You are on page 1of 19

Budaya dan mitos-mitos pada suku Jawa

Posted in Label: Sosial dan Budaya Dasar

06.04
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan masyarakat (Prasetyo. 2004). Suatu kepercayaan tradisional dari pemikiran ada sisi baik dan tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila kurangnya asupan energi dari makanan, tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan dan pantangan terhadap beberapa makanan, sehingga anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan yang masih minim pengetahuan mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui. Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia. Kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa maka tidak heran Jawa sangat kental dengan adat istiadat dan pantangannya sampai saat ini. Ada dua acara adat yang mereka lakukan yang pertama acara adat 3 bulanan yang disebut dengan Neloni dan acara 7 bulanan yang disebut dengan mitoni, rangkaian upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi untuk utuh dan sempurna fisiknya dan selamat serta lancar kelahirannya dan salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah tingkeban.Jadi berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat Jawa, dapat dikatakan bahwa ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat Jawa atau cara pandang ibu hamil suku Jawa terhadap kehamilan. Maka pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayanan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya (Ratna, 2010). 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa saja Upacara Kebudayaan Jawa mengenai masa kehamilan persalinan dan nifas? 1.2.2. Apa saja mitos-mitos dan Fakta Budaya Jawa seputar masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas? 1.2.3. Apa saja tradisi perawatan masa nifas menurut adat Jawa? 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Mengetahui Upacara Kebudayaan Jawa mengenai masa kehamilan persalinan dan nifas? 1.3.2. Mengetahui mitos-mitos dan Fakta Budaya Jawa seputar masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas? 1.3.3. Mengetahui tradisi perawatan masa nifas menurut adat Jawa?

1.4. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan dari makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kepada pembaca mengenai macam-macam upacara kebudayaan serta mitos-mitos yang berkembang di masyarakat Jawa dalam masa kehamilan, persalinan serta nifas.

BAB II ISI 2.1. Budaya Suku Jawa Dalam Kehamilan a. Upacara Kehamilan Dalam Budaya Jawa: Suku bangsa Jawa mengenal upacara sehubungan dengan kehamilan yang tidak hanya didasari kepercayaan rakyat asli, melainkan sudah dipengaruhi sistem budaya Hindu, sehingga upacara ritualnyapun hasil campuran budaya Jawa dan Hindu. Dalam menghadapi kelahiran, keluarga sudah memulai keadaan prihatin sejak bulan pertama masa kandungan, yang kadangkadang diikuti dengan selamatan sederhana. Si calon ibu mulai saat itu harus menuruti beberapa pantangan makanan dan pantangan lain. Demikian pula bagi calon ayahpun berlaku pantangan untuk perbuatan-perbuatan yang akan berakibat kurang baik bagi calon bayi mereka. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapaisepuluh bulan. Pada bulan pertama, Acara ini disebut ngabor-abori keluarga Jawa akanmembuat selamatan sederhana yang maksudnya selamatan sederhana yang maksudnya untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi calon ibu dan calon bayi yang akan lahir. Pada acara ini dibuatlah : 1) Jenang abor-abor atau bubur sumsum dari tepung beras dan dimasak dengan santan dan diberi rasa asin, 2) Dimakan bersama santan kental dan Juruh (air gula merah). Pada bulan kedua dan ketiga dibuatlah: 1) Sega janganan, yaitu nasi tumpeng (bentuk gunung) yang dilingkaribeberapa macam sayuran yang jumlah macamnya harus dalambilangan ganjil. 2) Macam jenang (bubur) beras, yaitu jenang putih, jenang abang (buburmerah yang dibuat dari gula kelapa), jenang abang putih (jenang merah dibubuhi jenang putih) dan jenang baro-baru ( bubur katul dibubuhigula jawa). 3) Pipis kenthel, yaitu tepung beras dengan santan dan garam yang 4) Dibungkus daun pisang dan dikukus, jajanan pasar dan kembang boreh, yaitu bungan khusus untuk selamatan. Pada bulan keempat dibuat: 1) Nasi punar (sega punar) yaitu nasi udul kuning yangdiberi rasa asam. 2) Seekor kerbau ( Kebo siji), yang dilambangkan melalui danging 3) Segala macam jeroan 4) Sebutir mata dan sambal goring. Pada bulan kelima dibuatlah 1) Sega Janganan yang sama dengan bulan kedua dan ketiga

2) Uler-uleran yang terbuat dari tepung beras berbentuk ulat yang diberi pewarna warna merah, kuning, hitam dsb 3) Berbagai macam kentan dengan berbagai macam warna 4) Enten-enten, yaitu makanan dari kentan yang manis rasanya. Pada bulan kelima ini para keluarga akan dikirimi makan dari calon ibu dan ayah yang terdiri ata sega wajar dan punar, daging goring kebo siji (segala macam, jeroan, danging dan mata satu biji), beberapa jenis makanan selamatan dan rujak crobo. Seluruh makanan ini dimasukan ke dalam takir ponthang dengan lima macam jarum dari emas hingga tembaga. Takir ponthang adalahwadah dari daun pisang yang dirangkap dengan janur kuning (daun kelapa muda yang berwarna kuning). Maksud dari hantaran sajian ini untuk memohon doa restu dari para sanak keluarga untuk keselamatan calon ibu dan anak yang berada dalam kandungan. Pada bulan keenam hanya dibuat satu macam sajian yang disebut apem kocor, yaitu tepung beras yang diberi sedikit ragi dan dibuat bersama santan dan juruh. Pada bulan Ketujuh diadakan upacara tingkeban atau mitoni Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.

