan bahan yang berasal dari babi, maka secara otomatis Lard ini dihukumi haram. Di Australia, salah seorang dosen senior di Fakultas Peternakan UGM pernah menemukan tulisan Lard dengan huruf Arab. Akan tetapi, tentunya meskipun ditulis dengan huruf Arab, tidak serta merta menjadi Lard ini halal. 6. Kuas Bulu Putih (Bristle) BPS melaporkan bahwa pada periode Januari Juni 2001, Indonesia mengimpor Boar Bristle dan Pig/Boar Hair sejumlah 282,983 ton atau senilai $ USD 1.713.309. Apa yang menarik? Sekadar tahu, Anping adalah perusahaan yang memiliki sejarah 400 tahun dalam memproses bristle dan bulu ekor hewan. Perusahaan ini merupakan pusat distribusi terbesar bulu ekor hewan di utara Cina. Disebutkan, sekitar 50.000 orang lebih yang bergabung dalam proses produksinya dan memiliki lebih dari 1.000 workshop yang menyebar di berbagai negara. Kata kunci yang menunjukkan identitas kuas putih ini adalah tulisan Bristle pada gagang kuas, yang dalam Kamus Webster berarti Pig Hair (bulu babi). Berdasarkan hasil survei Tim Jurnal Halal, maka untuk membedakan apakah bulu kuas yang kita pergunakan berasal dari bulu/rambut babi atau yang lain dilakukan dengan cara yang sangat mudah dan sederhana. Bulu binatang mengandung suatu protein yang disebut KERATIN. Keratin merupakan salah satu kelompok protein yang dikenal sebagai protein serat. Sebagaimana halnya protein, maka rambut/bulu yang mengandung keratin saat dibakar akan menimbulkan bau yang khas. Bau khas tersebut sama ketika kita mencium aroma daging yang dipanggang.

Sementara bila kuas itu terbuat dari ijuk, sabut, atau plastik, maka pasti tidak akan mengeluarkan aroma spesifik selain bau abu pembakaran. Ketika dibandingkan dengan sapu ijuk dibakar jelas sekali terdapat perbedaan bau yang sangat kentara. Karena terbuat dari bulu babi, maka kuas tersebut najis, sehingga bila dipergunakan untuk mengoles roti, maka roti tersebut terkena najis. Singkatnya, benda najis hukumnya harom dimakan. 7. Alkohol (dan derivatnya) dalam obat Beberapa macam obat (influenza) yang tercatat menggunakan alkohol atau derivatnya (turunannya,seperti : ethanol, dll) adalah Vicks : Vicks Formula 44, OBH : OBH Combi Plus, Woods, Benadryl, Actifed, Tonikum Bayer. 8. Urine dan Organ Dalam Komisi Fatwa MUI Pusat mengeluarkan Fatwa Munas No. 2 Tgl. 30 Juli 2000 pada Munas VI Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 di Jawa Barat bahwa urine, keringat, darah, dan organ tubuh yang telah keluar dari tubuh manusia harom dikonsumsi kembali. Selain itu, seluruh organ tubuh manusia harom dipakai dalam pembuatan makanan, obat, dan kosmetika. 9. Daging dan Jerohan Impor Hati-hati ketika membeli produk daging beku di supermarket (mall, dll).Sebelum membeli daging, hendaklah kita tanyakan pada penjual (penjaga/pramuniaganya), dari manakah daging beku tersebut berasal. Pemerintah negara Swizerland tidak mengijinkan Syariat Islam maupun Yahudi dalam penyembelihan ternak diterapkan. Untuk itu, karena ternak (sapi, kambing, dll) tidak disembelih sebagaimana Syariat Islam, maka daging tersebut menjadi harom dimakan. Lain hal dengan New Zealand (Selandia Baru). Di negara tersebut Syariat Islam dalam penyembelihan telah ditegakkan. Namun sayangnya, seringkali jerohannya tidak terawasi dengan baik dan sering bercampur dengan produk harom. 10. Cokelat Impor Ketika kita mendapatkan oleh-oleh cokelat dari teman yang pulang dari luar negeri terkadang kita sering terlalu senang dan kurang berhati-hati. Tanpa membaca ingredients-nya (bahan baku), maka kita sering langsung menyantapnya. Tentunya bukan cokelatnya yang diharomkan! Akan tetapi, seringkali di beberapa negara di Eropa dan Amerika, produsen pembuat cokelat sering mencampurkan alkohol, brandy, dll. Padahal kesemuanya itu jelas termasuk dalam kelompok khamr yang diharamkan bagi umat Islam. Untuk itu, apabila kita temukan dalam daftar ingredients-nya ada bahan yang harom, maka selaku umat Islam yang taat pada Syariat Islam, maka makanan tersebut harus kita tinggalkan (tidak kita santap). 11. Roti Black Forest Mutiara Dahlia, M.Kes, dosen program Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, dalam resep standarnya, penggunaan rhum memang tak dapat dielakkan.Black Forest merupakan jenis kue yang menggunakan rhum dalam kadar paling tinggi dibandingkan jenis kue lainnya, yaitu sekitar 50 cc. 12. Plasenta Dalam Kosmetik Kosmetik La-Tulipe produksi PT. Rembaka Sidoarjo, Jawa Timur dan Musk by Alyssa Ashley menggunakan plasenta manusia. Plasenta (organ dalam) manusia HAROM dipergunakan sebagai bahan kosmetika (lihat Bab Urine dan Organ Dalam). Selain bahan bahan makanan di atas ada juga bahan bahan makanan tambahan yang biasanya di pakai untuk pembuatan kue, minuman dan lain lain.

