You are on page 1of 15

PENGENALAN DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT KULIT AKIBAT JAMUR

oleh Taufiq Hidayat SMF Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Saiful Anwar Malang PENDAHULUAN Indonesia yang beriklim tropis dan merupakan negara berkembang memenuhi sarat untuk menjadi tempat berkembangnya penyakit jamur dengan baik, khususnya dermatomikosis. Frekwensi penyakit ini ( lesi superfisial ) di Indonesia cukup tinggi, di RSUD dr. Saiful Anwar Malang, termasuk 5 penyakit kulit terbanyak. Diagnosa penyakit kulit akibat jamur, ditegakkan dengan gambaran klinis yang khas ( kadang-kadang tidak khas) dan pemeriksaan laboratorium sediaan langsung, bila perlu biakan dan biopsi. Gambaran klinis tergantung dari penyebab, letak lesi dan pengobatan yang sudah diberikan. Klasifikasi penyakit ini dapat dibagi : lesi superfisial ( dermatofitosis dan non dermatofitosis ) yang paling banyak dijumpai serta lesi sub kutis yang jarang dijumpai. Pengobatan dapat secara topikal dan sistemik dengan obat-obat antimikotik yang banyak beredar dipasar. Faktor predisposisi : - Fisiologis - Patologis Faktor Predisposisi Fisiologis ialah keadaan tubuh yang menyuburkan pertumbuhan jamur, namun tidak dapat diatasi karena merupakan keadaan yang fisiologis. Yang termasuk keadaan ini a.l. umur, kehamilan. Faktor Predisposisi Patologis ialah berbagai hal atau keadaan yang mengubah tubuh seseorang penderita sedemikian rupa, sehingga menyuburkan pertumbuhan jamur dan memudahkan masuknya jamur tersebut kedalam jaringan. Faktor-faktor tersebut a.l : 1. Keadaan umum yang jelek - prematuritas - gangguan gizi - penyakit menahun 2. Penyakit tertentu yang diderita - diabetes melitus - leukemia - keganasan 3. Pemakaian obat-obatan - antibiotika - kortikosteroid

sitostatika

4. Iritasi setempat pada tubuh - kegemukan - urine - air , dll. DERMATOFITOSIS (RING WORM INFECTION) Dermatofitisis adalah golongan penyakit jamur superfisialis yang yang disebabkan oleh jamur dermatofita yakni Trichophyton spp (T), Microsporum spp(M), Epidermophyton spp (E). Penyakit ini menyerang jaringan yang mengandung zat tanduk, yakni pada epidermis, rambut dan kuku. Klasifikasi klinis. 1. Tinea kapitis. Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, dan sering terjadi pada anak anak. Kadang- kadang penyakit ini ditularkan dari hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing dan sebagainya. Gambaran klinis Bentuk bentuk khas tinea kapitis adalah a. Bentuk yang tidak meradang Infeksi Microsporum spp, biasanya menimbulkan bercak pada kepala berwarna Kelabu (grey-patch), biasanya beberapa buah, berukuran 2-4 cm. Rambut pada lesi tampak putus beberapa milimeter di atas kulit, dengan tertutup oleh sisik halus berwarna putih kelabu. Dengan lampu Wood akan tampak ujung ujung rambut yang putus tersebut berfluoresensi hijau. Pemeriksaan rambut yang dicabut dengan sediaan KOH 10-20 % , akan terlihat tumpukan spora di luar batang rambut(ektotriks). Infeksi Trichophyton spp, biasanya menimbulkan bercak kecil-kecil di kepala dengan rambut yang putus-putus tepat dipermukaan kulit. Sehingga terlihat bintik-bintik hitam pada bercak tersebur yang disebut black dots. Tidak timbul fluoresensi pada penyinaran lampu Wood dan sediaan KOH menunjukkan tumpukan spora di dalam dan di luar batang rambut (infeksi endotriks dan ektotriks). b. Bentuk yang meradang Biasanya disebabkan oleh jamur zoofilik dan geofilik. Terlihat bercak kemerahan pada kepala, kadang kadang eksudatif dan tertutup krusta. Rambut pada lesi biasanya rontok karena rusaknya folikel rambut, sehingga dapat terjadi alopesia areata yang permanen. Bila reaksi radang sangat hebat, bisa timbul abses dibawah lesi tersebut sehingga kulit tampak menonjol, basah, dan lunak pada perabaan. Keadaan ini disebut kerion, yang biasanya sangat gatal dan nyeri. Bila ditekan tampak pus keluar lewat beberapa fistula.

