You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman

(comprehension), ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi pikiran verbal diantaranya adalah waham. ( menurut marasmis 2005 hal.133) Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor fsikologi (gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu : bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu ( Marasmis 2005 hal 117). Dari pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau buktibukti yang ada. B. TUJUAN Untuk mengetahui pengertian, gejala, factor penyebab serta tindak lanjut pada masalah yang sedang di alami pasien dengan gangguan orientasi realita (waham)

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu dalam menilai, berespon pada realita dan ketidakmampuan dalam membedakan rangsangan internal dan eksternal. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995) Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998). Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu. Pasien secara relative biaanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut. ( hal 216) David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. ( hal 27).

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang di maskud dengan waham atau gangguan orintasi realita merupakan keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.

B. JENIS JENIS WAHAM adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 1998) dan Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. f. Waham bizar 1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan 2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

C. RENTANG RESFON NEUROBIOLOGIST Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan sundeen, 1998 hal 302) : Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif

Respon maladaptif
maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat

Distorsi pikiran Ilusi

Gangguan proses pikir/delusi/waham Halusinasi

Emosi konsisten dengan Reaksi emosi Sulit brespon emosi pengalaman berlebihan atau kurang Prilaku disorganisasi Prilaku sesuai Prilaku aneh Isolasi sosial Berhubungan social Menarik diri Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga. Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yangnn sakit untuk mempertahanakna intrgritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dna membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stress. a. Prilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang

mengoprasikan, menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahana ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu mengatasi cenas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress. (Anonymous, 2009).

D. POHON MASALAH WAHAM

Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan Proses Pikir : Waham

Gangguan Harga Diri

Stressor

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN GOR Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu : a. Factor Predisposisi Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut : 1. Teori Biologis a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain). b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderoita skizoprenia. c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis. 2. Teori Psikososial a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri

kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain. c. Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian. b. Faktor Presipitasi Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu : 1. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2. Stress lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3. Pemicu gejala Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,

seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap

penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.

F. PERUBAHAN ASFEK-ASFEK PADA GANGGUAN ORIENTASI REALITA 1. Fungsi kognitif (perubahan daya ingat ) Cara berfikir magis dan primitif Perhatian Isi pikir Bentuk dan pengorganisasian bicara ( tangensia cepat)l, neologisme kosa kata), sirkumstantia (penyampasian gagasn berbelat belit)l) 2. Fungsi persepsi : Depersonalisasi-bukan tubuh miliknya Halusinasi

3. Fungsi Emosi Afek tumpul kurang respon emosional Afek datar Afek tdk sesuai Reaksi berlebihan Ambivalen=perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap seseorang pada waktu sama 4. Fungsi motorik Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan Manerisme=gerakan khas Stereotipik gerakan yg diulang2, tdk bertujuan, tdk dipengaruhi stimulus yg jelas Katatonia=ketegangan otot (gangguan prilaku yang melibatkan kedua ekstrim gerakan psikologis dan neurologis

5. Fungsi sosial kesepian Isolasi sosial Hdr

G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOR 1. PENGKAJIAN A. subjektif a. Identitas pasien b. Factor-faktor predisposisi Pengaruh genetika Pengalaman masa lalu Sumber-sumber saat ini

c. Factor precipitasi Kejadian/situasi yang mencetuskan terjadina penyakit/perawatan di rumah sakit saat ini d. Respons-respons adaptasi e. Aktivitas dan istirahat gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas. f. Higiene Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara. g. Integritas ego; dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.

Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai. h. Neurosensori; mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam

bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh. i. j. Keamanan; dapat menimbulkan prilaku berbahaya/ menyerang Interaksi social; kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/ perkawinan

B. Objektif ; Pemerikasaan fisik\

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Perubahan proses pikir / waham

3. RENCANA TINDAKAN Sasaran atau tujuan 1. Jangka pendek pasien akan mampu mengakui dan menyatakan secara verbal saat vikiran tidak berdasarkan realita dalam 1 minggu 2. Jangka panjang pasien tidak akan mengalami pikiran waham Criteria hasil 1. Pasien pikir merefleksikan interpretasi lingkungan yang akurat. 2. Pasien mampu mengakui pikiran-pikiran yang tidak berdasarkan pada reallita dan menghambat untuk menghentikan kemajuannya Rencana tindakan Rasional positif akan memoerlihatkan

