Professional Documents
Culture Documents
Penelitian Olah Raga
Penelitian Olah Raga
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam
sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang
Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat
komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu
maupun masyarakat.
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad
SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah
manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan
menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.
Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW
sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”
Perintah-perintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita harus
menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan.
Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit
infeksi, misalnya dengan imunisasi.
C. Makanan
Makanan yang diharamkan.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )
Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi
ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat
mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun)
maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella,
cacing pita, dll.).
D. Olahraga
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan
sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya
bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.
E. Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim,
karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak
pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk
bertindak.
Pendidikan seksual
Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan
berakhlaq mulia.Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar
mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah.
Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang.
Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki. Islam membolehkan kaum pria untuk
berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu .
Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air
besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid,
berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan
badan dan setelah selesai datang bulan.
F. Kesehatan jiwa
Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin.
Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan.
G. Puasa
Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan
agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan
perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya
yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. ”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan
Aku akan memberi pahala semau-Ku.”Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah
agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji
Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan
sehat.” Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial.
Zaman perang
Ketika Nabi Muhammad saw mulai menyebarkan dakwah Islamiyah di Jazirah Saudi Arabia,
abad 7 Masehi, secara politik dan kemiliteran, dunia terpusat dalam dua kekuatan negara
super power, yaitu Romawi di belahan barat dan Persia di timur. Di kedua negara tersebut,
berkembang berbagai jenis olah raga yang mengandalkan kekuatan otot. Di Romawi,
pertarungan antara jago-jago berkelahi (gladiator) melawan binatang buas (singa dan
harimau) atau sesama gladiator, merupakan hiburan menarik. Sedangkan di Persia, gulat dan
angkat besi menjadi primadona. Para juara gulat Persia, yang berhasil mengalahkan pegulat-
pegulat dari luar negeri, mendapat penghormatan dan kedudukan istimewa. Raja Persia
legendaris, Rustum dan Kaikobad, adalah para pegulat yang mahir menggunakan gada baja.
Raja Rustum dan Kaikobad berhasil memadukan ketangguhan gulat dengan kemahiran
angkat besi menjadi andalan di medan perang. Antara Romawi dan Persia pernah terjadi
perang. Semula, kejayaan para gladiator Romawi tak berkutik di hadapan juara gulat dan
