You are on page 1of 14

JURNAL 2012 122 . P e r b e d a a n i n s t r u m e n p e n g u k u r a n 3 . M e t o d e anal isa4.

Focus peneli ETIKA DALAM PENDIDIKAN DALAM PKH Oleh:Dwiyani Sudaryanti Abstract Ethicss is one of basic needs for business. It is no longer just a lyps services, butaffects bussiness continuity itself. As a source of human resources in bussiness,accounting and business education has to put serious concern on business ethics.Based on researches, studentss ethical attitudes have strong relationship with theirworking ethics. Teaching ethics to students is not an optional course anymore.Teaching ethics needs unconventional ways. It is not just giving materials, but alsogiving new perspectives, broading world of views, and shaping the way of thinking.Therefore, the first step in teching ethics to student is teaching the teachers.Key words: ethics, business ethics, accounting students ethics PENDAHULUAN

Moral reasoning
dan perkembangannya memainkan peranan penting dalam semua jenis profesi akuntansi (Louwers et al, 1992). Akuntan selalu berhadapan dengan

dilemma penetapan diantara berbagai pilihan nilai-nilai yang bertentangan. Akuntan pajak, misalnya, berhadapan dengan pilihan untuk menjadi tax avoidance atau tax evasion. Akuntan internal, berhadapan dengan masalah

manajemen laba. Auditor, harus berhadapan dengankonsekuensi dari penyajian informasi tentang perusahaan yang membayar fee mereka.Berbagai masalah ini, memerlukan judgment yang professional, berdasarkan kemampuanmoral

reasoning yang dimiliki oleh akuntan.Institusi pendidikan akuntansi, sebagai lembaga yang menyiapkan calon-calonakuntan ini bertanggungjawab

menyiapkan para mahasiswanya, tidak saja dari sisikemampuan teknis dan analitis dalam dunia kerja, namun juga dalam mempersiapka

h
akan mereka hadapi di

kemampuan

menghadapi

masalah

etika yang

dunia nyata.ApalagiSierles (1980) menunjukkan, terdapat hubungan yang kuat antara tindakan tidak etis dalammasa kuliah dengan tindakan tidak etis di dunia kerja.Tulisan ini bertujuan memaparkan etika dalam dunia

pendidikanakuntansi,khususnya penerapan pendidikanetika dalam pendidikan akuntansi. Pemaparan akan dibagimenjadi tiga bagian, pemaparan tentang etika secara umum, pengertian pendidikan etikadan urgensinya, disertai bukti empiris hubungan pendidikan etika dengan kemampuan etika etismahasiswa. dalam bidang

Bagian terakhirdisajikan

penelitian-penelitian

pendidikanakuntansi. Tulisan ini ditutup oleh kesimpulan dan harapan penulis pada dunia pendidikanakuntansi di Indonesia. ETIKA Ada berbagai pendapat studi mengenai pengertian laku etika.Etika didenifisikan prinsip

sebagaisebuah

mengenai

tingkah

yang berdasarkan,

moral, pilihan reflektif dan berdasarkan standar tingkah laku benar atau salah (Wheelwright,1959 dalam Adams etal,1995). Menurut Profesor Robert Solomon sebagaimanadikutip Husada (1996) etika adalah (1) karakter individu,dan (2) huk um social yangmengatur, mengendalikan, membatasi perilaku kita.Bartens

(1993) membedakan pengertian etika menjadi tiga pengertian, yaitu:1.Suatu system nilai, yaitu nilai -nilai dan norma-norma moral yang dipakai seseorangatau kelompok orang sebagai suatu pegangan bagi tingkah

lakunya2.Sebagai kode etik, yaitu kumpulan prinsip dan nilai moral yang mengatur perilakusuatu kelompok Menurut Rest (1986), secara kognitif, seseorang yang berperilaku secara moral berartimelakukan empat proses psikologis sebagai berikut:1 . M e n g i n t e r p r e t a s i k a n s i t u a s i , yaitu

d e n g a n m e m p e r t i m b a n g k a n t i n d a k a n y a n g mungkin dan pengaruh tindakan tersebut pada diri sendiri maupun orang lain2.Menetapkan tindakantindakan manakah yang benar secara moral (moral

judgment)3.Memberikan prioritas pada tindakan yang dianggapbenar secara moral4.Menunjukkan keahlian sebagai bentuk intensitas untuk kekuatan dan

berperilakusecara moral.

