You are on page 1of 6

1.

Pengertian Dislokasi

Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi . Dislokasi sering disertai dengan kerusakan simpai atau ligamen sendi. Bila kerusakan tersebut tiodak sembuh kembali dengan baik, dislokasi mudaj terulang lagi yang disebut dengan dislokasi habitual. Keadaan ini sering ditemukan pada sendi bahu dan sendi panggul. Perdarahan di caput femur mungkin terganggu karena kerusakan simpai pada trauma dislokasi sehingga terjadi dislokasi avaskular. 2. Diagnosis Diagnosis dislokasi dapat ditegakan atas dasar anamnesis.Umumnya deformasi dapat dilihat berupa perubahan posisi anggota gerak dan perubahan kontur persendian yang bersangkutan. Pada pemeriksaan tidak ada gejala dan tanda patah tulang, sedanbgkan gerakan di dalam sendi yang terluksasi terbatas bahkan tidak bisa digerakan sama sekali. 3. Dislokasi bahu Dislokasi bahu anterior disebabkan oleh abduksi dan rotasi eksterna pada bahu. Dislokasi bahu terbagi dua : a. Anterior Kejadian dislokasi bahu anterior merupakan kejadian yang paling sering, dimana terjadi pergeseran caput humeri ke medial di bawah processus korakoideus. Apabila dilakukan abduksi dan rotasi externa, maka penderita akan melakukan tindakan melawan gerakan tersebut. Instabilitas anterior (+).

Terdapat dua metode terapi : Metode Hipokrates Handuk atau kain dililitkan di regio axillaris penderita,selanjutnya dilakukan tarikan pada posisi semi abduksi lengan. Metode Kocher 1. Siku diflexikan 900 , lakukan traksi sesuai aksis humerus. 2. Humerus dirotasi eksterna. 3. Selanjutnya humerus dilakukan digeser ke medial (adduksi) di atas dada penderita. 4. Humerus dirotasi interna dengan memutar lengan bawah ke dalam. b. Posterior Dislokasi bahu pada bagian posterior sangat jarang, dikarenakan tidak terdapat ruang di posterior maka caput humeri tetap di lateral dalam fossa infraspinatus. Diagnosis ditegakkan pada kejadian dimana terdapat segi empat pada bahu dan caput humeri tidak pada tempatnya. Dislokasi Sendi Sternoclavikular Dislokasi sternoclavicular jarang terjadi, biasanya terjadi akibat trauma langsung pada clavicula kedorsal yang menyebabkan dislokasi posterior resto spinal.selain itu bisa terjadi tumbukan pada bagian depan bahu sehingga clavicula bagian medial, tertarik kedepan dan menyebabkan lepasnya sendi sternoclavicular ke arah anterior.pengobatan konservatif dilakukan dengan reposisi dan emobilisasi dan bila perlu di lakukan operasi yang terpenting adalah dilakukannya latihan pada otot agar tidak terjadi hiertopi otot.

Dislokasi sendi akromioclavicular Dislokasi sendi akromioclavicluar di sertai robeknya ligamentum corakoclavicula biasanya tidak menyebabkan dislokasi pragmen distal ke cranial. Yang dapat diterapi secara konservatif dengan menggunakan penyangga( mitela) disertai dengan menggunakan latihan otot. Bila tidak berhasil atau bila ada robekan ligamentum corakoclavicularis, kadang dilakukan operasi reposisi terbuka dan pemasangan piksasi interen yang kuat.latihan bahu yang terdiri atas latihan terpinpin sangat penting karena sendi bahu cenderung menjadi kaku yang disebut bahu kejur, bahu kejur ini sering di temukan sebagai penyulit luksasi sendi bahu seperti cedera clavicula, cedera sendi akromiclavicula, selain bursa subacromio,termasuk juga tendo otot sekitar sendi bahu.

Dislokasi sendi glenohumeralis Kestabilan sendi bahu terutama terletak pada simpai sendi dan otot disekitarnya karena cavitas articulare sendi bahu dangkal oleh karena itu sering terjadi dislokasi baik karena trauma atau pada serangan epilepsi. Dislokasi paling sering kearah anterior dari pada arah posterior atau inferior . pada dislokasi caput humerus terperngkap dibawah capitas glenoidale sehingga lengan terkunci pada posisi abduksi yang di kenal dengan nama luksasio erekta. Dislokasi anterior sering terjadi pada usia muda, terutama pada atelit akibat kecelakan olahraga. Dislokasi terjadi karena kaekuatan yang menyebabkan rotasi externa dan extensi sendi bahu. Caput humerus di dorong kedepan dan menyebabkan apulsi simpai sendi dan kartilago besrta periosteum labrum glenoidales anterior. Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak mampu mengerakan lengannya dan lengan yang cedera dan ditopang oleh tangan sebelah lain.posisi badan penderita kearah yang sakit. Perhatikan dua tanda khas,