angkat besi Persia. Tetapi, pada perang pembalasan beberapa tahun kemudian, pasukan
Romawi berhasil membalas kekalahan. Para pegulat Persia kalah. Peristiwa perang antara
Romawi dan Persia ini diabadikan di dalam Alquran surat Ar Rum ayat 1-4. Mungkin anjuran
Nabi Muhammad saw agar umat Islam menguasai olah raga berkuda, memanah, dan
berenang, terinspirasi oleh peperangan Romawi-Persia, yang hanya mengandalkan kekuatan
otot perorangan belaka. Nabi Muhammad saw berpikir lebih maju lagi, peperangan Romawi-
Persia kurang diimbangi kecerdasan otak yang membentuk kerja sama tim. Olah raga
berkuda, memanah, dan berenang, selain memerlukan kekuatan fisik, juga membutuhkan
intelektualitas yang tinggi. Pada zaman kejayaan Islam, pasca-Nabi Muhammad Saw (antara
tahun 750-1924), kekuatan para prajurit Islam benar-benar tertumpu pada keahlian berkuda,
memanah, dan berenang. Ketika menaklukkan Mesopotamia (Irak) dan Persia (Iran), pasukan
Muslim terdiri dari para penunggang kuda yang piawai. Mereka juga harus mampu berenang
mengarungi sungai-sungai Tigris dan Eufrat, serta menembus sasaran dengan panah (cikal
bakal pasukan kavaleri dan artileri sekarang). Begitu pula dengan pasukan Turki Ustmani di
bawah Sultan Muhammad Al Fath. Ketika merebut Konstatinopel pada abad 14, harus
terlebih dulu berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal dihadang oleh armada
Romawi Byzantium di sepanjang pantai), baru naik kuda untuk mengobrak-abrik pasukan
musuh dengan serangan panah bertubitubi. Bahkan pada zaman Nabi Muhammad saw, ketika
terjadi perang-perang besar melawan kaum musyrikin dan kafirin, adu kepandaian berkelahi
orang per orang –baik menggunakan tangan kosong, maupun menggunakan senjata (pedang
atau tombak)– seakan-akan menjadi tradisi “pembukaan perang” massal. Pada Perang Badar
(bulan Ramadan tahun 2 Hijrah), misalnya, Sayyidina Ali dan Sayyidina Hamzah tampil
melawan jago-jago berkelahi dari pihak kafir Quraisy. Setelah jago-jago Quraisy tersungkur
mati, barulah perang massal dimulai. Dalam keadaan berpuasa waktu itu dan berkekuatan
313 orang saja, umat Islam berhasil mengalahkan para musyrikin Quraisy yang berjumlah
950 orang dan dipimpin para pakar perang berpengalaman, seperti Abu Jahal, Abu Lahab,
Abu Sufyan, dan Khalid bin Walid. Kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar
tercantum dalam Alquran, surat Al Anfal ayat 1-10. Setelah perang Badar, kekuatan militer
umat Islam mulai terorganisasi. Ada pasukan berkuda (kavaleri) dan pasukan pemanah
(artileri), serta pasukan darat (infanteri). Kondisi fisik mereka benar-benar terjaga, walaupun
dalam keadaan aman mereka menjalankan profesi lain, seperti berdagang, mengajar,
bertukang, dan sebagainya. Hanya, begitu dimobilisasi untuk menghadapi serangan atau
harus menyerang, fisik dan mental mereka sangat siap. Dari peristiwa perang yang langsung
dipimpin Nabi Muhammad saw (disebut “gazwah”) atau direstui beliau tanpa ikut memimpin
(disebut “sariyah”), kaum Muslimin nyaris tak pernah mengalami kekalahan fatal. Hanya
kalah pada fase-fase tertentu, seperti dalam perang Uhud, akibat kelalaian pasukan pemanah
mengantisipasi serangan pasukan kavaleri musuh. Namun segera dapat dikonsolidasikan
kembali. Pasukan Islam berhasil lolos dari kekalahan meski kehilangan beberapa tokohnya.
Antara lain, Sayyidina Hamzah. Juga dalam perang Hunain. Ini akibat kelengahan pasukan
Islam yang merasa takabur. Karena merasa kuat dan berpengalaman dalam perang-perang
sebelumnya, mereka akhirnya kena sergap pasukan musuh yang memanfaatkan kelalaian. Ini
pun dapat segera diatasi, setelah pasukan Islam mendapatkan kembali kesadaran kolektif dan
tanggung jawab tugas masing-masing. Prestasi gemilang umat Islam dalam berperang sambil
menjalankan ibadah puasa, selain perang Badar, adalah “Futuh Mekah”. Penaklukan Kota
Mekah pada tahun 8 Hijirah. Umat Islam yang sedang berpuasa, dipimpin langsung oleh
Nabi Muhammad saw, berhasil merebut Kota Mekah dari kekuasaan kafir Quraisy. Dengan
demikian, umat Islam yang dulu harus hijrah (pindah) ke Madinah selama 8 tahun, dapat