Daftar ini diambil dari buku Maurice Hanssens, The Brighton Islamic Mission, PO Box 234, Brighton, England, dengan perbandingan daftar serupa, yang dikeluarkan oleh Organisasi Islam USA. Hanya ada satu kekurangan pada daftar yang dikeluarkan dari USA yaitu tidak dicantumkannya istilah aslinya itu dalam Bahasa Kimia. Istilah huruf "E" biasa digunakan di seluruh negara- negara Eropa. Mohon maaf kalau ada Istilah yang susah dimengerti, karena ini diambil dari terjemahan bahasa Jerman. Sudah jelas :

AlkoholGelatin *) Hati-hati : untuk Emulgator, Penguat Rasa, Mono- dan Diglyceride, Stabilisator/Stabillize, Lemak Binatang,BahanPemisahdanBumbu. E 120 Karmin, Cochenille E140Chlorophyll E141 Chlorophyll -ikatan Cu E 153 Carbo medicinalis E 160 a Alpha/Beta/Gamma -Carotin E 161 a Flavoxanthin E 161 b Lutein E 161 g Cantaxanthin E E 422 E E E E 470 s/d E E E E E E E E E E E E 252 Kaliumnitrat, Salpeter -----------hati-hati !! sering ada di Pasta Gigi. Polyoxiethylen (8) Stearat 431 Polyoxiethylen Stearat 432 s/d E 436 Polysorbate E 478 Salze (Garam), Mono- dan Diglyceride, Ester (Asam Lemak Makanan) 491 Sorbitanmonostearat 492 Sorbitantristearat 494 Sorbitanmono -Oleat 542 Knochonphosphate 570 Stearin Acid 572 Magnesiumstearat 631 Natriuminosinat 632 Kaliuminosinat 635 Natrium -5'-ribonucleotid 913 Wollfett, Lanolin 920 L -Cystein, L -Hydrochlorid 921 L -Cystin Glycerin 430

*) Bahan P E W A R N A : E 120 Karmin pure, Cochenille, Karmin Acid, bahan pewarna Natur berwarna merah untuk minuman, dari Alkohol E 140 Chlorophyll, sesungguhnya dari daun untuk pewarna alam, tapi untuk Industri dihasilkan dari Asam Lemak dan Phosphat yang tidak diketahui asalnya. E 141 Chlorophyll ikatan Cu hasil akhir dari Bahan E 140. E 161 b Lutein, Carotin-Derivat, dihasilkan dari Chlorophyll dimana Asam Lemak dan Phosphat sebagai bahan dasarnya. ( tidak dipakai di Jerman !) E 161 g Cantaxanthin, dihasilkan dari Lemak Binatang. *) E Bahan 252 Pengawet Kaliumnitrat, : Salpeter.

*) Bahan Pelembab : E 422 Glycerin, sering kali Industri memakai dari tumbuhan, tetapi digunakan pula Minyak dan Lemak yang tak diketahui asalnya. *) Emulgator dan Stabillized : E 430 Polyoxiethylen (8) Stearat, dari bahan Dasar Lemak. ( tidak dipakai di Jerman !)

