You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan Tugas terstruktur ini pada MA. Keperawatan Medikal Bedah I dan II dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Pneumonia. Tugas ini dibuat sebagai Tugas kelompok pada semester III program study di Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak. Selesainya Tugas ini tentunya tidak lepas dengan bantuan dan dukungan oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Elisabeth. WS, S.Kep. Ners, sebagai Dosen koordinator dalam MA. Keperawatan Medikal Bedah I dan II. 2. Pihak Perpustakaan Akademi Keperawatan Dharma Insan. 3. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini. 4. Kepada rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Angkatan ke-VII yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tugas ini. Dalam pembuatan tugas ini penulis menyadari akan adanya kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat dan bermakna khususnya bagi profesi perawat.

DAFTAR ISI
Halaman Kata pengantar Daftar isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan Penulisan C. Metode Penulisan D. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORITIS A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Definisi Pneumonia 2. Anatomi Fisiologi 3. Klasifikasi 4. Etiologi 5. Predisposisi 6. Patofisiologi 7. Tanda dan Gejala 8. Test Diagnosis 9. Penatalaksanaan Medik 10. Komplikasi 2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Rencana Keperawatan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka i ii 1 1 1 2 2 3 3 3 3 8 10 10 10 12 12 13 13 14 14 16 16 21 21 21 22

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penulisan Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan infeksi pada sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relatif ringan sampai pneumonia berat. Pneumonia adalah suatu inflamasi pada paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pneumonia adalah penyebab utama kematian dari penyakit infeksi di Amerika Serikat pada semua usia. salah satu jenis pneumonia yang sering menyerang anak-anak adalah pneumonia. Biasanya orang tua penderita kurang memperhatikan dan menganggap remeh penyakit ini. Bagi mereka anaknya hanya menderita flu biasa, dan biasanya anak hanya akan ditangani seadanya. Akibatnya banyak anak di bawa ke rumah sakit dan mendapat perawatan setelah dalam kondisi yang buruk. Penyakit ini membutuhkan penanganan dan perawatan yang baik agar tidak menyebabkan komplikasi sebagai lanjutan jalannya penyakit bila tidak tertangani dengan baik. O/leh karena itu peran perawat sangat penting dalam usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit ini. Dengan demikian insiden kasus ini dapat ditekan dan kualitas kesehatan masyarakat dapat meningkat. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah : Tujuan umum : untuk memperoleh nilai yang sebaik mungkin pada MA. Keperawatan Medikal Bedah I dan II. Tujuan khusus : Untuk memperdalam pengertian dan pengetahuan proses perawatan pasien dengan Pneumonia.

C. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode : Membaca lietratur yang mendukung tentang penyakit.

D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terbagi dalam beberapa BAB, antara lain : BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika penulisan. BAB II merupakan Landasan teoritis, yang terdiri dari Konsep Dasar Medis meliputi Definisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnosis, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi Konsep Dasar Keperawatan meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan serta Daftar pustaka. BAB III merupakan Penutup, yang terdiri kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. KONSEP DASAR MEDIK 1. Definisi Pneumonia adalah proses peradangan pada paru yang terjadi pada parenkim paru .(Marilyn E. Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2002, hal 164). Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari infeksi. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru. 2. Anatomi Fisiologi

Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri dari : a. Hidung Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. b. Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan rongga mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaput lendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening. Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar bila terjadi infeksi pada faring. c. Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana terdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga

yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan. d. Trakea dan cabang-cabangnya Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan esofagus. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur bronkus sama dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulang rawan sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : 1) bronkiolus respiratorius, 2) duktus alveolaris, 3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru-

paru. terdapat sekitar 23 kali percabangan mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. e. Paru-paru Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnya terdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua. Paruparu kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap dua yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura. Yang melapisi rongga dada dan disebut pleura parietalis dan yang menyelubungi tiap paru-paru disebut pleura viseralis. Di antara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang memudahkan kedua permukaan tersebut bergerak dan mencegah gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang pada saat bernapas bergerak (cairan surfaktan). Dalam keadaan sehat, kedua lapisan tersebut satu dengan yang lain erat bersentuhan. Tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura tersebut dan ruang diantaranya menjadi jelas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, mencegah kolaps paru-paru. FISIOLOGI PERNAPASAN Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu

masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek : a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan. b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar. c. Reaksi kimia dan fisik dari O 2 dan CO 2 dengan darah. Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada saat metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO 2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernapas disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml. Kapasitas vital paruparu, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1500 ml. 3. Klasifikasi Klasifikasi WHO untuk Pneumonia (1997) ialah : Pneumocytis Carinii Pneumonia Bakteri Pneumonia Lobaris Pneumonia Lobaris atau Bronchopneumonia Pneumonia Virus 4. Etiologi a. Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus, Hemolyticcus, Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus freedlander, Mycobacterium tuberculosis. b. Virus : Respiratory syncytial virus, Virus influenza, Adenovirus, Virus sitomegalik.

