You are on page 1of 7

A. Gambaran Tentang Trauma Tembus Paru : Open Pneumothoraks 1.

Pengertian Trauma Tembus Paru Merupakan keadaan dimana dinding dada mengalam trauma atau tusukan atau benturan yang cukup keras hingga tembus ke paru. (www.blogspot.com) Merupakan cedera pada dada yang mengakibatkan kerusakan pada paru. (www.indonurs-webng.com) Merupakan penyebab umum dari beberapa gangguan paru akibat adanya cedera pada dinding dada. (www.wikipedia.com) Pneumotoraks Adalah pengumpilan udara dalam ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. (Kapita Selekta 2) Adalah keadaan terdapat udara atau gas dalam ringga pleura. (www.indonurswebng.com) Merupakan dorongan udara melalui lubang dalam dinding dada menghasilkan bunyi menghisap (sucking wounds). (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, Bunner dan Suddarth) Open Pneumotoraks Merupakan gangguan pada dinding dada berupa hubungan langsung antara pleura dan lingkungan. (Kapita Selekta 2) Merupakan adanya luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. (www.indonurswebng.com) Merupakan adanya lubang pada dinding dada yang cukup besar untuk memungkinkan udara mengalir dengan bebas dan masuk ke luar rongga toraks bersama setiap upaya pernafasan. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.1 edisi 8)

2. Etiologi Open pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus dada. Berdasarkan kecepatannya, trauma tembus dada dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kecepatannya, yaitu : Luka tusuk Umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata (benda yang menusuk atau mengenai dada) menghancurkan area kecil di sekitar luka. Kebanyakan luka tusuk disebabkan oleh tusukan pisau. Namun, selain itu pada kasus kecelakaan yang mengakibatkan perlukaan dada, dapat juga terjadi ujung iga yang patah (fraktur iga) mengarah ke dalam sehingga merobek pleura parietalis dan viseralis sehingga dapat mengakibatkan open pneumotoraks. Luka tembak Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan rendah, sedang, atau tinggi. Faktor yang menentukan kecepatan dan mengakibatkan keluasan kerusakan termasuk jarak darimana senjata ditembakkan, kaliber senjata, dan konstruksi serta ukuran peluru. Peluru yang mengenai dada dapat menembus dada sehingga memungkinkan udara mengalir bebas keluar dan masuk rongga toraks. 3. Patofisiologi Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung

mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada; udara akan masuk ke rongga pleura sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup. Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari : 1. Kegagalan ventilasi 2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar. 3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik. Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia. Hipoksia pada tingkat jaringan dapat menyebabkan ransangan terhadap cytokines yang dapat memacu terjadinya adult respiratory distress syndrome ( ARDS), systemic inflamation response syndrome (SIRS). 4. Manifestasi Klinis Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa: Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk - Sesak nafas - Dada terasa sempit - Mudah lelah - Denyut jantung yang cepat - Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - Hidung tampak kemerahan - Cemas, stres, tegang - Tekanan darah rendah (hipotensi). 5. Pemeriksaan Diagnostik Ro. Thoraks Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura; dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung). Gas Darah Arteri (GDA) Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi atau gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang meningkat. PaCO2 mungkin normal atau menurun ;saturasi O2 bisa menurun. Torasentesis Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa. Hb Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah. 6. Penatalaksanaan Pneumotoraks terbuka membutuhkan intervensi kedaruratan. Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada merupakan tindakan

menyelamatkan jiwa. Pada situasi darurat tersebut, apasaja dapat digunakan untuk menup luka dada misalnya handuk, sapu tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangkan kembali paru dan mengeluarkan udara dari toraks. Di rumah sakit, lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petrolium. Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal (WSD) dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Anti biotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.