Tata Cara Pelaksanaan Upacara Tingkepan Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah. Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan. Berganti Nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan sudah "pantas apa belum", sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir "belum pantas." Sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana di jawab "pantes." Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif

yang paling sederhana sebagai berikut : Sidoluhur Sidomukti Truntum Wahyu Tumurun Udan Riris Sido Asih Lasem sebagai Kain Dringin sebagai Kemben Makna nyamping yang biasa dipakai secara berganti-ganti pada upacara mitoni mempunyai beberapa pilihan motif yang semuanya dapat dimaknai secara baik antara lain sebagai berikut : 1) Wahyu Tumurun Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat. Petunjuk dan perlindungan dari Nya 2) Sido Asih Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas kasih 3) Sidomukti. Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya. 4) Truntum. Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi. 5) Sidoluhur. Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur. 6) Parangkusumo. Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh. Diharapkan dapat mikul dhuwur mendhem jero, artinya menjunjung harkat dan martabat orang tua serta mengharumkan nama baik keluarga. 7) Semen romo. Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan Sinta pada rakyatnya. 8) Udan riris. Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya. 9) Cakar ayam. Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan. 10) Grompol. Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan keuarga (nggrompol : berkumpul). 11) Lasem. Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME. 12) Dringin. Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna antar sesama. Mori dipakai sebagai busana dasar sebelum berganti-ganti nyamping, dengan maksud bahwa segala perilaku calon ibu senantiasa dilambari dengan hati bersih.Jika suatu saat keluarga tersebut bahagia sejahtera dengan berbagai fasilitas atau kekayaan atau memiliki kedudukan

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
1) 2) 3)

maka hatinya tetap bersih tidak sombong atau congkak, serta senantiasa bertakwa kepada Tuhan YME. Pemutusan Lawe atau janur kuning yang dilingkarkan di perut calon ibu, dilakukan calon ayah menggunakan keris Brojol yang ujungnya diberi rempah kunir, dengan maksud agar bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah. Calon nenek dari pihak calon ibu, menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan. Sebelumnya kelapa gading diteroboskan dari atas ke dalam kain yang dipakai calon ibu lewat perut, terus ke bawah, diterima (ditampani) oleh calon nenek, maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah, tanpa kesulitan. Calon ayah memecah kelapa, dengan memilih salah satu kelapa gading yang sudah digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Harjuna dan Wara Sembodro atau Srikandi. Upacara memilih nasi kuning yang diletak di dalam takir sang suami. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting (kreweng), yang dibentuk bulat, seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Kwali yang berisi uang kreweng dipecah di depan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rejeki, dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal. Hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara Tingkepan antara lain : Tujuh Macam Bubur, termasuk bubur Procot. Tumpeng Kuat , maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat, (Tumpeng dengan Urab-urab tanpa cabe, telur ayam rebus dan lauk yang dihias). Jajan Pasar, syaratnya harus beli di pasar (Kue,buah,makanan kecil) Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak,bermakna anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga Dawet, supaya menyegarkan. Keleman Semacam umbi-umbian, sebanyak tujuh macam. Sajen Medikingan, dibuat untuk kelahiran setelah kelahiran anak pertama dan seterusnya, macamnya : Nasi Kuning berbentuk kerucut
Enten-enten, yaitu kelapa yang telah diparut dicampur dengan gula kelapa dimasak sampai kering. Nasi loyang, nasi kuning yang direndam dalam air,kemudian dikukus kembali dan diberi kelapa yang telah diparut. Bubur procot yaitu tepung beras, santan secukupnya, gula kelapa dimasak secara utuh, dimasukkan ke dalam periuk untuk dimasak bersama-sama Kronologis Upacara Tingkepan Waktu Pelaksanaan Antara pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 Calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih. Kira-kira pukul 15.00-16.00, upacara tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam-jam itulah bidadari turun mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul 14.30

1)

2)

WIB Hari Pelaksanaan Biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal jawa, menurut kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan menjadi anak yang cerdas.

3)

Pelaksana yang menyirami/memandikan Para Ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara dipimpin oleh ibu yang sudah berpengalaman.