c. Jamur

: Histoplasma Blastomyces,

capsulatum, Dematitides,

Cyptococcus

neo

farmaus, Imminitis,

Coccidroides

Aspergillus species, Candida albicans. d. Aspirasi : Makanan, Kerosen (bensin, minyak tanah). 5. Patofisiologi Saluran pernapasan atas memiliki karakteristik (normal) mencegah partikel infeksius mencapai saluran pernafasan bawah. Jadi, pasien dengan pneumonia biasanya disebabkan karena tubuhnya sedang mengalami daya tahan, seperti pasien dengan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan AIDS. Organisme penyebab penyakit ini masuk ke dalam paru melalui saluran pernafasan lewat droplet mukus atau saliva. Organisme memasuki sirkulasi pulmonar dan terperangkap di dasar kapiler paru-paru dan menjadi sumber potensial pneumonia. Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Pneumonia sering mempengaruhi fungsi ventilasi dan difusi. Suatu reaksi inflamasi dapat terjadi di dalam alveolus dan memproduksi eksudat yang mengganggu difusi O2 dan CO2. Sel darah putih (khususnya neutrofil), berimigrasi ke dalam alveolus. ventilasi paru-paru menjadi tidak adekuat disebabkan oleh sekresi dan edema mukosa yang menyebabkan tersumbatnya sebagian bronchus atau alveolus. akibat hiperventilasi, ventilasi perfusi pada daerah paru-paru yang terkena menjadi tidak seimbang. Pembuluh darah vena memasuki sirkulasi pulmonar melalui area yang ventilasinya in-adekuat dan keluar ke bagian kiri jantung (atrium kiri) dengan membawa darah yang miskin oksigen, sehingga dapat menyebabkan hipoksemia. Pada pneumonia terdapat penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan bronkus dan meluas ke sekitar parenkim paru-paru. setelah mencapai alveolus, proses peradangan dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : 1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)

Kapiler melebar/berdilatasi dan kongesti serta di dalam alveoli terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. 2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya) Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan bergranula (perabaan seperti hepar). Karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit neutrofil mengisi alveolus. Stadium ini berlangsung sangat pendek. 3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari) Lobus berubah warna menjadi pucat kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi did alam alveolus yang terserang, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. 4. Stadium resolusi (4-11 hari) Eksudat mengalami lisis dan di reabsorbsi oleh makrofag, leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang, sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. 6. Tanda dan Gejala 1. Didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas 2. Suhu tubuh dapat mendadak naik (39 o-40oC) 3. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan sakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif, sputum purulent. 4. Sakit kepala, gelisah, takipnea sangat jelas disertai dengan pernafasan mendengkur, cuping hidung. 5. Auskultasi: ronchi. 6. Test Diagnostik Thorax photo: terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Pemeriksaan Lab.

Leukosit meningkat Analisa gas darah menunjukkan asidosis metabolik Biakan darah dan usapan tenggorokan dapat ditemukan bakteri penyebab

7. Penatalaksanaan Medik a. Oksigenasi, lingkungan sejuk dan lembab. b. Fisioterapi, postural drainage dan suction untuk mengeluarkan lendir yang tidak dapat dikeluarkan secara spontan. c. Therapi antipiretik untuk mengatasi demam. d. Cairan parenteral untuk kebutuhan cairan dan untuk keperluan pemberian obat per parenteral agar reaksi lebih cepat. e. Therapi antibiotik, sesuai dengan penyebab penyakit. f. Therapi O2 bila perlu untuk anak yang mengalami respiratory distress. g. Bed rest, kebutuhan nutrisi dan cairan (diit lunak atau biasa, susu bila tidak sesak). 8. Komplikasi Pleura effusion: peningkatan produksi cairan pleura Otitis media akut/OMA Atelektasis: paru-paru tidak mengembang (penyembuhan yang tidak adekuat) Empysema: nanah di paru-paru. Infeksi sistemik dapat terjadi karena melalui pembuluh darah kuman dapat menyebar ke seluruh tubuh. Endokarditis Meningitis

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan - Riwayat penyakit, pernah mengalami sakit

- Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan - Lingkungan tempat tinggal klien - Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien - Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi. - Kebiasan bergadang waktu malam b. Nutrisi metabolik - Jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehari - Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi - Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus - Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin) - Adanya makanan tambahan - Napsu makan berlebih/kurang - Kebersihan makanan yang dikonsumsi c. Eliminasi - Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan - Adanya mencret bercampur darah - Warna feses, bentuk feses, dan bau - Adanya nyeri waktu BAB d. Aktivitas dan latihan - Kebiasaan aktivitas sehari hari - Kebiasaan olah raga - Rasa sakit saat melakukan aktivitas e. Tidur dan istirahat - Adanya gejala susah tidur/insomnia - Kebiasaan tidur per 24 jam f. Persepsi kognitif - Gangguan pengenalan(orientasi)terhadap tempat, waktu dan orang - Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat

- Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri) - Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu g. Persepsi dan konsep diri - Penilaian klien terhadap dirinya sendiri h. Peran dan hubungan dengan sesama - Klien hidup sendiri/keluarga - Klien merasa terisolasi - Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat i. Reproduksi dan seksualitas - Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas - Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess - Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah - Mekanisme koping yang biasa digunakan - Respon emosional klien terhadap status saat ini - Orang yang membantu dalam pemecahan masalah k. Sistem kepercayaan - Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru. b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi lendir. c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan IWL melalui tachypnea, intake cairan kurang. e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. f. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik karena ketidakseimbangan suplai oksigen. 3. Perencanaan