c. Bentuk favosa Bentuk ini sering disebabkan oleh T.Schoenleini. Timbul bercak yang tertutup oleh krusta yang tebal dan berbentuk seperti cawan (scutula), serta berbau seperti tikus (moussy odor).

Diagnosis dan diagnosis banding Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat gejala klinis, pemeriksaan dengan lampu Wood dan melakukan kerokan kulit dengan KOH 10-20%. Diagnosis banding adalah alopesia areata, dermatitis seboroika pada scalp,psoriasis pada scalp, impetigo dan lupus eritematosus diskoid. Pengobatan Pengobatan sistemik dengan griseofulvin, ketokonazol, itrakonazol atau terbinafin. Pencegahan Sumber penularan yaitu binatang, misalnya anjing, kucing harus diobati atau disingkirkan untuk mencegah infeksi ulang. Penyakit yang disebabkan golongan jamur antropofilik (M.audoini) bersumber penularan manusia, menular langsung ke manusia lain, sehingga sering menimbulkan epidemi.Pakaian, sarung tangan, topi, handuk, seprei atau alat alat lain yang dipakai penderita harus dicuci dengan air panas untuk menghindari infeksi ulang atau penularan pada orang lain. Prognosis Progonosis penyakit ini umumnya baik. 2. Tinea barbe. Tinea barbe adalah penyakit disebabkan infeksi jamur dermatofita di daerah janggut, cambang, dan kumis, sering pada orang orang dewasa yang banyak kontak denganhewan atau tanah. Keluhan penderita adalah gatal pada beberapa tempat di janggut, kumis atau cambang disertai putusnya rambut di tempat tersebut. Gambaran klinis a. Bentuk superfisial : lesi eritro papulo skuamosa, mula mula kecil,melebar ke perifer dengan tepi polisiklis. Bentuk ini sama dengan tinea korporis biasa. b. Bentuk kerion : prosesnya sama dengan pembentukan kerion pada tinea kapitis. Diagnosis banding a. Sikosis barbe (disebabkan oleh Staphylococcus). b. Mikosis profunda. c. Karbunkel.

Pencegahan Karena Trichophyton dan Microsporum spp.bersifat zoofilik, pencegahan dengan mengobati atau menghindari hewan yang diduga merupakan sumber penularan. Pengobatan Pengobatan sistemik dengan griseofulvin,ketokonazol atau terbinafin . Pada bentuk yang disertai infeksi sekunder perlu ditambahkan antibodi antibakterial. Obat lokal dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan antara lain : salepWhitfield, salep yang mengandung salisilat dan sulfur, tolsiklat, derivat azol, haloprogin, siklopiroksolamin , naftifin dan terbinafin. 3. Tinea Korporis Tinea Korporis adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan dan gluteal. Penyebab tersering kelainan ini adalah T.rubrum dan T.mentagrophytes. Penderita mengeluh rasa gatal yang kadang kadang meningkat waktu berkeringat. Gambaran klinis Bentuk klasik biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam macam efloresensi kulit, berbatas tegas, dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklis, serta bagian tepi lebih aktif (tanda peradangan lebih jelas). Di daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan , sementara yang di tepi makin meluas ke perifer. Kadang kadang bagian tengahnya tidak menyembuh tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Diagnosis dan diagnosis banding Dari gambaran klinis dan lokalisasinya, tidak sulit untuk mendiagnosis. Kerokan kulit dengan laurtan KOH 10-20 % untuk melihat elemen jamur merupakan pembantu diagnosis. Sebagai diagnosis banding adalah : pitiriasis rosea, psoriasis vulgaris, lues stadium II makulo-papular, morbus hansen tipe tuberkuloid, dermatitis kontak. Pengobatan Sistemik: griseofulvin, dosis 500 mg sehari untuk 3-4 minggu. Dapat juga dengan ketokonazol 200mg/hari, itrakonazol 100mg/hari dan terbinafin 250mg/hari. Topikal : kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam bentuk salap; tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, asiklopiroksolamin, derivat azol ,naftifin , terbinafin. Prognosis Progosis pada umumnya baik 4. Tinea kruris (eczema marginatum, jokcey-itch). Tinea kruris adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah genitokrural . Faktor yang berpengaruh disini adalah keadaan lembab oleh karena keringat dan obesitas Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha, sekitar anogenital. Dan dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Gambaran klinis