Kohlberg(1969) dalam Gaffikin (2008) menyebutkan tiga tahap perkembangan moral, danmasing-masing tahap terdiri atas 2 tingkatan. Tahap

tersebutdapat dilihat dalam table berikut: Dalam tahap pertama perkembangan moral, orang bertindak berdasarkan kesesuaiandengan norma-norma social, karena dorongan dari pihak yang lebih berkuasa. Tahap kedua,diwarnai kesadaran bahwa keputusantindakan tidak lagi atas dorongan satu orang berkuasa,tapi ada banyak pihak,

sehingga yang dipilih adalah yang paling sesuai dengankepentingannya.Tahap kedua perkembangan moral menunjukkan perluasan pandangan dalammendasari keputusan moral. Pandangan kini kearah keberterimaan masyarakat

padakeputusan. Tahap terakhir, yang merupakan perkembangan dalam level tertinggidikarakterisasi dengan kesadaran pentingnya penciptaan masyarakat yang lebih baik.Berdasarkan pandangan Kohlberg, bisa dikatakan bahwa judgment etis sangatdipengaruhi oleh factor eksternal disamping factor internal seseorang. Trevino (1992)menyatakan bahwa moral judgment dipengaruhi oleh lingkungan dan pekerjaan, pendidikandan pelatihan, dan kelompok pembuat keputusan seta kepemimpinan Senada dengan Trevino, Husada (1996)

menyatakan

factor-faktor

yang

berpengaruh pada

keputusan

tidak

etis,

adalah:1 . F a c t o r k e u a n g a n a d a p e d o m a n 3.Kecerdasan kebiasaan4 . L i n g k u n g a n t i d a k emosional,

individu2 . T i d a k perilaku dan

e t i s 5 . P e r i l a k u a t a s a n Lingkungan yangtidak etis terkait pada teori psikologi social. Teori ini menyatakan bahwa anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok.Kepercayaan artinya, bila ditemukan perbedaan, maka ia memutuskan bahwa dirinya kelirusedangkan kelompoknya benar.Oleh karena itu, etika yang mengatur kelompok

masyarakattertentu sangat penting dalam mendorong para anggotanya bertindak etis.Keraf, sebagaimana dikutip Husada (1996). Mengelompokkan etika menjadi empatkelompok besar, yaitu etika umum, etika khusus, etika individual, dan etika social. Etikasocial mencakup etika profesi dan etika bisnis.Prinsip-prinsip etika profesi adalah:1.Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan,

terhadap

dampak

ke

masyarakatumum2 . K e a d i l a n , t i d a k

m e l a n g g a r h a k o r a n g l a i n 3 . O t o n o m i b e r k o d e e t i k Sedangkan etika bisnis memiliki prinsip ideal:1.Otonomi, bebas mengambil keputusan etis dan bertanggung jawab.
1.Memupuk kesadaran terhadap

komponen etis dalam pengambilan keputusanmanajerial2.Melegitimasi komponen etis sebagai bagian dari pengambilan untuk menjadi keputusan

manajerial3.Menentukan komponen-komponen

rerangka

konseptual individu

penganalisaan yakin dalam

danmembantu

menggunakannya4.Membantu mahasiswa dalam menerapkan analisa etis untuk aktifitas sehari-hariSedangkan tujuan pendidikan etika dalam bidang akuntansi menurut Loeb (1988),sebagaimana dikutip Hiltebeitel dan Jones (1992) adalah:1.Menghubungkan persoalan yang pendidikan akuntansi persoalan -persoalan kepada persoalandalam akuntansi perasaan