E 431 Polyoxiethylen Stearat, seperti E 430 ( tidak dipakai di Jerman !) E 470 Natrium-, Kalium-, dan Calcium Acid dari bahan dasar Lemak. E 471 Mono- dan Diglyceride, bahan dasar dari E 422 Glycerin atau dari Lemak. ***> Hati-hati sering ada di Ice Cream !!! E 472 a s/d E 472 f bahan dasar dari E 471 E 473 Sucroester dengan bahan dasar dari Lemak. ( tidak dipakai di Jerman !) E 474 Sucroglyceride, disamping bahan dasarnya dari tumbuhan, juga dari Lemak Binatang, terutama Babi. ( tidak dipakai di Jerman !) E 475 Polyglycerinester, bahan dasarnya dari E 471 E 476 Polyglycerolester, dari minyak Rizinus, meskipun asalnya dari Tumbuhan tapi E 422 (Glycerin) ikut dipakai. ( tidak dipakai di Jerman !) E 477 Propylenglycolester, bahan dasarnya dari E 471. ( tidak dipakai di Jerman !) E 478 Asam Susu, dari bahan Glycerin / E 422. ( tidak dipakai di Jerman !) *) Bahan Pemisah : E 542 Knochenphosphate, dihasilkan dari bermacam tulang binatang. (tidak dipakai di Jerman !) *) Bahan E 631 Natriumosinat, dari Ekstrak E 635 Natrium-5'-ribonucleotid, bahan dasar *) E *) E 920 913 L-Cystein, Bahan Wollfett / dari Penyedap berbagai macam daging dari E 631. (tidak dipakai di Pemisah Lanolin, Tepung hewan dan dari rambut : binatang. Jerman !) : hewan. : Manusia.

Bahan L-Cystein-Hydrochlorid

**) Tidak Jelas !! E 153 Carbo medicinalis berasal dari Hewan dan Tumbuhan. E 160 a : Alpha/Beta/Gamma-Carotin, berasal dari tumbuhan, tak jelas ! apakah untuk Stabillized dipakai minyak murni dari tumbuhan ! E 161 a : Flavoxanthin, bahan dasar dari E 160 a.E 432 s/d E 436 Polysorbate, tidak jelas dari bahan dasar apa ? (tidak dipakai di Jerman !) E 491 Sorbitanmonostearat dari bahan dasar E 570 (tidak dipakai di Jerman !) E 492 Sorbitantristearat dari bahan dasar E 570 (tidak dipakai di Jerman !!) E 494 Sorbitanmono-Oleat sintetis, tidak jelas, dari Lemak Hewan atau bahan lain. (tidak dipakai di Jerman !!) E 570 Stearin Acid, seperti E 494 E 572 Magnesiumstearat, dari bahan dasar E 570 E 632 Kaliuminosinat, bahan dasar seperti E 631 E 921 L-Cystin, seperti E 920.

Titik Kritis Kehalalan Produk Diversifikasi Susu: Keju


Oleh: Een Nuraeni

Peningkatan produksi hasil peternakan dalam negeri telah mendorong berkembangnnya teknologi pascapanen(penanganan dan pengolahan), sehingga produk hasil ternak dapat dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan gizi masyarakat dan memperluas lapangan kerja. Karakteristik produk pangan hasil ternak yang mudah rusak dan kondisi lingkungan Indonesia dengan temperatur dan kelembaban yang cukup tinggi akan mempercepat proses kerusakan komoditi, maka untuk itu memerlukan penanganan pascapanen yang baik dan tepat sehingga mutu hasil ternak tetap terjaga dan aman dikonsumsi. Untuk menjaga kualitas produk peternakan dan meningkatkan konsumsi hasil ternak, salah satu programnya adalah diversifikasi produk olahan melalui teknologi pascapanen. Teknologi pascapanen mempunyai peran yang besar dalam peyediaan pangan bergizi tinggi yang berasal dari protein hewani. Teknologi pengolahan yang semakin berkembang menyebabkan makin beragamnya bahanbahan yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan atau sebagai bahan sintetis untuk memperkaya karakteristik dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu lebih cermat dalam mengkonsumsi jenis makanan olahan termasuk memahami bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatnya. Keju adalah suatu produk pangan yang berasal dari penggumpalan (koagulasi) protein susu. Penggumpalan terjadi pada bagian kasein atau protein susun akibat adanya enzim rennet yang meningkatkan keasaman susu melalui fermentasi asam laktat (Fox, 2000). Keju merupakan bahan makanan yang mengandung titik kritis dari sisi kehalalan. Hal ini tidak disebabkan karena bahan bakunya, tetapi oleh bahan penggumpal yang dipakai untuk memisahkan keju dan whey atau cairan yang terpisah setelah terjadi koagulasi susu menjadi curd. Bahan baku pembuatan keju berasal dari susu, sedangkan