Biasanya lesi simetris pada lipat paha kiri dan kanan . Mula mula sebagai bercak eritematosa , gatal lama kelamaan meluas, dapat meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut bawah. Tepi lesi aktif, polisiklis, ditutupi skuama dan kadang kadang denganbanyak vesikel kecil- kecil. Diagnosis dan diagnosis banding Bentuk klinis yang sangat khas, dan ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit memakai larutan KOH 20% memastikan diagnosis. Dari kerokan kulit yang dilakukan pada bagian tepi lesi mudah diterimukan elemen jamur ( hypha ). Diagnosis banding adalah : dermatitis seboroika pada lipatpaha, kandidosis kutis, eritrasma, dermatitis kontak, psoriasis. Pengobatan Pengobatan sitemik dengan griseofulvin sangat menolong. Dosis 500 mg sehari diberikan selama 3 minggu. Obat lain ketokonazol 200mg/hari, itrakonazol 100mg/hari atau terbinafin 250mg/hari. Pengobatan topikal serupa dengan pengobatan topikal untuk tinea korporis. Pencegahan Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada tinea kruris harus dihindari atau dihilangkan, jakni antara lain: a. Temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari karet atau nilon. b. Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air, misalnya berenang. c. Kegemukan, kelembaban, gesekan kronis dan keringat berlebihan disertai higiene yang kurang, memudahkan timbulnya enfeksi jamur. Prognosis Bergantung penyebabnya ; umumnya baik. 5. Tinea manus dan pedis. Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari jari tangan dan kakiserta daerah interdigital. Kelainan ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepaut tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah (mencuci, di sawah dan sebagainya). Keluhan penderita bervariasi , dari tanpa keluhan sampai sangat gatal dan nyeri karena terjadi infeksi sekunder dan peradangan.

Gambaran klinis. Dikenal 3 bentuk klinis yang sering kita jumpai, yakni a. Bentuk intertriginosa; dengan manifestasi berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada celah celah jari. Tampak warna keputihan yang basah dan dapat terjadi fisura yang nyeri bila disentuh. Infeksi sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki sering dimulai dari celah jari antara jari IV-V. b. Bentuk vesikular yang akut ; ditandai dengan terbentuknya vesikel vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit (deep seated vesicle) dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian melebar serta vesikelnya memecah. Infeksi sekunder memperburuk keadaan ini. c. Bentuk moccasin foot ; pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit memebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan,terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Diagnosis dan Diagnosis banding Pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20% yang menunjukkan elemen jamur, dapat membantu menegakkan diagnosis. Sebagai diagnosis banding adalah hiperhidrosis, akrodermatitis kontinua, kandidosis (erosia interdigitalis blastomisetika), Lues stad. II. Pengobatan Sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4 6 minggu, atau ketokonazol 200mg/hari, itrakonazol 100mg/hari, terbinafin 250mg/hari. Pengobatan topikal sama dengan pengobatan tinea korporis dan kruris. Prognosis Umumnya baik bergantung penyebab dan faktor-faktor pencetusnya. 6. Tinea unguium Tine unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofit. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak, warnanya menjadi suram. Bergantung jamur penyebabnya, distruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral, proksimal ataupun keseluruhan. Gejala klinis Pada umumnya tinea unguium berlangsung kronis dan sukar penyembuhannya. a. Bentuk subungual distalis: bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.. b. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita : berupa bercak keputrihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen jamur. c. Bentuk subungual proksimal : Bentuk ini dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang dari pada kuku tangan. Diagnosis dan diagnosis banding Kerokankuku yang diperiksa dengan larutan KOH 10-20% atau dibiak, akan membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis banding adalah proriasis kuku, akrodermatitis perstans atau kandidosis kuku. Pengobatan