etis2.Mengenalkan implikasi atas yang

memiliki

etis3.Mengembangka suatu jawab

berkewajiban kemampuan

tanggung berkaitan

moral4.Mengembangkan etis5.Belajar

dengan konflik

menghubungkan dengan ketidakpastian

profesi akuntansi6.Menyusun

tahapan untuk suatu perubahan dalam perilaku etis7.Mengapresiasikan dan memahami sejarah dan komposisi seluruh aspek etikaakuntansi dan hubungannya terhadap bidang umum dan etikaMenurut Wynd dan Mager (1989), sebagaimana dikutip oleh McDonald dan Donleavy(1995), tujuan pendidikan etika secara umum seharusnya bukan untuk mengubah cara bagaimana mahasiswa menganggap bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam situasitertentu. Tujuan yang lebih layak adalah untuk membuat mahasiswa lebih

menyadaridimensi social dan dimensi etika dalam setiap pengambilan keputusan bisnis mereka,sehingga diharapkan dimensi ini akan menjadi komponen dalam proses pengambilankeputusan mereka kelak.

J d 5 a N

u n o

n E . 2

a k .

l o J n u

I o n

m m i i

a A

h S 1

B I 1

i A

s V

n o

i l

s .

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 8 Namun tidak semua pihak menyetujui konsep pendidikan etika. McDonald danDonleavy (1995) merangkum berbagai alas an ketidaksetujuan pada pendidikan etika,yaitu:1.Pendidikan etika hanya sekedar bentuk respon untuk meredakan isu-isu moral yangada2.Pendidikan etika dianggap tidak bersifat saintis dan tidak empiris3.Nilai -nilai etika telah tertanam pada awal kehidupan seseorang sehingga akansangat sulit untuk

mengubah sikap hidup seseorang melalaui pendidikan etika4.Kemampuan setelah pendidikan etika tidak menjamin seseorang bertindak

etis5.Nilai-nilai etis dalam pendidikan mungkin luntur oleh tuntutan dalam dunia kerja6.Etika bersifat ambigu, konkrit7 . P e n d i d i k a n etika

dan tidak mampu memberi jawaban

h a n y a p r o s e s i n d o k t r i n a s i Kohlberg dan koleganya (Power et al., 1989 dalam Trevino, 1992) menyatakan, salahsatu keterbatasan pendidikan etika adalah tidak digunakan contoh nyata dalam memberikankasus-kasus dilematis.

Selain itu, pendidikan etika saja tidak akan mengarahkan pesertadidik sampai pada tahap-tahap akhir moral reasoning Kohlberg. Pada tahap yang lebihrendah, pengaruh social merupakan hal yang penting. Oleh karena itu,

Kohlbergmenyarankan agar para pendidik menciptakan kondisi komunitas yang layak (justcommunities). Salah satu contohnya adalah partisipatif dalam kegiatan akademis sertamembuka seluas mungkin berbagai kemungkinan

pemecahanmasalah dalam diskusi.Mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyatakan mendorong pendapatnya. kemampuan Dengan moral metode sepertiini, akan dan mampu Smith

reasoning.Kerr

(1995)menunjukkan bahwa mahasiswa sangat memerlukan arahan etika PENDIDIKAN ETIKA Teori dan riset telah menunjukkan hubungan antara moral judgment dan tindakanmoral (Blasi, 1980 dalam Trevino,1992). Bagaimana seseorang berfikir, terkait dengan apayang mereka kerjakan. Oleh karenaitu, penting bagi para pendidik khususnya, untuk mengetahui cara mengarahkan moral judgment peserta didiknya. Salah satu cara yang bisadilakukan adalah dengan menyelenggarakan pendidikan etika.Tujuan pendidikan etika menurut Callahan (1980), sebagaimana dikutip Hilbeitel danJones (1992)

adalah:1 . M e r a n g s a n g persoalan-persoalan

imajinasi etis3.Menimbulkan

m o r a l 2.Mengenalkan sense of moral

o b l i g a t i o n 4 . M e n g e m b a n g k a n k e a h l i a n a n a l i t i s 5.Menahan dan me ngurangi disagreement dan ambiguitySecara lebih spesifik, tujuan etika bisnis menurut Gandz dan Hayes (1988) dalamMcDonald dan Donleavy (1995) adalah:

J d 5 a N

u n o

n E . 2

a k .

l o J n u

I o n

m m i i

a A

h S 1

B I 1

i A

s V

n o

i l

s .

