You are on page 1of 4

Klarifikasi Istilah Kejang Diazepam : kaku dan menegang, (976) : Obat penenangan golongan benzodiazepim, digunakan sebagai anti

panic, sedative, anti konfulsan, relaksan otot Fenitoin : Obat golongan anti-epilepsi, kerja utamanya pada korteks motorik,

yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang Bangkitan Kelenjotan : : kejang yang sifatnya bergantian, kaku dan lemas

Cairan serebrospinal : cairan yang berada di otak dan sterna serta ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis Meningitis Asam valproat Deviasi Tremor Tonus Refleks babinsky Refleks fisiologi Epilepsi Nervus fasialis Nervus hypoglosus Hemiparesis : Radang pada selaput meningen : Anti konvulsan, untuk mencegah terjadinya kejang : Penyimpangan dari standar atau perjalanan biasa : getaran atau gerakan yang involunter : kontraksi otot yang ringan dan terus menerus : (933) : : setiap kelompok sindrom yang ditandai dengan (393) : saraf mempersarafi daerah kepala, wajah dan leher : saraf mempersarafi m.stylo (750) : kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada satu bagian akibat lesi

yang mengenai satu sisi tubuh

Identifikasi masalah 1. Seorang anak laki-laki, 3 tahun, berat badan 13 kg dibawa ke RS dengan keluhan kejang. 2. Identifikasi 2: a. Kejang tidak didahului demam b. Pasca kejang anak tidak sadar 3. Identifikasi 3: a. Dua puluh menit sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami kejang selama 5 menit lalu tidak sadarkan diri. b. Bangkitan kedua muncul 10 menit kemudian dari bangkitan pertama sampai tiba ke rumah sakit. 4. Identifikasi 4 a. Pasien diberi diazepam per rektal dua kali dan intravena satu kali namun kejang belum teratasi. b. Kejang teratasi setelah diberikan drip fenitoin. 5. Sekitar 3 jam, penderita mulai sadar. Orang tua memperhatikan lengan dan tungkai sebelah kanan Nampak lemah dan penderita sering tersedak. 6. Setelah 8 jam perawatan di RS, kesadaran penderita mulai membaik, namun masih malas bicara dan tatapan seringkali kosong. 7. Riwayat sebelumnya: a. Usia 9 bulan penderita mengalami kejang demam. Dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal dan didiagnosis menderita meningitis. b. Usia 12 bulan penderita mengalami kejang tanpa disertai demam sebanyak dua kali. c. Usia 18 bulan penderita mengalami kejang disertai demam tidak tinggi. Penderita diberi obat asam valproat. d. Obat dihentikan setelah pemakaian 6 bulan karena kejang tidak terjadi lagi karena penderita sudah bisa bicara lancar, memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga. 8. Pemeriksaan fisik: 9. Pemeriksaan neurologis:

Analisis Masalah 1. Apakah bangkitan termasuk kejang? (1) 2. Apakah kejang termasuk epilepsi? (2) 3. Apakah kasus ini termasuk status epileptikus? (3) 4. Apakah kasus ini termasuk status epileptikus? (4) 5. Apakah penyakit yang diderita oleh pasien berhubungan dengan riwayat penyakit sebelumnya? (5) 6. Bagaimana cara meneggakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang pada kasus ini? (6) 7. Apa DD pada kasus ini? (Serta cara menyingkirkan DD lain) (1) 8. Apa WD pada kasus ini? (2) 9. Apa saja etiologi pada kasus ini? (3) 10. Bagimana epidemiologi pada kasus ini? (4) 11. Apa saja faktor resiko pada kasus ini? (5) 12. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini? a. Kejang tanpa demam (penyakit sekarang) (6) b. Kejang dengan demam (penyakit dahulu) (1) c. Pasca kejang tidak sadarkan diri (2) d. Bangkitan berulang (3) e. Setelah sadar, tungkai lengan tampak lemah dan penderita sering tersedak (4) f. Setelah 8 jam kesadaran membaik tetap malas bicara dan tatapan sering kosong (5) 13. Bagaimana patogenesis pada kasus ini? (6) 14. Bagaimana makna klinis dari riwayat perjalanan sebelumnya? a. Usia 9 bulan penderita mengalami kejang demam. Dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal dan didiagnosis menderita meningitis. (1) b. Usia 12 bulan penderita mengalami kejang tanpa disertai demam sebanyak dua kali. (2) c. Usia 18 bulan penderita mengalami kejang disertai demam tidak tinggi. Penderita diberi obat asam valproat. (3) d. Obat dihentikan setelah pemakaian 6 bulan karena kejang tidak terjadi lagi karena penderita sudah bisa bicara lancar, memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga. (4) 15. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik? (5) 16. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan neurologi? (6) 17. Apakah pemetiksaan neurologi disebabkan oleh bangkitan? (1)

18. Mengapa saat diberi diazepam tidak sembuh sedangkan saat diberikan fenitoin kejang berhenti? (farmakodinamik & farmakokinetik) (2) 19. Apa manifestasi klinis pada kasus ini? (3) 20. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? (4) 21. Bagaimana pencegahan pada kasus ini? (5) 22. Apa komplikasi pada kasus ini? (6) 23. Apa prognosis pada kasus ini? (1) 24. Apa KDU pada kasus ini? (2) Hipotesis: Anak laki-laki, 3 tahun mengalami kejang et causa epilepsi dengan hemiparese N.VII, N.XII dan hemiparesis dextra

LI 1. Anatomi dan fisiologis sistem saraf pusat (1) 2. Anatomi N.VII dan N.XII (2) 3. Fisiologi N.VII dan N.XII (3) 4. Kejang (epilepsi) (5) 5. Kejang tanpa demam (DD bangkitan non-epileptik) (4) 6. Cara pemeriksaan neurologis (6) 7. Tatalaksana (dosis terapi jangka panjang) (4)

1: Hajrin, Aini, Ega 2: Indri, Aya 3: Aulia P, Hanifah 4: Puput, Memey 5: Denis, Kardiyus 6: Reza, Jim FORMAT SEPERTI BIASA: TIMES NEW ROMAN 12, SPASI 1.5, A4. DIKUMPUL HARI KEDUA TUTORIAL. JANGAN LUPA DAFTAR PUSTAKA. MAKASIH

You might also like