Sistemik : grieofulvin diberikan selama beberapa bulan sampai dengan setahun, bergantung kuku yang diserang. Pada kuku jari tangan penyembuhan tercapai setelah 46 bulan pengobatan, tetapi pada kuku kaki pengobatan selama 12-18 bulan memberi hasil penyembuhan yang tidak memuaskan. Pancabutan kuku akan memperpendek masa pengobatan. Obat lain : Terbinafin 250mg/hari , jari tangan 6 minggu, jari kaki 12 minggu Itrakonazol 200mg/hari , kuku jari tangan 3 bulan, kuku jari kaki 5 bulan 2 kali 200mg/hari selama 7 hari dalam sebulan, selama 3 bulan. Topikal : Amorolfin atau Ciclopirox Prognosis Kurang baik 7. Tinea imbrikata Kelainan kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur. T.concentricum dimana terjadi gambaran klinis yang khas. Penyakit ini banyak didapatkan di Indonesia bagian timur , sering disebut pula: penyakit cascado, tokelau, ringworm dan sebagainya. Keluhan berupa rasa gatal pada daerah yang terkena, kulit jadi bersisik dengan sisik yang melingkar lingkar. Gambaran klinis Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus (glabrous skin) sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai papul eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal terletak konsentris dengan susunan seperti genting (imbrex = genting). Lesi ini makin lama makin melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian tengah. Diagnosis dan diagnosis banding Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas berupa lesi berskuama konsentris Diagnosis banding eritroderma, iktiosis dan pemfigus foliaseus. Pengobatan Sistemik dengan griseofulvin sangat menolong, diberikan dengan dosis 500 mg sehari selama 4 minggu sampai beberapa bulan. Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan ulang yang lebih lama. Obat sistemik lain adalah ketokonazol, itrakonazol dan terbinafin. Pengobatan lokal tidaak begitu efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat diberikan preparat yang mengandung keratolitik kuat dan anti mikotik misalnya salep Whitfield atau campuran asam salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5% serta obat obat anti mikotik berspektrum luas.

Pencegahan Menghindari temperatur dan kelembaban yang tinggi merupakan faktor yang penting selain peningkatan higiene dan gizi penderita. Prognosis Sering residif Catatan. Pada dermatofitosis yang disertai gejala peradangan, terutama peradangan berat seperti kerion, selain obat antimikotik, pemberian kortikosteroid jangka waktu pendek dapat dipertimbangkan. Gejala peradangan dapat diatasi dan keluhan penderita dapat ditolong. Perlu ditekankan bahwa kortikosteroid hanya dibenarkan untuk mengatasi keluhan karena peradangan, sehingga hanya di perlukan dalam waktu singkat. Obat antimikotik masih diperlukan beberapa waktu kemudian untuk memberantas infeksinya.