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 71.Memupuk kesadaran terhadap komponen etis dalam pengambilan keputusanmanajerial2.Melegitimasi dari pengambilan keputusan komponen etis sebagai bagian rerangka

manajerial3.Menentukan

konseptual untuk penganalisaan komponen-komponen danmembantu individu menjadi yakin dalam menggunakannya4.Membantu mahasiswa

dalam menerapkan analisa etis untuk aktifitas sehari -hariSedangkan tujuan pendidikan etika dalam bidang Hiltebeitel akuntansi dan menurut Jones Loeb (1992)

(1988),sebagaimana

dikutip

adalah:1.Menghubungkan persoalan yang

pendidikan akuntansi persoalan -persoalan

kepada persoalandalam akuntansi perasaan

etis2.Mengenalkan implikasi atas yang

memiliki

etis3.Mengembangka suatu jawab

berkewajiban kemampuan

tanggung berkaitan

moral4.Mengem bangkan etis5.Belajar

dengan konflik

menghubungkan dengan ketidakpastian

profesi akuntansi6.Menyusun

tahapan untuk suatu perubahan dalam perilaku etis7.Mengapresiasikan dan memahami sejarah dan komposisi seluruh aspek etikaakuntansi dan hubungannya terhadap bidang umum dan etikaMenurut Wynd dan Mager (1989), sebagaimana dikutip oleh McDonald dan Donleavy(1995), tujuan pendidikan etika secara umum seharusnya bukan untuk mengubah cara bagaimana mahasiswa

menganggap bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam situasitertentu. Tujuan yang lebih layak adalah untuk membuat mahasiswa lebih

menyadaridimensi social dan dimensi etika dalam setiap pengambilan keputusan bisnis mereka,sehingga diharapkan dimensi ini akan menjadi komponen dalam proses pengambilankeputusan mereka kelak

J d 5 a N

u n o

n E . 2

a k .

l o J n u

I o n

m m i i

a A

h S 1

B I 1

i A

s V

n o

i l

s .

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 62.Kejujuran bisnis (memenuhi kontrak, menawarkan barang jasa, tak berusahamenipu, (benefiance), good dan ethics drives good jahat business3.Berbuat (non -malefiance), baik tak diri

tak

berbuat

bermaksudmerugikan4 . P r i n s i p sendiri

k e a d i l a n 5.Hormat pada

PENELITIAN TENTANG ETIKAMAHASISWA AKUNTANSI Cohen et al (1998) melakukan penelitian yang menguji perbedaan gender dandisiplin ilmu dalam evaluasi etis, ethical intention, dan orientasi etis. Sampel penelitianmereka adalah mahasiswaundergraduate dari disiplin ilmu akuntansi, bisnis, dan liberal artdari empat universitas di Northern United States. Hasil penelitian menunjukkan perbedaandisiplin ilmu mempengaruhi penilaian etis. Mahasiswa akuntansi lebih percaya bahwatindakan yang masih dipertanyakan keetisannya merupakan tindakan kurangetis,dibandingkan dengan penilaian mahasiswa dari bidang ilmu bisnis dan liberal art.Penelitian Cohen tersebut sama dengan yang ditemukan olehj Fischer danRosenzweig (1995). Fischer dan Rosenzweigmenemukan bukti bahwa bidang ilmu memiliki pengaruh pada sensitifitas etis. Mahasiswa akuntansi memiliki sensitivitas etisyang paling rendah dibandingkan praktisi akuntansi dan mahasiswa MBA. Hasil ini jugasama dengan yang ditemukan oleh OClock dan Okleshen (1993).Sudaryanti (2001) meneliti etika dalam tema yang spesifik, yaitu persepsi etismahasiswa akuntansi, mahasiswa manajemen, dan staf pengajar akuntansi dan manajementerhadap praktik perataan laba (earning management). Hasil penelitian menunjukkan, tidak terdapat perbedaan antara empat kelompok tersebut dalam menilai praktik earningmanagement dari sisi etis.

J d 5 a N

u n o

n E . 2

a k .

l o J n u

I o n

m m i i

a A

h S 1

B I 1

i A

s V

n o

i l

s .