Perlengkapan yang diperlukan : Satu meja yang ditutup dengan kain putih bersih, Di atasnya ditutup lagi dengan bangun tolak, kain sindur, kain lurik, Yuyu sekandang, mayang mekak atau letrek, daun dadap srep, daun kluwih, daun alang-alang. Bahan bahan tersebut untuk lambaran waktu siraman. Perlengkapan lainnya:

4) 5) 6) 7) 8) 9)

Bokor di isi air tujuh mata air, dan kembang setaman untuk siraman. Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (Ciduk) Boreh untuk mengosok badan penganti sabun. Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir. Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman Dua setengah meter kain mori dipergunakan setelah selesai siraman.

10) Sebutir telur ayam kampung dibungkus plastik 11) Dua cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi Wara Sembodro. 12) Busana Nyamping aneka ragam, dua meter lawe atau janur kuning 13) Baju dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen diatur rapi. 14) Perlengkapan Kejawen kakung dengan satu pasang kain truntum. Calon ayah dan ibu berpakain komplet kejawen, calon ibu dengan rambut terurai dan tanpa perhiasan. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Selamatan/ Sesaji Tingkepan : Tumpeng Robyong dengan kuluban, telur ayam rebus, ikan asin yang digoreng. Peyon atau pleret adonan kue/nogosari diberi warna-warni dibungkus plastik, kemudian dikukus. Satu Pasang Ayam bekakah (Ingkung panggang) Ketupat Lepet (Ketupat dibelah diisi bumbu) Bermacam-buah-buahan Jajan Pasar dan Pala Pendem (Ubi-ubian) Arang-arang kembang satu gelas ketan hitam goring sangan Bubur Putih satu piring

9) Bubur Merah satu Piring 10) Bubur Sengkala satu piring 11) Bubur Procot/ Ketan Procot, ketan dikaru santan, setelah masak dibungkus dengan daun/janur kuning yang memanjang tidak boleh dipotong atau dibiting. 12) Nasi Kuning ditaburi telur dadar, ikan teri goring, ayam,rempah 13) Dawet Ayu (cendol, santan dengan gula jawa) 14) Rujak Manis terdiri dari tujuh macam buah. 15) Perlengkapan selamatan Tingkepan diatas, dibacakan doa untuk keselamatan seluruh keluarga. Kemudian dinikmati bersama tamu undangan dengan minum dawet ayu, sebagai penutup.

Bulan kedelapan dibuat selamatan sederhana yang terdiri atas: 1) Bolus angrem, yaitu kue klepon tertutup serabi putih, dengan letaktengkurap sebagai lambing kura-kura (binatang yang paling panjangusianya) yang ditengan mengerami telurnya. 2) Kue klepon terbuat dari tepung kentan berbentuk bulat-bulat kecil yang diberi warna hijau dari daun kata berisi gula kelapa.

Selamatan terakhir diadakan pada bulan kesembilan, dengan membuat jenang procot, yaitu bubur beras yang dimasak denga santan manis, setengah matang dan diberi pisang utuh yang telah dibuang kulitnya. Setelah dimasak bubur ini ditempatkan dalam takhir (wadah dari daun pisang). Maksud selamatan jenang procotadlah agar sibayi lahir dengan mudah (mrocot). Selain itu, selamatan pada bulan terakhir kehamilan ini juga dimaksudkan untuk menghormati saudarasaudara si bayi yang blum lahir, yaitu air kawah (ketuban) dan ari-ari (tembuni atau plasenta), yang menurut kepercayaan jaw adalah teman si bayi. Jika usia kandungan sudah mendekati bulan kesepuluh namun si bayi belum juga lahir, dibuatlah selamatan berupa dhawet plencing, yang harus dijual oleh calon ibu, sedangkan pembelinya adalah anak-anak, dengan uang dari pecahan genting (dhuwit wingka). Anak-anak yang sudah membelidhawet itu harus segera meminumnya sampai habis dan segera lari meninggalkan tempat itu (mlayu mlencing). Dhawet adalah suatu jenis minuman dari tepung beras yang diminum dengan santan dan gula merah atau gula kelapa. Dengan selamatan ini diharapkan agar si bayi segera lahir secepat anak yang lari setelah minum dhawet. 2.2. Tradisi Masyarakat Jawa pada Masa Nifas Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Secara tradisional, upaya perawatan masa nifas telah lama dilakukan dengan berdasar kepada warisan leluhur dan hal tersebut bervariasi sesuai adat dan kebiasaan pada masing-masing suku, misalnya saja suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa postpartum. Namun, tidak semua perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa tersebut dapat diterima bila ditinjau dari aspek medis. Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan salah satu aspek penting diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih memudahkan memberikan pendekatan dalam pelayanan kesehatan. Adapun tradisi perawatan masa nifas menurut adat Jawa meliputi: 1) perawatan pemeliharaan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut sampai vagina dengan menggunakan daun sirih 2) perawatan untuk mempertahankan kesehatan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian pilis, pengurutan, walikdada, dan wowongan, 3) perawatan untuk menjaga keindahan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum jamu kemasan 4) perawatan khusus, terdiri dari: minum kopi dan minum air jamu wejahan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas pelayan kesehatan khususnya bidan untuk mempermudah memberikan pelayanan tanpa mengabaikan aspek sosiokultural. Beberapa upacara yang dilakukan masyarakat Jawa setelah kelahiran: Upacara Mendhem Ari-ari Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embingembing atau mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat penanaman ari-ari tersebut diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan simbolpepadhang bagi bayi. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan

menutup bagian atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu. Tata Cara/Adat Ari-ari setelah dicuci bersih dimasukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah (kendhil). Di beberapa tempat, periuk dari tanah ini dapat diganti dengan tempurung kelapa dan tabonan kelapa. Sebelumnya kendhil diberi alas daun senthe yang di atasnya diletakkan beberapa barang yang merupakan syarat. Syarat yang dimaksud di beberapa daerah berlainan jenisnya, yaitu: kembang boreh, lenga wangi, kunir bekas alas untuk memotong tali pusat, welat (pisau yang terbuat dari potongan bambu tipis) yang dipakai untuk memotong tali pusat, garam, jarum, benang, gereh pethek, gantal dua kenyoh, kemiri gepak jendhul, tulisan huruf Jawa (ha na ca ra ka, ...), tulisan huruf Arab, tulisan huruf latin (a, b, c, ...), dan uang sagobang; biji kemiri gepak jendhul, jarum, gereh, beras merah, kunyit, garam, dan kertas tulisan Arab,pensil, buku, kertas tulisan Arab, tulisan Jawa, dan tulisan latin. Selain itu, bagi bayi perempuan ke dalam kendhil dimasukkan juga empon-empon seperti temu ireng, kunir, dlingo bengle, bawang merah, bawang putih, benang, dan jarum. Bagi bayi laki-laki, dimasukkan juga uang logam Rp 100,00 . Setelah beberapa syarat itu dimasukkan disusul kemudian dengan ari-ari, kendhil ditutup dengan lemper yang masih baru lalu dibungkus dengan kain mori yang juga masih baru. Pelaku atau orang yang menanam ari-ari haruslah ayah kandung si bayi dengan mengenakan pakaian tradisi lengkap, yaitu: bebedan dan mengenakan blangkon. Kendhil berisi ari-ari digendhong dan dibawanya ke tempat penguburan dengan dipayungi. Timbunan tanah untuk mengubur ari-ari dipagari dan di atasnya ditaburi kembang setaman (bunga mawar, melati, dan kenanga). Di atasnya dipasang lampu yang dinyalakan setiap malam selama selapan (35 hari). Tempat penguburan ari-ari ini biasanya terletak di samping kanan pintu masuk.

Upacara Selapanan Bila bayi sudah mencapai umur selapan atau 35 hari perlu juga diselamati. Bila kemampuan mengizinkan biasanya mendatangkan tamu dengan disertai keramaian misalnya klenengan, ketoprak, pentas wayang dan sebagainya. Selamatan yang diperlukan adalah nasi tumpeng beserta sayur-sayuran, jenang merah putih, jajan pasar, telur ayam yang telah direbus secukupnya. Di dekat tempat tidur bayi diletakkan sesaji intuk-intuk. Intuk-intuk yaitu tumpeng kecil yang dibalut dengan daun pisang (Jawa: diconthongi), di puncaknya dicoblosi bawang merah, cabe merah (lombok abang). Di samping dan sekitarnya dihiasi dengan bermacam-macam warna bunga (sekar mancawarna). Tumpeng berlubang atau bermata (bathok bolu), dilengkapi dengan telur ayam mentah, kemiri dan kluwak. Bayi yang telah berumur selapan atau 35 hari rambutnya dicukur, kukunya dipotong. Menurut kepercayaan, rambut cukuran pertama, potongan kuku pertama dan puser yang telah terlepas dijadikan satu, dicampur dengan kembang telon(tiga macam bunga) yang kemudian dibungkus menjadi satu. Bila bayi itu telah dewasa kelak isi bungkusan tadi ditelan bersama-sama dengan pisang mas. Hal tersebut bermanfaat untuk tulak balak artinya tidak akan terkena guna-guna dan terlepas dari segala macam bahaya.

Upacara Tedhak Siten (Tradisi Mengenalkan Jati Diri)

Dalam adat tradisi Jawa ada upacara yang disebut Tedhak Siten atau upacara dimana seorang anak untuk pertama kali kakinya menginjak tanah.Tedhak Siten sering juga disebut upacara turun bumi, upacara tersebut dilaksanakan ketika anak berusia 245(dua ratus empat puluh lima) hari atau tujuhlapan (7-8) bulan. Tradisi tedhak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedhak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas jadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih).