PITIRIASIS VERSIKOLOR
Pitiriasis versikolor atau panu, kadang kadang disebut kromofitosis, tinea flava, liver spots dan terakhir disebut pitirosporosis. Penyakit ini adalah dermatomikosis supefisialis yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare , yang bersifat ringan, menahun, biasanya tanpa keluhan gatal. Gambaran klinis Lesi kulit penyakit ini superfisial dan tersering ditemukan pada daerah badan berlemak , berupa bercak bercak teratur maupun tidfak teratur, berbatas tegas malaupun kadang kadang dapat difus, berwarna putih, hitam coklay merah dan kuning coklat. Diatas lesi terdapat skuama yang halus. Skuama tersebut dapat merupakan satu lapis atau bila telah terusik menjadi pitiriasiform. Skuama tipis diatas bercak hipo atau hiperkrom mudah menjadi pitiriasiformis bila kulit ditarik dan dilepas kembali atau bila digores dengan benda tumpul, misalnya sendok diagnostik; akan terlihat goresan berwasrna putih dengan dibagian pinggirnya terlihat skuama halus(coup d ongle dari Besnier). Pemeriksaan pembantu diagnosis Bila gambaran klinis tidak begitu jelas diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan sediaan langsung larutan KOH 10-20 %. Akan terlihat elemen- eleman jamur dengan konfigurasi hifa pendek dan spora berkelompok (meat ball and spaghetti configuration). Lesi lesi kulit pitiriasis versikolor berfluorensensi warna kuning keemasan bila dilihat dalam kamar gelap dibawah lampu Wood (sumber sinar ultraviolet 365 nm). Adanya fluorensensi ini dapat memberi petunjuk tempat kelainan sehingga pengambilan spesimen untuk pemeriksaan sediaan langsung dapat terarah. Selain itu pengobatan juga dapat dilakukan dengan tepat pada sasaranya (lokalisasi). Yang terakhir, ada tidaknya fluoresensi dapat membantu menilai kelainan kulit yang dihadapi masih aktif atau hanya sisa- sisa peradangan saja ( hipopigmentasi pasca peradangan). Pengobatan Penyakit ini adalah infeksi endogen, yang berarti Pityrosporum orbiculare adalah jamur komensal. Oleh karena itu infeksi biasanya dapat terjadi bila ada faktor predisposisi. Faktor predisposisi ini antara lain adalah kelembaban kulit, kulit yang berlemak (jamur penyebab adalah lipohilic yeast like organism),keadaan-keadaan epidermal cell tum over rate yang lambat, misalnya penderita yang sakit kronis dan mendapat pengobatan kortikosteroid, malnutrisi dan faktor genetik. Pengobatan harus memperhatikan faktor fakror ini dan sedapat mungkin faktor-faktor tersebut diatasi. Setelah usaha mengatasi faktor predisposisi dilakukan atau sedapat dapatnya diatasi, baru dilakukan pengobatan medisinal.

Obat obat anti jamur topikal yang berkhasiat terhadap pitiriasis versikolor a.l : 1. Salap Whitfield berkekuatan penuh maupun berkekuatan setengahnya.

2. Larutan tiosulfas natrikus 20-25% 3. Sulfur presipitatus, biasanya dibuat dalam bentuk losio Kummerfeldi. 4. Haloprogin. 5. Tolnaftat dan tolsiklat. 6. Sampo selenium sulfida 2,5% 7. Propilen glikol 50-100 % 8. Obat-obat golongan imidazol, misalnya mikonazol; topikal maupun oral. 9. Siklopiroksolamin. 10. Naftifin HCI. 11. Terbinafin. ( topikal)

Kandidosis
Jamur golongan Candida yang patogen dan merupakan penyebab kandidosis adalah Candida albicans (Calbicans). Infeksi jamur ini dapat berbentuk : Kandidosis sistemik