Dp 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru. Hasil yang diharapkan : - Tidak terjadi sianosis - Tidak ada stridor dan retraksi dada - Pernafasan 12-20 x/menit Rencana Keperawatan 1) Observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan tiap 2-4 jam. R/: Mengkaji perkembangan penyakit, kemajuan terapi dan mendeteksi dini komplikasi. 2) Observasi adanya sianosis dan retraksi dada. R/: Sianosis pada kuku menunjukkan perfusi oksigen ke jaringan. 3) Beri posisi semi fowler R/: Meningkatkan ekspansi paru. 4) Ubah posisi tidur tiap 4 jam. R/: Membantu mengeluarkan lendir sehingga meningkatkan ventilasi. 5) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen. R/: Mencegah hipoksemia, mempertahankan oksigenisasi jaringan yang adekuat. 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika. R/: Antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman dapat mengurangi proses peradangan. Dp 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi lendir. Hasil Yang Diharapkan : - Tidak ada stridor - Auskultasi tidak ada ronchi/rales - Lendir dapat dikeluarkan - Pernafasan 12-20 x/menit

Rencana Keperawatan : 1) Observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan tiap 1-2 jam, amati adanya retraksi dada, irama stridor. R/: Tachypnea, nafas dangkal, retraksi dada, dan adanya stridor menunjukkan penumpukan sekresi bronkus/lendir di jalan nafas. 2) Auskultasi paru dan catat area yang terdengar rales atau ronchi tiap shift. R/: Adanya rales/ronchi yang terdengar merupakan respon terhadap akumulasi cairan, sekresi yang kental dan obstruksi/spasme jalan nafas. 3) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih. R/: Dengan mengkonsumsi air putih dapat mengencerkan lendir sehingga dengan mudah dapat dikeluarkan. 4) Latih pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif. R/: Oksigenisasi menjadi adekuat dan lendir dapat dikeluarkan dengan efektif. 5) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainase tiap 4-6 jam atau sesuai dengan kondisi pasien dan toleransinya. R/: Membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernafasan. 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian mukolitik, ekspektoran, bronchodilator. R/: Membantu mengencerkan lendir yang kental sehingga mudah dikeluarkan. Dp 3. Hipertermi berhubungan dengan efek sekunder dari proses infeksi. Hasil Yang Diharapkan : - Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 s/d 37,4 oC) - Tidak terjadi kejang. Rencana Keperawatan : 1) Observasi suhu, pernafasan, nadi tiap 2-4 jam.

R/: Suhu yang tinggi dapat menimbulkan kejang dan mengevaluasi pemberian terapi. 2) Anjurkan klien untuk banyak minum. R/: Mengganti cairan yang hilang melalui evaporasi, diaphoresis dan peningkatan ventilasi. 3) Beri kompres hangat. R/: Proses konduksi dapat terjadi dengan mengalirkan panas pada waslap. 4) Anjurkan untuk menggunakan baju lebih tipis atau yang menyerap keringat. R/: Evaporasi dapat berlangsung dengan baik, sehingga suhu tubuh dapat berangsur turun. 5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik, antibiotika pencegahan penyebaran infeksi bakteri. R/: Antipiretik menurunkan suhu tubuh dan antibiotik mencegah penyebaran infeksi bakteri. Dp 4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan IWL, tachypnea, intake cairan kurang. Hasil Yang Diharapkan : Tidak terjadi penurunan BB. Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan. Klien tidak malas minum.

Rencana Keperawatan : 1) Kaji pola makan, kemampuan mengunyah dan menelan klien. R/: Mengetahui kebiasaan makan, menentukan jenis makanan dan mencegah aspirasi. 2) Memberi rasa nyaman selama makan, seperti posisi semi fowler. R/: Mencegah aspirasi. 3) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.

R/: Mengurangi kelelahan akibat tachypnea, memperbaiki intake. 4) Catat intake makanan dan minuman dan muntah. R/: Mendeteksi asupan yang tidak adekuat. 5) Timbang BB 2 hari sekali. R/: Mengetahui keadekuatan nutrisi yang masuk. 6) Timbang BB 2 hari sekali. 7) Tidak toleransi dalam beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik karena ketidakseimbangan suplai oksigen. Dp 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Dp 6. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik karena ketidakseimbangan suplai oksigen.

BAB III
PENUTUP A. KESIMPULAN
Ddari hasil penulisan ini, penulis menarik kesimpulan bahwa pneumonia adalah rahang paru yang berasal dari cabang cabang tengorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang disebabkan oleh virus dan bakteri. Pneumonia di tandai oleh demam dan mengigil akibat proses peradangan, batuk yang sering produktif dan prulen, sputum berwarna merah karat ( untuk styreptococcus pneumonia ) meah muda ( untuk styreptococcus

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press. Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media Aesculappius. Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI. Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

You might also like