bahan yang diperlukan untuk menggumpalkan susu adalah enzim yang biasannya berasal dari abomasums ternak ruminansia muda, perut babi, tumbuhan ataupun dari mikrobial. Rennet merupakan bahan koagulan yang umum digunakan uantuk membuat keju yang merupakan hasil dari ekstraksi mukosa abomasum anak sapi. Menurut Early (1998), Rennet adalah enzim proteinase yang digunakan dalam pembentukan keju yang berfungsi sebagai koagulan susu. Pemanfaatan rennet oleh industri keju olahan di Indonesia masih bersumber dari luar negeri (impor) yang beresiko berasal dari hasil pemotongan hewan yang tidak halal, sehingga akan menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Anak sapi yang dimanfaatkan abomasumnnya untuk pembuatan rennet harus disembelih sesuai dengan syariat Islam. Jika anak sapi tersebut tidak disembelih secara Islam, maka rennet yang dihasilkan diragukan kehalalannya. Ketika rennet itu dipergunakan untuk menggumpalkan susu menjadi keju, maka keju yang dihasilkan pun akan menjadi haram. Hal inilah yang membuat keju dan produk whey menjadi kritis dari segi kehalalan dan harus dilihat betul, apakah rennet yang dipakainya halal atau tidak. Berkaitan dengan hal ini, LPPOM MUI menjelaskan bahwa Rennet dihasilkan bagian lambung anak sapi yang bagi sapi sendiri digunakan untuk mencerna air susu ibu sapi. Untuk mendapatkan rennet terbaik, maka tidak ada jalan lain kecuali membunuh bayi sapi yang baru lahir itu dan mengambil bagian abomasumnya untuk diekstrak menjadi rennet . Jika anak sapi tersebut tidak dipotong secara Islam, maka rennet yang dihasilkan juga akan menjadi haram, karena hukumnya sama dengan bangkai.( Odilia Winneke, 2011) Secara sederhana halal adalah apa yang diperbolehkan oleh syariat Islam (dikerjakan tidak berdosa), haram adalah yang tidak diperbolehkan (dilarang) oleh syariat Islam, syubhat adalah di antara keduanya (halal-haram) yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.Nabi S.A.W. bersabda : Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara yang syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga dari yang syubhat, berarti dia telah menjaga agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus dalam syubhat berarti dia terjerumus kepada yang haram. Sebagaimana seorang pengembala yang mengembala di sekitar larangan, maka lambat laun akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap pemerintah memiliki daerah larangan. Adapun daerah larangan Allah adalah apa yang diharamkanNya. (HR.Bukhari & Muslim) Keberadaan rennet impor pada produk keju yang diragukan kehalalnnya menjadi salah satu ujian bagi seorang muslim. Inilah titik kritis keharaman yang perlu diwaspadai. Barang yang halal jika tercampur dengan barang yang haram meskipun sedikit tetap saja menjadi haram. Oleh karena itu kesadaran dan keinginan saja belum cukup untuk memilih produk yang halal yang akan menentramkan kehidupan seorang muslim dan muslimah. Mengingat banyaknnya keraguan aspek kehalalan rennet impor, saat ini para produsen keju dan peneliti sudah mulai mengembangkan dan menggunakan microbial rennet (rennet yang berasal dari mikroba) dan khusunnya di Indonesia sudah mulai dilakukan penelitian untuk rennet yang berasal dari ternak ruminansia kecil yaitu domba lokal. Microbial rennet dihasilkan dari pross fermentasi mikroba tertentu yang bisa menghasilkan enzim rennet. Media yang digunakan untuk memproduksi rennet jenis ini adalah bahan-bahan yang berasal dari susu, seperti susu skim, whey powder dan sumber nutrisi lain seperti gula (sukrosa) dan yeast extract (ekstrak jamur). Dengan mengontrol kehalalan bahan-bahan yang digunakan sebagai media tersebut maka kehalalan rennetmicrobial ini dapat lebih terjamin.

Apalagi secara umum media yang digunakan juga berasal dari produk susu, yang lebih mudah mengontrol kehalalannya.
Domba lokal sebagai salah satu jenis hewan ruminansia kecil memiliki potensi besar dalam pemenuhan sumber rennet halal di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Barat, populasi domba pada tahun 2008 sebanyak 5.3 juta ekor. Nisa et al.(2009) menyatakan bahwa domba lokal muda sama halnya dengan anak sapi, sejauh ini pemanfaatan hasil ikutan pemotongan seperti organ dalam khususnya abomasum domba belum banyak dimanfaatkan. Data statistik menunjukkan bahwa angka pemotongan di Jawa Barat, termasuk domba muda kurang dari satu tahun tercatat mencapai 3,3 juta ekor (Statistika peternakan, 2006). Jumlah tersebut dapat memenuhi ketersediaan abomasum sebagai sumber rennet untuk bahan koagulan keju. Pemanfaatan rennet yang berasal dari abomasum domba lokal muda belum menjadi suatu hal yang konvensional di masyarakat indonesia. Padahal, abomasum domba lokal muda yang merupakan hasil ikutan rumah pemotongan hewan, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dapat mengatasi kekhawatiran masyarakat akan status halal dari rennet yang dihasilkan.