Umumnya pelaksanaan upacara tedhak siten dilaksanakan dihalaman rumah. Adapun alat-alat yang dibutuhkan seperti; Sesaji selamatan yang terdiri dari: nasi tumpeng dengan sayur mayur, jenang (bubur) merah dan putih, jenang boro-boro, dan jajan pasar lengkap. Juwadah (uli) tujuh macam warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jambon (jingga), ungu. Serta sekar (bunga) setaman yang ditempatkan dalam bokor besar dan tanah. Alat lainya adalah tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati. Sangkar ayam (kurungan ayam) yang dihiasi janur kuning atau kertas hias warna-warni. Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga). Beras kuning, berbagai lembaran uang. Bermacammacam barang berharga (seperti gelang, kalung, peniti dan lain-lain. Serta, barang yang bermanfaat (misalnya buku, alat-alat tulis dan sebagainya) yang dimasukkan ke dalam Sangkar. Prosesi dan Makna Upacara 1. Untuk prosesi upacara pertama kali anak dibimbing oleh kedua orang tuanya berjalan (dititah) dengan kaki menginjak-injak juwadah atau jenang yang berjumlah tujuh warna. Jenang atau jadah yang terbuat dari ketan dan terdiri 7 warna melambangkan unsur-unsur kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui oleh anak.

Merah perlambang berani, Putih itu Suci, Hijau itu Alam semesta, Biru itu Langit, Kuning itu cahaya, Jingga itu Matahari dan Coklat itu melambangkan bumi. Juwadah 7 warna juga melambangkan agar anak kelak bisa menanggulangan berbagai kesulitan. Selesai itu, anak menginjak tanah sebagai perlambang pertama kalinya iya turun ke tanah. 2. Tahap Kedua, anak tersebut dinaikkan ke tangga yang terbuat dari tebu wulung atau tebu itam.

Artinya agar ia mendapat kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap. Maknanya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan kian lama kian tinggi , baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya. Dari tangga teratas kemudian anak dibopong tinggi-tinggi oleh ayahnya dengan harapan ia akan sampai ke puncak yang tertinggi. Tangga tebu arti dalam bahasa Jawa anteping kalbu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar lekas tercapai. 3. Tahap ketiga, anak diajak masuk ke dalam kurungan (kurungan di sini bermaksud untuk menjaga konsentrasi si anak) dan memilih benda yg telah disiapkan sebelumnya, dan benda yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh si anak di masa depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan berbentuk alat kedokteran, maka di masa depan si anak akan menjadi dokter.

Benda yang pertama kali diambil sang bayi akan melambangkan kehidupannya kelak. Seperti kalau si anak mengambil maina pesawat kelat si anak akan menjadi pilot. Kurungan ayam dimaksudkan agar anak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dengan baik dan mematuhi segala peraturan dan adat istiadat setempat. 4. Setelah selesai, beras kuning, biji-bijan dan bermacam-macam uang logam ditaburkan atau yang disebut nyebar udhik-udhik. Para undangan saling

berebut uang merupakan tambahan acara yang meyemarakkan suasana. 2.3. Mitos-mitos dan Makna lain dari prosesi ini adalah mencontohkan anak atau cucu agar kelak Fakta Budaya sang anak menjadi anak yang dermawan. Jawa seputar 5. Setelah selesai memilih benda/barang, dilanjutkan dengan tahap ke lima, masa Kehamilan, yaitu si anak dimandikan dengan banyu gege yang melambangkan harapan Persalinan dan agar si anak dapat selalu segar dan tegar dalam menjadi hidupnya di masa Nifas depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis gedhe lan ilang sarap Mitos-mitos sawane. Kebudayaan Jawa mengenai Kehamilan, Persalinan dan Nifasberupa: 1) Minum air kelapa dapat mempercepat persalinan. Belum ada penelitan yang membuktikan mitos ini karena lancarnya persalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun air kelapa muda memang berkhasiat untuk menjadikan Selain itu air yang dibuat mandi merupakan air yang telah diembunkan air ketuban putih kemudian pagi harinya di jemur matahari, atau istilahnya banyu gege. dan bersih. Setelah mandi, anak dikenakan pakaian baru yang bagus agar sedap dan 2) Minum minyak menyenangkan orang tua dan para undangan. Setelah berpakaian anak didudukkan pada tikar, karpet atau lampit dan didekatkan pada barang- menjelang persalinan dapat barang yang tadi diletakkan didalam kurungan. melancarkan persalinan. 3) Sebaiknya ibu hamil tidak melakukan hubungan intim pada trimester pertama kehamilannya. Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hubungan intim menyebabkan keguguran. Jadi sepanjang hal itu tidak menyakitkan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan, ibu hamil boleh saja melakukannya. 4) Leher ibu hamil yang menghitam atau puting yang berwarna gelap menandakan bayinya lakilaki .Perubahan warna pada leher atau putting tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi. Perubahan warna kulit pada ibu hamil diakibatkan peningkatan progesteron dan melanost (hormon yang mengatur pigmentsi kulit). Karena itu puting susu yang menghitam biasa