B. Gambaran Umum Alkalosis Respiratorik 1. Definisi Alkalosis respiratorik adalah kondisi klinis dimana pH arteriallebih tinggi dari 7,45 dari PaCO2 kurang dari 38mmHg. (Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa, Horne) Alkalosis respiratorik adalah kondisi akibat dari peningkatan kecepatan ventilasi alveolar yang ditandai dengan tekanan karbondioksida darah arteri (PACO2) <> 7,40. (www.indonurs.com) Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer dari PaCO2 <> 7,45. ( Patofisiologi, Price dan Wilson) 2. Kondisi yang Dapat Mengakibatkan Alkalosis Respiratori Perangsangan sentral terhadap pernapasan ~ Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional ~ Keadaan hipermetabolik : demam tirotoksikosis ~ Gangguan SSP ~ Cedera kepal atau gangguan pembuluh darah otak ~ Tumor otak ~ Intoksikasi salisilat (awal) Hipoksia Ventilasi mekanik Mekanisme yang belum jelas ~ Sepsis gram negatif ~ Sirosis hepatis ~ Latihan fisik 3. Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Asam Basa Karena berbagai asam dan basa terus menerus memasuki tubuh melalui absorbsi makanan dan katabolisme makanan, maka beberapa mekanisme diperlukan untuk menetralkan atau membuang substansi-substansi ini. pH yang konstan dipelihara secara bersama oleh : v Sistem Penyangga tubuh (buffer) Penyangga adalah campuran dari asam lemak dan garm basanya. Istilah penyangga menjelaskan substansi kimia yang mengurangi perubahan pH dalam larutan yang disebabkan penambahan asam ataupun basa. Empat sistem penyangga utama dari tubuh yang membantu memelihara pH agar tetap konstan adalah : a. Bikarbonat

Merupakan penyangga yang paling banyak secara kuantitatif dan bekerja pada EFC. CO2+H2OH2CO3H++HCO3Panah-panah dua arah mennjukkan reaksi yang dapat berlangsung dua arah dengan kemungkinan yang sama, tergantung dari kadar komponen-komponen pada masing-masing bagian dari reaksi ini. b. Fosfat Merupakan penyangga yang paling penting dalam sel darah merah dan sel tubulus ginjal. H+ yang diekskresikan ke dalam kemih, disangga dengan fosfat (dikenal sebagai asam yng dapat dititrasi). c. Hemoglobin Hemoglobin yang tereduksi mempunyai afinitas kuat dengan H+, maka kebanyakan ion-ion ini menjadi terikat dengan hemoglobin. d. Protein Paling banyak terdapat pada sel jaringan dan juga bekerja pada plasma v Sistem Pernafasan (paru-paru) Komponen pernafasan terutama dikendalikan oleh paru-paru melalui perubahan pada ventilasi alveolar. Jika PCO2 diatas atau dibawah normal, jumlah ventilasi alveolar tidak akan memadai (hipoventilasi) atau berlebihan (hiperventilasi). PCO2 diatur oleh fungsi paru dan refleks pada batang otak yang mengendalikan dorongan pernasfasan. v Ginjal Ginjal ikut menjaga keseimbangan asam-basa dengan mengatur (HCO3) plasma melalui 2 jalan : (a) reabsorbsi HCO3- yang terfiltrasi dan mencegah kehilangannya dalam kemih; (b) ekskresi kelebihan H= sebagai hasil metabolisme. Denagn demikian ginjal mampu menahan atau membuang HC)3sesuai kebutuhan. 4. Perhitungan Keseimbangan Asam dan Basa Selisih (gap) Anion Plasma = [Na+]-HCO3-]+[Cl-] Konversi dari pH ke [H+] : pH 7,4 =40mEq/L [H+] Untuk setiap peningkatan0,1 dari pH di atas; 7,4 dikaliak n 40 x 0,8. Bagi setiap penurunan 0,1 dari pH 7,4 dikalikan 40 x 1,25 Contoh : pH 7,6 x 0,8 x 0,8 = 26mEq/L [H+] Sebenarnya selisih anion tidak pernah ada, oleh karena jumlah ion positif harus sama dengan jumlah ion negatif untuk mencapai muatan listrik yang seimbang. Jadi selisih anion lebih mencerminkan anion-anion yang tak diukur kerena jumlah kadar Cl plasma plus bikarbonat lebih sedikit daripada Na. 140mEq/L (104 mEq/L + 24 mEq/L) = 12 mEq/L = selisih anion yang normal Rumus pH : rumus Haderson Hasselback HCO3 20 pH = , nilai normalnya PaCO2 1 BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGKAJIAN v Identitas pelaksana Nama : NIM :