Esay ini diikutsertakan dalam lomba esay "menguak tabir kehalalan diversifikasi produk peternakan" SQSP FAMM AL AN'AM

^______^ SATU KARYA

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Triyantini, R.Sunarlim dan H. Setiyanto. 1999. Teknologi Pasca Panen untuk meningkatkan nilai tambah hasil ternak dalam usaha merangsang pertumbuhan agroindustri. Proseding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 18-19 November. Puslibang Peternakan Bogor.
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI. 2008. Statistik Peternakan 2008. Jakarta: Parajuri Jaya. Early, R. 1998. The Technology of Dairy Products. 2nd Edition. London: Champman and Hall. Fox, Patrick F. et.al., 2000. Fundamentals of cheese Science. Gaithersburg : ASPEN. Nisa, C., Trioso P., Ita D., C. Choliq. 2009. Produksi dan uji biologis rennet dari abomasum domba lokal sebagai bahan bioaktif dalam pembuatan keju. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Odilia

Winneke. 2011. Rennet dan Emulsifier Halalkah untuk Dimakan.http://food.detik.com/read/2011/08/24/174810/1710448/901/rennet-dan-emulsifierhalalkah-untuk-dimakan. [17 April 2012]

Titik kritis kehalalan bahan baku dalam makanan dan minuman Bagian 1
WRITTEN BY: REDAKSIKIBAR - JAN 2812

Industri pangan telah berkembang dengan sangat pesat. Saat ini makanan tidak lagi hanya sekedar direbus, dikukus, dan digoreng saja, namun juga diolah dengan berbagai bahan baku (ingredients) yang beraneka ragam. Untuk me-ningkatkan kualitas, penampilan, masa simpan, rasa, serta aroma, para praktisi pengolahan pro-duk pangan menggunakan bahan baku (utama) dan bahan tambahan pangan (BTP), seperti : penyedap, pemanis, pengemulsi, pengembang, pewarna, pelapis, pelembut, pencegah peng-gumpalan (anti-caking agent), dll. Ingredient yang ditambahkan terkadang tidak hanya satu macam, namun kombinasi dari berbagai bahan. Sebagai konsumen Muslim, sudah selayaknya kita memahami status keha-lalan ingredien yang dipakai dalam membuat beraneka produk makanan dan minuman. Untuk lebih amannya, sebaiknya kita hanya menggunakan bahan-bahan yang telah jelas status kehalalannya. Alhamdulillah, saat ini di tanah air telah ada banyak produk yang memiliki sertifikat halal. Daftar produk halal yang telah diperiksa LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat dilihat di internet. BAHAN BAKU UTAMA : 1. Tepung terigu

Tepung terigu adalah bahan baku uta-ma yang dipakai dalam pembuatan berbagai produk makanan, seperti : rerotian (bakery), mie (noodle), spaghetti, piza, dll. Tepung terigu kaya akan kandungan karbohidrat, namun sangat sedikit kandungan vitamin dan mineralnya. Untuk memperkaya kandungan nutriennya, beberapa bahan tambahan pangan sering ditambahkan sebagai fortifikan tepung terigu.

Keputusan Menteri Kesehatan Rep. Indonesia No. 962/Menkes/SK/VII/2003 tentang Fortifikasi Tepung Terigu menye-butkan bahwa terigu yang diproduksi, diimpor atau diedarkan di Indonesia harus mengandung fortifikan, yang meliputi: zat besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1, vitamin B2, serta asam folat. Dari sisi kehalalannya, tepung terigu relatif tidak ada masalah. Akan tetapi, ber-bagai bahan dan improving agents yang ditambahkan rentan terhadap berbagai pencemaran bahan haram. Sebagai contoh, vitamin B1 (thiamine), vitamin B2 (riboflavin), dan asam folat (folic acid) yang bersumber dari tanaman halal dikonsumsi. Vitamin-vitamin tersebut berubah status menjadi tidak halal manakala diproduksi secara mikrobiologis menggunakan media yang tidak halal. Contoh fortifikan lain yang berstatus syubhat adalah asam amino L-sistein (L-cysteine hydrochloride). Bahan ini sering dipakai untuk melunakkan gluten gandum, sehingga dihasilkan produk tepung terigu yang lembut (halus) dan volumenya lebih besar. Ada 3 macam sumber Lsistein, yaitu: dari hasil ektraksi rambut manusia, ekstraksi bulu binatang, dan dari produk mikrobial. Fatwa ulama menyebutkan bahwa L-sistein yang diekstraksi dari rambut manusia hukumnya haram. Selanjutnya, L-sistein yang diekstraksi dari bulu unggas dan pro-duk mikrobial lainnya hukumnya syubhat. L-sistein yang diperoleh dari bulu unggas, seperti : bulu bebek (duck feather) dan bulu ayam (chicken feather) hukumnya haram jika diekstraksi dari bulu unggas yang tidak disembelih secara syari. L-sistein yang di-hasilkan dari reaksi mikrobial juga berstatus haram jika mikrobianya ditumbuhkan pada media yang tidak halal. 2. Mentega