yaitu sumbu humerus yang tidak menunjukan kebahu dan konter bahu berubah ka arah bahu akromion yang kosong. Pada pemeriksan fisik terlihat daerah deltoid, rata mirif bentuk segi empat karena caput humerus bergeser ke anteromedial, dan berada dan berada di daerah subkorakoid atau subglenoid. Keadaan ini memerlukan reposisi segera dengan cara gravitasi menurut stimson. Cara ini mudah tidak memerlukan anastesis. Penderita diminta tidur terlungkup dengan anggota gerak yang terkena di biarkan menggantung ditepi meja dengan beban dua kilo yang di ikatkan pada lengan tangan. Dislokasi sendi siku Dislokasi sendi siku merupakan dislokasi sendi humeroulnar dan humeroradial. Biasanya terjadi dislokasi fragmen distal ke posterior dan lateral terhadap fragmen proksimal. Penyebabnya karena terjadi trauma tidak langsung, benturan pada tangan dan lengan bawah dengan siku dalam posisi ekstensi disertai sedikit fleksi dan lengan atas terdorong ke arah volar dan medial. Pada pemeriksaan klinis terdapat bengkak, nyeri spontan, nyeri sumbu, dan gerakan abnormal sangat terbatas pada posisi kurang dari 300. Pada pemeriksaan dari dorsal sikut, didapatkan perubahan pada segitiga sama kaki yang dibentuk oleh olekranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang normalnya sama kaki, berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki. Dislokasi siku ini dapat menyebabkan robeknya ligamentum yang mempertahankan stabilitas sendi siku dan ini mempengaruhi cara pengobatannya. Bila tidak terjadi instabilitas, setelah reposisi dapat dimulai dengan imobilisasi selama tiga minggu dalam gips sebelum mobilisasi. Luksasi caput radius yang disebut siku tertarik dapat terjadi karena siku ditarik sehiingga caput ditarik lepas dari lingkaran ligamentum. Hal ini terjadi pada anak yang jatuh ketika tangannya ditarik secara abnormal.

Gejalanya berupa nyeri dan gangguan ekstensi, fleksi dan pronasi, dan supinasi.diagnosis menjadi jelas dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Terapi dengan reposisi pada siku fleksi dengan tekanan di arah sumbu supinasi dan reposisi caput ke arah ulnar. Dislokasi sendi panggul Sendi panggul dapat terdislokasi ke posterior atau anterior dengan atau tanpa fraktur asetabulum. Asetabulum merupakan mangkuk yang agak dalam dengan posisi ventral dan dorsal agak tinggi sehingga bisa patah apabila caput femur dikeluarkan dengan paksa. Dislokasi posterior terjadi sebagai akibat trauma panggul pada posisi fleksi dan aduksi. Pada posisi ini, tekanan disalurkan melalui lutut sepanjang femur, misalnya trauma akibat jatuh dari ketinggian dengan lutut fleksi. Penanganan dislokasi merupakan tindakan darurat reposisi yang dilaksanakan segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler caput femur. Makin lambat reposisi dilakukan, makin tinggi avaskuler. Reposisi tertutup dilakukan dengan tarikan ke ventral dan kaudal tungkai dalam keadaan fleksi dan rotasi eksterna. Pada fraktur dislokasi bisa mengenai n. Ischiadikus. Bila fragmen ini kecil biasanya dapat kembali dengan reposisi tertutup, tetapi bila di sertai gangguan n. Ischiadicus, panggul harus di eksplorasi. Selain lesi pada n. Ischiadicus yang tejadi pada saat trauma dan nekrosis avasculer yang terjadi satu sampai dua tahun pasca trauma. Komplikasi lain pada dislokasi posterior adalah athrosis degeneratif yang timbul setelah bertahun-tahun pasca trauma. Dislokasi anterior jarang terjadi. Klinisnya didapat sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi dengan tungkai memendek. Dislokasi ini memerlukan reposisi tertutup segera dengan cara memberi traksi pada tungkai dalam keadaan fleksi dan rotasi interna serta abduksi panggul yang selanjutnya dilakukan imobilisasi seperti pada dislokasi posterior.

Luksasi panggul central sebenarnya adalah patah tulang dislokasi central akibat trauma berap pada daerah lateral panggul. Biasanya berupa fraktur komunitif acetabulum akibat desakan caput femur yang masuk kedalam pelvic. Penenganannya dilakukan dengan traksi longitudinal, pengan pin di ujung bawah femur dan traksi lateral memalui pin pada trochanter mayor yang dipertahankan selama 8 minggu. Bila pecahan acetabulum tidak berat, reposisi terbuka dan fiksasi interna dapat dilakukan. Tetapi, bila komunitifnya berat dan tidak mungkin untuk mempertahankan reposisi pada posisi stabil, fraktur dislokasi central dapat dibiarkan.

You might also like