You are on page 1of 26

KONSULTAN PAJAK;

PELUANG & TANTANGAN

Oleh : Drs. AGUS SAMBODO, SH, MSA, BKP

SEJARAH TIMBULNYA KONSULEN PAJAK


Didalam praktek sudah banyak orang yang melakukan kegiatan konsulen pajak sendiri sendiri. Dengan adanya pengumuman presiden RI No. 5 tahun 1964 tentang : Pengampunan Pajak, maka oleh Otoritas pajak waktu itu dikumpulkan para Konsulen Pajak, Akuntan Publik, Penasihat Pajak dan sebagainya untuk mensosialisasikan adanya Pengampunan Pajak itu. Atas prakarsa Direktorat Jendral Pajak waktu itu dan para Founder (tokoh tokoh Konsulen Pajak) maka diterbitkan Kep. Men P3 RI No. PUM 04-01-4 tahun 1995, tentang Penerbitan Kerja Konsulen Pajak (tanggal 24 Februari 1965) Akhirnya pada tanggal 27 Agustus 1965, didirikan IKPI, di Jakarta

DASAR HUKUM

KONSULTAN PAJAK
Pasal 32 ayat 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum & Tatacara Perpajakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK. 03/2003 Tanggal 30 Oktober 2003 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK. 03/2005 Tanggal 13 Oktober 2005 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK. 03/2008 Tanggal 06 Februari 2008 Surat Edaran Dir. Jenderal Pajak Nomor SE16/PJ/2008 Tanggal 10 Maret 2008

APA ITU KONSULTAN PAJAK?


Pasal 1 Ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003
Konsultan Pajak adalah : Setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebas memberikan Jasa Profesional kepada WP dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku

Seperti profesi lainnya, Konsultan Pajak juga harus tergabung dalam organisasi profesinya yang disebut :

Ikatan Konsultan Pajak Indonesia

( IKPI )

Siapa yang bisa menjadi

KONSULTAN PAJAK ?
Berdasarkan pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 485/KMK.03/2003 yang bisa menjadi Konsultan Pajak adalah setiap orang yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Warga Negara Indonesia 2. Bertempat Tinggal di Indonesia 3. Memiliki serendah-rendahnya ijazah Strata Satu (S-1) atau setingkat dengan itu dari Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang terakreditasi, kecuali bagi pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak 4. Tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan pada pemerintah / negara, atau BUMN/D.

Siapa yang bisa menjadi

KONSULTAN PAJAK ?
1. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Instansi yang berwenang 2. Memiliki Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) 3. Memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku 4. Bersedia menjadi anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan tunduk pada Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia 5. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak

IZIN PRAKTIK

KONSULTAN PAJAK
1. Untuk melakukan praktik sebagai Konsultan Pajak, seorang Konsultan Pajak yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003, wajib mempunyai Izin Praktik Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak a/n Menteri Keuangan. 2. Izin Praktik Konsultan Pajak berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. 3. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Izin Praktik Konsultan Pajak kepada pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak. 4. Penerbitan Izin Praktik Konsultan Pajak diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

IZIN PRAKTIK

KONSULTAN PAJAK
1. Izin Praktik Konsultan Pajak akan dicabut Direktur Jenderal Pajak dalam hal yang bersangkutan :
1. mengundurkan diri selaku Konsultan Pajak. 2. meninggal dunia 3. telah mencapai usia 70 tahun 4. dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan dalam Pasal 11 ayat (3) huruf c Keputusan menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003 5. tidak mendaftarkan diri sebagai anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia atau mengundurkan diri dari keanggotaan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

KEWAJIBAN

KONSULTAN PAJAK
Berdasarkan pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK. 03/2005 kewajiban konsultan pajak meliputi : 1. Konsultan Pajak wajib mematuhi semua peraturan perundangundangan perpajakan. 2. Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan Hak dan Kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib :
1. Memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak yang masih berlaku; 2. Memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak dan surat Pernyataan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III-1 dan III-2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.03/2005

KEWAJIBAN

KONSULTAN PAJAK
1. Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan negara. 2. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktik Konsultan pajak wajib mengikuti penataran/pendidikan penyetaraan perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. 3. Konsultan Pajak wajib memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

KEWAJIBAN

KONSULTAN PAJAK
1. Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan no.98/PMK.03/2005 dan melampirkan fotokopi Sertifikat Penataran/ Pendidikan Penyetaraan Perpajakan. 2. Laporan Tahunan yang telah dibuat oleh Konsultan Pajak disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwim berikutnya. 3. Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian Laporan Tahunan, yang disampaikan tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan.

