You are on page 1of 15

Gusti Indrawan Tritya Vijaya

111 . 100 . 120


Kelas D TUGAS KULIAH VULKANOLOGI (Sabtu, 10 November 2012)

GUNUNG BATUR

Profil Gunung Batur

Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terletak di barat laut Gunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya

sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.

Kronologis Pembentukan Kaldera Batur

Sebelah kiri merupakan Gunung Agung; Sedangkan sebelah kanan merupakan Gunung Batur beserta kalderanya

Gunung Bumbulan (bubulan, dungulan, penulisan), Gunung Payang, dan Gunung Abang menjadi satu dengan Gunung Batur Purba yang ketinggiannya mencapai 3500 mdpl. Amblasnya bagian kerucut yang membentuk kaldera satu, kira-kira 29.300 SM, dimana Gunung Abang berdiri sendiri dengan ketinggian lebih kurang 2.152 mdpl. Amblas kedua kalinya, kira-kira 20.150 SM, dimana kerucut Gunung Payang, kerucut Gunung Bumbulan/Penulisan membentuk undagan Kintamani. Lama kelamaan muncul Gunung Kecil (anak Gunung Batur Purba) di tengah danau Batur berpucak Dua (pucak Kanginan dan pucak Kawanan). Maka dari itu desa Pekraman Batur ada dua Jero, yaitu Jero Gede Kanginan (dijabat oleh Jero Gede Duhuran Puri Kanginan), dan Jero Gede Kawanan (dijabat oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan).

Tahap Evolusi Gunung Batur Menurut Vulcanologist Ahli geologi Belanda, GLL Kemmerling (1917), menyimpulkan bahwa evolusi Gunung Batur terjadi dalam lima tahap. Pertama, aktivitas vulkanik yang membentuk kerucut Gunung Batur tua hingga berketinggian sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut. Tahap kedua adalah letusan dahsyat yang menyebabkan kerucut gunung api hilang hingga separuhnya. Letusan besar ini yang menghasilkan kaldera pertama dan menyisakan dasar kaldera di sisi barat laut yang dikenal dengan Undak Kintamani. Undak ini berada sekitar 300 meter di atas dasar kaldera kedua. Tahap ketiga merupakan pembentukan Gunung Abang dan gunung api kecil lain. Pembangunan kembali Gunung Api Batur ini diikuti tahap keempat, yaitu penghancuran kerucut gunung api. Letusan besar kedua ini menyebabkan amblesnya dasar kaldera pertama dan hilangnya separuh tubuh Gunung Abang. Van Bemmelen menilai, letusan ini diikuti oleh pembentukan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit. Danau ini memiliki titik terpanjang 13,8 km dan titik terpendek 10 km dengan tinggi pematang 1.267 meter hingga 2.152 meter. Masyarakat Trunyan, yang dikenal sebagai masyarakat Bali Mula, mendiami tepian sisi timur danau ini selama ratusan tahun. Bahkan, banyaknya temuan pemujaan megalitik di sekitar Batur menunjukkan bahwa kawasan ini telah dihuni sejak zaman prasejarah. Tahapan kelima dari evolusi Gunung Batur adalah pembentukan kerucut gunung api yang dimulai sekitar 5.000 tahun lalu dan terus berlangsung hingga saat ini. Namun, letusan Gunung Api Batur muda itu baru ada sejak 1804 dan telah terjadi 28 kali hingga 2000. Wheller dan Varne, peneliti pada Departemen Geologi, Universitas Tasmania, Australia (1986), menyimpulkan, letusan katastropik Batur bisa berulang. Kesimpulan itu dibuat setelah keduanya meneliti proses pembentukan magma Gunung Batur dari basaltik (encer) ke dasitik (sangat kental).

Magma dasitik, menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, sangat kental dan kaya gas sehingga menyebabkan letusan yang sangat dahsyat, sebagaimana terjadi pada Gunung Krakatau saat meletus 1883. Wheller dan Varne juga menemukan kemiripan sifat kimia dan mineral batuan antara Batur dan Krakatau. Meski magma yang dimuntahkan Batur dalam 28 kali letusan terakhir bersifat basaltik, menurut Wheller dan Varne, sifat magma ini bisa berubah menjadi dasitik.