Mentega adalah produk olahan pangan yang dibuat dari bahan dasar krim susu. Bahan ini banyak dipakai untuk olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa produk roti dan masakan, serta kadang-kadang dipakai untuk menggoreng. Oleh karena merupakan produk olahan susu, maka mentega mengandung lemak dan kholesterol yang cukup tinggi. Pada dasarnya, mentega adalah produk emulsi air dalam minyak yang diperkaya dengan berbagai bahan tambahan, seperti : flavor dan pewarna. Agar adonan mentega (terutama air dan minyak/lemaknya) dapat bercampur dengan baik (merata/homogen), maka dalam pembuatannya, mentega ditam-bahi dengan bahan pengemulsi (emulsifier). Bahan pengemulsi yang sering dipakai

ada-lah senyawa mono- atau di-gliserida yang dihidrolisis dari senyawa lemak. Oleh karena berasal dari lemak, maka bisa saja berasal dari lemak nabati maupun lemak hewani. Apabila berasal dari lemak hewani, maka dapat saja berasal dari lemak babi atau lemak hewan halal yang tidak disembelih secara syari. Emulsifier yang diproduksi dari lemak nabati dapat pula tercemar bahan haram. Pada saat hidrolisis lemak menjadi senyawa gliserida dapat saja digunakan enzim lipase yang diambil dari hewan haram, seperti : porcine pancreatic lipase, yaitu enzim pen-cerna/penghidrolisis lemak yang dihasilkan oleh pankreas babi. 3. Margarin

Margarin berbeda dengan mentega. Apabila mentega dibuat dari bahan dasar susu, maka margarin dibuat dari bahan dasar lemak tumbuhan, seperti : lemak dari minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Dalam proses pembuatan margarin (skala industri) seringkali ditambahkan ba-han pengemulsi, bahan penstabil (stabili-zer), bahan pewarna, serta penambah aroma (flavor). Apabila bahan-bahan yang dipakai tersebut berasal dari bahan halal tentu tidak tidak masalah. Namun apabila berasal dari produk hewani, maka harus dipastikan dari hewan halal atau hewan haram. Salah satu bahan pengemulsi yang sering dipakai adalah lesitin. Apabila meng-gunakan lesitin kedelai (soy lechitin) maka tentu tidak masalah. Namun apabila meng-gunakanlesitin babi, maka tentu membuat produk makanan tersebut menjadi haram. 4. Keju

Keju adalah salah satu jenis makanan olahan favorit yang berasal dari susu hewan, seperti: susu sapi, kambing, domba, dan unta. Meskipun berasal dari susu, namun dalam

proses pembuatannya ditambahkan berbagai bahan yang dapat membuat produk olahan susu ini menjadi tidak halal. Keju dibuat melalui berbagai tahapan proses, yang dimulai dari proses penambah-an bakteri starter, penambahan enzim peng-gumpal protein, pembentukan curd, pence-takan dan pengepresan, penambahan garam, serta penyimpanan (pematangan). Enzim pencerna protein (protease) penting dipakai untuk menggumpalkan keju dan memisahkannya dari whey. Enzim yang dipakai dalam pembuatan keju beraneka ragam, seperti: enzim rennet, pepsin, renin (chemosin), renilase, dll. Enzim rennet yang dipakai bisa saja berasal dari hasil fermentasi ( microbial rennet) maupun dari lambung hewan, seper-ti lambung anak sapi maupun lambung babi. Jika berasal dari fermentasi mikroba (bakte-ri, kapang, khamir), maka harus dipastikan bahwa media yang dipakai untuk pertumbuhan mikroorganismenya bukan media yang diharamkan. Jika berasal dari hewan, maka harus dipastikan status kehalalan hewannya. Enzim rennet yang diambil dari lambung anak babi sudah tentu statusnya haram. Hati-hati dengan keju edam, karena masih banyak produsen edam yang menggu-nakan rennet babi. Sebaliknya, enzim rennet berstatus halal jika berasal dari hewan halal yang disembelih secara halal. Enzim yang lain, seperti enzim renin (chemosin) umumnya berasal dari aboma-sum anak sapi, sedangkan enzim renilasi umumnya berasal dari jamur Mucor miehei dan M. pussilus. Selanjutnya, starter yang dipakai da-lam pembuatan keju umumnya berasal dari mikroba (seperti bakteri asam laktat). Media yang dipakai untuk menumbuhkan bakteri bisa berasal dari media halal maupun media haram. Para ulama pengikut Madzhab Syafiiyyah berpendapat bahwa apabila media pertumbuhannya tidak halal, maka produk akhirnya menjadi tidak halal pula. 5. Lemak

Lemak ditambahkan dalam produk untuk membuat agar produk tersebut men-jadi lebih lembut, lebih renyah, lebih legit, dll. Lemak juga dipakai untuk mengikat berbagai nutrien tertentu, seperti vitamin, dll. Lemak juga dipakai agar produk rerotian memiliki aroma yang lebih sedap.