Kandidosis lokal

Kandidosis lokal dapat dibedakan secara klinis : 1. Kandidosis mukokutan : - Kandidosis oral - Perleche (angular cheilitis). - Kandidosis vaginal dan balanitis 2. Kandidosis kulit : - Kandidosis intertriginosa - Kandidosis kuku dan paronikia - Kandidosis granulomatosa - Reaksi id karena kandida (kandidit). Penyakit ini banyak dihubungkan dengan faktor- faktor sbb : - Keadaan kulit yang terus menerus lembab - Pemakaian obat obat antibiotika, steroid dan sitostatik. - Perubahan fisiologis tubuh pada kehamilan - Penyakit penyakit menahun dan kelemahan umum - Gangguan endokrin dan obesitas - Malnutrisi 1. Kandidosis oral (oral thrush). Kelainan ini sering terjadi pada bayi bayi, berupa bercak putih seperti membran pada mukosa mulut atau lidah. Bila membran tersebut diangkat, tampak dasar yang kemerahan dan erosif. 2. Perleche (angular cheilitis). Berupa retakan kulit (fisura) pada sudut mulut, terasa pedih dan nyeri bila tersentuh nakanan atau air.. 3. Kandidosis vagina/vulvovaginal Kelainan berupa bercak putih di atas mukosa yang eritematosa dan erosif. Mulai dari serviks sampai itroitus vagina didapatkan fluor albus yang putih kekuningan dengan adanya semacam butiran tepung, kadang kadang seprti susu yang pecah. Keluhan biasanya berupa rasa gatal serta dispareuni karena adanya peradangan dan erosi. Bila meluas ke vulva, terjadi vulvovaginitis yang sangat gatal, timbul peradangan dan erosi serta sering menjadi bertambah buruk oleh garukan dan infeksi sekunder. 4. Balanitis karena kandida. Kelainan ini biasanya terjadi pada laki laki yang tidak disunat dengan glans penis selalu tertutup oleh prepusium. Keluhan gatal disertai timbulnya membran/bercak putih pada glans penis. Yang sering seluruhnya menjadi merah dan erosif. Bila kelainan berat disertai rasa nyeri, gatal dan mudah berdarah. 5. Kandidosis intertriginosa

Kelainan sering terjadi pada orang orang yang gemuk; menyerang lipat lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila dan lipat bawah payudara. Khas disini adalah bercak kemerahan yang agak lebar pada lipatan kulit tersebut, dengan dikelilingi oleh lesi-lesi satelit di sekelilingnya. 6. Kandidosis kuku dan paronikia karena Candida. Infeksi jamur ini pada kuku dan sekitarnya menyebabkan rasa nyeri dan peradangan disekitar kuku. Kadang kadang kuku rusak dan menebal. Bila terjadi infeksi ikutan oleh Pseudomonas aeruginosa kuku akan berwarna kehijauan. 7. Kandidosis granulomatosa Kelainan ini merupakan bentuk yang jarang dijumpai. Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat penumpukan krusta serta hipertrofi setempat. Biasanya terdapat di kepala atau ekstremitas. 8. Kandidid Kelainan ini adalah suatu reaksi alergi terhadap elemen jamur atau metabolit Candida spp. Kelainan biasanya bermanifestasi jauh dari tempat infeksi asal (focal-infection), dapat berupa eritema, vesikel, papul ataupun urtika. Biasanya terbentuk bersama sama sekaligus, disertai rasa gatal yang bervariasidari ringan sampai berat. Bila dilakukan pemeriksaan kerokan lesi tidak akan ditemukan jamur penyebab. Pemeriksaan Pembantu Diagnosis 1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usap mukokutan dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram akan terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu. 2. Pemeriksaan biakan dengan media Sabouraud akan membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis dan diagnosis banding Diagnosis kandidosis kutis ditegakkan atas adanya gejala klinis berupa lesi eritematosa berbatas tegas dan meluas disertai lesi satelit di sekitarnya. Diagnosis ditunjang dengan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10% atau pewarna gram.

Diagnosis banding untuk : 1. Kandidosis kulit : - Eritrasma ; lebih merah, batas tegas, kering dan tidak ada lesi satelit. Pemeriksaan dengan lampu Wood positif (merah). - Leukoplakia - Liken planus 2. Kandidosis kuku : - Tinea unguium 3. Kandidosis Vaginal : - Trikomoniasis vaginalis - Cervisitis gonore Pengobatan Obat sistemik adalah ketokonazol, itrakonazol dan flukonazol. Obat topikal antara lain adalah : - larutan gentian violet 1 % dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari - nistatin berupa krim, solusio dan supositora vaginal - derivat- derivat azol berupa krim, bedak dan krim/supositoria vaginal - tolsiklat - siklopiroksolamin - naftifin HCL - terbinafin Seperti pada pengobatan dermatofitosis, pada kandidosis yang disertai peradangan akut, pemberian kortikosteroid jangka waktu pendek sebagai obat tambahan dapat dipertimbangkan. Prognosis Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.