Sejarah Erupsi Gunung Batur Berdasarkan isi lontar Raja Puranan Pura Ulun Danu Batur di Batur bagian Babad Pati Sora dijelaskan pada tahun Candra Sangkala : 1. Angeseng Sasi Wak yaitu tahun Saka 110 (188 Masehi), Gunung Batur meletus 2. Wang Sasi Wak yaitu tahun Saka 111 (189 Masehi), Gunung Batur meletus 3. Tahun Saka 112 (190 Masehi), Gunung Teluk Biyu meletus 4. Wedang Sumiranting, ksiti yaitu Tahun Saka 114 (192 Masehi), Gunung Batur meletus. 5. Dari tahun 1804 2000 Gunung Batur meletus sebanyak 30 kali. Letusan yang paling dahsyat yaitu pada tanggal 2 Agustus 21 September 1926 jam 23.00 WITA yang laharnya menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Dengan pertolongan pemerintah Hindia Belanda, para narapidana, serta Batun Sendi Ida Betara (Bayung Gede, Sekardadi, Bonyoh, Selulung, Sribatu, Buahan, Kedisan, Abang, Trunyan, dll) seisi Desa Batur dapat menyelamatkan diri. Termasuk pusaka-pusaka seperti Gong Gede, Semar Kirang bale Pelinggih Mamas-mamas (tombak Lerontek). Semuanya diselamatkan ke Desa Bayung Gede. Setelah pindah ke Di Desa Bayung Gede ini pernah di adakan Puja Wali sebanyak dua kali. Kemudian karena merasa telah aman, penduduk Desa Batur yang sementara mengungsi ke Desa Bayung Gede ingin kembali ke lokasi desa mereka kembali. Namun tidak diijinkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan alasan keselamatan masyarakat. Di tempat baru tersebut, yang disebut Kalanganyar, penduduk Desa Batur diberi lahan dengan ketentuan yang sudah berkeluarga sebanyak 3 are dan untuk Duda/Janda mendapat 1,5 are. Selama menghuni Kalanganyar, para penduduk Desa Batur tetap berupaya membagun kembali Pura Ulun Danu Batur di tempat semula. Setelah beberapa tahun, tepatnya pada bulan April 1935, dilaksanakan Ngusaba Kedesa untuk pertama kali di Pura Ulun Danu Batur yang baru tersebut.

Pada tahun 1963, 6 bulan setelah meletusnya Gunung Agung, terjadi kembali letusan Gunung Batur yang cukup besar. Korban jiwa pada saat itu tidak ada. Letusan ini kembali menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur. Sehingga semua penduduk mengungsi dan pindah desa ke lokasi desa Batur sekarang ini.

Ada cerita menarik yang disampaikan oleh Jero Gede Alitan Puri Kawanan, yaitu pada saat lahar mau memasuki desa Batur, lahar tersebut berhenti. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk menyelamatkan barang-barang mereka. Bahkan ada yang sempat memanen bawang di ladangnya terlebih dahulu. Setelah semua barang-barang dan hasil kebun mereka selamat, lahar yang tadinya berhenti bergerak kembali menuju arah desa sampai menimbun seluruh desa tersebut. Setelah pindah desa tersebut, kecuali terkena debu, sampai saat ini tidak pernah terkena dampak langsung dari letusan Gunung Batur.

Material Erupsi Gunung Batur Sebaran Batuan Hasil Letusan G. Batur, Penyebaran batuan yang dihasilkan dari G. Batur dapat dibagi menjadi 5 periode yaitu : 1. Periode I Zaman Tersier Batuan tertua yang tersingkap adalah endapan aliran piroklastik Bukit Jangkrik yang dicirikan dengan endapannya terpadatkan, sangat lapuk, memiliki perlapisan yang buruk dari batuapung berukuran abu hingga lapili dan litik andesitik yang mengandung augit, berwarna putih, abu-abu sampai kuning, dengan beberapa selingan lapisan litik. Batuan ini tersingkap di bagian selatan. Batuan selanjutnya yang tersingkap adalah Lava Cempaga yang berkomposisi basal olivin holokristalin, berwarna abu-abu gelap dengan masa dasar gelas vesikuler kuning sampai coklat, olivin (1-2 mm) merupakan fase fenokris dominan, sedangkan plagioklas dan klinopiroksen sangat miskin. Batuan ini tersingkap sedikit di bagian selatan. Batuan mudanya adalah Lava Tejakula yang tersingkap di bagian utara, tersusun dari basal olivin porfiritik, abu-abu cerah, fenokris (sekitar 40 %) dicirikan oleh olivin besar berbentuk euhedral - subhedral dengan plagioklas subhedral (kurang dari 2 mm).

2. Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera) Batuan yang tersingkap dari yang tertua sampai termuda adalah sebagai berikut : Endapan Aliran Piroklastik Tianyar yang tersebar di bagian timur, Kerucut Sinder Paleg yang tersebar di lereng timurlaut kaldera, Lava Gunung Abang yang tersusun dari porfiritik basalt tersebar di bagian tenggara cukup luas dan endapan yang termuda adalah Lahar Tukad Daya yang terpadatkan.

3. Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I (29.300 tahun yang lalu) Batuan tertua yang tersingkap selama pembentukan Kaldera I adalah Ignimbrit Ubud yang tersebar sangat luas di sebelah selatan di luar Kaldera. Batuan lainnya adalah Endapan Aliran Piroklastik Gretek tersebar di bagian luar kaldera sebelah timurlaut dekat pantai. Batuan yang tersingkap paling muda adalah Lava Tanjungbatu, tersebar di bagian utara hingga barat laut, serta pada dinding Kaldera I .

4. Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20.150 tahun yang lalu) Batuan yang tersingkap pada Zaman ini yang tertua adalah Ignimbrit Gunungkawi (Gki) dan Ignimbrit Batur (Bri) yang memiliki umur sama, Gki tersingkap di luar kaldera di bagian selatan tersebar sangat luas, hasil analisa 14c batuan ini memiliki umur 19600 + 690 (wk-1450), sedangkan Bri tersebar pada dinding Kaldera II bagian dalam. Batuan lebih mudanya lagi tersingkap adalah Ignimbrit Payang terdapat di dalam Kaldera I tersebar di sekitar G. Payang. Batuan yang tersingkap adalah Lava Payang tersingkap di sekitar G. Payang dan menyebar ke arah selatan.

5. Periode V Zaman Purna Kaldera (5.500 tahun yang lalu) Batuan yang tersingkap pada Zaman ini adalah batuan hasil letusan di dalam Kaldera I mungkin hasil dari pembentukan Kaldera III. Batuan yang tersingkap dari tua kemuda adalah: Lava Bunbulan yang tersingkap di sekitar G. Bunbulan sebelah timurlaut G. Batur, Endapan Surge Blingkang yang tersingkap di antara dinding Kaldera I dan II sebelah timurlaut G. Batur, Ignimbrit Blingkang bersifat andesitik tersebar menutupi endapan Surge Blingkang, Endapan Freatomagmatik Blingkang bersifat dasit dan andesitik tersebar luas di antara Kaldera I dan II sebelah utara hingga baratlaut G. Batur. Endapan Freatomagmatik Payang bersifat dasitik tersebar di dalam Kaldera I bagian barat hingga tenggara G. Batur. Endapan Jatuhan Piroklastik Panelokan tersebar luas keluar Kaldera I bagian baratlaut hingga baratdaya berkomposisi dasit. Endapan Jatuhan Penulisan tersebar menutupi sekeliling permukaan Kaldera I bagian luar. Maar Sampeanwani merupakan kelompok beberapa kawah di dalam kaldera dalam bentuk maar, umumnya hancur oleh leleran lava G. Batur. Yang terakhir adalah Kerucut Sinder Gunung Anti membentuk kelompok sinder di dalam Kaldera II. Batuan yang tercatat dalam sejarah yang merupakan hasil letusan dari kerucut G. Batur adalah leleran lava, hasil letusan pada 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, 1968, 1974, yang sebaran endapanya terbatas di dalam Kaldera II, seperti terlihat pada peta geologi dalam Kaldera Batur (Gambar 7). Setelah letusan 1974 yang menghasilkan leleran lava, belum pernah terjadi lagi letusan yang disertai lelehan lava. Letusan-letusan terakhir terjadi dalam tahun 1994, 1995, 1997, 1998, 1999 dan 2000, hasil letusannya berupa

jatuhan piroklastik dan bom vulkanik yang menyebar dan mengendap hanya di sekitar lubang letusan.

Kawasan Rawan Bencana Gunung Batur Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam, terdiri dari kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Di Kabupaten Bangli kawasan rawan bencana yang berpotensi adalah kawasan rawan tanah longsor. Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran (dengan kondisi kemiringan lereng lebih curam dari 40). Lokasi kawasan rawan tanah longsor terdiri dari kawasan-kawasan dengan tingkat kerawanans edang -tinggi yang terletak pada daerah lereng bukit/perbukitan, lereng gunung/pegunungan, dan tebing/lembah sungai. Sebaran lokasi tersebut terutama terdapat di : 1. Lereng kaldera Batur memutar bagian dalam 2. Lereng Kaldera batur bagian luar arah utara, barat dan selatan 3. Kawasan dengan kemiringan terjal di seluruh wilayah Kabupaten Bangli di luar lereng kaldera Batur Kriteria kawasan rawan letusan gunung berapi adalah : wilayah disekitar kawah atau kaldera; dan/atau wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan /atau aliran gas beracun. Kawasan gunung api Gunung Batur memenuhi kriteria diatas, dan penetapan kawasan rawan letusan gunung apinya dibagi menjadi : a. Kawasan Rawan Bencana III ( Daerah Terlarang ) adalah : Kawasan terlanda aliran lava, hujan abu, pasir, lapili dan kemungkinannya adanya gas beracun terutama di daerah puncak G. Batur, Lereng bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, baratdan Barat laut.

