You are on page 1of 10

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI BALI TERHADAP PRAMUWISATA

DEWA PUTU TAGEL NIM : 0990561036 KONSENTRASI : HUKUM DAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI BALI TERHADAP PRAMUWISATA


ABSTRAK Pramuwisata merupakan bagian dari komponen pariwisata yang sangat vital, bertugas sebagai ujung tombak dalam pelayanan memberikan informasi bagi wisatawan. Pramuwisata lebih sering kita kenal dengan sebutan guide (pemandu wisata). Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pramuwisata bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas pariwisata di Bali. Pada dasarnya kebijakan ini mengharuskan setiap pramuwisata memiliki Sertifikat Pramuwisata dan KTPP (Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata). Kartu tersebut dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Bali atas pelimpahan wewenang dari Gubernur Bali bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan yang memiliki kompetensi dibidang Pariwisata, Adat dan Budaya, serta Agama Hindu.

KATA KUNCI : Kebijakan Pemerintah, Pramuwisata, Disparda.

I.

PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sebuah industri jasa dimana komponen sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam memberikan pelayanan maksimal sehingga nantinya wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata merasa puas dan diharapkan wisatawan tersebut dapat

merekomendasikan daerah wisata yang telah dikunjungi tersebut kepada rekan-rekan, keluarga, family, teman. Rekomendasi wisatawan yang positif merupakan media promosi yang paling ampuh dan dapat mempengaruhi pasar wisata. Pramuwisata merupakan bagian dari komponen pariwisata yang sangat vital, bertugas sebagai ujung tombak dalam pelayanan memberikan informasi, baik dari wisatawan yang baru tiba ditempat wisata maupun selama berkunjung. Informasi yang didapatkan wisatawan dari seorang
2

pramuwisata secara tidak langsung akan memberikan gambaran dari tempat wisata tersebut. Karena itulah profesionalisme seorang pramuwisata dituntut oleh dunia kerja dalam memberikan pelayanan yang maksimal, sehingga industri pariwisata dapat berkembang dan dapat memberikan manfaat luas terhadap lingkungan. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme pramuwisata, Dinas Pariwisata Bali menyelenggarakan kursus sertifikasi pramuwisata karena selama ini tidak jarang ditemui pramuwisata-pramuwisata belum mengenal kode etik pramuwisata secara baik, misalnya informasi yang diberikan tidak akurat dikarenakan pengetahuan pramuwisata yang bersangkutan mengenai tempat wisata yang dikunjungi kurang. Dari latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam paper ini adalah : 1. Bagaimanakah perumusan Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pramuwisata? 2. Bagaimanakah implementasi dan bentuk hukum Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pramuwisata?

II. PEMBAHASAN 1. Perumusan Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali Terhadap Pramuwisata Menurut Thomas R. Dye, menyatakan bahwa : public policy is whatever governments choose to do or not to do, atau definisi yang lebih kongkret seperti yang dikatakan oleh Peters, Public policy is the sum of activities of governments, whatever acting directly or through agents, as it has on influence on the lives of citizen.1 Dari pandangan Thomas R. Dye tersebut, Bambang Sunggono membedakan konsep Kebijakan publik menjadi 2, antara lain : 1. Para ahli menyamakan kebijaksanaan publik sebagai tindakan pemerintah atau pendekatan institusional terutama pendekatan dari aspek politik.

Ahidcha Fitra G., Kebijakan Publik, http://elisa.ugm.ac.id, 2009.

2.

Pandangan yang melihat kebijaksanaan publik sebagai suatu pendekatan proses, pelaksanaan atau implementasi dari kebijaksanaan, dari perumusan sampai pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pramuwisata adalah