Tempat Praktek :RS. Dr.Soeradji Tirtonegoro Waktu Pengkajian :Rabu, 19 Mei 2008 v Identitas Pasien Nama :Tn R Umur :38 Jenis kelamin :laki-laki Alamat :Bayat kidul RT 02, Klaten Tgl masuk :Selasa, 20 Mei 2008 Pekerjaan :Wiraswasta Agama :Islam Pendidikan :SMP Diagnosa medis :Open Pneumotoraks v Identitas Keluarga Nama :Tn Y Umur :25 Alamat : Bayat kidul RT 02, Klaten Hubungan dengan pasien :anak Pengkajian Data Fokus Aktivitas dan Istirahat ~ dispnea dengn aktivitas maupun istirahat Sirkulasi ~ S3 / S4 / irama jantung, Gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi) ~ Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan ketegangan pneumotoraks. ~ Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung menunjukkan udara dalam mediastrum) ~ Tekanan darah : hipotensi ~ DJV Integritas ego ~ Ketakutan ~ Cemas ~ Gelisah Nyeri atau kenyamanan ~ Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk ~ Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk/ regangan ~ Mengerutkan wajah Pernafasan ~ Kesulitan bernafas ~ Peningkatan frekuensi/ takipnea dan kedalaman pernafasan ~ Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada, leher; retraksi interkostal, ekspirasi abdomen kuat ~ Bunyi nafas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat) ~ Fremitus menurun (sisi yang terlibat) ~ Palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma/ kemps; penurunan pada jaringan dengan palpasi) ~ Inspeksi : kulit pucat, sianosis, berkeringat Pemeriksaan Diagnostik ~ Nilai gas darah arteri (GDA) PaCO2 <> 7,40. Penurunan tekanan oksigen darah arteri (PaCO2). ~ Elektrolit serum Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa. ~ Fosfat serum Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl). Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke sel-sel. ~ EKG Mendeteksi disritmia jantung, yang mungkin terjadi dengan alkalosis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya : 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan trauma (tembus paru) 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi 3. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik 4. Resiko infeksi dengn faktor resiko trauma 5. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengn krisis situasional 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelemahan C. PERENCANAAN KEPERAWATAN (untuk Diagnosa ke-2) Dx.: 2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi Tujuan : Memepertahankan pola nafas agar efektif Kriteria hasil : ~ Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80mmHg, N: 60-100 x/mnt, R: 16-24x/mnt, S: 35,5-37,5C) ~ PaCO2 dalm batas normal (35-45 mmHg) ~ HCO3- dalm batas normal (22-26 mEq/L) ~ pH dalam batas normal (73,5-74,5) ~ Selisih GAP anion normal (8-16 mEq/L) Intervensi : Mengidentifikasi etiologi/ factor pencetus Rasional : pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain. Kaji frekuensi kedalaman dan kualitas pernafasan Rasional : mengetahui perubahan dalam kesulitan bernafas Auskultasi dada secara periodic, catat bila ada kelainan bunyi pernafasan Rasional : memberikan informasi tentang adanya obstruksi jalan nafas Menutup defek dengan kassa berlemak (petrolatum gauze) dan memasang balutan kassa tebal Rasional : memperbaiki kerusakan struktur yang lebih dalam Pantau tanda vital Rasional : manifestasi distress tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum Kaji volume tidal Rasional : menentukan jumlah udara inspirasi dan ekspirasi Awasi kesesuaian pola pernafasan bila menggunakan ventilasi mekanik, catat perubahan tekanan udara Rasional : kesulitan bernafas dengan ventilator dan atau peningkatan tekan jalan nafas didiga memburuknya kondisi atau terjadinya komplikasi Kolaborasi untuk pemeriksaan gas darah arteri (GDA) Rasional : membantu mendiagnosa etiologi alkalosis respiratorik dan untuk mengetahui keberhasilan bantuan nafas Kolaborasi pemberian terapi oksigen Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen pasien untuk memperbaiki/ mencegah memburuknya hipoksia Kolaborasi untuk perlunya pemasangan alat jalan nafas Rasional : menstabilkan respirasi Berikan Health Education (HE) mengenai open pneumotoraks yang dialami pasien Rasional : pasien mengerti akan penyakit maupun keadaan yang sedang dialaminya D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pelaksanaan keperawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. E. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari perencanaan apakah tercapai atau tidak. F. DOKUMENTASI KEPERAWATAN Dokumentasi keperawatan adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA Horne, Myma M. 1995. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC. http://www.bedahtkv.com/ http://www.indonurs-webng.com/ Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ; alih bahasa Ind., Monica Ester, Yasmin Asih , Edisi 3. Jakarta: EGC. Fakultas Kedokteran UI. 1999. Kapita Selekta 2. Jakarta: Media Aescupilaus. Sylvia Anderson Price and Lorraine Mc Carty Wilson. 1994. Patofisiologi; alih bahasa Ind., Peter Anugrah, Edisi 4. Jakarta: EGC. http://diajengdwi.blogspot.com/2009/01/askep-alkalosis-respiratori.html hubungan luka tusuk di punggung dengan paru

You might also like