Luas daerah terlarang ini 33,6 Km2, sedangkan kampung / desa yang terkena / termasuk didalamnya yaitu Toya Bungkah, Seked, Yeh Mampeh, Pangkung Kucing, Latengaya dan Tamansari. Untuk kawasan Rawan Bencana III (daerah terlarang) ini tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk wisata.

b. Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya) adalah : Kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava sertalontaranbatupijar,bom, lapilidanpasir. Daerahnya mencakup kaki sebelah utara, Timur Laut dan Timur G. Batur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Baturdan danau Batur karena lokasi tersebut kemungkinannya berpindah-pindah; Daerahnya meliputi jari-jari 3 Km dari puncak G.Batur (tergantung letusan gunung api tersebut ), sedangkan daerah yang diperkirakan terkena adalah Desa Songan A dan Desa Songan B

c. Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada ) adalah : Meliputi sector antara batas kaldera II sampai batas KalderaI; Daerah ini hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, dan bilamana letusan yang kuat maka akan terjadi bom gunung api sampai didaerah tersebut; Dearah penyebarannya meliputikawasan kaldera Baturdengan radius 6 Km dari puncak G. Batur. Daerah ini terdapat pemukiman dan kegiatan usaha, namun ada juga daerah yang rawan terkena tanah longsor seperti jalan Penelokan dan Kuta dalem yang melintang sepanjang punggung yang dikiri kanannya jurang; Dan bilamana sewaktu-waktu terjadi gempa baik vulkanik maupun Tektonik yang kuat atau hujan yang sangat lebat, mungkin pada beberapa tempat tersebut akan terjadi longsor.

Obyek Wisata Gunung Batur Kawasan Gunung Batur terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat Hindu dari berbagai daerah di Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih untuk mengusir bencana hama yang menimpa ladang mereka. Dengan menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung Batur menjadi daerah yang subur. Daerah yang dapat ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah kawah, kaldera dan danau. Terdapat aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap sebagai "Tirta Suci" Wisata budaya yang terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Trunyan. Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan upacara kematian yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.

Ancaman ke Depan dari Gunung Batur Di kaki gunung api muda itu bertebaran permukiman yang mengikuti garis pantai Danau Batur. Sejak ratusan tahun silam, masyarakat Trunyan telah menempati sisi timur danau. Bahkan, kehidupan manusia di sekitar danau ini diperkirakan telah terjadi sejak zaman prasejarah, ditandai dengan banyaknya temuan batu pemujaan bercirikan megalitik. Erupsi berkali-kali terjadi, leleran lava menghantam permukiman, hujan abu dan aliran piroklastik (awan panas) pun tidak membuat warga sekitar mengosongkan dasar kaldera. Aktivitas vulkanik Gunung Api Batur yang tercatat sejak 1804 hingga 2000 memang bukan letusan paroksismal seperti yang terjadi di Gunung Agung pada 1963. Material piroklastik yang dilemparkan ke udara terkonsentrasi di dalam kaldera. Lava yang encer menyebabkan semburan yang menyerupai air mancur yang menyala-nyala pada malam hari. Indah, tetapi mematikan. Keindahan erupsi Batur saat ini menyamarkan jejak letusan dahsyat yang mematikan dan membentuk sebagian wajah Pulau Bali. Evolusi Gunung Api Batur terus berjalan di balik keindahan panorama kaldera. Alam bekerja mengikuti dalil-dalil yang hanya bisa diterka manusia. Keheningan dan alam yang terlihat permai selalu menyimpan risiko di negeri yang dibelit cincin api.

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Batur http://yasirmaster.blogspot.com/2011/10/gunung-batur-bali-sejarah-dan.html http://travel.kompas.com/read/2011/12/15/13322619/Evolusi.Batur.Belum.Berakhir http://agussunthe.blogspot.com/2012/06/gunung-batur-sebagai-daerah-rawan.html http://www.scribd.com/doc/77535627/GEOLOGI1

You might also like