petugas pariwisata yang berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yang diperlukan oleh wisatawan. Pramuwisata disebut juga Pemandu Wisata atau Guide dalam Bahasa Inggris. Dalam Pasal 1 ayat (7) Perda Propinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008, dinyatakan bahwa : Pramuwisata adalah seseorang yang menyediakan jasa komersial pemanduan wisata, mencakup : pemberian bimbingan, arahan-arahan, penjelasanpenjelasan, dan petunjuk-petunjuk tentang suatu objek dan daya tarik wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Di Indonesia, secara nasional telah dibentuk organisasi yang mewadahi profesi ini, yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia atau HPI. Di beberapa daerah juga terbentuk sejumlah organisasi serupa yang bersifat lokal. Seseorang yang hendak menjadi pramuwisata di Indonesia disyaratkan untuk memiliki licence yang diterbitkan oleh HPI. Ketentuan ini terutama bagi pramuwisata yang melayani wisatawan asing agar kualitas pribadi pramuwisata selalu mencerminkan ke-Indonesia-an serta menjaga validitas berbagai informasi yang disampaikan kepada wisatawan. Khusus untuk wilayah Bali, Pemerintah Propinsi Bali telah menyerahkan kewenangan kepada Lembaga Pendidikan Tinggi yang mempunyai kompetensi dibidang kepariwisataan, kebudayaan Bali, dan atau Agama Hindu. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (12) Perda Propinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata. Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pramuwisata diawali dari tekad Pemerintah Daerah Propinsi Bali untuk menjaga kualitas dan kuantitas pramuwisata. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan mengenai pendidikan, pembinaan dan pengawasan, agar dalam

pengembangan etika dan pelaksanaan fungsi pramuwisata dapat mencapai hasil guna dan daya guna untuk melestarikan pariwisata budaya. Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979, urusan Pramuwisata menjadi urusan Daerah. Penyerahan urusan pramuwisata menjadi urusan daerah adalah pembinaan yang menyangkut perencanaan, pengaturan dan pengawasannya. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pariwisata merupakan urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi.

2.

Implementasi dan Bentuk Hukum Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali Terhadap Pramuwisata Pramuwisata merupakan salah satu profesi dari komponen utama

sistem perdagangan jasa pariwisata yang memiliki korelasi langsung dan berpengaruh terhadap kualitas layanan jasa dan citra perdagangan jasa pariwisata Bali secara keseluruhan. Jasa Pramuwisata tidak dipasok oleh masyarakat Bali saja, melainkan masyarakat nasional bahkan Internasional. Salah satu hal yang perlu dalam pembinaan Pramuwisata adalah memberikan pelayanan yang menarik dan ramah terhadap wisatawan. Dan yang lebih penting lagi adalah memberikan pembinaan-pembinaan agar mereka melanjutkan dan meningkatkan pembangunan Pariwisata Budaya dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi utama Daerah yaitu kebudayaan yang merupakan daya tarik utama bagi kunjungan wisatawan ke Bali. Untuk melakukan kegiatannya Pramuwisata harus mempunyai ijin/Sertifikat Pramuwisata dan Kartu Tanda Pengenal

Pramuwisata yang dikeluarkan oleh Gubernur. Tindakan ini merupakan usaha preventif dalam melindungi kegiatan mereka dari tindakan/kegiatan Pramuwisata yang tidak sah. Menurut Wahyudi Komorotomo, implementasi kebijakan publik dibagi menjadi 4 macam, antara lain : 1. Pelayanan, meliputi : Pendidikan, Kesehatan, dan Kependudukan.
5

2. 3. 4.

Pembayaran, meliputi : Subsidi, dan Bantuan Langsung Tunai. Kemudahan (Access), meliputi : Infrastruktur, Listrik, dan Telepon. Pengawasan, meliputi : IMB, UU Antimonopoli.2 Implementasi kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap

pemberian ijin pramuwisata dapat digolongkan kedalam kelompok Pelayanan dan Pengawasan, dimana ijin pramuwisata yang diberikan oleh Gubernur atas dasar pendidikan dan latihan yang telah dilakukan oleh lembaga yang telah diberikan kewenangan tersebut, lembaga-lembaga tersebut adalah Lembaga Pendidikan Tinggi yang mempunyai kompetensi dibidang kepariwisataan, kebudayaan Bali, dan atau Agama Hindu. Untuk menjadi pramuwisata wajib memiliki Sertifikat Pramuwisata dan KTPP. Dalam kebijakan ini, pramuwisata dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pramuwisata Umum Pramuwisata ini memiliki wilayah kerja yang lebih luas yaitu wilayah propinsi. Untuk menjadi pramuwisata umum, disamping harus memiliki Sertifikat Pramuwisata dan KTPP harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Warga negara Republik Indonesia; b. Bertempat tinggal di Kabupaten atau Kota paling singkat 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk; c. Berumur sekurang-kurangnya 22 (dua puluh dua) tahun; d. Melampirkan surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian Republik Indonesia; e. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik dan benar; f. Memiliki keterampilan dalam memimpin dan mengatur perjalanan wisata; g. Menguasai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, sejarah,

pemerintahan, kebudayaan daerah Bali dan Indonesia;

Wahyudi Komorotomo, Perumusan http://kumoro.staff.ugm.ac.id, 2007, h. 18.