kembali ke tanah kelahirannya dengan penuh kebanggaan dan kegembiraan. Setelah kejayaan
umat Islam meredup –terutama setelah khilafah Islam Turki Ustmani runtuh (1924)– prestasi
fisik dan mental umat Islam amat merosot. Mereka kehilangan kepercayaan diri untuk
bersaing dengan umat atau bangsa lain. Akibatnya, banyak umat Islam menghindar dari
berbagai ajang kegiatan yang membutuhkan ketahanan lahir dan batin itu. Bahkan, muncul
anggapan bahwa permainan atau olah raga itu termasuk laghwun (sia-sia) dan ghafilun
(lalai). Perbuatan itu dianggap mengandung unsur hura-hura dan melupakan urusan agama
(ibadah). Untunglah, akhir-akhir ini muncul kesadaran bahwa antara olah raga dan ibadah
dapat dipadukan secara harmonis. Baik melalui pengaturan waktu (berhenti untuk salat dan
mengurangi porsi latihan fisik untuk menjaga puasa), maupun pengisian kegiatan dengan
menggunakan praktik zikir. Setiap gerakan diisi dengan wirid yang mengandung pujian dan
hubungan tak terputus dengan Allah SWT. Di beberapa negara berpenduduk mayoritas
Muslim (termasuk di Indonesia), sekarang bermunculan model-model olah raga yang bertitik
tolak dari zikrullah (senantiasa mengingat Allah). Hitungan, aba-aba, atau variasi nyanyian
pemanis gerak menggunakan Asmaul Husna atau Shalawat. Banyak ulama yang dulu
mengharamkan olah raga, sekarang bersikap netral atau bahkan mendukung penuh, asal tetap
dalam koridor zikrullah. Prestasi Arab Saudi (negara yang berlandaskan hukum Islam versi
Wahabi yang sangat puritan dan fanatik) di bidang sepak bola, telah berkali-kali masuk
putaran final Piala Dunia. Iran (negara Islam yang dikuasai kaum Mullah dan menganggap
sepak bola sebagai representasi pelecehan terhadap Sayyidina Hussen oleh Yazid bin
Muawiyyah, yang memotong kepala Hussein dan menendang-nendangnya), kini dapat
dijadikan contoh. Puasa Ramadan sendiri mengandung ajaran pengekangan hawa nafsu.
Meredam amarah, melarang kebencian terhadap sesama, baik melalui tindakan maupun
ucapan. Puasa Ramadan dapat menjadi sarana riyadlah (latihan) untuk menjernihkan pikiran
dan mengekang emosi, mengatur kerja sama, dan menumbuhkan prasangka baik (husnuzan).
Pendek kata, puasa Ramadan dapat menumbuhkan jalinan keharmonisan pribadi dan tim.
Suatu hal yang amat dipentingkan dalam olah raga. Selamat menunaikan ibadah puasa dan
selamat berolah raga dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, serta kebaikan dan kebajikan kepada sesama manusia.
Beladiri adalah sarana untuk menempa diri, yang pada ujungnya untuk mengenal
Penciptanya. berawal dari olah fisik dan raga, membuat praktisinya mengenal kekuatan dan
kelemahan diri (tubuh)manusia; semangkin menyadari bahwa selain fisik manusia juga
punya aspek mental, emosi, bagian energi dan atau tubuh non fisik lainnya. Dengan
menyadari tubuh fisik, kemudian diharapkan menyadari tubuh yang non-fisik, energi, jiwa
dan roh-nya. Sebab Sang Pencipta adalah Ruh yang hanya bisa di’gapai’ oleh ruh juga. Inilah
ujungnya ilmu beladiri. Kendati tidak semua aliran beladiri punya aspek lengkap ini,
setidaknya pencak silat masih memiliki. Umumnya perumus dan pencipta aliran memiliki
aspek yang lengkap ini; lihat misalnya Haji Ibrahim, Abah Kahir, Pak Dirjoatmojo, juga dari
betwai,dll..
Proses penyadaran tubuh fisik ke non fisik kemudian ke spritual atau mendekat pada Tuhan,
–tapi bisa juga mendekat ke jin-jin atau dewa-dewa (yang gaib-gaib) biar tambah sekti-
mandraguna–; tidak mesti begitu urutannya. Adajuga aliran yang langsung belajar spiritual,
atau non -fisik sejenis tenaga dalam (walo tetp butuh tubuh fisik); dalam artian tidak ada olah
fisik yang demikian khusus sebagai mana pencak silat umumnya. Ato ada juga aliran yang
murni sport atau beladiri. Semua sah -sah saja kok.
Dalam konteks inilah agama (spiritualitas) diletakkan posisinya dengan beladiri (pencak
silat)..silat dalam agama biasanya untuk melakukan “amar ma’ruf nahi munkar” dan kalau
merefer di perjuangan merebut kemerdekaan, kayaknya penulis kelabakan untuk menulisnya