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang

KESIMPULAN Etika adalah hal yang sudah bersifat inheren dalam dunia manusia. Etika dalamdunia bisnis menjadi sorotan, karen a tujuan umumdunia bisnis adalah memaksimalkanlaba,dengan asumsi laba ekonomis jangka pendek. Padahal kesadaran pada etika bisnis juga pada akhirnya akan memperpanjang daya hidup perusahaan masyarakat, itu dan sendiri. Bisnis yang beretikameningkatkan adalah modal

kepercayaan

kepercayaan

masyarakat

penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.Kebutuhan bisnis akan manusia yang beretika harus bisa dijawab dengan baik olehdunia pendidikan bisnis dan akuntansi. Tanggung jawab moral para pengajar sangatdiperlukan

dalammengembangkan kurikulum pendidikan bisnis dan akuntansi yang berbasis pada etika. Kesiapan staf pengajar, metode pengajaran, dan evaluasi yang terusmenerus merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan basis pengajaran etika yang memadaibagi para mahasiswa. Daftar Pustaka Adams, B.L., F.L. Malone dan W. James (1995).Confidentiality Decisions: The ReasoningProcess of CPAs in Resolving Ethical Dilemas.

Journal of Bussiness Ethics,


1015-1020Bartens, K. (1993, Juli). Etika Bisnis Menjadi Urusan Siapa?.

Usahawan
, No.7 th XXIICohen, J.R., L.W. Pant, dan D.J. Sharp (1998). The Effect of Gender and AcademicDicipline Diversity on the Ethical Evaluation, Ethical Intentions, and EthicalOrientation of Potential Public Accounting Recruits.

Accounting Horizons, 12,


250-270Fischer, M. dan Rosenzweig, K. (1995).Attitudes of Students

and Accounting PractitionersConcerning the Ethical Acceptability of Earnings Management.

Journal of Bussiness Ethics.


433-444

J d 5 a N

u n o

n E . 2

a k .

l o J n u

I o n

m m i i

a A

h S 1

B I 1

i A

s V

n o

i l

s .

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 14Gaffikin, M.(2008).

Accounting Theory: Research, Regulation And Accounting Practice.

Australia: Pearson EducationHilbeitel, K.M. dan S.K. Jones (1992). An Assessment of Ethics Instruction in AccountingEducation.

Journal of Business Ethics, 11,


37-46Hoesada, J.(1996).Etika Bisnis danEtika Profesi dalam Era Globalisasi.

Makalah dalam Konvensi Nasional Akuntansi,


hal. 158-172Kerr, D.S., dan L.M. Smith (1995). Importance of and Approaches to Incorporating Ethicsinto the Accounting Classsroom,

Journal of Business Ethics


14, 987-995Louwers, T.J., L.A. Ponemon, dan R.R. Radtke (1992) Examining Accountants EthicalBehaviour: A Review and Implications for Future Research,

Behavioral Accounting Research: Foundations and Frontiers


McDonald, G.M. dan G.D. Donleavy (1995). Objection to theTeaching of Business Ethics.

Journal of Business Ethics, 15,


839-853OClock, P dan M. Oklesen (1993). A Comparasion of Ethical Perception of Business andEngineeringn Majors.

Journal of Business Ethics

12, 677-687.Sierles, F., I., Hendrickx,danS. Circel (1980). Cheating in Medical School.

Journal of Medical Education, 55,


124-125.Stevens, R.E., O.J. Harris, dan S. Williamson (1993). A Comparasion of EthicalEvaluations of Business School Faculty and Students: A Pilot Study.

Journal of Business Ethics, 12,


611-619Sudaryanti, D. (2001).Persepsi Staf Pengajar dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi danManajemen Terhadap Praktik Earning Management.

Tesis
. U n i v e r s i t a s G a d j a h MadaTrevino, L.K (1992). Moral Reasoning and Business Ethics: Implication for Research,Education, and Management.

Journal of Business Ethics, 11,


445-459Ward, P.W., D.R. Ward dan A.B. Deck (1993). Certified Public Accountants: EthicalPerception, Skills, and Attitudes on Ethics Education.

Journal of Business Ethics,


12, 601-610Weber,J (1990). Teaching Ethics to Future Managers.

Journal of Business Ethics

You might also like