UJIAN BREVET / USKP


IKPI diberi wewenang menyelenggarakan USKP yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan Pusdiklat Perpajakan. Sekretariat DJP melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap : Penetapan Biaya Ujian USKP Penyeleksian naskah soal Pelaksanaan Ujian Penentuan Kelulusan

Dalam kelembagaannya sekarang, Demi menjaga profesionalisme dan independasi dalam pelaksanaan USKP, IKPI membentuk :

Badan Penyelenggara USKP (BP USKP)


Dibentuk berdasarkan Kep. Pengurus Pusat IKPI No. 002/SK.PP.IKPI/I/2005 Tanggal 19 Januari 2005

UNSUR
BADAN PENYELENGGARA USKP (BP-USKP)

IKPI mewakili Praktisi Perpajakan Pusdiklat Perpajakan mewakili Akademisi Direktorat Jenderal Pajak mewakili Pemerintah

PERSYARATAN MENGIKUTI Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP)


Setiap WNI yang memiliki persyaratan sebagai berikut :
Sertifikat A (Brevet A) Ijazah SI semua jurusan dari PTN atau PTS yang telah terakreditasi Sertifikat B (Brevet B) memiliki serifikat A atau Piagam Penghargaan yang setara yang diberikan kepada Pensiunan Pegawai Direktorat Jenderal pajak Sertifikat C (Brevet C) memiliki sertifikat B atau piagam penghargaan yang setara yang diberikan kepada Pensiunan Pegawai DJP.

MATA UJIAN USKP


BREVET A
1. Akuntansi Perpajakan 2. KUP, PPSP, Pengadilan Pajak 3. PPh Orang Pribadi dan SPT PPh orang Pribadi 4. PPh Ps. 21 dan SPT 1721 5. PPh Ps. 22,23 dan 26 6. PPN dan SPT PPN 7. PBB, BPHTB dan Bea Materai 8. Kode Etik

BREVET B
1. Akuntansi Perpajakan 2. KUP, PPSP, Pengadilan Pajak 3. PPh Badan dan SPT PPh badan 4. PPh Ps. 21 dan SPT 1721 5. PPN dan SPT PPN 6. Kode Etik

BREVET C
1. Akuntansi Perpajakan 2. KUP, PPSP, Pengadilan Pajak 3. PPh Orang Pribadi dan SPT PPh Orang Pribadi 4. PPh Badan dan SPT PPh Badan 5. Perpajakan Internasional 6. Kode Etik

Dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban, Wajib Pajak dapat menugaskan seorang KUASA KUASA tersebut bisa diberikan kepada :
Konsultan Pajak; atau Bukan Konsultan Pajak.

KUASA tersebut harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 22/PMK.03/2008 dan SE DJP No. SE 16/PJ/2008.

Wajib Pajak yang dapat memberikan kuasa kepada BUKAN KONSULTAN PAJAK
Wajib Pajak yang dapat memberikan kuasa kepada Bukan Konsultan Pajak termasuk karyawan adalah WP yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; 2. Wajib pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun; atau 3. Wajib Pajak Badan dengan peredaran bruto tidak lebih dari Rp 2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun.

KUASA YANG BUKAN KONSULTAN PAJAK


Seorang KUASA yang Bukan Konsultan Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir 3. Memiliki sertifikat Brevet atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan, sekurang-kurangnya tingkat Diploma III, yang diterbitkan oleh PTN atau PTS dengan status terakreditasi A; dan 4. Memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa.

KUASA YANG KONSULTAN PAJAK


Seorang KUASA yang Konsultan Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir 3. Memiliki Surat Ijin Praktik sebagai Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak a/n Menteri Keuangan; dan 4. Memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa.

Dalam menjalankan Profesinya, Konsultan Pajak wajib :

Mematuhi Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga dan kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)

JASA YANG DIBERIKAN

KONSULTAN PAJAK
Tax Management / Tax Planning Tax Review Tax Compliance Tax Litigation / Tax Objection Tax Research Tax Administration

HARAPAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEPADA IKPI
Dalam Mukernas IKPI tahun 2008 :
Dirjen Pajak Darmin Nasution mengakui : Konsultan Pajak merupakan unsur yang sangat penting dalam mata rantai Peningkatan Penerima Pajak; dan IKPI merupakan Second Line of Defend dalam Sistem Perpajakan Modern.

PELUANG KONSULTAN PAJAK


Dalam sistem perpajakan modern peluang Konsultan Pajak akan semakin terbuka lebar karena ; Aturan tentang peran Konsultan pajak semakin dipertegas dalam undang-undang perpajakan; dan Jumlah Konsultan Pajak terdaftar masih belum sebanding dengan jumlah Wajib Pajak yang ada di Indonesia.

TANTANGAN KONSULTAN PAJAK


1. Dalam prakteknya, masih banyak Konsultan pajak yang tidak resmi (tidak mempunyai Izin Praktek) berkeliaran di lingkungan Direktorat Jendral Pajak 2. Masyarakat Wajib Pajak sehendaknya sebelum memberi kuasa kepada seseorang terlebih dahulu menyakan apakah yang bersangkutan mempunyai izin praktek Konsultan Pajak (minta copy izin praktek) 3. Pada dewasa ini sebagian Kantor Pajak terutama di kota kota besar aparat pajak pasti akan menolak kuasa yang tidak memenuhi syarat sebagai Konsultan Pajak

You might also like