terjadi pada kehamilan, baik pada ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki atau perempuan. Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil juga memiliki guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian pugbis. Namun gejala ini akan menghilan setelah melahirkan. 5) Bila bentuk perut calon ibu membulat, berarti bayinya perempuan. Bentuk perut ibu hamil yang lonjong atau bulat tergantung pada posisi janin dalam kandungan. Jika janin melintang, perut akan terlihat melebar. Namun jika posisi janin memanjang, perut akan terlihat tinggi. Selain itu, bentuk perut ibu hamil juga tergantung pada elastisitas otot dan volume air ketuban. Pada kehamilan anak pertama, perut akan tampak bulat karena otot masih kencang. Namun perut ibu yang pernah hamil beberapak kali akan tampak turun karena ototnya mulai kendur. Pada ibu hamil yang cairan ketubannya banyak bentuk perutnya akan lebih besar dan bulat. 6) Minum susu kedelai atau makanan yang terbuat dari kacang kedelai akan membuat bayi berkulit putih. Minum susu kedelai ataupun makan makanan yang terbuat dari kacang kedelai tidak berpengaruh pada warna kulit bayi Warna kulit bayi diturunkan secara genetis dari orang tuanya. 7) Terlalu sering makan jeruk akan meningkatakan lendir pada paru-paru janin dan resiko kuning saat bayi lahir. Mitos ini tidak benar. Jeruk ini justru merupakan sumber vitamin C dan serat yang sangat dibutuhkan ibu hamil. Karena itu, mengkonsumsi jeruk selama kehamilan dianjurkan. 8) Jika menginginkan bayi cerdas dan persalinan lancar, sering-seringlah berhubungan intim selama hamil. Tidak benar bahwa sperma mengandung zat penyubur sehingga janin yang terkena semburan bisa tumbuh subur dan cerdas. Kesehatan janin dalam rahim sama sekali tidak berkaitan dengan sperma dan frekuensi hubungan intim. Kesehatan dan kecerdasan janin tidak dipengaruhi oleh kualitas sperma suami, melainkan faktor genetik dari kedua orangtuanya. Orangtua yang cerdas tentu pulaberpeluang melahirkan anak yang cerdas pula. Bagi calon ibu yang memiliki gangguan kehamilan, seperti riwayat keguguran, placenta previa, dan sebagainya, sebaiknya tidak melakukan hubungan intim untuk sementara waktu. Hubungan intim akan meningkatkan kontraksi otot-otot rahim sehingga resiko keguguran atu janin lahir prematur akan meningkat. Selain itu si ibu juga mengalami resiko perdarahan. Mitos ini diduga muncul karena orang mengkaitkan kasih sayang dan perhatianorangtua, dimana kondisi psikologis si ibu mungkin dapat menjadi lebih tenang dan nyaman dengan sering berhubungan intim. Kondisi kejiwaan ibu akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. Calon ibu yang merasa tenang dan nyaman akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, dan proses persalinan pun dapat berjalan lancar. Namun hal sebaliknya juga bisa terjadi jika calon ibu justeru tidak menikmati hubungan intim tersebut karena merasa terpaksa atau semata-mata karena kewajiban. 9) Minum es menyebabkan janin tumbuh besar. Minum es selama kehamilan tidak akan menyebabkan janin menjadi besar, kecuali jika ibu hamil minum es yang ditambah sirup, madu, atau gula secara berlebihan. Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam gula inilah yang menyebabkan bayi memiliki berat di atas normal.Selain kelebihan gula, ukuran janin juga ditentukan oleh faktor genetik dan asupan nutrisi. Orang tua yang bertubuh besar sangat mungkin akan melahirkan bayi yang juga besar. Asupan nutrisi yang baik sangat mempengaruhi perkembangan fisik janin, sehingga janin akan berkembang dengan baik. Beberapa penyakit tertentu, seperti diabetes, juga bisa menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang lebih besar. 10) Ibu hamil tidak boleh makan pisang, nanas, dan mentimun. Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat di jawa karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya

bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Konsumsi pisang, nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan viatamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan, adalah normal jika ibu mengalami keputihan.Kecuali juka keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan atau kecoklatan. 11) Minum air kelapa hijau menyuburkan rambut bayi. Minum air kelapa hijau tidak berkaitan dengan rambut bayi. Namun air kelapa hijau memang menyehatkan karena mengandung elektrolit, sehingga siapa saja termasuk ibu hamil, boleh meminum air kelapa hijau agar tetap bugar. 12) Ibu hamil tidak boleh makan daging kambing. Ibu hamil boleh saja mengkonsumsi daging kambing dengan porsi yang wajar, kecuali ibu hamil yang menderita kelebihan kolesterol atau penyakit jantung. Daging kambing mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi sehingga mempengaruhi metabolesme asam urat yang berbahaya bagi penderita koleterol tinggi ataupun penderita penyakit jantung. 13) Mengurut perut ibu hamil. Mitos ini banyak dipercaya di masayarakat. Padahal mengurut perut ibu hamil dapat meningkatkan resikot terjadinya keguguran dan gangguan janin, yaitu janin mengalami stress atau tekanan. Jika janin mengalami stress atau tekanan, pertumbuhannya dapat terganggu. 14) Tabu jika sudah menyiapkan perlengkapan bayi sebelum bayi lahir. Fakta: Alangkah repotnya jika semua perlengkapan baru dibeli saat si kecil sudah lahir. Yang pasti, jangan terlalu boros dulu. Jadi, yang disiapkan hanya hal-hal yang benar-benar diperlukan dalam jumlah secukupnya. Bayi yang baru lahir sangat mudah kepanasan. Jadi, sebaiknya pakaikan baju yang tidak terlalu tertutup. Kenakan baju bayi sesuai cuaca sehingga dia tidak merasa terlalu kepanasan atau terlalu kedinginan. 15) Jika ibu hamil senang bersolek maka bayinya yang bakal lahir, berjenis kelamin perempuan. Fakta: Bersolek tak ada hubungan sediktpun dengan berjenis kelamin. Memang, bawaan ibu hamil berbeda-beda. Ada yang lebih suka berdandan agar terkesan rapi. Ada yang malas bersolek karena perut gendutnya sudah cukup membuatnya repot dan kegerahan. Yang jelas, laki-laki atau perempuan ditentukan oleh sperma ayah. Jika kromosom X dari sperma ayah bertemu dengan kromosom X dari sel telur ibu, maka bayinya dipastikan perempuan. Tapi jika kromosom Y dari sperma ayah bertemu dengan kromosom X dari sel telur, maka bayinya lakilaki. 16) Saat hamil jangan mengangkat jemuran dan jangan melakukan gerakan mengangkat. Konon jika ini dilakukan, tali pusatnya akan membelit di leher bayi. Fakta: Yang benar, mengangkat barangbarang berat tentu saja tak dianjurkan bagi ibu hamil. Dikhawatirkan jika ia terlalu lelah, akan mempengaruhi janin dalam perutnya. Tapi bukan sampai tali pusatnya akan membelit di leher bayi. 17) Ibu hamil tak boleh makan dengan piring yang besar agar anaknya tak besar. Fakta: Tentu saja ini sangat menggelikan. Mungkin saja jika makan dengan piring besar membuat ibu lupa pada porsi makannya sehingga akhirnya ia makan berlebihan dan sakit perut. Cara makan yang baik bagi ibu hamil adalah sedikit-sedikit tapi sering serta mengandung makanan 4 sehat 5 sempurna

18) Tak boleh makan menggunakan sendok besar, agar bibir si bayi mungil. Fakta: Mungil atau tidaknya bibir, juga bentuk mata, alis, hidung, bentuk wajah, rambut, dan sebagainya, akan mengikuti ayah atau ibunya bukan ukuran alat sendok yang dipakai untuk makan. 19) Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis. Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah. Mitos ini juga menyesatkan karena makanan yang kaya akan protein hewani ini justru sangat dibutuhkan masa nifas. Selain meningkatkan daya tahan secara keseluruhan juga membantumempercepat penyembuhan luka-luka persalinan. 20) Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi. Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. 21) Rajin makan kunyit biar rahim cepat kering. Fakta: Hingga saat ini belum ada penelitian tentang manfaat kunyit bagi pemulihan kondisi rahim seusai melahirkan. Bahkan, berdasarkan pengalaman medis, justru ada beberapa dampak negatif kalau ibu mengonsumsi banyak kunyit, umumnya bayi jadi kuning. Toh, rahim akan pulih dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Kalaupun dianggap perlu, dokter akan meresepkan obat-obatan tertentu agar luka-luka persalinan segerakering/sembuh dan rahim cepat pulih seperti sedia kala. 22) Minum rebusan kacang hijau agar rambut bayi lebat. Kenyataannya: Ini bukan mitos, karena kandungan protein pada kacang hijau memang cukup tinggi, dan protein diperlukan untuk pertumbuhan rambut. 23) Persalinan bisa lancar kalau minum minyak goreng. Kenyataannya: Hingga kini belum ada penelitian yang membuktikan hal itu. 24) Mengonsumsi makanan pedas menyebabkan ibu yang hamil tua jadi cepat melahirkan. Fakta: Sebenarnya, ibu hamil tidak punya pantangan makanan tertentu. Tapi, ada makanan yang sebaiknya dihindari, seperti makan yang berasal dari keju yang sangat lembik atau keju dari susu mentah. Makanan-makanan ini dikhawatirkan cepat busuk, sehingga mengandung bakteri yang disebut lysteria. Bakteri inilah yang sering dihubungkan dengan kemungkinan penyebab keguguran atau persalinan dini. 25) Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu. Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisadibenarkan. 26) Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya. Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu. 27) Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin. Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam

terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2). 28) Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali pusat. Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif. 29) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut. Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan. 30) Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam. Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos. 31) Amit-amit adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"- nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut. Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebut justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat. 32) Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ seperti rongga dada dan perut serta organ lain akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang. 33) Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari. Fakta: Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. Larangan ini mungkin lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu mengguntingi kuku-kukunya. 34) Pusar ditindih koin agar tidak bodong. Fakta: Secara ilmiah memang ada betulnya. Koin itu hanya alat untuk menekan, karena jendela rongga perut ke pusar belum menutup sempurna, jadi menonjol (bodong). 35) Hidung ditarik agar mancung. Fakta: Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan mancung-tidaknya hidung. Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan. 36) Dengan mengoleskan air embun di lutut bayi setiap pagi maka ia akan cepat bisa berjalan. Fakta: Secara medis biologis, bayi bisa berjalan bila tulang dan otot-otot betis dan pahanya telah tumbuh kuat. Kekuatan ini ditentukan oleh faktor genetika dan nutrisi. Faktor nutrisi yang terpenting adalah kalsium, energi dan protein. Air embun jelas tidak mengandung unsur tersebut. 37) Ari-ari sibayi harus dicuci bersih dan dikubur. Fakta: Hal ini tidak adahubungannya dengan kondisi bayi yang telah dilahirkan. 38) Tangan dan kaki bayi harus selalu ditutup dengan sarung tangan/kaki. Faktanya: Boleh-boleh saja asal dipakaikan kala udara dingin atau untuk menghindari bayi terluka saat ditinggal. Di luar itu, sebaiknya bayi tak usah dipakaikan sarung. "Pemakaian sarung justru akan mengurangim perkembangan indera perasa bayi". 39) Dibedong agar kaki tidak pengkor. Faktanya: Bedong bisa membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Akibatnya, bayi sering sakit di sekitar paru-paruatau jalan napas. Bedong juga bisa menghambat perkembangan motorik

sibayi, karena tangan dan kakinya tak mendapatkan banyak kesempatan untuk bergerak. Sebaiknya bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan atau kala cuaca dingin, untuk menjaganya dari udara dingin. Dipakainya pun longgar. Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki. 40) Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan. Faktanya: Salah, pasalnya usus bayi di usia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan seratserat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya, bayi jadi sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan makanan padat kedua, bubur tim. 41) "Kalau bayi yang sakit, ibunya aja yang minum obat. Khasiatnya sama, kok". Konon obat apa pun yang diminum ibu akan terbawa oleh ASI sehingga sama ampuhnya untuk mengobati sakit si kecil. Jadi, kalau bayi demam cukup ibu saja yang minum obat penurun panas. Ini jelas tidak benar karena konsentrasi obat sangat menentukan kesembuhan seseorang. Konsentrasi obat pada ASI yang relatif sangat sedikit tentu akan membuat penyakit bayi sulit disembuhkan. Karena itu, kalau anak sakit harus segera bawa ke dokter anak.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia. Suku bangsa Jawa mengenal upacara sehubungan dengan kehamilan. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai sepuluh bulan. Budaya Jawa juga memiliki mitos-mitos mengenai Ibu pada masa kehamilan, bersalin dan nifas. Mitos ini ada yang dapat dibenarkan tapi lebih banyak mitos yang tidak benar bahkan dapat dikatakan bahwa mitos ini merugikan dan membahayakan bagi ibu hamil, janin dan bayi. 3.2. Saran 1. Kita harus selektif dalam menghadapi segala budaya-budaya yang telah lama berkembang dalam masyarakat. 2. Budaya yang berkembang dalam masyarakat tidak selamanya merugikan bagi dunia kesehatan ,adapula yang bermanfaat maka dari itu perlunya bagi kita untuk melestarikan budaya-budaya yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. 3. Perbedaan budaya-budaya dalam masyarakat janganlah di jadikan sekat pemisah antar masyarakat. 4. Sebagai tenaga kesehatan yang langsung terjun ke masyarakat hendaknya kita memperhatikan adat istiadat dan budaya yang berkembang di sekitar kita. Hal ini bermanfaat bagi bidan untuk

melakukan pendekatan kepada masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah percaya dan menerima apa yang diberikan oleh bidan. Karena terkadang sebagai tenaga kesehatan, bidan mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan yang bertentangan dengan adat istiadat dan budaya setempat.

DAFTAR PUSTAKA Manurung, Yusnani Dewi. 2010. Perawatan Pospartum Menurut Perspektif Budaya Jawa . Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17200(Diakses 15 November 2011) Oktavia, Dian. 2009. Mitos-mitos Budaya Jawa dalam Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/33587205/Ilmu-Sosial-Budaya-Dasar-BudayaJawa (Diakses 15 November 2011)

Restu .2010. Adat Jawa. Diunduh darihttp://restudai.blogspot.com/2010/03/adatjawa.htm (Diakses 23 November 2011) Septiani, Nesia. 2011. Selapan Adat Jawa. Diunduh darihttp://nesiaseptiani.blogspot.com (Diakses 22 November 2011)
Wira. 2011. Tedhak Siten (Tradisi Mengenalkan Jati Diri). Diunduh darihttp://www.kaskus.us/showthread.php?p=472081050 (Diakses 23 November 2011)

You might also like