1. Sampaikan penerimaan anda terhadap 1. Respon kebutuhan akan keyakinan yang salah, sambil memberikan ia tahu bahwa anda tidak membagikan waham tersebut 2. Jangan keyakinan mendebat tersebut. atau mengingkari keragu-

kepada pasien bahwa anda menerima waham tersebut sebagai realita. 2. Berargumentasi mengingkari dengan pasien tersebut atau tidak

keyakinan

Gunakan

bermanfaat untuk mencapai tujuan yang berguna; ide-ide waham tidak dapat dilenyapkan melalui pendekatan ini dan perkembangan hubungan saling percaya

raguan yang beralasan sebagai teknik terapeutik saya merasa sukar untuk percaya

dapat saja terganggu. 3. Gunakan teknik validasi konsensual dan 3. Teknik-teknik meminta klarifikasi saat komunikasi ini menyatakan kepada

pasien bagaiman ia menerima oleh orang lain, sementara tanggung jawab untuk tidak mengerti diterima oleh perawat situasi-situasi dan kejadian-

merefleksikan perubahan dalam berpikir. (contoh: saya tidak mengerti apa yang anda

maksudkan dengan hal tersebut?, dapatkah 4. Gunakan anda menjelaskannya?) 4. Kuatkan dan fokuskan pada realita. Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang-orang yang nyata.

kejadian nyata untuk mengalihkan pasien keluar dari pembicaraan-pembicaraan

yang panjang membosankan berulangulang tentang ide-ide yang salah.

5. Penghargaan positif meningkatkan harga 5. Berikan penghargaan positif saat pasien diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan. 6. Ajarkan pasien untuk mempu memisahkan antar pikiran realita dan tidak relita menghalangi, 6. Bunyi atau perintah ini mengalihkan berhenti irasional individu dari pikiran yang tidak diharapkan, yang seringkali mendahului emosi-emosi atau perilaku-perilaku yang tidak

menggunakan berfikir, saat

tehnik-tehnik pikiran-pikiran

berlangsung. Berhenti berpikir meliputi penggunaan perintah berhenti atau bunyi

diharapakn.

yang keras (seperti suara tepuk tangan) 7. Pasien-pasien yang curiga dapat saja untuk memutuskan pikiran-pikiran yang tidak diharapkan. 7. Gunakan khususnya sentuhan jika secara hati-hati, menerima sentuhan sebagai ancaman dan dapat berespons secara agresif

pikiran-pikirannya

menampakkan ide-ide panganiayaan.

TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya KRITERIA HASIL : Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat). 2. Jangan membantah dan mendukung waham klien : Katakan perawat menerima keyakinan klien : saya menerima keyakinan anda disertai ekspresi menerima. Katakan perawat tidak mendukung : sukar bagi saya untuk

mempercayainya disertai ekspresi ragu tapi empati. Tidak membicarakan isi waham klien.

3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung : Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda. Gunakan keterbukaan dan kejujuran. Jangan tinggalkan klien sendirian.

4. Observasi apakah waham klien menganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.

TUK 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. KRITERIA HASIL : Klien mampu menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham). Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting. TUK 3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi KRITERIA HASIL : Klien mampu menyebutkan semua kebutuhannya sehari-hari. Observasi kebutuhan klien sehari-hari Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah). Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadual). Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

TUK 4. Klien dapat menghubungkan dengan realistis KRITERIA HASIL : Klien dapat menyebutkan cita cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu). Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok : orientasi realitas. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

TUK 5. Klien dapat dukungan keluarga KRITERIA HASIL : Keluarga dapat menyebutkan cara cara merawat klien waham. - Diskusikan dengan keluarga tentang : Gejala waham Cara merawatnya Lingkungan keluarga Follow-up dan obat - Anjurkan keluarga melaksanakan 5.1. dengan bantuan perawat. TUK 6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar KRITERIA HASIL : Klien dapat minum obat sesuai dengan resep dokter dan tepat waktu. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping, akibat penghentian. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.

4. TINDAKAN 1. Menciptakan Lingkup Teurapeutik Tempatkan klien di ruangan tenang dan cukup terang Cukup stimulus: waktu, tempat, berita ) Sikap tenaga kesehatan yangg bersahabat Tingkatkan kontak kLlien dengan lingkungan secara bertahap

2. Memenuhi Kebutuhan Biologis Perhatikan kebutuhan dasar manusia Latih melakukan kegiatan Sertakan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis

3. Mengembangkan Orientasi Realitas bantu klien mengenal persepsinya beri umpan balik tentang prilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondisinya 5. EVALUASI Mampu menguraikan perilaku yang menunjukkan bahwa ia akan sembuh Klen mampu mengidentifikasi dan menguraikan program penyembuhan, alasan mimun obat, fekwensi dan efek samping Klien berperan serta berhub dg orla yg dpt membuatnya senang Klien dan keluarga dapat menggunakan sistem pendukung di masyarakat Keluarga dapat menguraikan karakteristik penyakit dan mampu berperan serta dlm penyembuhan klien Keluarga mampu menguraikan perilaku yg menunjukan kekambuhan kontak sering dan singkat

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Jadi dapat disimpulkan ahwa yang di maksud dengan gangguan orientasi realita atau GOR merupakan ketidakmampuan individu dalam menilai, berespon pada realita dan ketidakmampuan dalam membedakan rangsangan internal dan eksternal. Yang dapat di sebabkan oleh banyak factor baik dari factor predisposisi maupun psikososial.

You might also like