Lemak yang ditambahkan pada ber-bagai produk pangan dapat berasal dari le-mak tanaman maupun lemak hewan. Apa-bila tidak mendapatkan tambahan senyawa apapun, maka lemak tanaman (nabati) hukumnya halal dikonsumsi. Lemak hewan umumnya diperoleh dari lemak sapi ( tallow), lemak babi (lard), maupun lemak susu (cream). Lemak yang berasal dari babi dan lemak hewan halal yang tidak disembe-lih secara syari hukumnya haram. 6. Cokelat

Cokelat snack maupun cokelat batangan (untuk indutri makanan) dibuat dari biji buah cokelat pilihan. Agar awet dan bisa diolah lebih lanjut, maka dalam proses pembuatan cokelat seringkali ditambahkan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi ini dapat berasal dari bahan nabati (kedelai, bunga matahari, jagung, dll.) maupun dari bahan hewani. Lesitin hewani umumnya dibuat secara enzimatis menggunakan enzim Phospholipase A2. Apabila enzim yang dipakai diambil dari pankreas babi, maka tentu status enzim ini adalah haram. Titik kritis lain pada produk cokelat adalah penambahan khamr, seperti: alkohol, ethanol(ethyl alcohol), wine, brandy, whiskey, spirits, dll. Berbagai cairan ber-alkohol ini ditambahkan untuk membuat adonan tercampur dengan baik serta mem- beri flavor tertentu. Oleh karena khamr diharamkan, maka penggunaan khamr pada produk cokelat diharamkan. 7. Gula pasir

Gula pasir dibuat dari nira yang dapat berasal dari berbagai, seperti : tebu, kelapa, siwalan, lontar, aren, dan sawit. Oleh karena berasal dari tanaman, sudah barang tentu bahan baku utama gula pasir tersebut halal. Proses pembuatan gula pasir terdiri dari be-berapa tahapan, mulai dari proses ekstraksi, penjernihan, evaporasi, kristalisasi, hingga pengeringan. Dalam tahapantahapan proses ini bisa jadi bahan haram masuk dan mencemari gula pasir.

Sebagai contoh, apabila melibatkan proses rafinasi (pemurnian), maka karbon aktif yang dipakai harus dipastikan status kehalalannya. Apabila karbon aktif ini berasal dari hasil tambang atau dari arang kayu, maka tentu tidak menjadi masalah. Akan tetapi, apabila menggunakan arang tulang, maka haruslah dipastikan status kehalalan asal hewannya. Arang aktif haram dipakai jika berasal dari tulang hewan haram atau tulang hewan halal yang tidak disembelih secara syari. Selanjutnya, bahan lain yang ditam-bahkan pada proses hidrolisis juga harus dicermati. Apabila menggunakan bahan sintetis kimia tentu tidak masalah. Namun apabila menggunakan produk mikrobial, maka harus dipastikan bahwa media yang dipakai untuk mengkulturkannya adalah media yang halal. 8. Kecap

Kecap diperoleh dari hasil fermentasi kedelai (kedelai putih atau hitam) yang ditambahi dengan berbagai bahan, seperti : ragi (jamur tempe), daun salam, sereh, daun jeruk, laos, bunga pekak, gula merah, garam dapur dan air. Proses pembuatan kecap di-dahului dengan pencucian dan perendaman kedelai, yang dilanjutkan dengan proses perebusan, fermentasi, pemasakan, penya-ringan, dan diakhiri dengan proses penge-masan. Kecap yang diproses dengan metode standar tersebut di atas hukumnya halal. Status kehalalan kecap menjadi samar-samar (syubhat) manakala ditambahkan penyedap rasa (MSG) dan spirit/wine vinegar. MSG halal jika media yang dipakai untuk fermentasi bakteri adalah media yang halal. 9. Cuka

Cuka (vinegar) berasal dari bahan kaya gula, seperti: anggur, apel, nira kelapa, dan malt. Ada beberapa macam cuka di pasaran, seperti: cuka pada umumnya ( table vinegar) dan cuka buah (cuka apel).