KEPUSTAKAAN 1. Rippon JW. Medical mycology.3 rd ed.Philadelphia: WB.Saunders Co.1988: 169-275

2. Hay RJ, Robert SOB & Mackenzie DWR. Mycology. In. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG, Rook/Wilkinson/Ebling. Textbook of Dermatology, 5th ed, Oxford: Blackwell scientific Publication, 1992 : 1127 - 70. 3. Martin AG, Kobayashi GS. Fungal diseases with cutaneous involvement. In: Fitzpatrick TB, Eisen Az, Wolff K et al. Dermatology in General Medicine, 4th ed, New York: Mc Graw-Hill, 1993 : 2421 - 42. 4. Arnold HL, Odom RB, James WD. Andrews Diseases of the skin. 8th ed, Philadelphia: WB. Saunders Co. 1990 : 328 - 32. 5. Kuswadji. Penyakit Kulit Akibat Jamur. Informasi Jamur Penyakit Pada Manusia Dan Hewan. 4 ( 1998 ) 6. Budimulya U. Infestasi Jamur. Cet. 3. Jakarta : Yayasan Penerbit IDI, 1992. 7. Degreef H. Dermatomycoses : Therapeutic Update. Kumpulan Makalah Kongres Nasional VIII Perdoski. Yogyakarta : Perdoski Yogyakarta, 1995 :213 - 18. 8. Haroon TS, Hussain I, Mahmood A et al. An open pilot study of the effecacy of oral terbinafine in dry non-inflammatory tinea capitis. British Journal of Dermatology (1992) 126. Supplement 39 : 47 - 50. 9. Budimulya U, Kuswadji, Judonarso J et al. Terbinafine in the treatment of tinea imbricata : An open pilot study. J Dermatol Treat. 1992. (3) Suppl 1 : 29 - 33. 10. Hay RJ, Meinhof W. Itraconazole : A new era in oral antifungal therapy. Proceeding of a Round Table Meeting held at the occasion of the British Association of Dermatologist Annual Meeting. Editorial development Oxford Clinical Communication. 1988. 11. Baran R, de Berker D, Dawber R. Nails : Appearance and Therapy. London. Martin Dunitz Limited. 1993. 12. Baran R, Hay R, Haneke E, et al. Onychomycosis., the current approach to diagnosis and therapy. London. Martin Dunitz Ltd. 1999. 13. Adiguna MS. New Therapies for Onychomycosis. Medical Progress. 2000; 27: 17-22. 14. MMWR. 1998 Guidelines for Treatment of Sexually Transmitted Diseases. Atlanta. U.S Department of health and human services CDC. 1998; 47 : 76.

PENATALAKSANAAN Obat Topikal Salap Whitfield

Salap 2-4 / 3-10 Campuran Undesilinat Tolsiklat/ Tolnaftat Siklopiroks olamin Haloprogin Imidasol : klotrimasol, tiokonasol mikonasol bifonasol ekonasol oksikonasol isokonasol ketokonasol Allilamin : naftifin terbinafin butenafin Amorolfin Obat topikal kombinasi dengan kortikosteroid Obat oral Griseofulvin ( 1 tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg ) dosis anak : 10 mg/kg BB/hari dosis dewasa : 500 - 1000 mg/hari Ketokonasol ( 1 tablet 200 mg ) dosis anak : 3 mg/kg BB/hari dosis dewasa : 1 tablet/hari Itrakonasol ( 1 kapsul 100 mg ) dosis dewasa : 1 kapsul/hari Flukonasol ( 1kapsul 50 mg, 150 mg ) dosis dewasa : 50 - 300 mg/ minggu Terbinafine ( 1 tablet 250 mg ) dosis dewasa : 1 tablet/hari

You might also like