Kebijakan

Publik

Nasional.pdf,

h. Memiliki SKP; i. Berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga) atau yang sederajat; j. Pernah magang paling singkat 6 (enam) bulan di Biro Perjalanan Wisata; dan k. Sehat jasmani dan rohani. 2. Pramuwisata khusus Pramuwisata ini bertugas pada tempat-tempat, objek-objek wisata seperti Pura Gua Lawah. Untuk menjadi pramuwisata khusus, disamping harus memiliki Sertifikat Pramuwisata, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Warga negara Republik Indonesia; b. Bertempat tinggal di sekitar obyek dan daya tarik wisata paling singkat 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk; c. Berumur sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun; d. Melampirkan surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian Republik Indonesia; e. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik dan benar; f. Menguasai pengetahuan mengenai obyek dan daya tarik wisata tempat calon pramuwisata khusus bertempat tinggal; g. Memiliki SKP; h. Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat; dan i. Sehat jasmani dan rohani. Kebijakan Pemerintah Daerah ini telah dilakukan dibawah pengawasan Disparda (Dinas Pariwisata Dareah Bali). Sejak berlakunya kebijakan Pemerintah Daerah ini, banyak pihak yang telah melakukan pendidikan dan latihan guna mendapatkan sertifikat profesi pramuwisata yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi, salah satunya adalah Universitas Hindu Indonesia (UNHI).
7

Untuk mendukung proses pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah tersebut, Disparda dibawah koordinasi Gubernur Bali, telah membentuk tim untuk melakukan mengawasi dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah tersebut. Selama ini tim yang dibentuk dibawah koordinasi Gubernur dan Disparda tersebut, telah melakukan usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pariwisata, sehingga kebijakan Pemerintah Daerah tersebut dapat dituangkan dalam Peraturan Daerah. Tim yang dibentuk tersebut, telah melaksanakan fungsinya yaitu mengawasi dan mengevaluasi terhadap pramuwisata yang ada, seperti mengadakan razia terhadap pemandu wisata yang terdapat di tempat-tempat wisata. Bentuk hukum perumusan Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pemberian ijin pramuwisata berupa Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata. Hingga saat ini, Dinas Pariwisata Daerah Bali di bawah koordinasi Gubernur Bali telah melakukan beberapa kali sidak pada objek-objek, tempattempat wisata. Orang-orang yang terlihat memandu wisatawan pada saat itu, dan tidak bisa menunjukkan ijin pramuwisata, yang bersangkutan dikenakan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,-

III. PENUTUP 1. Simpulan Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pemberian ijin pramuwisata, dirumuskan berdasarkan usaha preventif dalam melindungi dan mengawasi kegiatan pariwisata di Bali. 2. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bali terhadap pemberian ijin pramuwisata dapat dikelompokkan kedalam 2 bidang yaitu Pelayanan dan Pengawasan. Bentuk hukum dari perumusan kebijakan tersebut merupakan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 5
8

Tahun 2008 tentang Pramuwisata, meskipun sudah ditetapkannya perda tersebut, akan tetapi sampai saat ini masih banyak pramuwisata tidak memiliki Sertifikat dan STPP.

2. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan dalam rangka peningkatan profesionalisme pramuwisata, antara lain : 1. Seharusnya setiap tempat wisata terdapat petugas yang memeriksa kelengkapan dari pramuwisata yang memandu wisatawan. 2. Seharusnya terdapat lembaga yang mengawasi terhadap penerbitan Sertifikat Pramuwisata dan STPP, agar pemberian ijin pramuwisata tersebut tidak hanya sebagai syarat formal saja.

IV. DAFTAR PUSTAKA Buku : Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 1994. Nirmala, Andini T., Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Prima Media, Surabaya, 2003. Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Internet : Ahidcha Fitra G., Kebijakan Publik, http://elisa.ugm.ac.id, 2009. Guritno, Perumusan Kebijakan Publik, http://guritno.onesite.com/blog, 2007. Kurniawan, Faktor-faktor Yang Mempengaruh Keberhasilan Implementasi Kebijakan, http://hykurniawan.wordpress.com, 2009. ______ , Penjabaran Operasional Proses Implementasi Kebijakan,

http://hykurniawan.wordpress.com, 2009. Wahyudi Komorotomo, Perumusan Kebijakan Publik Nasional.pdf,

http://kumoro.staff.ugm.ac.id, 2007.

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata.

10

You might also like