Proses pembuatan cuka melibatkan 2 tahapan fermentasi. Tahapan pertama adalah proses pengubahan gula yang ada pada ba-han menjadi ethanol dengan menggunakan jamurSaccharomyces sp., yaitu : C6H12O6
-> 2C2H5OH + 2CO2

Karbohidrat (gula) > Ethyl Alcohol (Ethanol) + Karbon dioksida Tahapan kedua adalah proses peng-ubahan ethanol menjadi asam cuka (asam asetat) dengan menggunakan acetobacter Bacterium aceti menjadi asam cuka, yaitu : 2C2H5OH + 2O2 -> 2CH3COOH + 2H2O Ethanol + Oksigen -> Asam Asetat + Air Pada dasarnya, cuka halal dikonsumsi. Namun cuka yang dibuat dari khamr, seperti : wine vinegar, rice vinegar, spirits vinegar, cider vinegar, dan sherry vinegar hukumnya haram dikonsumsi. Cider (apple cider, pear cider, dll) adalah sejenis minuman yang mengandung alkohol setidaknya 5,5%. Dalil pengharaman cuka yang dibuat dari khamr adalah hadits-hadits berikut : Anas ra. berkata : Rasulullah ditanya tentang khamr apakah boleh dibuat menjadi cuka, beliau (Nabi SAW) menjawab: Tidak! (HR. Muslim). Hadits serupa dengan redaksi lebih lengkap diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud : Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Abu Thalhah bertanya kepada Nabi SAW ttg anak yatim yang mendapatkan warisan khamr. Kemudian Nabi SAW. bersabda : Tumpahkanlah khamr tsb! Abu Thalhah bertanya lebih lanjut : Apakah aku tidak boleh menjadikannya cuka? Beliau men-jawab : Tidak! (HR. Abu Dawud). 10. Creamer

Creamer dibuat dari susu. Titik kritisnya terdapat pada bahan enzim yang dipakai untuk memisahkan keju dan whey. Apabila menggunakan enzim haram, maka statuscreamer yang bersangkutan haram. 11. Mayonais

Mayonais atau mayones (mayonnaise) adalah salah satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama minyak nabati dan kuning telur ayam yang ditambahi sedikit garam dapur, minyak, cuka, dan mustard. Untuk mening-katkan cita rasa, ada pula mayonais yang menggunakan tambahan sari buah lemon, bawang putih, bawang bombay, acar, saus tomat, yoghurt, dll. Mayonais sering dipakai pada produk rerotian, seperti : sandwich, burger, dll. Status kehalalan mayonais tergantung oleh status kehalalan bahan-bahan yang ditambahkan. Kuning telur, garam, cuka, bawang, acar, dan (biji) mustard secara umum halal. Namun, minyak, saus tomat, dan vinegar harus dipastikan kehalalannya karena bisa saja tercemar bahan haram. 12. Vitamin

Vitamin banyak tersedia di alam dalam berbagai produk alami, seperti : buah dan sayur. Secara komersial, vitamin sering ditambahkan sebagai fortifikan (senyawa yang memperkaya kandungan nutrien suatu adonan produk makanan) pada berbagai produk susu formula, mentega, dll.

Vitamin yang dijual secara bebas di pasaran sebagian besar adalah vitamin sintetis atau hasil mikrobial. Vitamin-vitamin tersebut memiliki sifat mudah rusak oleh cahaya (photolabile), mudah rusak oleh suhu (thermolabile), dan mudah rusak oleh bahan kimia (chemicolabile). Untuk mempertahankan kualitasnya, vitamin dilapisi (disalut) dengan senyawa pelapis (coating agent), seperti: gelatin. Gelatin adalah senyawa protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen tulang atau kulit binatang. Secara komersial, umumnya gelatin yang terdapat di pasaran dibuat dari kulit atau tulang babi dan sapi, meskipun bisa pula dari ikan. Apabila berasal dari babi atau sapi yang tidak disembelih secara syari, maka sudah barang tentu gelatin tersebut haram. Selain itu, adakalanya multi-vitamin yang tersedia di pasaran (toko/apotek) dikemas atau dibungkus dalam kapsul agar praktis dan mudah ditelan. Bahan asal kapsul ini bermacam-macam, bisa dari pati yang dimodifikasi (modified starch), rumput laut, karagenan, gom arab, maupun gelatin. Apabila bahan yang dipakai adalah gelatin, maka harus dipastikan terlebih dahulu status kehalalan gelatinnya 13. Gelatin

Umumnya, gelatin dipakai sebagai gelling agent (bahan pengental), bahan penegar (penguat), atau untuk toppingkue atau es krim. Gelatin pasti berasal dari produk hewani (sapi, babi, dll). Jika berasal dari babi atau hewan halal yang tidak disembelih secara syari, maka status hukumnya haram. Sebagai pengganti, bahan lain yang dapat dipakai sebagai pengental adalah : rumput laut (agar-agar), karagenan, pati yang dimodifikasi, gum arab, dll. 14. Bakers Yeast Instant (Ragi)

Yeast banyak dipakai pada produk-produk bakery sebagai bahan pengembang (bread improver). Dalam pembuatannya, adakalanya juga ditambahkan bahan peng-

emulsi. Nah, kalau bahan pengemulsi yang dipakai berasal dari bahan haram, makayeast ini tentu menjadi tidak halal.

You might also like